Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJRAN DISCOVERY


LEARNING

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran, Dosen


Pengampu:

Dr. H. Syamsul Ghufron, M.Si

NPP : 19051259

Disusun Oleh

Kelompok 1/ PGSD A:

1. Moh. Hasbi Ash Shidieqii (4130021001)


2. Putri Lestari Wulandari (4130021015)
3. Putri Lailatul Aisah (4130021029)
4. Selma Tijany F (4130021045)
5. Dida Nur Azizah (4130021059)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik, hidayah
serta inayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan lancar. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi agung
Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Implementasi Strategi Pembelajran
Discovery Learning”.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Strategi Pembelajaran dan dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Namun, penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis menerima
segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
Permohonan maaf kami ucapkan apabila terdapat kesalahan pada makalah yang
kami tulis ini.

Penulis berharap karya tulis ini berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan penulis. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah
ini terdapat banyak kekurangan dikarenakan kurangnya pengetahuan penulis.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Konsep Strategi Discovery Learning............................................................3
B. Karakteristik Strategi Discovery Learning...................................................4
C. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Discovery Learning.............................5
D. Sintaks Pembalajaran Strategi Diacovery Learning......................................6
E. Pembelajaran Matematika dengan Strategi Discovery Learning..................8
F. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Strategi Discovery Learning.......10
G. Pembelajaran IPA dengan Strategi Discovery Learning.............................12
H. Pembelajaran IPS dengan Strategi Discovery Learning.............................14
I. Pembelajaran PKN dengan Strategi Discovery Learning...........................16
BAB III PENUTUP...............................................................................................19
A. Kesimpulan.................................................................................................19
B. Saran............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Didalam proses pembelajaran sering kali siswa bersifat pasif selama
proses belajar mengajar berlangsung. Tak hanya itu seringkali siswa juga
mengalami rasa jenuh selama proses pembelajaran. Siswa yang kejenuhan
belajar, menyebabkan kemampuan berpikirnya tidak bekerja sebagaimana yang
diharapkan, atau dalam kemajuan belajarnya seakan-akan jalan di tempat. Oleh
karena itu diperlukan adanya strategi pembelajaran yang baik guna
menghilangkan rasa jenuh siswa serta menjadikan siswa lebih aktif selama
proses belajar mengajar.
Tujuan Strategi pembelajaran yaitu menciptakan kondisi pembelajaran
yang kondusif, menyenangkan, dinamis, dan sistematis sehingga siswa aktif
mengikuti proses pembelajaran dan mudah mencapai tujuan pembelajaran yang
ditetapkan secara efektif dan efisien. Salah satu strategi pembelajaran yang
tepat adalah strategi discovery learning.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Konsep Strategi Discovery Learning?
2. Bagaimana Krakteristik Strategi Discovery Learning?
3. Bagaimana kekurangan dan kelebihan Strategi Discovery Learning?
4. Bagaimana Sintaks Pembalajaran Strategi Diacovery Learning?
5. Bagaimana Pembelajaran Matematika dengan Strategi Discovery
Learning?
6. Bagaimana Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Strategi Discovery
Learning?
7. Bagaimana Pembelajaran IPA dengan Strategi Discovery Learning?
8. Bagaimana Pembelajaran IPS dengan Strategi Discovery Learning?
9. Bagaimana Pembelajaran PKN dengan Strategi Discovery Learning?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui Konsep Strategi Discovery Learning
2. Untuk mengetahui Krakteristik Strategi Discovery Learning

1
3. Untuk Mengetahui kekurangan dan kelebihan Strategi Discovery
Learning
4. Untuk mengetahui Sintaks Pembalajaran Strategi Diacovery Learning
5. Untuk mengetahui Pembelajaran Matematika dengan Strategi
Discovery Learning
6. Untuk mengetahui Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Strategi
Discovery Learning
7. Untuk mengetahui Pembelajaran IPA dengan Strategi Discovery
Learning
8. Untuk mengetahui Pembelajaran IPS dengan Strategi Discovery
Learning
9. Untuk mengetahui Pembelajaran PKN dengan Strategi Discovery
Learning

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Strategi Discovery Learning
Discovery learning merupakan metode memahami konsep, arti, dan
hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan. Model pembelajaran Discovery menurut brunner dalam suherti
(2017:53) ialah “pembelajaran yang bertujuan memperoleh pengetahuan
dengan suatu cara yeng dapat melatih kemampuan intelektual para siswa serta
merangsang keingintahuan mereka dan memotivasi kemampuan mereka”.
Dalam konsep belajar, strategi discovery learning merupakan
pembentukan kategori atau konsep yang dapat memungkinkan terjadinya
generalisasi. Sebagaimana teori Bruner tentang kategorisasi yang tampak
dalam discovery, bahwa discovery adalah pembentukan kategori atau lebih
sering disebut sistem coding. Pembentukan kategori dan sistem coding
dirumuskan demikian dalam arti relasi (similaritas&difference) yang terjadi di
antara objek dan kejadian Bruner menjelaskan dalam pembentukan konsep
merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses
berpikir yang berbeda pula.
Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus
berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkatan
perkembangan kognitif peserta didik. Manipulasi bahan pelajaran memiliki
tujuan untuk memfasilitasi kemampuan peserta didik dalam berpikir sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Menurut Bruner, perkembangan kognitif
seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara
lingkungan, yaitu enactive, iconic dan symbolic. Pada tahap enactive,
seseorang melakukan aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan
sekitarnya, artinya dalam memahami dunia sekitarnya, anak menggunakan
pengetahuan motorik seperti melalui gigitan, sentuhan, pegangan dan
sebagainya. Kemudian pada tahap iconic, seseorang memahami objek atau
dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal, artinya dalam
memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan
perbandingan. Dan pada tahap symbolic, seseorang telah mampu memiliki ide-
ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya
dalam berbahasa dan logika.
Pada akhirnya Bruner menjelaskan yang menjadi tujuan dalam strategi
discovery learning adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada
muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historin dan
ahli matematic. Melalui kegiatan tersebut peserta didik akan menguasainya,
menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.

3
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi,
asumsi pertama ialah perolehan pengetahuan merupakan suatu proses
interaktif. Berlawanan dengan para penganut teori perilaku, Bruner yakin
bahwa orang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif,
perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan, tetapi juga dalam orang itu
sendiri. Asumsi kedua ialah orang mengonstruksi pengetahuannya dengan
menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang
diperoleh sebelumnya, suatu model alam.
Melalui mode pembelajaran Discovery Learning ini siswa diajak untuk
menemukan sendiri apa yang dipelajari kemudian mengkonstruk pengetahuan
itu dengan memahami maknanya. Dalam model ini guru hanya sebagai
fasilitator. Model Discovery Learning membiarkan siswa-siswa mengikuti
minat mereka sendiri untuk mencapai kompeten dan kepuasan dari
keingintahuan mereka.
B. Karakteristik Strategi Discovery Learning
Pembelajaran discovery learning menurut Syah (2004) terdiri dari 6
karakteristik yaitu stimulation, problem statement, data collection, data
processing, verification, dan generalization.Pada tahap stimulation (pemberian
rangsangan), menurut Taba (Muhammad dan Junimar, 1990:198) mulanya
siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian
dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. Disamping itu guru memulai kegiatan pembelajaran
dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar
lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi
belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam
mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan
menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang
mendorong eksplorasi. Pada tahap problem statement (identifikasi masalah),
guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis yang menjadi jawaban
sementara atas pertanyaan masalah. Pada tahap data collection(pengumpulan
data), siswa melakukan eksplorasi untuk mengumpulkan (collection) berbagai
informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara
dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya yang relevan
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.

4
Pada tahap data processing (pengolahan data), siswa mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh baik melalui kajian literatur, wawancara,
observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informasi hasil bacaan,
wawancara, observasi, dan sebagainya diolah,diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan
pada tingkat kepercayaan tertentu. Pada tahap verification (pembuktian), siswa
melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan
hasil data processing. Verification menurut Bruner (1966), bertujuan agar
proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Pada tahap generalization (menarik kesimpulan), siswa menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari
generalisasi.
C. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Discovery Learning
Menurut Wilcox (Slavin, 1977), dalam pembelajaran dengan penemuan
siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka
sendiri dengan konsepkonsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa
untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan
mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Beberapa
kelebihan dari pembelajaran dengan discovery learning adalah memaksa siswa
untuk memanipulasi lingkungan dan menghasilkan ide-ide baru (Treffinger,
1980), merangsang rasa ingin tahu dan memotivasi siswa untuk menemukan
solusi (Bruner, 1966), mengharuskan siswa untuk menganalisis dan
memanipulasi informasi daripada sekedar menerima informasi (Bruner, 1966)
dan siswa memperoleh keterampilan investigasi dan reflektiffyang dapat
digeneralisasi dan diterapkan dalam konteks lain (Westwood, 2008).
Di sisi lain, kekurangan dari discovery learning adalah proses
penemuan dapat memakan waktu yang lama, untuk mendapat suatu informasi
proses pembelajaran dengan penemuan memakan waktu lebih lama daripada
pembelajaran langsung; discovery learning membutuhkan lingkungan belajar
yang kaya sumber daya; belajar yang efektif pada discovery learning biasanya
tergantung pada siswa yang memiliki keaksaraan memadai, berhitung,
kemampuan belajar mandiri dan self-manajemen siswa mendapat nilai rendah
dari kegiatan penemuan jika mereka tidak memiliki pengetahuan dasar yang
memadai untuk menafsirkan penemuan mereka secara akurat dan guru
mungkin tidak memantau kegiatan secara efektif, sehingga tidak mampu

5
memberikan dorongan individu dan bimbingan (scaffolding) yang sering
dibutuhkan oleh siswa (Westwood, 2008)
D. Sintaks Pembalajaran Strategi Diacovery Learning
Model pembelajaran Discovery Learning berpengaruh signifikan
terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Hal ini dikarenakan dosen
meletakkan pijakan kognitif berpikir kritis pada sintaks pembelajaran
Discovery Learning yang pertama yaitu stimulasi. Stimulasi pada tahap ini
berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantupeserta didikdalam mengeksplorasi bahan
(Sinambela, 2013). Kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang dapat
diasah pada tahap stimulasi yaitu kemampuan merumuskan masalah,
memberikan argumen, dan melakukan evaluasi.Stimulasi yang diberikan
berupa penayangan video trailler film Before The Flood. Trailer film
Before The Floodini berisi tentang dokumentasi berbagai bentuk pemanasan
global dan dampak yang ditimbulkan di berbagai wilayah di dunia. Stimulasi
hampir sama dengan aktivasi yang berfungsi sebagai pijakan kognitif
untuk
Sintaks pembelajaran kedua yaitu identifikasi masalah. Mahasiswa
diberi kesempatan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin kejadian-
kejadian dari masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara
atas pertanyaan masalah), (Sinambela, 2013). Kemampuan berpikir kritis
yang dapat ditingkatkan pada sintaks ini adalah kemampuan mahasiswa
dalam merumuskan masalah, memberikan argumen, dan melakukan
deduksi. Mahasiswa secara berkelompok merancang permasalahan terkait
dengan pemanasan atmosfer. Mahasiswa secara berkelompok juga
merumuskan hipotesis kelompoknya terkait permasalahan pemanasan
atmosfer.
Sintaks pembelajaran ketiga yaitu pengumpulan data. Kegiatan
pengumpulan data berfungsi untuk menjawabpertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian,peserta
didikdiberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang
relevan, membaca sumber belajar, mengamati objek, wawancara dengan
narasumber, melakukan uji coba sendiri dankegiatan lainnya yang relevan
(Sinambela, 2013). Kegiatan pengumpulan data dilakukan dalam rangka
meningkatkan indikator kemampuan berpikir kritis yaitu kemampuan
mahasiswa dalam memberikan argumen, melakukan induksi, melakukan
evaluasi, memutuskan dan melaksanakan.Mahasiswa secara berkelompok
mengumpulkan berbagai data terkait permasalahan dan hipotesis yang dibuat
pada masing-masing kelompok. Pengumpulan data dilaksanakan dengan

6
mencari berbagai referensi yang ada baik berupa jurnal, buku bacaan,
maupunartikel ilmiah lainnya. Perancangan hipotesis dan permasalahan
yang telah disusun oleh mahasiswa kemudian dicarikan berbagai
sumber referensi untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis tersebut.
Mahasiswa membagi kelompoknya untuk mencari berbagai referensi baik
secara onlinemaupun cetak. Pembagian tugas dilakukan oleh ketua
kelompok pada masing masing kelompok yang dibentuk.
Sintaks pembelajaran keempat yaitu pengolahan data. Syah (2004)
berpendapat bahwa pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data
dan informasi yang telah diperoleh baik melalui wawancara, observasi,
dan sebagainya kemudian ditafsirkan. Kegiatan pengolahan data ini dapat
meningkatkan beberapa indikator kemampuan berpikir kritis mahasiswa
yaitu kemampuan memberikan argumen,melakukan deduksi, melakukan
induksi, melakukan evaluasi, memutuskan dan melaksanakan.Mahasiswa
secara berkelompok melakukan pengolahan data dengan menyeleksi
berbagai referensi yang ditemukan oleh anggota kelompok. Proses
pengolahan data dalam kelompok memerlukan kemampuan berpikir kritis.
Berpikir kritis dalam pembelajaran sangat diperlukan untuk memperoleh
dan mengolah informasi secara tepat dari berbagai sumber (Alfi, 2016).
Hasil temuan yang diperoleh masing-masing anggota kelompok kemudian
didiskusikan dalam kelompok.
Sintaks pembelajaran kelima yaitu kegiatan verifikasi data. Pada tahap
ini dilakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan sebelumnya dengan beberapa fenomena
yang sudah diketahui, dihubungkan dengan hasil data processing(Syah, 2004).
Kegiatan ini sejalan dengan upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis
mahasiswa yaitu kemampuan melakukan induksi, melakukan evaluasi,
memutuskan dan melaksanakan.Kegiatan verifikasi data ini dilaksanakan
untuk mengujikebenaran dari hipotesis penelitian yang telah dirancang
oleh masing-masing kelompok. Verifikasi data juga ditunjang oleh hasil
pengumpulan data dan pengolahan data yang telah dilaksanakan oleh
masing-masing kelompok pada langkah sebelumnya. Verifikasi data
dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai temuan, referensi maupun
hasil penelitian terkait yang berhubungan dengan permasalahan kelompok.
Sintaks pembelajaran keenam yaitu generalisasi. Tahap generalisasi
atau menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang
dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau
masalah yang sama, dengan memerhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004).
Kegiatan ini sejalan dengan upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis
mahasiswa yaitu indikator memberikan argumen, melakukan induksi,
melakukan evaluasi, memutuskan dan melaksanakan.Mahasiswa secara

7
bersama-sama dengan dosen menyimpulkan hasil pembelajaran.
Kesimpulan hasil pembelajaran yang dilakukan berdasarkan hasil diskusi,
permasalahan pemanasan atmosfer dan hipotesis masing-masing kelompok.
Masing-masing mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengacungkan
tangan dan menyampaikan argumen terkait kesimpulan pembelajaran yang
telah diberikan pada masalah pemanasan atmosfer.
E. Pembelajaran Matematika dengan Strategi Discovery Learning
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : 1/1
Materi : Mengenal Bangun Datar dan Bangun Ruang
Alokasi Waktu : 2 JP (2 kali pertemuan) 2 x 60
Kompetensi Inti
1. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah.
2. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat,
dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
Kompetensi Dasar
1.1 Mengenal bangun ruang dan bangun datar dengan menggunakan
berbagai benda konkret.
1.2 Mengelompokkan bangun ruang dan bangun datar berdasarkan sifat
tertentu dengan menggunakan berbagai benda konkret.
Indikator
1.1.1. Mengidentifikasi benda yang berbentuk bangun datar dan bangun
ruang.
1.1.2. Menunjukkan benda-benda yang berbentuk bangun datra dan
bangun ruang.
1.1.3. Mengelompokkan benda-benda yang berbentuk bangun datar dan
bangun ruang.
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengidentifikasi benda yang berbentuk bangun datar dan
bangun ruang.

8
2. Siswa dapat menunjukkan benda-benda yang berbentuk bangun datar
dan bangun ruang.
3. Siswa dapat mengelompokkan benda-benda yang berbentuk bangun
datar dan bangun ruang.
Strategi Pembelajaran
Discovery Learning
Kegiatan Pembelajaran
Pembukaan sekitar 15 menit (salam, berdoa yang dipimpin ketua kelas,
presensi kehadiran siswa dengan cara guru memanggil nama siswa satu
per satu kemudian siswa mengangkat tangan sebagai bukti kehadiran).
Kegiatan Inti
1. Stimulation (Pemberian Rangsangan) - 10 menit
Mengajak siswa menyanyikan lagu “Topi Saya Bundar”
Memutar video singkat yang dibuat guru terkait dengan macam-macam
bentuk bangun datar dan bangun ruang.
2. Pernyataan / Identifikasi Masalah (Problem Statement) - 10 menit
Guru meminta siswa untuk mengamati benda di sekeliling kelas kemudian
bertanya kepada siswa terkait penemuan apa yang ia dapat. Kemudian
beberapa siswa ditunjuk oleh guru untuk menyebut dan menunjuk benda
apa saja yang ia dapat dari pengamatannya.
Guru meminta semua siswa untuk mencatat benda-benda di sekitar kelas
yang ia temukan beserta menulis serta mengelompokkan berdasarkan jenis
bangun datar dan bangun ruangnya.
3. Pengumpulan Data (Data Collection) – 10 menit
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari baik buku
ajar buku paket atau dari sumber yang lain pada yang berhubungan dengan
materi bangun datar dan bangun ruang agar siswa mampu menemukan
konsep.
4. Data Processing (Pengolahan Data) - 10 menit
Siswa menuliskan konsep bentuk benda-benda yang ia temukan di kelas
disertai dengan menyebutkan jenis bangun datar atau bangun ruang
disertai dengan pengelompokkannya berdasarkan pengetahuan (konsep)
yang ia dapat dari video dan berbagai sumber yang telah ia pelajari.
5. Verification (Pembuktian) - 10 menit
Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya kepada guru untuk memastikan
konsep yang ia temukan benar dengan membawa catatan hasil
pekerjaannya ke meja guru.
6. Generalisasi (Menarik Kesimpulan) - 10 menit
Guru memberikan tanggapan terhadap pekerjaan siswa kemudian siswa
menyimpulkan terkait konsep yang telah ia dapatkan (jika benar).
Guru meluruskan konsep yang salah pada siswa kemudian siswa
mengerjakan ulang setelah memahami konsep yang benar, setelah itu

9
mengumpulkan hasil pekerjaannya lagi ke meja guru, jika hasil
pekerjaannya sudah benar makan ia sudah menemukan (memahami)
konsep yang benar terkait bangun datar dan bangun ruang (jika salah).
7. Penutup
Guru melakukan refleksi untuk siswa.
Guru memberikan PR yang berkaitan dengan materi bangun datar dan
bangun ruang.
Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran.
F. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Strategi Discovery Learning

Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar


Pembelajaran : Bahasa indonesia
Kelas / Semester : 3/1
Tema : Kegemaran
Materi : Penggunaan Huruf Kapital dan Tanda Titik

Standar Kompetensi
Menulis :
4. Mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi dalam bentuk paragraf
dan puisi.
Kompetensi Dasar
4.1 Menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan
memperhatikan penggunaan ejaan.
Indikator
1. Memahami penggunaan huruf kapital
2. Memahami penggunaan tanda titik ( . )
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa diharapkan mampu memahami penggunaan huruf kapital
2. Siswa diharapkan mampu memahami pengunaan tanda titik ( . )
3. Siswa diharapkan mampu menulis kalimat menggunakan ejaan yang
benar
Alokasi Waktu
1 pertemuan (2 X 35 menit)
Sintaks dan Kegiatan Pembelajaran
A. Stimulation (Stimulasi/ Pemberian rangsangan)

Pada tahap ini guru memberikan suatu masalah yang akan muncul sehingga
siswa berhadapan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan. Dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia guru menjelaskan tentang penggunaan huruf
kapital dan tanda titik, sehingga siswa menimbulkan kebingungan kepaada
siswa.Kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul

10
keinginan untuk menyelidiki sendiri.
B. Problem Statement (Pertanyaan/ Identifikasi masalah)
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian pilih salah
satu masalah dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah). Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi
dan menganalisa permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang
berguna dalam membangun pemahaman siswa agar terbiasa untuk menemukan
masalah.
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk memberikan pendapatnya
mengenai untuk apa huruf kapital dan tanda titik itu. Apabila siswa dapat
memberikan pendapatnya, maka stimulus yang diberikan oleh guru berjalan
dengan baik..
C. Data Collection (Pengumpulan Data)
Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
tidaknya hipotesis, dengan memberi kesempatan siswa mengumpulkan
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek.
wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan
sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan
demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan
pengetahuan yang telah dimiliki.
Dalam hal ini guru mengajak siswa untuk membaca buku mereka agar dapat
memahami penggunaan huruf kapital dan tanda titik. Sementara siswa
membaca, guru juga dapat menjelaskan beberapa hal yang singkat mengenai
huruf kapital dan tanda titik, hal ini dapat menambah wawasan siswa dalam
mengetahui rumah adat yang ada di Indonesia.
D. Data Processing (Pengolahan Data)
Ketika siswa selesai dalam membaca dan guru juga selesai dalam menjelaskan,
siswa diminta untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, hal ini
membuat ingatan siswa semakin kuat dalam mengolah informasi yang ia
dapatkan dalam membaca buku.
Guru memerintahkan siswa untuk mengerjakan Lembar Kerja (LK) berupa
menuliskan contoh penggunaan huruf kapital . Lalu siswa mengerjakan
Lembar Kerja (LK) untuk menuliskan contoh penggunaan tanda titik.
E. Verification (Pembuktian)

11
Pada tahap ini siswa memeriksa secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan
dengan hasil data yang telah diolah. Verifikasi bertujuan agar proses belajar
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil
pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis
yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau
tidak, apakah terbukti atau tidak.
Dalam hal ini siswa dan guru mengamati dengan cermat penggunaan huruf
kapital dan tanda ttik itu sehingga siswa dapat mengintropeksi pengetahuan
yang mereka miliki.
F. Generalization (Menarik kesimpulan)
Pada tahap akhir ini siswa dapat menyimpulkan materi dan sama- sama
menyalurkan hal yang mereka pahami dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
kali ini berupa penggunaan rumah huruf kapital dan tanda titik, sehingga siswa
dapat menarik pemahaman mereka degan baik.
Jadi pada penggunaan strategi pembelajaran Discovery Learning dapat
dikatakan efektif digunakan dalam kelas sebab terdapat peningkatan nilai
dalam hasil belajar Bahasa indosia siswa, hal ini menimbulkan keramahan
dalam belajar sebab antar guru dan siswa saling memberikan pengalam dan
pengetahuan mereka sehingga pembelajaran tidak monoton.
G. Pembelajaran IPA dengan Strategi Discovery Learning
Topik/Tema
Kelistrikan dan Teknologi Listrik di Lingkungan
Subtopik/Tema
Konsep Listrik Statis
Kompetensi Dasar
3.5 Memahami konsep listrik statis, muatan listrik, potensial listrik, hantaran
listrik, kelistrikan pada sistem syaraf dan contohnya pada hewan-hewan yang
mengandung listrik.
4.4 Melakukan percobaan untuk menyelidiki muatan listrik statis dan
interaksinya, serta sifat hantaran listrik bahan
Indikator
Mengidentifikasi bagian sel saraf.

12
Menjelaskan tentang prinsip kelistrikan pada saraf manusia.
Menyebutkan contoh-contoh hewan yang menghasilkan listrik
Menjelaskan prinsip kelistrikan pada beberapa hewan.
Membuat makalah tentang kelistrikan pada saraf manusia dan hewan-hewan
yang menghasilkan listrik.
Alokasi Waktu
1 pertemuan (2 X 40 menit)
Sintaks dan Kegiatan Pembelajaran
A. Stimulation (Stimulasi/ Pemberian rangsangan)
Pada tahap ini peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan
perhatian pada topik kelistrikan pada saraf dengan cara mengajak peserta didik
untuk memukulkan sikutnya ke meja
B. Problem Statement (Pertanyaan/ Identifikasi masalah)
Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin masalah yang berkaitan dengan kelistrikan pada saraf
sampai peserta didik dapat berpikir dan bertanya.
1. Guru menanyakan kepada peserta didik:
Apa yang kalian rasakan setelah memukul sikut pada meja?
2. Peserta didik diminta merumuskan pertanyaan terkait dengan percobaan
ini. Pertanyaan diarahkan terkait dengan peran saraf dalam menanggapi
rangsang, seperti:
Mengapa kita merasakan sakit ketika sikut dipukul?
Apakah peran saraf dalam menanggapi rangsangan tersebut?
Bagaimana kelistrikan terjadi pada sel saraf manusia?
3. Peserta didik diminta membuat hipotesis atau jawaban sementara atas
pertanyaan yang mereka rumuskan.
C. Data Collection (Pengumpulan Data)
Pada tahap ini peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk
menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan. Informasi ini diperoleh melalui
kegiatan:
Membaca literatur tentang “Sel Saraf pada Manusia”,
Mengamati gambar sel saraf manusia,
kemudian Membaca tabel tentang bagian-bagian saraf manusia dan
fungsinya.

13
Kegiatan-kegiatan di atas dilakukan untuk membuktikan kebenaran hipotesis
atau jawaban sementara yang telah dirumuskan.
D. Data Processing (Pengolahan Data)
Pada tahap ini peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi untuk mengolah
informasi yang diperoleh dengan cara:
1. Mendiskusikan hasil pengumpulan informasi dari hasil pengamatan
gambar dan bahan bacaan literatur tentang “Sel saraf pada manusia”;
2. Memperhatikan pertanyaan - pertanyaan pada lembar kegiatan, dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut berdasarkan informasi yang
diperoleh dari bahan bacaan dan pengamatan gambar

E. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini peserta didik membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang
telah dirumuskan dengan cara:
1. Memeriksa secara cermat rumusan hipotesis;
2. Mencocokkan rumusan hipotesis tentang sel saraf pada manusia dengan
informasi yang berhasil ditemukan; apakah sesuai atau tidak.

F. Generalization (Menarik kesimpulan)


Pada tahap ini peserta didik menyimpulkan hasil pengumpulan informasi dan
diskusi misalnya dengan cara:
1. Menyimpulkan bahwa tubuh dapat merasakan rangsang dari lingkungan
karena adanya sistem saraf yang memanfaatkan prinsip kelistrikan;
2. Memberikan contoh hewan-hewan yang menghasilkan listrik.

H. Pembelajaran IPS dengan Strategi Discovery Learning


Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Pembelajaran : IPS
Kelas :4
Materi : Sejarah dan Budaya
Kompetensi Dasar
2.1 waktu yang mencakup konsep waktu, arti dan makna sejarah, metode
sejarah;
2.3 keberlanjutan dan perubahan dalam sejarah;
3.1 sistem sosial budaya mencakup kebudayaan, unsur-unsur kebudayaan
dan watak nilai.
Indikator
1. Menjelaskan makna sejarah

14
2. Menganalisis metode sejarah
3. Menjelaskan konsep kebudayaan
4. Menjelaskan unsur-unsur kebudayaan
5. Menganalisis contoh budaya-budaya
Alokasi Waktu
2 pertemuan (2 X 45 menit)
Sintaks dan Kegiatan Pembelajaran
A. Stimulation (Stimulasi/ Pemberian rangsangan)
Pada tahap ini guru memberikan suatu masalah yang akan muncul
sehingga siswa berhadapan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungannya. Dalah pembelajaran IPS guru dapat menampilkan atau
menjelaskan beberapa budaya yang ada di Indonesia, sehingga siswa
menimbulkan kebingungan mengenai apa saja budaya yang ada di
Indonesia. Kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar
ttimbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.

B. Problem Statement (Pertanyaan/ Identifikasi masalah)


Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian pilih
salah satu masalah dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban
sementara atas pertanyaan masalah). Memberikan kesempatan siswa untuk
mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan yang mereka hadapi,
merupakan teknik yang berguna dalam membangun pemahaman siswa
agar terbiasa untuk menemukan masalah. Guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk memberikan pendapatnya mengenai apa saja budaya
yang ada di Indonesia. Apabila siswa dapat memberikan pendapatnya,
maka stimulus yang diberikan oleh guru berjalan dengan baik. Siswa dan
guru dapat memilih salah satu budaya yang ada di Indonesia yaitu berupa
budaya rumah adat, guru dapat memberika contoh seperti rumah gadang
yang terdapat pada Sumatra Barat.

C. Data Collection (Pengumpulan Data)


Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
tidaknya hipotesis, dengan memberi kesempatan siswa mengumpulkan
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek.
wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif
untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang
dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan
masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Dalam hal ini guru

15
mengajak siswa untuk membaca buku mereka agar dapat mengamati
rumah adat apa saja yang terdapat di Indonesia. Sementara siswa
membaca, guru juga dapat menjelaskan beberapa hal terciptanya rumah
adat di Indonesia, hal ini dapat menambah wawasan siswa dalam
mengetahui rumah adat yang ada di Indonesia.

D. Data Processing (Pengolahan Data)


Ketika siswa selesai dalam membaca dan guru juga selesai dalam
menjelaskan, siswa diminta untuk menuliskan rumah adat apa saja yang
terdapat di Indonesia, hal ini membuat ingatan siswa semakin kuat dalam
mengolah informasi yang ia dapatkan dalam membaca buku. Guru
memerintahkan siswa untuk mengerjakan Lembar Kerja (LK) berupa
menuliskan rumah adat yang ada di Indonesia. Lalu siswa mengerjakan
Lembar Kerja (LK) untuk menuliskan rumah adat apa saja yang diterdapat
di Indonesia.

E. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa memeriksa secara cermat untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif,
dihubungkan dengan hasil data yang telah diolah. Verifikasi bertujuan agar
proses belajar berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi
yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu
kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
Dalam hal ini siswa dan guru mengamati dengan cermat letak rumah adat
yang berada pada tiap daerah, guru dapat memberikan pembenaran pada
letak daerah rumah adat sehingga siswa dapat mengintropeksi pengetahuan
yang mereka miliki.

F. Generalization (Menarik kesimpulan)


Pada tahap akhir ini siswa sama- sama menyalurkan hal yang mereka
pahami dalam pembelajaran IPS kali ini berupa rumah adat, siswa dapat
menarik pemahaman merekam mengenai budaya yang terdapat di
Indonesia. Jadi pada penggunaan strategi pembelajaran Discovery
Learning dapat dikatakan efektif digunakan dalam kelas sebab terdapat
peningkatan nilai dalam hasil belajar IPS siswa, hal ini menimbulkan
keramahan dalam belajar sebab antar guru dan siswa saling memberikan
pengalam dan pengetahuan mereka sehingga pembelajaran tidak monoton.
I. Pembelajaran PKN dengan Strategi Discovery Learning

16
Topik/Tema
Berorganisasi
Subtopik/Tema
Memahami Organisasi
Organisasi-organisasi di sekitar kita
Membentuk organisasi kelas
Kompetensi Dasar
(Buku Paket Mata Pelajaran PKn Kelas 5 Semester 1/2)
Memahami organisasi
Bentuk organisasi di sekolah dan masyarakat
Manfaat organisasi
Memilih pengurus organisasi sekolah
Tujuan Pembelajaran
Mengetahui tentang pengertian organisasi
Mengetahui bentuk organisasi di sekolah
Mengetahui bentuk organisasi di masyarakat
Praktir memilih pengurus organisasi di sekolah
Alokasi Pertemuan
1X Pertemuan (90 Menit)
Sintaks dan Kegiatan Pembealajaran
A. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pada tahap ini peserta didik di kasih motivasi atau rangsangan untuk
memusatkan perhatian pada topik materi “Berorganisasi” dengan cara
mengajak peserta didik untuk ikut serta dalam organisasi kepengurusan kelas.
B. Problem Statement (Pertanyaan/Identifikasi masalah)
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang berkaitan dengan materi
“Berorganisasi” sampai peserta didik dapat berpikir dan juga bertanya.
Guru menanyakan kepada peserta didik :
Apa yang kalian ketahui tentang organisasi?
Apa manfaatnya ketika kita berorgansasi?

17
Peserta didik diminta merumuskan pertanyaan terkait pembahasan ini.
Pertanyaan diarahkan terkait dengan tema “Berorganisasi” seperti :
Mengapa kita harus berorganisasi?
Apa saja organisasi-organisasi yang ada di lingkungan masyarakat?
Peserta didik diminta membuat hipotesis atau jawaban sementara atas
pertanyaan yang mereka rumuskan.
C. Pengumpulan data (data collecting).
Pada tahap ini peserta didik diberikan pengalaman mencari dan
mengumpulkan informasi yang dapat digunakan untuk menemukan
alternative pemecahan masalah yang dihadapi. Tahap ini berfungsi untuk
menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan
memberi kesempatan siswa mengumpulkan berbagai informasi yang
relevan, membaca literatur, mengamati objek. wawancara dengan nara
sumber, melakukan uji coba sendiri mengenai materi “berorganisasi”
dalam mapel PKn.
Hasil dari tahap ini adalah peserta didik lebih aktif untuk
memecahkan suatu hal yang berkaitan dengan masalah yang ia hadapi,
dengan itu peserta secara tidak disengaja peserta didik bisa
menghubungkan suatu masalah dengan pengetahuan yang dimilikinya.
D. Pengolahan data (data processing).
Kegiatan mengolah data akan melatih peserta didik untuk
mencoba dan mengeksplorasi pemahaman dan kemampuan konseptualnya
untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan
melatih keterampilan berpikir logis dan aplikatif.
E. Verifikasi (verification).
Tahap ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek
kebenaran dan keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai
kegiatan, antara lain bertanya kepada teman, berdiskusi, dan mencari
berbagai sumber yang relevan, serta mengumpulkan, sehingga menjadi
suatu kesimpulan.
F. Generalisasi (generalization).
Dalam kegiatan ini siswa dibimbing untuk membuat gagasan hasil
kesimpulannya terhadap kasus atau masalah yang sejenis, sehingga
kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognitif siswa.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penerapan metode discovery learning dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa. Karena, metode discovery learning menekankan pada prinsip belajar
penemuan. Siswa diajak untuk menemukan konsepnya sendiri, sehingga siswa
paham dengan materi yang diajarkan. Dengan memahami materi yang
dipelajarinya hasil belajar siswa dapat meningkat. Dengan demikian metode
discovery learning dapat membantu para guru dalam melakukan inovasi
pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa, yaitu mengembangkan
kreativitas siswa sesuai dengan ide-ide yang dimiliki siswa, tentunya dengan
bimbingan guru. Selain itu dengan menerapkan metode ini siswa dapat
memperoleh tiga aspek hasil belajar dalam satu kali kegiatan pembelajaran
yaitu penilaian dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
B. Saran
Saran dari penulis mengenai pemaparan diatas untuk para pembaca
antara lain agar menjadi contoh dan panduan dalam mengimplementasikan
stategi pembelajaran discovery learning terhadap 5 mata pelajaran atau lebih
guna untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

19
DAFTAR PUSTAKA

Wulandari, S. P. (2016, February). Menciptakan Kemandirian Belajar Siswa


Melalui Pembelajaran Berbasis Discovery Learning dengan Assessment
for Learning. In PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika (pp.
226-232).

Nurrohmi, Y., Utaya, S., & Utomo, D. H. (2017). Pengaruh model pembelajaran
discovery learning terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 2(10), 1308-1314.

20

Anda mungkin juga menyukai