Anda di halaman 1dari 6

UAS

PRAKTIKUM DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR


Disusun untuk memenuhi UAS mata kuliah Praktikum Diagnosis Kesulitan Belajar
diampu oleh Dona Fitri Annisa, M.Pd., M.Pd.

Oleh:

Nurul Qomariah
NIM 20010203
A2 BK 2020

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILIWANGI

2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
C. Tujuan........................................................................................................................
BAB II LANDASAN TEORETIS.................................................................................
A. Pengertian Disleksia dan............................................................................................
B. Karakteristik Disleksia dan........................................................................................
C. Faktor Penyebab terjadinya Disleksia dan.................................................................
BAB III IDENTIFIKASI KASUS................................................................................
A. Deskripsi Konseli.......................................................................................................
1............................................................................................................................Ide
ntitas Konseli.............................................................................................................
2............................................................................................................................Lat
ar Belakang Konseli ..................................................................................................
B. Deskripsi Masalah Konseli.......................................................................................
BAB IV LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN KASUS....................................
1. Diagnosis...............................................................................................................
2. Prognosis...............................................................................................................
3. Penanganan............................................................................................................
4. Langkah-LangkahTreatment.................................................................................
5. Tindak Lanjut........................................................................................................

BAB V PENUTUP..........................................................................................................

1. Kesimpulan............................................................................................................
2. Saran......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
D. Latar Belakang
E. Rumusan Masalah
F. Tujuan
BAB II

LANDASAN TEORETIS

D. Pengertian Disleksia dan


E. Karakteristik Disleksia dan
F. Faktor Penyebab terjadinya Disleksia dan
BAB III
IDENTIFIKASI KASUS
C. Deskripsi Konseli
3. Identitas Konseli
4. Latar Belakang Konseli
D. Deskripsi Masalah Konseli
BAB IV
LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN KASUS
6. Diagnosis
7. Prognosis
8. Penanganan
9. Langkah-LangkahTreatment
10. Tindak Lanjut

BAB V

PENUTUP

3. Kesimpulan
4. Saran
5. Identifkasi kasus
Identifikasi kasus dilakukan untuk menentukan siswa yang menghadapi masalah. Setelah
melalui wawancara dengan guru kelas dapat disimpulkan bahwa memang benar ada siswa
yang mengalami kesulitan belajar membaca (disleksia) di kelas VII. Siswa tersebut
berinisial D berjenis kelamin laki-laki.
6. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah dilakukan untuk menemukan jenis dan karakteristik masalah. D
mengalami kesulitan belajar membaca (disleksia), tetapi juga kesulitan dalam menulis. D
merupakan siswa pemalu. D tidak mampu mengingat kata yang sudah dibaca atau mudah
lupa, sulit membedakan bunyi/huruf b dan d, p dan q, huruf z, j, dan g sering ditulis
terbalik, sulit melafalkan kata, dan adanya pengurangan huruf dalam kata. Pada saat
pengamatan di kelas, D jarang memperhatikan dan D berkonsentrasi hanya di awal saja.
Saat guru memberikan pertanyaan D tidak mau menjawab dan diam saja serta tidak mau
bertanya.
7. Diagnosis
Tahap ini menentukan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya masalah. Menurut Frith
(dalam Nofitasari, Ernawati, dan Warsiyanti, 2016) menjelaskan beberapa faktor
penyebab dari disleksia, yaitu:
a. Biologis, yaitu riwayat keluarga yang pernah mengalami disleksia, kehamilan yang
bermasalah, serta masalah kesehatan yang cukup relevan.
b. Kognitif, yaitu pola artikulasi bahasa dan kurangnya kesadaran fonologi pada
individu yang bersangkutan.
c. Perilaku, yaitu masalah dalam hubungan sosial, stres yang merupakan implikasi dari
kesulitan belajar, serta gangguan motorik.
8. Prognosis
Jika dilihat dari permasalahan yang terjadi pada kasus tersebut, maka masih ada
kemungkinan untuk ditolong dan diatasi, yaitu dengan melakukan layanan konseling
individu dengan Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT). Pendekatan ini
merupakan pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara
perasaan dan tingkah laku serta pikiran. Pendekatan ini mengubah pikiran konseli agar
membiarkan pikiran irasionalnya atau belajar mengantisipasi konsekuensi dari tingkah
laku itu sendiri. Selain dengan proses konseling dengan pendekatan yang dilakukan, hal
lain yang dapat membantu dalam mengatasi disleksia adalah dengan penggunaan metode
pembelajaran multi-sensory. Dengan metode ini, anak akan diajarkan mengeja tidak
hanya berdasarkan apa yang didengarnya lalu diucapkan kembali, tetapi juga
memanfaatkan kemampuan memori visual serta sentuhan. Cara ini dilakukan untuk
memungkinkan terjadinya asosiasi antara pendengaran, penglihatan, dan sentuhan
sehingga mempermudah otak bekerja mengingat kembali huruf-huruf.
9. Penanganan (treatment)
Salah satu penanganan yang dapat dilakukan oleh guru BK yaitu mengumpulkan data
siswa yang diperoleh dari wali kelas/guru mata pelajaran. Kemudian, guru BK melakukan
layanan konseling individu menggunakan pendekatan REBT dan alternatif lain yaitu
metode pembelajaran multi-sensory.
Berikut tahapan proses konseling individu menggunakan pendekatan REBT, yaitu:
a. Tahap 1, proses dimana konseli diperlihatkan dan disadarkan bahwa konseli tidak
logis dan irasional. Dalam proses ini konselor membantu konseli memahami
bagaimana dan mengapa konseli dapat menjadi irasional.
b. Tahap 2, pada tahap ini konseli dibantu untuk yakin bahwa pemikiran dan perasaan
negatid tersebut dapat ditantang dan diubah menggunakan berbagai teknik-teknik
yang ada pada pendekatan REBT untuk membantu konseli mengembangkan pikiran
rasional.
c. Tahap 3, tahap ini konseli dibantu secara terus menerus untuk mengembangkan
pikiran rasional sehingga konseli tidak terjebak pada masalah yang disebabkan oleh
pemikiran irasional.

Adapun metode pembelajaran multi sensory yang dimana metode ini ada dua macam,
yaitu yang dikembangkan oleh Fernald dan Gillingham. Metode Fernald dilakukan
dengan melatih peserta didik untuk membaca secara utuh, yaitu kata yang dipilih dari
cerita yang dibuat peserta didik sendiri. Metode ini mencakup empat tahapan sebagai
berikut:

a. Peserta didik memilih materi atau kata-kata yang akan dipelajarinya, sementara
konselor menuliskan kata tersebut dengan huruf berukuran besar, selanjutnya peserta
didik menelusuri kata tersebut dengan jarinya.
b. Peserta didik belajar dengan melihat kata yang ditulis konselor, mengucapkan, dan
menyalinnya.
c. Konselor tidak lagi menuliskan kata, karena peserta didik belajar membaca dari kata-
kata yang sudah dituliskan tersebut.
d. Peserta didik sudah mampu mengenali kata-kata baru dengan membandingkannya
dengan kata-kata yang sudah dipelajarinya.

Sedangkan metode gillingham sangat terstruktur dan berorientasi pada kaitan antara
bunyi dan huruf. Setiap huruf diajarkan dengan multisensori, sebagai contoh kartu huruf
dengan warna berbeda, misalnya hitam untuk konsonan dan putih untuk vokal, serta
setiap kartu memuat satu huruf dalam membentuk kata kunci beserta gambar. Metode
Gillingham dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Kartu huruf ditunjukkan kepada peserta didik. konselor mengucapkan nama


hurufnya, sedangkan pesrta didik mengulanginya berkali-kali. Jika peserta didik
sudah menguasai, konselor menyebutkan bunyinya, dan peserta didik
mengulanginya.
b. Tanpa menunjukkan kartu huruf, konselor mengucapkan bunyi sambil menanyakan
pada peserta didik huruf apakah yang menghasilkan bunyi tertentu.
c. Secara pelan-pelan, konselor menuliskan huruf dan menjelskan hurufnya. Peserta
didik menelusuri huruf dengan jarinya, menyalinnya dan menuliskannya di udara,
dan menyalinnya tanpa melihat contoh, kemudian konselor memerintahkan peserta
didik untuk menuliskan huruf yang menghasilkan bunyi tertentu.
d. Setelah menguasai beberapa huruf, peserta didik mulai dapat diajarkan merangkai
huruf menjadi kata.
10. Tindak lanjut (follow up)
Setelah selesai melakukan layanan konseling individu pendekatan REBT dan metode
pembelajaran multi sensory, tindak lanjut yang akan diterapkan adalah bekerja sama
dengan wali kelas/guru mata pelajaran, apakah peserta didik tersebut terdapat perubahan
atau tidak. Selain itu, guru BK/konselor menyarankan kepada guru mata pelajaran agar
menggunakan metode dan media pembelajaran yang menarik agar siswa dapat fokus dan
berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran dikelas, memberikan motivasi dan support
kepada siswa agar lebih termotivasi sehingga bersungguh-sungguh dalam belajar, serta
mengingatkan kepada orang tua siswa untuk mengawasi perkembangan anaknya dan
membiasakan siswa untuk latihan membaca dan menulis terus.

Anda mungkin juga menyukai