Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ahmad Nuril Qolbi (1)

Aldino Putra Adi N. (3)


Kelas : 8H
Tugas : Membuat dialog drama dari novel

Pudarnya Pesona Cleopatra


Babak 1
Dengan panjang lebar ibu menjelaskan, sebenarnya sejak ada dalan kandungan aku telah
dijodohkan dengan Raihana yang tak pernah kukenal. “Ibunya Raihana adalah teman karib Ibu
waktu nyantri di pesantren Mangkuyudan Solo dulu” kata ibu.

Ibu : “Kami pernah berjanji, jika dikaruniai anak berlainan jenis akan kami jodohkan untuk
memperteguh tali persaudaraan. Karena itu ibu mohon keikhlasanmu.”
Bastian : “Baiklah, kalau begitu aku hanya bisa pasrah, aku akan menuruti keinginanmu, Bu.”
(bergumam : dengan hati pahit kuserahkan semuanya pada Ibu.)

Bastian : (Saat khitbah) “Sekilas kutatap wajah Raihana, ia memang baby face dan anggun.”
Tante Lia : “Cantiknya alami, bisa jadi bintang iklan Lux lho, aseli!”
Bastian : (bergumam : tapi menurutku lain, mungkin karena aku hanyut dengan gadis-gadis
Mesir titisan Cleopatra.)
Bastian : (bergumam : seperti pengantin baru, aku memaksa untuk mesra tetapi bukan cinta,
hatiku menangisi kebohongan dan kepura-puraanku. Setelah 2 bulan, Raihana kubawa ke
kontrakan di kota Malang.)
Bastian : “Memasuki bulan ke 4, aku merasa muak hidup dengan Raihana, rasa ini muncul
begitu saja. Aku merasa hidupku sia-sia, belajar di luar negeri sia-sia, pernikahanku sia-sia,
keberadaanku sia-sia.”

Raihana pun merasakan hal yang sama, maka dia pun bertanya padaku
Bastian : (menjawab) “Tidak apa-apa koq mbak, mungkin aku belum dewasa.”
Raihana : (kaget) “Kenapa mas memanggilku ‘mbak’, aku kan istrimu, apa mas sudah tidak
mencintaiku. Kalau mas tidak mencintaiku, tidak menerimaku sebagai istri kenapa mas ucapkan
akad nikah? Kalau aku kurang dalam melayani mas kenapa mas tidak bilang dan menegur?
Kumohon bukalah sedikit hatimu untuk pengabdianku untuk menyempurnakan ibadahku di
dunia ini.”

Pada suatu sore, Bastian pulang mengajar dan kehujanan, sampai di rumah saat senja,
bibirnya pucat, perutnya belum terisi apapun kecuali segelas kopi yang dibuat Raihana tadi
pagi. Kemudian Raihana memandang Bastian dan berkata
Raihana : “Mas tidak apa-apa? Mas mandi dengan air panas saja, aku sedang merebusnya, 5
menit lagi mendidih.”
Bastian : (langsung melepas bajunya yang basah)
Raihana : “Mas, airnya sudah siap.”
Bastian : (langsung masuk ke kamar mandi tanpa membawa handuk, kemudian Raihana
menunggu di depan pintu kamar mandi dengan membawa sebuah handuk di tangannya)
Raihana : “Mas, aku buatkan wedang jahe.”
Bastian : (merasa mulas dan mual, dengan cepat aku berlari ke kamar mandi dan Raihana
mengejarku dan memijat pundakku)
Raihana : “Mas masuk angin? Biasanya kalau masuk angin diobati pakai apa? Balsem?
Minyak? Atau jamu?”
Bastian : “Biasanya dikerokin.”
Setelah itu, Bastian pun tidur

Babak 2
Dalam tidur aku bermimpi bertemu dengan Cleopatra yang mengundangku untuk makan malam
di istananya

Cleopatra : “Aku punya keponakan namanya Mona, nanti akan aku perkenalkan denganmu.”
Kemudian Bastian tiba-tiba terbangun karena istrinya
Raihana : “Mas bangun, sudah jam setengah 4, mas belum sholat isya. Maafkan aku mas,
membuat mas kurang suka, tetapi mas belum sholat isya.”

Bastian merasa sulit hidup bersama Raihana, dia tidak tahu darimana sulitnya.
Raihana : “Mas, nanti sore ada acara aqiqah di rumah Mia. Semua keluarga akan datang
termasuk ibumu. Kita diundang juga. Yuk kita datang bareng, tidak enak kalau kita yang dieluk-
elukan keluarga tidak datang.”
Tangan Raihana yang halus agak gemetar kemudian dia berkata
Raihana : “Maaf..maaf jika mengganggu mas, maafkan Hana. (beranjak meninggalkan
Bastian.)
Bastian : “Mbak! Eh maaf, maksudku D..Din..Dinda Hana!”
Raihana : “Ya Mas!”
Bastian : “Te.. terimakasih Di...Dinda, kita bareng berangkat bareng kesana ya!”
Raihana : “I...Iya mas, ibu pasti senang. Mau pakai baju yang mana mas? Atau Dinda saja
yang pilihkan?”

Di rumah Mia
Mia : “Selamat datang pengantin baru! Selamat datang pasangan paling ideal dalam keluarga!”
Bastian : “Ideal apanya! Apa karena aku lulusan Mesir dan Raihana lulusan terbaik kampus
dibilang ideal?”

Bastian pun pusing dengan sikapnya, ditambah lagi ibu dan mertuanya menyindir tentang
keturunan.
Ibu : “Sudah setahun putraku menikah, koq belum ada tanda-tanda ya, padahal aku kan
kepingin banget meminang cucu.”
Raihana : “Insya Allah tak lama lagi Ibu akan meminang cucu, mohon doakanlah kami.
Bukankah begitu, mas?” (merangkul tangan Bastian)

Babak 3
Setelah peristiwa itu, aku mencoba bersikap bersahabat dengan Raihana. Aku berpura-pura
kembali mesra dengannya, sebagai suami betulan. Jujur, aku hanya pura-pura. Sebab bukan atas
dasar cinta, dan bukan kehendakku sendiri aku melakukannya, ini semua demi ibuku.

Hari demi hari, tak terasa usia kehamilan Raihana memasuki bulan ke enam.
Raihana : “Mas, bolehkah Dinda untuk tinggal di rumah Ibu Dinda agar kesehatan bayi kita
terjaga?”
Bastian : “Baiklah, Dinda. Akan kuantar Dinda ke rumah Dinda.”

Sampai di rumah Ibu Dinda, mereka pun berpamitan. Saat berpamitan Dinda bicara sesuatu
ke Bastian.
Raihana : “Mas, untuk menambah biaya kelahiran anak kita, tolong nanti ambilkan tabunganku
yang ada di ATM. Dinda taruh di bawah bantal, nomor PINnya sama seperti tanggal pernikahan
kita.”

Setelah Raihana tinggal bersama ibunya, hari demi hari kujalani tanpa orang yang membuatku
tidak nyaman. Entah kenapa, kayaknya aku cuman repot. Suatu hari Bastian pulang dalam
keadaan kehujanan. Ia pun tersiksa karena tidak ada yang merawatnya seperti yang Raihana
lakukan.
Bastian : “Andai saja Raihana ada di sini, dia pasti sudah menyiapkan segalanya dan
merawatku ketika aku pulang.”

Hari sudah pagi, lintasan tentang Raihana pun hilang seiring perjalanan ke kampus untuk
pelatihan. Di sana, Ia berkenalan dengan profesor bahasa Arab, Pak Qalyubi, yang juga
lulusan Mesir. Di situlah Pak Qalyubi bercerita tentang penyesalannya menikah dengan gadis
Mesir.
Pak Qalyubi : “Gadis itu bernama Yasmin, dia merupakan gadis cantik tetapi kurang
pengalaman agamanya. Disaat tahun pertama menikah masih berjalan normal, tetapi setelah
beberapa tahun, saat bisnisku mulai bangkrut, dia tidak mau untuk di ajak hidup berhemat.
Hingga akhirnya ketika kami pulang ke Mesir, Yasmin berkata dia menyesal menikah dengan
orang Indonesia. Yang kemudian ia selingkuh dengan temannya. Dua bulan kemudian Yasmin
mengirim surat cerai serta undangan pernikahannya dengan temannya itu.”

Setelah mendengar cerita Pak Qalyubi, Bastian pun tersadar kalau dia memiliki istri yang
sholehah, sabar, dan tidak pernah meminta apapun. Yang istrinya minta hanyalah kasih sayang
sang suami. Bastian pun jadi teringat pesan istrinya, yaitu mengambil uang di tabungan untuk
biaya melahirkan.

Babak 4
Pulang dari pelatihan, aku menyempatkan ke toko baju muslim, aku ingin membelikannya
untuk Raihana, juga daster, dan pakaian bayi. Aku ingin memberikan kejutan, agar dia
tersenyum menyambut kedatanganku.

Bastian tidak langsung pergi ke rumah mertuanya, dia pergi ke kontrakannya dulu untuk
mengambil uang tabungan. Tetapi yang ia temukan hanya surat cinta berwarna merah jambu.
Surat itu berisi curahan hati Raihana kepada Allah yang telah membuat Bastian sadar
sehingga ia langsung buru-buru pergi ke rumah mertuanya.

Sesampainya di Rumah Mertua


Bastian : “Ma..Mana Raihana, Bu?”
Ibu Mertua : (menangis)
Bastian : “A..Ada apa Bu? A..Apa yang sebenarnya terjadi?”
Ibu Mertua : “Raihana....Istrimu....Istrimu dan anak yang dikandungnya! Dia telah tiada.
Istrimu meninggal seminggu yang lalu karena terjatuh di kamar mandi. Sebelum meninggal Ia
berpesan untuk memintakan maaf atas segala kekurangannya padamu.”
Bastian : (terkaget) “Ke....Kenapa Ibu tidak memberitahuku?”
Ibu Mertua : “Ketika Raihana dibawa ke rumah sakit, aku mengutus seseorang untuk
menjemputmu di kontrakan tapi tidak ada. Kami menghubungi kampus tetapi kamu sedang ikut
pelatihan, kami tidak mau mengganggumu. Jadi maafkanlah kami.”
Ibu Mertua mengajak Bastian mengunjungi makam Raihana di pinggir desa. Bastian
merasakan penyesalan yang luar biasa. Bastian baru saja menemukan cintanya terhadap
Raihana, tetapi belum sempat meminta maaf, Raihana sudah meninggalkannya. Sungguh,
Bastian benar-benar merasa Tuhan menghukumnya dengan penyesalan dan rasa bersalah
yang tak terkira.

Anda mungkin juga menyukai