Anda di halaman 1dari 12

Materi Sosiologi Kelas XI Semester 2

KONFLIK, KEKERASAN, & PERDAMAIAN


KONFLIK
Secara etimologis, kata konflik berasal dari bahasa Latin “con” dan “figere”. Kata
“con” memiliki arti bersama, sementara “figere” memiliki arti memukul. Dalam KBBI, arti
“konflik” didefinisikan sebagai percekcokan; perselisihan; pertentangan. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa konflik adalah sebuah kondisi saat ada dua atau lebih pandangan,
keinginan, kepercayaan, kepentingan, nilai, atau kebutuhan yang berbeda, berseberangan,
tidak sejalan, atau tidak selaras.

Dalam materi Sosiologi tentang konflik, kata ini lebih diartikan sebagai sebuah proses
sosial yang terjadi antara dua orang atau kelompok, yang berusaha saling menyingkirkan satu
sama lain dengan cara membuat seseorang atau kelompok lainnya tidak berdaya atau bahkan
dengan menghancurkan orang atau kelompok tersebut.

Konflik biasanya timbul dari adanya perbedaan-perbedaan dalam kehidupan, seperti


perbedaan fisik, kebudayaan, nilai, kepentingan, emosi, kebutuhan, atau pola-pola perilaku
antarindividu atau kelompok dalam masyarakat. Perbedaan-perbedaan dalam tersebut dapat
memuncak menjadi konflik sosial saat sistem sosial masyarakatnya tidak dapat
mengakomodasi perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat tersebut.

Seperti yang terjadi di sekitar kita, konflik memang tidak dapat dihindari dari
dinamika kehidupan sosial. Dalam teori konflik, kondisi masyarakat yang plural memang
akan terjadi ketidakseimbangan distribusi kekuasaan (authority), sehingga akan selalu ada
kelompok-kelompok sosial yang saling bersaing dalam merebut pengaruh dalam suatu
masyarakat.

Dari persaingan tersebut kemudian akan muncul kelompok yang paling berkuasa atas
kelompok-kelompok lainnya. Kelompok paling berkuasa dan berpengaruh biasanya bersifat
elit, sehingga dapat membuat peraturan-peraturan yang sifatnya lebih membela kepentingan
kelompoknya sendiri.

Peraturan-peraturan yang dibuat oleh kelompok yang berkuasa ini dapat berupa
hukum yang mengikat kelompok-kelompok sosial lainnya agar tetap patuh. Persaingan antara
dua atau lebih kelompok-kelompok sosial inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya
konflik sosial di masyarakat.
Pengertian Konflik Menurut Para Ahli

1. Alo Liliweri mendefinisikan konflik sebagai bentuk pertentangan alamiah yang


dihasilkan oleh individu atau kelompok karena mereka yang terlibat memiliki
perbedaan sikap, kepercayaan, nilai, atau kebutuhan.
2. De Moor berpendapat bahwa dalam suatu sistem sosial dapat dikatakan terdapat
konflik apabila para penghuni sistem tersebut membiarkan dirinya dibimbing oleh
tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang bertentangan dan terjadi secara besar-besaran.
3. Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubin menilai bahwa istilah “conflict” dalam bahasa
aslinya memiliki arti perkelahian, peperangan, atau perjuangan yang berupa
konfrontasi fisik antara beberapa pihak.
4. Lewis A. Coser menjelaskan bahwa konflik adalah sebuah perjuangan mengenai
nilai atau tuntutan atas status, kekuasaan, bermaksud untuk menetralkan,
mencederai, atau melenyapkan lawan.
5. M.Z. Lawang mendefinisikan konflik sebagai perjuangan untuk memperoleh nilai,
status, dan kekuasaan ketika tujuan pihak-pihak yang berkonflik tidak hanya
mendapatkan keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya.
6. Robert M. Z. Lawang berpandangan bahwa konflik adalah sebuah perjuangan
untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan, dan
sebagainya. Tujuan dari mereka berkonflik tidak hanya untuk memperoleh
kemenangan, tetapi juga untuk menundukkan pesaingnya atau lawannya.
7. Soerjono Soekanto mendefinisikan konflik sebagai suatu proses sosial orang per
orang atau kelompok manusia yang berusaha memenuhi kebutuhannya dengan
jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan.

Penyebab Konflik

Konflik dapat terjadi karena beberapa hal, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Adanya perbedaan sistem nilai dan sistem norma di antara kelompok-kelompok


sosial yang ada di masyarakat
2. Adanya perbedaan pandangan di antara dua orang atau lebih yang berkenaan
dengan persoalan prinsip
3. Adanya benturan kepentingan terhadap suatu hal atau objek yang sama
4. Adanya perselisihan paham yang menimbulkan emosi di antara kedua belah pihak
5. Adanya perbedaan kepentingan politik, baik yang bersifat lokal, nasional, ataupun
internasional

Bentuk-Bentuk Konflik

Sebagai bentuk interaksi sosial, konflik dapat memiliki berbagai bentuk. Berikut adalah
beberapa bentuk konflik yang sering terjadi di masyarakat:

1. Konflik Individu
Konflik ini terjadi saat ada benturan kepentingan, keinginan, kebutuhan,
tujuan hidup, pendirian, sikap, atau keyakinan antarindividu. Individu yang terlibat
konflik ini tidak melibatkan kelompok dan masyarakat, sehingga konflik yang terjadi
di antara mereka tidak menimbulkan konflik yang lebih besar seperti konflik
antarkelompok atau antargolongan.
Konflik individu juga dapat terjadi dalam diri seseorang saat ia harus
menjalankan peran yang dimilikinya. Saat seseorang menjalankan peran yang
dimilikinya, ia tidak berkonflik dengan orang lain, melainkan dengan dirinya sendiri.
Contoh konflik karena peran tunggal adalah saat seorang dokter terjun di
medan perang, ia memiliki sumpah dan kewajiban untuk menolong siapa saja yang
membutuhkan pertolongannya, sekalipun korban perang yang sedang ia tangani
berasal dari pihak musuh yang sudah menewaskan rekan dokternya.
Dalam kondisi ini, dokter tersebut merasakan konflik dalam dirinya saat
menolong korban perang tersebut sesuai dengan peran tunggalnya sebagai seorang
dokter.
2. Konflik Antarkelas atau Antargolongan Sosial
Menurut Karl Marx, masyarakat merupakan himpunan dari beberapa kelas dan
kelompok sosial yang memiliki kepentingan dan kebutuhan hidup masing-masing.
Perbedaan kepentingan dan kebutuhan inilah yang kemudian membuat kelas dan
kelompok acapkali terjebak dalam konflik.
Konflik yang terjadi di antara kelas sosial disebut sebagai konflik vertikal
karena kelas borjuis menduduki kelas sosial yang lebih tinggi dari kelas proletar.
Sementara konflik yang terjadi di antara kelompok sosial disebut konflik horizontal
karena kelompok-kelompok tersebut tidak berada dalam struktur yang berjenjang.
Contoh dari konflik antarkelas adalah konflik di antara kelas pemilik modal
(borjuis) dengan kelas buruh (proletar). Konflik ini berakar dari prinsip dan dasar
pemikiran ekonomis kelas borjuis yang berusaha menekan pengeluaran demi
mendapatkan keuntungan yang maksimal. Penerapan prinsip ini seringkali
mengorbankan kepentingan dan kebutuhan hidup kelas proletar karena buruh hanya
dianggap sebagai salah satu faktor dalam proses produksi.
Hak-hak para buruh seringkali tidak dihargai, seperti kesejahteraan sosial,
pelayanan kesehatan, cuti hamil untuk pekerja perempuan, kelayakan upah minimum,
keamanan dan keselamatan kerja, dan tunjangan pensiun. Saat keluhan para buruh
tidak dipenuhi, para buruh biasanya akan melakukan aksi mogok kerja atau aksi
demonstrasi untuk menuntut kepentingan yang mereka perjuangkan. Konflik
antarkelas ini akan semakin meningkat apabila kondisi ekonomi negara sedang
mengalami kemunduran karena perusahaan turut mengalami kemunduran, sementara
harga kebutuhan hidup meningkat dan para buruh menuntut peningkatan
kesejahteraan mereka.
Dalam konflik antargolongan sosial, kelompok-kelompok yang terlibat konflik
dapat terjadi secara terbuka maupun secara tertutup. Contoh dari konflik
antargolongan ini adalah konflik antara kelompok pecinta lingkungan dengan
kelompok perambah hutan, kelompok supir angkutan kota dengan kelompok supir
bus, konflik antara kelompok petani dengan kelompok pedagang. Konflik-konflik
tersebut lebih sering terjadi karena adanya perbedaan kepentingan.
3. Konflik Rasial
Pada dasarnya konflik rasial termasuk ke dalam konflik antargolongan karena
himpunan orang-orang yang memiliki ras sama merupakan salah satu jenis kelompok
sosial. Konflik rasial biasanya terjadi saat kedua kelompok ras yang berbeda
berselisih, baik karena adanya kepentingan ataupun perbedaan kebudayaan dan
perbedaan fisik di antara mereka.
Salah satu contoh konflik rasial adalah politik apartheid yang terjadi di negara-
negara Barat. Dalam politik ini, kelompok masyarakat berkulit putih merasa dirinya
lebih superior dibandingkan dengan kelompok masyarakat berkulit hitam.
Akibat dari perasaan superior masyarakat berkulit putih ini, masyarakat
berkulit hitam sering mengalami diskriminasi karena dianggap sebagai warga negara
kelas dua yang hak-haknya secara yuridis seringkali diabaikan.
4. Konflik Politik
Tak hanya terjadi pada antar golongan dan ras, dalam materi Sosiologi tentang
konflik, dibahas juga konflik yang terjadi karena politik. Karena, politik merupakan
salah satu sumber utama timbulnya konflik dalam masyarakat.
Konflik politik ini terjadi karena pada dasarnya politik adalah seni mengelola
kekuasaan, sehingga dalam konflik ini terjadi pertarungan yang berkutat mengenai
siapa yang memperoleh sesuatu, kapan diperoleh, dan bagaimana kekuasaan tersebut
dapat didapat, dipertahankan, dan diperebutkan.
Secara sederhana, konflik politik adalah pertentangan di antara dua orang atau
lebih (kelompok) dalam rangka memiliki kekuasaan dan pengaruh. Hal-hal yang
diperebutkan dalam konflik politik ini dapat berupa kekuasaan, pemegang rancangan
undang-undang, kebijakan, dan kekuasaan negara.
5. Konflik Internasional
Konflik internasional merupakan konflik yang melibatkan beberapa negara
dikarenakan perbedaan kepentingan di antara negara-negara yang terlibat konflik.
Dalam sejarah dunia, banyak sekali kasus konflik internasional yang berawal dari
konflik dua negara yang kemudian menjadi konflik internasional karena masing-
masing negara yang bertikai mencari dukungan negara-negara lainnya, yang memiliki
kepentingan yang sama mengenai masalah yang sedang terjadi. Contoh dari konflik
internasional ini adalah Perang Dunia I, Perang Dunia II, ataupun konflik antara
Palestina dengan Israel.

KEKERASAN

Kekerasan merupakan bentuk lanjutan dari konflik sosial. Dalam KBBI, entri
“kekerasan” didefinisikan sebagai perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan
cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang
lain. Bentuk kekerasan meliputi perkataan, tindakan, sikap, dan berbagai struktur atau sistem
yang dapat menyebabkan kerusakan pada diri seseorang (baik secara fisik atau mental) dan
lingkungan. Segala bentuk tindakan atau perkataan yang dapat menghalangi seseorang
menggali potensinya pun dapat disebut sebagai kekerasan.

Kekerasan dibagi menjadi dua bentuk, yaitu kekerasan langsung (direct violence) dan
kekerasan tidak langsung (indirect violence). Contoh dari kekerasan langsung adalah tindakan
mencelakai atau melukai orang dengan sengaja, membunuh, atau memperkosa. Sementara,
contoh dari kekerasan tidak langsung adalah tindakan-tindakan mengekang, memfitnah,
mengintimidasi, meneror orang lain, serta mengurangi atau meniadakan hak seseorang.

Konflik dan kekerasan memang dua hal yang berbeda, tetapi memiliki hubungan yang
tidak dapat dipisahkan, Pahamifren. Dari pengertian konflik yang merupakan perselisihan
atau persengketaan antara dua orang atau lebih yang kedua belah pihak tersebut memiliki
keinginan untuk saling menjatuhkan atau menyisihkan atau menyingkirkan atau
mengalahkan, konflik sebenarnya tidak perlu berwujud kekerasan.

Namun, kekerasan biasanya terjadi karena adanya konflik di antara dua orang atau
lebih. Kekerasan dapat terjadi saat kedua belah pihak, baik individu atau kelompok, tidak
dapat menyelesaikan konflik di antara mereka dan terbawa emosi untuk menyelesaikan
konflik dengan cara kekerasan.

Pengertian Kekerasan Menurut Para Ahli

Berikut adalah beberapa pengertian kekerasan menurut para ahli yang dapat membantu
pemahaman kamu mengenai kekerasan:

1. Black mendefinisikan kekerasan sebagai pemakaian kekuatan yang tidak adil dan
tidak dapat dibenarkan.
2. Colombijn mendefinisikan kekerasan sebagai perilaku yang melibatkan kekuatan fisik
dan dimaksudkan untuk menyakiti, merusak, atau melenyapkan seseorang atau
sesuatu.
3. James B. Rule berpendapat bahwa kekerasan merupakan manifestasi naluri bersama
atau gerakan naluri primitif yang merupakan kondisi-kondisi tindakan massa.
4. Abdul Munir Mulkhan mendefinisikan kekerasan sebagai sebuah tindakan fisik yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan untuk melukai,
merusak, atau menghancurkan orang lain atau harta benda dan segala fasilitas
kehidupan yang merupakan bagian dari orang lain tersebut.
5. Stuart dan Sundeen berpendapat bahwa perilaku kekerasan dan tindak kekerasan
merupakan ungkapan perasaan marah dan permusuhan yang mengakibatkan
hilangnya kontrol diri, yang mengakibatkan individu dapat berperilaku menyerang
atau melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.
6. Soerjono Soekanto mendefinisikan kekerasan sebagai penggunaan kekuatan fisik
secara paksa terhadap orang atau benda. Adapun kekerasan sosial adalah kekerasan
yang dilakukan terhadap orang atau barang karena orang atau barang tersebut
termasuk dalam kategori sosial tertentu.

Penyebab Kekerasan

Penyebab kekerasan ada bermacam-macam, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Individu tidak dapat mengendalikan emosi dirinya


2. Adanya permasalahan yang memancing permusuhan
3. Adanya prasangka buruk dari seseorang atau satu kelompok terhadap individu lainnya
atau kelompok lainnya
4. Adanya keinginan manusia dalam mendapatkan prestasi
5. Kontrol sosial yang sudah tidak berfungsi dalam mengendalikan persaingan yang
terjadi di masyarakat

Akibat Konflik dan Kekerasan

1. Perubahan kepribadian pada diri seseorang.


2. Semakin kuatnya rasa solidaritas kelompok (in-group feeling) atau retak dan
goyahnya suatu kelompok sosial.
3. Timbulnya korban jiwa serta hancurnya harta benda
4. Akomodasi, dominasi, serta takluknya salah satu pihak yang bertikai

PERDAMAIAN

Konflik dan kekerasan menimbulkan kondisi yang tidak menyenangkan bagi kedua
belah pihak, terutama bagi pihak yang mengalami kekalahan. Konflik dan kekerasan
mengakibatkan jatuhnya korban jiwa serta hancurnya harta benda di kedua belah pihak yang
bertikai.

Oleh karena itu, perdamaian menjadi hal yang sangat penting dalam dinamika
kehidupan sosial. Perdamaian merupakan istilah yang merujuk pada suatu kondisi yang
tenang, tidak adanya kekerasan, harmoni, keamanan, kerukunan, keserasian, dan adanya
saling pengertian di masyarakat.

Setiap manusia pasti mengharapkan kedamaian dan rasa aman, baik secara fisik
maupun jiwa, dalam hidupnya. Namun, dalam memahami perdamaian, perdamaian bukan
saja dinilai sebagai sebuah kondisi atau keadaan tanpa peperangan.
Perdamaian dapat terlihat melalui jalinan hubungan baik antar individu, antar
kelompok, antar lembaga, ataupun antarnegara yang mampu menghargai pluralitas dalam
masyarakat dan dunia, menghargai adanya keberagaman nilai, serta mendorong terjadinya
pengembangan potensi manusia secara utuh.

KONFLIK

Konflik berasal dari bahasa Latin yaitu conflitus (saling berbenturan, bertentangan,
berlawanan, ketidaksesuaian). Menururt M.Z. Lawang, konflik adalah perjuangan untuk
memperoleh nilai, status, dan kekuasaan ketika tujuan pihak-pihak yang berkonflik tidak
hanya mendapatkan keuntungan, tapi juga untuk menundukkan saingannya. Sementara,
Soerjono Soekanto mengungkapkan pendapatnya bahwa konflik yaitu suatu proses sosial
orang per orang atau kelompok manusia yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan
menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan. Berdasarkan
pengertian tersebut, dapat kita simpulkan bahwa konflik adalah bentuk interaksi sosial antara
satu pihak dengan pihak lain yang ditandai dengan adanya sikap saling mengancam,
menekan, hingga saling menghancurkan.

Penyebab Konflik

1. Perbedaan kebudayaan
2. Perbedaan individu
3. Perbedaan ideologi
4. Perbedaan kepentingan
5. Perubahan nilai-nilai sosial

Bentuk-Bentuk Konflik

Bentuk Konflik Sosial Secara Umum

1. Konflik Pribadi
Konflik ini terjadi dikarenakan ada dua individu yang mana sedang mengalami
sebuah masalah pribadi dan saling tidak ingin menyadari kesalahan masing-masing.
Dalam konflik pribadi, biasanya masing-masing individu akan berusaha untuk
mengalahkan lawannya.
2. Konflik Antar Kelas
Konflik yang terjadi antar kelompok ataupun individu yang memiliki masalah
dengan individu lainnya yang berada di kelompok (kelas) lainnya. Yang dimaksud
kelas disini dapat diartikan sebagai kedudukan seseorang ataupun kelompok di dalam
lingkungan masyarakat secara vertikal (kelas atas atau kelas bawah).
3. Konflik Politik
Konflik sosial yang terjadi pada dua kelompok atau individu yang satu sama
lainnya memiliki perbedaan serta pandangan berbeda mengenai prinsip dari masalah
ketatanegaraan yang akhirnya berdampak pada perselisihan pandangan. Konflik
politik ini bisa mengaitkan beberapa golongan-golongan tertentu dalam masyarakat
hingga negara.
4. Konflik Rasial
Konflik rasial merupakan konflik yang terjadi diantara kelompok ras yang
berbeda dikarenakan adanya kepentingan serta kebudayaan yang bertabrakan satu
sama lainnya.. Konflik ini biasanya terjadi karena salah satu ras yang merasa lebih
unggul dibandingkan dengan ras lainnya.
5. Konflik Internasional
Konflik internasional merupakan konflik yang terjadi dengan melibatkan
beberapa kelompok negara dikarenakan adanya perbedaan kepentingan di dalamnya.
Banyak sekali kasus konflik internasional yang terjadi berawal dari konflik dua
negara yang mana dikarenakan adanya masalah ekonomi dan politik. Lambat laun,
konflik yang terjadi diantara kedua negara ini berkembang dan menjadi konflik
internasional. Hal ini terjadi karena masing-masing negara mencari kawan sekutu
yang memiliki visi serta tujuan yang sama mengenai masalah yang sedang terjadi.
6. Konflik Antar Suku Bangsa
Konflik yang terjadi karena adanya perbedaan di dalam kehidupan
masyarakat, antara suku bangsa yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan yang
dimaksud adalah mulai dari abhasa daerah, adat istiadat, kesenian daerah, seni
bangunan rumah, serta tata susunan kekerabatan.
7. Konflik Antar Agama
Bentuk-bentuk konflik sosial antara agama ini merupakan konflik yang terjadi
pada pemeluk agama satu sama lainnya.

Bentuk Konflik Sosial Berdasar Sifat

1. Konflik Konstruktif
Konflik yang memiliki sifat fungsional yang terjadi dikarenakan adanya
perbedaan pemahaman dari individu ataupun kelompok saat menghadapi sebuah
permasalahan yang terjadi. Konflik konstruktif ini nantinya dapat menimbulkan
konsensus dari berbagai pemahaman serta mencitakan sebuah perbaikan. Sehingga
konflik ini nantinya akan memberikan nilai positif pada pengembangan organisasi
atau komunitas.
2. Konflik Destruktif
Konflik destruktif merupakan konflik yang terjadi karena adanya perasaan
yang kurang senang, benci, bahkan dendam dari indvidu atau kelompok kepada
pihak-pihak lainnya. Konflik destruktif menciptakan bentrokan-bentrokan fisik yang
membuat hilangnya harta benda hingga nyawa orang lain.

Bentuk Konflik Sosial Berdasar Posisi Pelaku Yang Terkait Konflik

1. Konflik Vertikal
Konflik vertikal adalah konflik yang terjadi diantara komponen masyarakat
yang berada di dalam sebuah pimpinan dengan karyawan yang ada di dalam kantor.
Konflik ini terjadi karena adanya jabatan yang berbeda.
2. Konflik Horizontal
Konflik horizontal merupakan konflik yang terjadi diantara individu ataupun
kelompok yang memiliki kedudukan yang hampir atau bahkan sama.
3. Konflik Diagonal
Konflik diagonal merupakan konflik yang muncul karena adanya
pengalokasian sumber daya yang tidak adil pada semua organisasi yang akhirnya
menyebabkan terjadinya pertentangan yang cukup ekstrim.

Bentuk Konflik Sosial Berdasar Sifat Pelaku Yang Berkaitan Dengan Konflik

1. Konflik Terbuka
Konflik terbuka merupakan konflik yang kejadiannya diketahui oleh banyak pihak
bahkan masyarakat umum.
2. Konflik Tertutup
Konflik tertutup merupakan konflik yang terjadi dan hanya diketahui oleh beberapa
pihak saja, yaitu individu atau kelompok yang terlibat dalam konflik tersebut.

Bentuk Konflik Sosial Berdasar Dengan Bentuk


1. Konflik Realistis
Merupakan konflik yang terjadi karena adanya rasa kekecewaan dari individu
atau kelompok tentang perkiraan keuntungan atau tuntutan yang ada dalam sebuah
lingkungan sosial.
2. Konflik Nonrealistis
Merupakan konflik yang didasarkan pada sebuah kebutuhan yang digunakan
untuk meredakan ketegangan, setidaknya dari salah satu pihak yang berkaitan.

Bentuk Konflik Sosial Berdasar Pendapat Ralf Dahrendorf

1. Konflik Peran, konflik yang terjadi di dalam sebuah peranan sosial. Konflik peran ini
merupakan kondisi dimana seseorang menghadapi berbagai harapan berbeda dengan
peranan yang dimilikinya.
2. Konflik antara kelompok sosial
3. Konflik antara kelompok yang sudah tergorganisis dengan kelompok yang tidak
terorganisir
4. Konflik antara satuan nasional

Dampak Konflik

 Dampak Positif
1. Memperjelas apek-aspek kehidupan
2. Adanya penyesuaian kembali norma-norma, nila-nilai, serta hubungan sosial
dalam kelompok
3. Jalan mengurangi ketegangan antar individu atau kelompok
4. Jalan untuk mengurangi atau menekan pertentangan yang terjadi dalam
masyarakat
5. Memunculkan kompromi baru
6. Berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan
dalam masyarakat
 Dampak Negatif
1. Retaknya persatuan kelompok
2. hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia
3. berubahnya sikap dan kepribadian individu yang mengarah pada hal yang bersifat
negatif
4. serta munculnya dominasi kelompok yang menang terhadap kelompok yang salah.
KEKERASAN

Kekerasan adalah sebuah aksi atau tindakan yang bertujuan untuk merusak,
mencederai, melukai, memusnahkan properti bahkan manusia. Kekerasan sendiri terbagi
menjadi dua yaitu kekerasan secara langsung (direct violence) dan kekerasan
struktural (structural violence). Kekerasan secara langsung tidak sekedar melakukan
kekerasan secara tangible, tapi lebih dari itu, yakni merupakan aksi yang bertujuan untuk
menciptakan hirarki dan hegemoni. Kedua adalah kekerasan struktural (structural
violence), yakni kekerasan yang diawali dari adanya perbedaan kelas dan posisi yang
menghegemoni dan dihegemoni sehingga memungkinkan terjadinya tindakan alienasi-
diskriminasi-eksploitasi-represi yang bertujuan untuk menjaga hirarki yang sudah ada oleh
kelompok yang berkuasa, maupun bertujuan untuk menghancurkannya oleh kelompok yang
tertindas Kekerasan struktural biasanya dilakukan oleh kelompok mayoritas atau yang
memegang kekuasaan sehingga di dalam penerapan kehidupan berbangsa dan bernegara
selalu memihak pada kelompok berkuasa/mayoritas dan mendiskriminasi kelompok yang
tertindas/minoritas.

Faktor Penyebab Kekerasan

1. Adanya prasangka buruk kepada pihak lain


2. Individu tidak dapat mengendalikan emosinya
3. Lahirnya permasalahan yang memancing permusuhan
4. Kontrol sosial sudah tidak berfungsi untuk mengendalikan persaingan yang terjadi
5. Adanya keinginan manusia untuk mendapatkan prestasi

PERDAMAIAN

Berbagai macam bentuk konflik dan kekerasan kemudian menjadi stimulan untuk
menerapkan metode-metode baru konsep perdamaian agar bisa menjawab tantangan yang
ada. Perdamaian adalah sebuah istilah/kata untuk menyebut suatu kondisi adanya harmoni,
kemanan (tidak terjadi perang), serasi, dan adanya saling pengertian. Perdamaian juga bisa
diartikan suasana yang tenang dan tidak adanya kekerasan

Anda mungkin juga menyukai