Anda di halaman 1dari 15

ANTROPOLOGI

KELAS A
PERKEMBANGAN
BAHASA BUGIS
KELOMPOK 2

AFIFA ANBAR SITI Alyssa - Akbar Maulana 017


PARADIPTA ALWIAH. A Tiffany 013
- Ahmad Nur fadli 027
PUTRI 055 041
Pengertian
Bahasa Bugis

Bahasa bugis merupakan salah satu Bahasa daerah di IIndonesia,


khususnya di Sulawesi Selatan. Bahasa Bugis memiliki aksara tersendiri
yang di sebut Lontarak. Lontarak adalah naskah klasik yang
mengilustrasikan kehidupan manusia di masa lalu terdapat tiga
Lontarak yang dijumpai di Sulawesi Selatan, yaitu Lontarak Pasang,
Attoriolong, dan Pau-Pau Rikadong, yang ketiganya memiliki isi yang
berbeda-beda.
New York 4.496KM

Sydney 12.073KM

Manila 11.759KM

Paris 9.
088KM

Bahasa Bugis sampai saat ini masih tetap merupakan alat


komunikasi sehari-hari yang penting di Sulawesi Selatan. (
Maros, Pangkep, Barru, Pinrang, Enrekang, Wajo, Bone dan
Sinjai' dan sebagainya. )
Pengertian Lontarak
Jenis Jenis Lontarak
Lontarak adalah naskah kuno yang Lontarak Pasang, Attoriolong,
berisi kesusatraan suci, mantra Pau Pau ri Kadong
mantra, dan kepercayaan mitologis
1. Sejarah Bahasa
Bugis
Pada mulainya mereka menulis diatas daun lontar
yang tajam, seperti pisau ( cobbok ). Di sulsel
terdapat dua macam huruf yang pernah dipakai
secara bersamaan yang pertama huruf segi empat
( hurufu sulapak eppa ) dan yang kedua itu huruf
burung burung ( huruf jangan jangan )
Dalam naskah Mitologi Galigo tradisi tulis ( sekitar abad
ke 163 ) sudah mulai sebelum Islam menjadi Agama
kerajaan di Sulawesi selatan

Lalu setelah Islam menjadi Agama resmi di SulSel tradisi


tulis mulai berkembang dengan penulisan naska-naskah
( Bahasa Arab maupun Bahasa Bugis )
2. Perkembangan Aksra Lontarak

Lontarak adalah manuskrip yang aslinya


ditulis dengan alat yang tajam diatas daun
lontar, kemudian di bubuki dengan cairan
warna hitam pada bekas goresan itu namun
setelah ditemukan kertas sebagai alat tempat
menulis maka daun lontar diganti, tetapi
nama Lontara masih tetap terpakai.
Sistem aksara Lontarak terdiri atas 23 tanda
bunyi yang biasa disebut " ina surek " ( induk
huruf ) dan tanda-tanda yang dapat
menyimbulkan fariasi bunyi yaitu " anak surek
". 23 tanda bunyi " ina surek " adalah:
ke lima " anak surek " ditempatkan pada poposi berikut:
Dalam buku Sejarah Gowa ditemukan satu kalimat

bahwa perlunya diceritakan raja-raja ( Gowa ) purbalaka, supaya anak cucunya dapat
mengenal mereka. "Iangku mabassung, iangku maweke-weke angngrangi, ambilang-
bilangi karaeng rioloa, lulu gulang-gulanga, assi palakkaya, bulaeng napaninga, ratu
sikolaka, nikamallakannaji nikaluppai riana’na, ricucunna, ritubokonna; kapunna
taniasseng, ruai kodina, kisa’ringkai kalenta karaengdudu, nakanaka tau ipantaraka tau
bawang-dudu”” “Moga-moga janganlah saya menjadi busung, moga-moga janganlah
saya binasa menyebut, menghitung-hitung raja-raja purbakala, isi ”gulang-gulanga”, isi
”palakkaya”, emas dilebur mata utama rantai, hanya karena dikawatirkan agar mereka
jangan dilupakan oleh anaknya, cucunya, dan keturunannya (maka kulakukannya), karena
bila (mereka) tidak diketahui, dua keburukannya; atau kita merasa diri kita maharaja
(terlalu meninggi-ninggikan keturunan), atau orang lain menyangka kita orang hina
(karena tidak kenal sejarah Raja-Rajanya atau tidak berketurunan Raja”.
Selain itu terdapat penggunan istilah Lontarak
dengan rangkaian kata yang berbeda juga digunakan,
seperti "te'napa lontara, nipailalang lontarak, nipari lontarak dan palontarak."
Hal ini dapat dilihat penggunaan kata Lontarak dengan kata lain, misalnya kata
nipailalang lontarak: " teai nipailalang lontarak kana-kanaya ri bunduka: iaji
niparilontarak makbunduna " " yang ditulis didalam lontarak bukan urain tentang
peperangan tetapi peperangan, tetapi yang ditulis dalam lontarak adalah hanya hal-hal
peperangan
2. Uapaya pembinaan Bahasa Bugis

1. Pengajaran Bahasa Bugis sebagai muatan lokal


2. Pemasyarakatan Bahasa Bugis

Langkah straegisnya, antara lain :


1. penerbitan berbahasa daerah bugis
2. pembacaan berita dalam bahasa bugis
( TVRI atau RRI )
3. Siaran radio swasta dengan menggunakan pengantar bahasa bugis
4. Penulisan nama-nama jalan menggunakan huruf lontarak
3. Kedudukan dan fungsi Bahasa Bugis

Berkedudukan sebagai Bahasa daerah yang bergungsi


sebagai:
1. lambang kebanggaan daerah
2. lambang identitas daerah
3. alat perhubungan didalam keluarga dan masyarakat daerah
4. sarana pendukung budaya daerah dan bahasa Indonesia
5. pendukung sastra daerah dan sastra Indonesia.
Terima kasih!
Sekian presentasi dari kelompok kami jika
ada kesalahan atau kekurangan itu semata
mata dari kami dan jika ada manfaat yang
dapat diambil itu yang kami inginkan
sekian.

Anda mungkin juga menyukai