Anda di halaman 1dari 8

NASKAH DRAMA “DATANG UNTUK PERGI”

Narator : Senja begitu dekat dengan melamba yang mengitari rona wajah cakrawala. Tercurahlah segala
rahmat-Nya bagi semua insan tanpa memihak siapa kegemarannya. Bila cinta merupakan bentuk dari
berkat Tuhan, maka sampailah berkat itu di hati Matius dan Arjani. Mari saksikanlah kisah dua insan ini
yang saling mengamban perasaan satu sama lain. Tanpa menaruh rasa iri dan dengki, berilah perhatian
kalian pada kami

Narator : Arjani Chaimin, gadis asal Medan dari keluarga berada. Yang membuat rumahnyan tidak akan
sepi karena setiap hari akan dijejaki para tamu.

Bapak Arjani : Arjani ikut menemui tamu hari ini ya?

Arjani : Tumben bapak nyuruh Arjani untuk menemui tamu? Biasanya Arjani boleh di dapur saja.

Bapak Arjani : Jangan suka menjadi karakter sampingan Arjani. Ayo keluar, tamu hari ini juga sudah jauh-
jauh dari Bogor ke Medan

Arjani : Yasudah Arjani siap-siap dulu

Arjani bersiap diri ke kamar. Waktu disingkat sampai ke mereka sudah siap di ruang tamu. Meja dan
kursi ditata selayaknya ruang tamu dengan makanan di meja.

Matius : Selamat pagi, Pak Chaimin!

Bapak Arjani : Pagi, Matius. Mari-mari, silahkan duduk dulu.

Mereka bertiga (bapak, ibu, dam matius) bersalaman. Lalu tiba giliran Arjani.

Matius : Ini boru dari bapak Chaimin?

Arjani : Iya, saya Arjani

Bapak Arjani : Ini Matius, ajudan dari Jenderal Nasution.

Bapak Arjani : Jadi, tujuan kedatangan Matius disini ingin menyampaikan apa?

Matius : Saya ingin menyampaikan pesan dari Jenderal Nasution. Pesan yang disampaikan beliau berada
di dalam surat ini. Beliau berpesan bahwa surat ini hanya boleh dibaca dan diketahui oleh bapak
Chaimin.

Bapak Arjani : Baik, terima kasih Matius. Akan saya baca nanti.

Matius : Baik, Pak. Saya izin pamit karena masih ada tugas dari jenderal.

Bapak, ibu, dan Arjani mengantarkan Matius untuk keluar rumah. Sesampainya di depan, ibu tiba-tiba
mencium bau gas dari dalam rumahnya.

Ibu Arjani : Pak, seperti ada bau gas bocor.


Ibu tiba-tiba menarik baju bapak untuk ikut mengecek gas dari dalam rumahnya. Bapak pun ikut panik
dan berpamitan kepada matius untuk masuk ke dalam rumah duluan.

Bapak Arjani : Saya masuk duluan ya, Matius. Arjani kamu temani Matius hingga jemputan Matius
datang.

Arjani : Siap, Pak.

Tinggalah Matius dan Arjani berdua menunggu jemputan untuk Matius.

Matius : Kamu ikut bantu Bapak Chaimin aja gapapa, saya bisa nunggu disini sendiri

Arjani : Tidak matius, saya sudah diperintah bapak untuk menemani kamu disini

Matius : Ya sudah kalau begitu, ngomong-ngomong tadi saya lihat di meja rumahmu ada beberapa
koleksi perangko. Apakah kamu filatelis?

Arjani : Iya, aku filatelis. Setiap bapak menerima surat, selalu aku ambil perangkonya. Mungkin salah
satu perangko yang menempel tadi juga dari atasanmu.

Matius : Aku juga suka filateli. Mungkin kalau ada kesempatan datang ke Medan lagi, akan kubawakan
perangko ku kalau kamu bersedia.

Arjani : Kalau itu tidak memberarkanmu, aku bersedia.

Tak lama jemputan Matius datang, dan Matius segera berpamitan kepada Arjani.

Matius : aku pergi dulu ya, Arjani. Semoga kau juga menanti pertemuan kita selanjutnya.

Matius pergi dengan mobil dan meninggalkan Arjani. Sejak saat Matius berjanji pada Arjani, hingga
Arjani selalu berharap Martius menepati janjinya. Lama tanpa kabar tiba-tiba datang sebuah surat
untuk seorang Arjani.

Bapak yang saat itu berada di ruang tamu, mendapati surat dengan nama pengirim Matius.

Bapak Arjani : “Loh? Matius?... Kok? Ada gambar hatinya?”

Bapak berpikir sejenak

Bapak Arjani : “OOOOHHHHHHHHHHHHHHH Memang ya, Anak muda jaman sekarang”

Arjani : “ Kenapa pak?”

Arjani melihat sepucuk surat yang ada di tangan Bapak, rupanya… surat tersebut berasal dari Matius

Arjani : “Loh pak! Ini surat buat Aku!”

Arjani merebut surat dari bapaknya

Bapak Arjani : “eitssss surat apa ini?”

Arjani : “Arjani mau baca pak!”

Bapak Arjani : “Nih, yang cepet ya bacanya… kasihan Matius nanti menunggu lama”
Arjani mengambil surat dari Bapak lalu berlari ke kamarnya sambil tersipu

Arjani : Wahh perangko mawar ya…

Arjani mulai membuka dan membaca surat dari Matius, ia tersipu.

Bulan ini Matius bertugas ke Medan.

Teman Matius 1 : Batona kita sudah datang!

Teman Matius 2 : Ke Medan mau cari pacar tidak Matius? Sepertinya gadis Bogor tidak ada yang
memikat hatimu

Teman Matius 1 : Loh kan sudah dibilangin, Matius sukanya sama Jenderal Nasution! Orang kemana-
kemana juga berduaan!

Teman Matius 3 : Heh, seharusnya kau harus contoh Matius! Sedang libur pun tetap bersedia bantu
atasannya. Kau bagaimana? Waktunya bertugas pun kabur nemuin pacarmu yang gak seberapa itu!

Teman Matius 2 : Ora dadi pisan to? Hahahahaha

Teman Matius 1 : Diam kau lelaki Jawa!

Matius sampai ke Medan, ia berniat untuk menemui Arjani. Dengan atas dasar doa dari Tuhan, Matius
nekat menemui Arjani ke rumahnya.

Matius : Tuhan tolong berkati anak-Mu ini

Arjani : Loh? Matius! (Arjani membuka pintu)

Arjani : ternyata kamu tidak berbohong Matius

Matius : Bagaimana aku bisa berbohong Arjani?

Arjani : Tidak mau masuk?

Matius : Tidak Arjani, Temanku sudah menunggu didepan. Tolong sampaikan ke ibu dan bapak karena
aku tidak bisa berlama lama

Matius : ini untukmu

Matius : Tidak perlu kata-kata indah, Wanita yang ada di lukisan ini sudah begitu indah (Matius pergi
meninggalkan arjani).

Arjani terus memandang lukisan tersebut, sampai-sampai ibunya memergoki Arjani sedang tersenyum
di depan lukisan itu.

Ibu Arjani : Ingat nak, kamu tidak bisa menjadikan Matius sebagai imammu kalau dia masih harus pergi
ke gereja setiap minggu. Cukup kamu jadikan dia sebagai kekasih di masa labilmu. Jangan kamu
berharap untuk menjadikannya sebagai suami

Matius kembali ke rumah Arjani ketika Tugasnya selesai di hari itu

Arjani : Matius, kamu tau kan bapak dan ibu menentang kita?
Matius : Aku tahu, Kamu percaya denganku Arjani. Aku pasti cari jalan keluar

Time skip, Arjani dan Matius kembali saling bertukar pesan sampai beberapa saat

Bapak Arjani : Arjani, Surat dari Matius!

Arjani : Iya Pak!

Isi surat : Arjani, aku akan mualaf. Setahun terakhir ini sebenarnya aku banyak mempelajari tentang
islam, dan aku yakin bahwa agama islam adalah agama yang terbaik

Arjani : Pak! Buk! Matius mualaf!

Bapak dan Ibu Arjani : ALHAMDULILLAH

Keesokan harinya Arjani dikejutkan oleh kedatangan Matius Bersama kedua orang tuanya

Matius : Assalamualaikum

Arjani mematung dan kaget

Matius : Aku datang kesini untuk meminang kamu Arjani

Matius : Bapak, ibu izinkan saya untuk meminang Arjani. Saya berjanji akan menjadikan Arjani wanita
yang sangat berbahagia

Matius berjongkok dihadapan Arjani dengan menyerahkan cincin yang telah dia bawa

Matius : kata orang bijak, kita tidak akan pernah merasa lapar untuk dua hal. Satu karena jatuh cinta,
dua karena kesedihan. Dan aku merasakan kedua hal itu Arjani. Aku jatuh cinta padamu, dan aku akan
bersedih bila kau tidak berhasil ada di dekapanku. Bersediakah kamu membantu agar kesedihan itu
tidak terjadi dengan menjadi istriku, arjani?

Arjani : Matius, aku bersedia untuk menjadi pendamping hidupmu dalam suka maupun dukamu

Matius merasa sangat senang karena pinangannya diterima oleh Arjani, lalu Matius mengucapkan
kalimat syahadat sebagai pertanda dia sudah masuk agama Islam

Kemudian Matius berpamitan untuk pulang dan akan berangkat Kembali bertugas

Matius : Aku besok harus kembali ke Bogor lagi Arjani. Banyak sekali masalah negara akhir-akhir ini.
Jenderal jadi sering keluar masuk kota. Aku harus menemaninya. Kamu bersedia kan aku tinggal lagi?

Arjani : Aku bersedia selagi kau menjadi milikku Matius!

Matius : Terima kasih Arjani, terima kasih karena kau selalu mengerti, aku pamit.

Narator : Matius Kembali ke kediaman. Tentu hubungannya dengan Arjani semakin mesra.

Jenderal datang ke kamar Matius

Matius : Selamat malam, Jenderal! (dengan hormat ke jenderal)


Jenderal Czi : Kau jadi ke Minahasa besok?

Matius : Iya pak, saya mohon izin. Besok lusa ulang tahun ibu saya

Jenderal Czi : Iya saya izinkan. Terus ini apa (menunjuk tangan matius)

Matius : Saya akan menikah Jendral!

Jendral Czi : jangan lupa undangan nya yaa

BURUNG GAGAK LEWAT

KOAKK KOAKK KOAKK KOAKK….

Jenderal Czi: Suara apa itu

Matius: Sepertinya burung gagak jenderal

Jenderal Czi: Pertanda apa ini

Matius: Tidak ada apa apa Jenderal itu hanya burung yang lewat

Lalu Matius pun tertidur. Namun beberapa jam kemudian tepat pukul 00.00 pada tanggal 1 Oktober
1965 Matius terbangun karena terdengar suara ketokan pintu, dengan sigap Matius keluar, tapi ternyata
istri dari Jendral Czi beserta anak anaknya sudah keluar terlebih dahulu. Akan tetapi saat pintu sudah
dibuka matius merasa janggal

Personil 3 : Bawa semua botolnya kemari!!!

Personil 4 : HAHAHAHAHAHAHAHA sudah berapa banyak yang kamu minum!?

Ketua PKI: Berhenti minum kalian!

Personil 3 : Apa?! Nyalakan Juga musiknya!!!!! (sfx: DOR DOR) Personil 3 mati

Ketua PKI : Pergerakan Para Jendral menghambat seluruh rencana kita! Berhentilah bermain main!

Semua personil : PKI PKI PKI!!!!!

Ketua PKI : Sudah diam! Apa yang bisa kalian lakukan?! Jangan hanya teriak tanpa arah Seperti anjing!!
Ketua PKI : Mereka masih ingin mempertahankan Pancasila! Kalian pasti setuju kan kalau Indonesia ini
semestinya menganut paham komunis!!?? Tuhan tidak harus dinomor satukan!! (berbicara kepada
audiens)

Wakil PKI : Saya punya cara tuan! (Berbisik kepada ketua)

Ketua PKI : HAHAHAHAHA IDE BAGUS! Semuanya ayo ikut!

(seluruh anggota PKI meninggalkan panggung)

Sebelum menutup mata Matius memandangi cincin yang melingkar dijarinya

Personil 1 : Kami pasukan yang diberi tugas presiden untuk membawa Jenderal Czi ke hadapannya
sekarang

Matius mengamati satu persatu wajah pasukan tersebut dan Matius sangat asing dengan wajah wajah
dari pasukan tersebut padahal Matius sudah berulang kali bertemu dengan pasukan yang menjemput
atasannya.

Personil 2 : Dimana Jenderal Czi ?

Matius : Saya jenderal Czi

Personil 2 : Kalau begitu ikut kami sekarang!

Narator : Seluruh anggota PKI mulai beraksi malam itu, mereka mulai berdatangan ke rumah jendral
jendral termasuk Jendral Czi

Sfx : tok tok tok

Matius : mau apa kalian malam malam begini?

Personil 1 : Kami mencari Jendral Czi, ia harus menghadap presiden Soekarno Malam ini juga!

Matius : Akulah Jendral Czi, mengapa aku harus menghadap beliau?

Personil 2 : Ikut kami sekarang juga! (dor)

Matius : AAAAAAAAAAAAAAGGGGGGGGGGRRRRRHHHHHHHHHH

Personil 1 : Kau pantas mendapatkannya Jendral

GENJER GENJER ~

Personil 4 : Hei lihat siapa yang mereka bawa!

Personil 5 : Mari kita mulai eksekusinya HAHAHA Musikkk!!!


Personil 4 : Tunggu sebentar! Orang ini bukan Jendral Czi! Kita di tipu!

Ketua PKI : Coba kulihat, minggirlah

(Ketua PKI menyelundupkan putung rokok yang masih panas ke wajah Matius)

Matius : aaaaaaaaaakkkkkkk

Ketua PKI : Siapa namamu?

Personil 5 : Tuan, saya pikir orang ini adalah Bawahan Jendral Czi. Namanya Matius!

Ketua PKI : Beraninya menipu kami! Hei cecungguk pemabuk!

Personil 6 : YA tuan!

Ketua PKI : Jangan biarkan penipu ini mati dengan tenang! Yang Namanya Matius, Ya harus mati!
HAHAHAHA

Narator : Matius mulai disiksa habis habisan oleh seluruh anggota PKI malam itu, mulai dari
memukulinya sampai menguliti kulit tangan dan kaki Matius.

Matius : ARGHHHHH, benar aku bukan jenderal Czi. Bunuh saja aku.

Ketua PKI : Halah ngomong terong. Berani sekali cecungguk ini. Cepat masukkan saja dia ke dalam sana.

Narator : Pengkhianat tersebut semakin menyiksa Matius secara brutal hingga ia kehilangan
kesadarannya. Kemudian, Matius diseret masuk ke dalam lubang oleh para pengkhianat tersebut.
Mereka menutupi tubuh Matius menggunakan daun pisang lalu mulai menembaki Matius.

DOR! DOR! DOR!

Arjani : Mengapa perasaanku tidak enak, apakah ini efek samping dari obat yang aku konsumsi.

Ibu Arjani : Arjani, kau sedang sakit. Jadi wajar saja jika perasaanmu tidak enak, ayo sekarang makan dan
istirahatlah yang cukup.

Arjani : Tidak bisa, Bu. Bagaimana bisa aku istirahat sementara Martius belum ditemukan, aku… aku
tidak bisa tenang Bu.

Ibu Arjani : Setidaknya kau beriatirahat sejenak, Martius akan kesal jika kau tak meprihatinkan kondisi
tubuhmu.

Arjani : Baiklah, aku akan istirahat tapi tolong bangunkan aku secepatnya jika ada kabar mengenai
Martius.

Arjani menuruti perinah ibunya, ia bergegas untuk istirahat. Setelah beberapa lama..

Bapak Arjani : Bu, bapak sudah mendapat kabar keberadaan Martius, tapi bagaimana cara kita
menyampaikan kabar ini kepada Arjani.

Ibu Arjani : Bagaimana pun juga, kita harus memberi tahu Arjani yanh sebenarnya, jangan ada yanh
ditutupi biarkan Arjani mengikhlaskan kepergiannya. Ibu akan bangunkan Arjani.
Ibu Arjani segera membangunkan Arjani yang tengah tertidur pulas.

Arjani : Mengapa ibu membangunkanku? Apakah sudah ada kabar dari Martius? Cepat katakanlah.

Ibu Arjani : Biar bapak yang akan menjelaskan. (dengan raut ragu)

Bapak Arjani : Maafkan bapak jika berita ini akan mengejutkanmu, Nak. Maaf. Martius sudah pergi untuk
selamanya, kamu harus mengikhlaskannya.

Arjani : Tidak..!! Kalian semua bohong kan? Ini tidak mungkin, ini pasti hanya mimpi, ayooo katakan
padaku bahwa kalian berbohong kann!!

Bapak Arjani : Tidak, Nak. Kami mengatakan hal yang sejujurnya, kamu harus merelakannya, ini adalah
takdir Tuhan.

Arjani : Kalau begitu, antarkan aku ke pemakannya. Setidaknya aku ingin bertemu sekali lagi meski
hanya dengan segunduk tanah.

Mereka ke pemakaman Martius dengan duka yang mendalam, Arjani sangat terpukul dengan keadaan
saat ini.

Arjani : Mengapa kau pergi secepat ini, mana janji-janjimu yang dulu. Kau bilang padaku akan
menemuiku secepatnya, kau bohong Martius kau meninggalkanku untuk selamanyaa.

Awan mendung menghiasi langit, sepertinya semesta pun turut berduka. Tak lama setelah itu, rintikan
hujan mulai berjatuhan. Bahkan alam pun tahu bagaimana perasaan Arjani saat ini.

Narator : Kepergian seseorang adalah hal yang wajar dalam sebuah kehidupan, setiap orang akan ada
masanya. Ada yang datang dan ada pula yang pergi. Kita tidak akan bisa mengelak takdir yang diberikan
Tuhan, sama seperti kisah Arjani dan Marteus. Arjani harus mengihklaskan kepergian Marteus untuk
selamanya.

Kita tidak tahu bagaimana cara semesta bekerja, terkadang hidup seperti menyakitkan. Arjani yang
mencintai Marteus begitu dalam harus merelakan kepergianya untuk selama-lamanya.

Anda mungkin juga menyukai