Anda di halaman 1dari 16

KOMUNIKASI BISNIS

“KOMUNIKASI DALAM BISNIS”

Dosen Pengampu :
Dr. Ni Putu Nita Anggraini, SE, MM
Disusun Oleh :
Kelompok 02

Ni Putu Mita Riantini (2102612010163)


Ni Komang Sriasih (2102612010)
Paula Noverita Sherenanda Ina Gawi Nuho (2102612010)

MANAJEMEN KEUANGAN B PAGI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................
2.1 DIISI................................................................................................................................
2.2 DIISI................................................................................................................................
2.3 DIISI................................................................................................................................
2.4 DIISI................................................................................................................................
BAB III PENUTUP.................................................................................................................
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Komunikasi Dalam Bisnis


Menurut Djoko Purwanto (2010) komunikasi bisnis adalah komunikasi yang
digunakan dalam dunia bisnis yang mencakup berbagai macam bentuk
komunikasi, baik komunikasi verbal maupun komunikasi nonverbal untuk
mencapai tujuan tertentu.
Dalam dunia bisnis, seorang komunikator yang baik di samping harus
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik (tentu saja), juga harus
mampu menggunakan berbagai macam alat atau media komunikasi yang ada
untuk menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada pihak lain secara efektif
dan efisien, sehingga tujuan penyampaian pesan-pesan bisnis dapat tercapai.
Para Komunikator seharusnya memahami dengan baik bagaimana
menuyusun kata-kata yang mampu membentuk suatu arti atau makna,
bagaimana mengubah suatu situasi menjadi lebih menarik dan
menyenangkan, bagaimana mengajak peserta/audiens untuk berperan aktif
dalam diskusi, bagaimana menyelipkan humor (lelucon) yang mampu
menghidupkan suasana, bagaimana menyiapkan atau mengatur ruangan
yang mampu menghidupkan diskusi, serta bagaimana memilih media
komunikasi secara tepat (melalui media tertulis [written] atau lisan [oral]).
Di samping itu, seharusnya mereka juga dapat menggunakan gerakan-
gerakan isyarat ataupun bahasa tubuh untuk memperkuat penyampaian
pesan-pesan bisnis.

1.2 Komunikasi Dalam Organisasi


Sebagaimana yang diketahui, dalam masyarakat terdapat berbagai macam
bentuk organisasi yang berskala kecil, menengah, maupun yang besar. Apa
yang dimaksud dengan organisasi? Organisasi adalah sekelompok
masyarakat yang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu,
dan komunikasi adalah perekat yang memungkinkan kelompok masyarakat
tersebut secara bersama-sama melakukan fungsinya dengan baik.
Hubungan komunikasi yang terjalin baik antara manajer yang satu dengan
manajer yang lain, antara manajer dengan karyawan, atau antara karyawan
yang satu dengan karyawan yang lain, merupakan salah satu kunci
keberhasilan manajer dalam mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
Peran Manajerial
Manajer pada semua level dalam suatu organisasi bisnis memiliki peran
strategis bagi pengembangan organisasi ke depan. Menurut Mintzberg,
terdapat tiga peran manajerial yang dapat diterapkan oleh seorang manajer
dalam suatu organisasi, yaitu: peran antarpribadi (interpersonal roles), peran
informasional (informational roles), dan peran keputusan (decisional roles).
Masing-masing peran manajerial tersebut tidak dapat dilepaskan dengan
betapa pentingnya kegiatan komunikasi dalam dunia bisnis. Melalui masing-
masing peran tersebut seorang manajer harus mampu mengomunikasikan
ide, gagasan atau informasi kepada para karyawannya, sehingga mereka
dapat memahami pesan yang telah disampaikan dengan baik dan efektif.
a. Peran Antarpribadi
Peran antarpribadi menunjukkan bahwa seorang manajer harus
mampu memerankan dirinya sebagai seorang tokoh figur (figurehead
role), pemimpin (leader role), dan penghubung (liaison role).
Seorang manajer dalam suatu organisasi harus dapat memerankan
dirinya sebagai seorang tokoh figur. Sebagai contoh, ia dapat
berperan sebagai perwakilan atau yang dituakan dalam suatu
organisasi. la memberikan sambutan pada acara-acara seremonial
(upacara) yang diselenggarakan ole pihak internal maupun eksternal
organisasi atau pada acara-acara tertentu yang bersifat informal,
misalnya pada acara lomba sepeda santal, resepsi pernikahan, atau
peristiwa duka cita yang dialami salah satu karyawan di organisasi
yang dipimpinnya.
Selain berperan sebagai seorang tokoh figur, seorang manajer juga
harus mampu menyampaikan pesan-pesan bisnis dengan baik kepada
para karyawan, sehingga pesan yang disampaikan tersebut etektit
dan dapat dipahami dengan baik pula. Sebagai contoh, seorang
manajer suatu organisasi menyampaikan kebijakan yang berkaitan
dengan penetapan standar gaji baru bag para karyawannya. Pesan
tersebut dapat disampaikan secara lisan dan tertulis. Poin penting
dari kebijakan baru tersebut dapat disampaikan secara lisan,
sedangkan penjelasan yang lebih rinci sebaiknya disampaikan dalam
bentuk tertulis.
Peran manajerial yang lain adalah kemampuan dalam memimpin
suatu organisasi bisnis maupun nonbisnis. Seorang manajer harus
mampu memotivasi dan melakukan kontrol terhadap karyawannya.
Sedangkan, peran penghubung menunjukkan hubungannya dengan
orang-orang yang berada di luar organisasi, misalnya dalam
kaitannya dengan pelanggan, pemasok, klien, dan pemerintah.
b. Peran Informasi
Peran informasional mencakup peran pemantauan (monitor role),
peran penyebar informasi (disseminator role), dan peran juru bicara
(spokesperson role).
Peran pemantauan/monitoring adalah peran yang harus dilakukan ole
seorang manajer untuk mengawasi bawahan (para karyawannya)
agar pekerjaan mereka sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Selanjutnya, peran penyebar informasi adaah peran manajer untuk
menyebarluaskan tau menyampaikan informasi secara menyeluruh
kepada para karyawannya agar mereka dapat memahami dengan baik
berbagai kebijakan organisasi tersebut. Penyebarluasan informasi in
lebih berorientasi kepada kepentingan internal suatu organisasi,
misalnya kebijakan pakaian seragam yang baru bagi semua
karyawan, kebijakan jumlah jam lembur yang baru, kebijakan
pemberian standar gaji karyawan yang baru, dan kebijakan disiplin
kerja yang baru.
Peran informasional lainnya adalah peran sebagai seorang juru
bicara. Seorang manajer harus dapat memerankan dirinya sebagai
seorang juru bicara yang baik, khususnya yang berkaitan dengan
penyampaian informasi tentang berbagai kebijakan penting
organisasinya kepada pihak lain (eksternal organisasi), misalnya
kebijakan organisasi yang berkaitan dengan pembukaan kantor
cabang baru di suatu daerah tertentu, kebijakan rekrutmen karyawan
baru, kebijakan peluncuran produk baru, dan kebijakan promosi yang
baru.
c. Peran Keputusan
Peran keputusan (decisional role) mencakup tiga peran penting yaitu:
peran wirausaha (entrepreneur role), peran pemecah masalah
(disturbance handler role), dan peran pengalokasi sumber daya
(resource allocator role), dan peran negosiator (negotiator role).
Seorang manajer harus dapat memerankan dirinya sebagai seorang
wirausaha yang jujur, dinamis, ulet, kreatif, inovatif, responsif,
bertanggung jawab, berani mengambil risiko, dan berwawasan luas.
Peran berikutnya adalah peran pemecah masalah. Seorang manajer
harus dapat memerankan dirinya sebagai salah seorang yang
memiliki kemampuan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang
dihadapi ole suatu organisasi, misalnya masalah terlambatnya
pendistribusian barang, masalah pelayanan pelanggan yang kurang
baik, masalah kualitas barang yang mash rendah, dan masalah
penyediaan bahan baku yang kurang lancar.
Peran keputusan yang lain adalah peran pengalokasi sumber daya.
Seorang manajer harus dapat memerankan dirinya sebagai orang
yang mampu mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki secara
baik, misalnya pengelolaan sumber daya keuangan, sumber daya
manusia, sumber daya informasi, dan sumber daya alam yang
dimilikinya.
Peran keputusan terakhir adalah peran negosiator. Seorang manajer
harus dapat memerankan dirinya sebagai seorang yang mampu
bernegosiasi dengan baik, alias menjadi negosiator yang handal.
Kemampuan ini sangat diperlukan oleh seorang manajer ketika
berhubungan dengan pihak eksternal organisasi, terutama dalam hal
penentuan kerja sama proyek dengan pihak lain atau ketika suatu
organisasi dihadapkan pada pertentangan kepentingan internal
organisasi, seperti munculnya tuntutan (unjuk rasa) para karyawan
tentang perbaikan kesejahteraan.
Kegiatan Pertukran Informasi
P'encapaian tujuan suatu organisasi memerlukan proses komunikasi. Proses
komunikasi memungkinkan anggota organisasi bertukar informasi dengan
menggunakan suatu bahasa atau simbol-simbol yang biasa (umum) digunakan. Di
samping itu, melalui proses komunikasi tersebut akan diperoleh suatu hasil yang
sangat berarti.
Secara umum, komunikasi mempunyai dua fungsi penting dalam organisasi:
(1) komunikasi memungkinkan orang-orang untuk saling bertukar informasi; (2)
komunikasi membantu menghubungkan sekelompok anggota dalam organisasi
yang terpisah dari anggota lainnya.
Pada umumnya, organisasi sangat bergantung pada komunikasi untuk mencapai
tujuannya. Sebuah hail penelitian yang dilakukan oleh Sproul menunjukkan
bahwa, orang-orang dalam organisasi menggunakan 69 persen dari hari-hari kerja
mereka dengan menggunakan komunikasi verbal, baik itu berbicara,
mendengarkan, menulis ataupun membaca. Namun, itu tidak berarti bahwa bentuk
komunikasi yang lain, yaitu komunikasi nonverbal, tidak penting bagi suatu
organisasi.
Berikut ini adalah beberapa kegiatan organisasi yang berkaitan dengan pertukaran
informasi :
a.Menetapkan Tujuan
Kebanyakan organisasi mempunyai berbagai macam tujuan, baik yang
bersifat formal maupun nonformal. Untuk menetapkan suatu tujuan,
mereka yang terlibat dalam organisasi baik staf manajemen puncak,
manajemen menengah, manajemen bawah, maupun karyawan, perlu
melakukan berbagai pembahasan yang serius dan cukup matang.
Tujuan organisasi dapat didefinisikan dalam arti keuangan (finansial),
mutu
produk, penguasaan pasar, kepuasan karyawan, atau memberikan
pelayanan bagi pelanggan. Dalam menetapkan berbagai macam tujuan
organisasi tersebut sangat diperlukan pertukaran informasi atau
komunikasi antara unit-unit yang ada dalam organisasi tersebut.
b.Membuat dan Melaksanakan Keputusan
Tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi dapat tercapai bila
orang-orang dalam organisasi tersebut membuat berbagai keputusan yang
mendukung terlaksananya tujuan, serta mematuhi keputusan yang telah
disepakati. Untuk membuat keputusan-keputusan yang mendukung tujuan.
organisasi, mereka harus mengumpulkan fakta-fakta agar dapat melakukan
penilaian terhadap berbagai pilihan/alternatif yang ada, dengan cara
membaca, bertanya kepada orang lain, dan sebagainya. Bila telah diambil,
suatu keputusan harus dilaksanakan dan hal ini memerlukan lebih banyak
komunikasi.
c.Mengukur Prestasi Kerja
Saat keputusan telah dilaksanakan, manajemen perlu melakukan
pengukuran untuk mengetahui apakah hasil yang diharapkan telah
tercapai. Pengukuran prestasi kerja mencakup beberapa faktor, antara lain:
biaya, penjualan, pangsa pasar, produktivitas, tingkat perputaran
karyawan, dan tingkat persediaan yang ada.
Pada perusahaan berskala besar, sema data tersebut diproses dengan
komputer, dan hal ini dapat mempercepat perolehan hasil laporan. Pada
perusahaan yang berskala kecil, pengolahan data dilakukan secara manual,
sehingga waktu yang diperlukan Lebih lama. Namun di sisi lain, data-data
yang terdapat dalam perusahaan besar bisa jadi berkali lipat banyaknya
daripada yang terdapat dalam perusahaan kecil, dan hal ini dapat membuat
waktu yang diperlukan untuk menganalisisnya menjadi lebih lama.
Oleh karena itu, untuk mengukur prestasi kerja organisasi secara
menyeluruh sangat diperlukan terjalinnya komunikasi yang baik antarunit
yang ada dalam organisasi tersebut.
d.Merekrut dan Mengembangkan Staf
Jika ingin merekrut seseorang, suatu perusahaan harus mengumumkan
secara terbuka, meneliti resume, dan melakukan wawancara dengan
pelamar sehingga dapat ditentukan orang yang benar-benar coco untuk
menduduki jabatan yang tersedia. Selanjutnya, karyawan baru perlu
diperkenalkan dengan staf organisasi. Sebagai orang baru dalam suatu
organisasi, dia juga perlu diberi umpan balik (Feedback) atas prestasi yang
telah dia capai, baik dalam bentuk penghargaan, pengakuan, maupun
tanggung jawab yang lebih tinggi. Dalam kaitan ini, komunikasi
akan lebih banyak diperlukan dan menjadi penting artinya.
e.Pelayanan Pelanggan
Semua organisasi akan berhubungan dengan para customer atau pelanggan
(internal maupun eksternal) dengan menggunakan komunikasi, baik dalam
bentuk formal maupun nonformal. Harga yang tertera pada suatu produk,
nama kelompok produk
yang tertulis dalam rak-rak, dan berbagai macam bentuk simbol seperti
dilarang merokok, arah panah, dan sejenisnya juga merupakan bentuk
komunikasi yang mungkin digunakan oleh suatu organisasi dalam
berhubungan dengan pelanggan atau konsumennya.
Penggunaan nota penjualan, brosur, iklan, telepon bebas pulsa, dan
berbagai
bentuk promosi lainnya adalah bentuk komunikasi yang digunakan oleh
organisasi sebagai sarana untuk merangsang keinginan para pelanggan
agar menggunakan produknya.
Dalam kaitannya dengan pelayanan pelanggan (customer service),
komunikasi juga mempunyai peranan penting misalnya pada bagian
pengecekan kredit, tagihan-tagihan, menjawab telepon dari konsumen,
maupun penanganan masalah-masalah yang berkaitan dengan pengaduan
dari konsumen. Kegiatan-Kegiatan tersebut dengan sendirinya
menggunakan banyak komunikasi.
f. Negosiasi dengan Pemasok
Untuk mendapatkan harga produk yang baik, manajemen dalam suatu
perusahaan perlu mengadakan negosiasi baik dengan pemasok maupun
dengan pemberi pinjaman. Setelah mendapatkan bantuan dana yang
diperlukan, mereka harus secara rutin memberikan Laporan perkembangan
perusahaannya kepada pihak-pihak yang terkait.
Melakukan negosiasi dengan berbagai pihak dan menyampaikan laporan
perkembangan suatu perusahaan kepada pihak lain yang berkepentingan,
tentu saja, memerlukan komunikasi yang dapat memuaskan kedua belah
pihak yang sedang bernegosiasi.
g.Memproduksi Produk
Untuk menuangkan ide atau gagasan mengenai produk baru, kemudian
menempatkannya dalam proses produksi, sampai akhirnya menjadi suatu
produk yang siap dipasarkan, diperlukan komunikasi. Seorang perancang
mendesain rencana produk; pemasar melakukan penelitian pasar; dan
manajer penjualan melakukan kampanye penjualan. Kegiatan-kegiatan di
atas memerlukan banyak komunikasi, baik komunikasi antara manajer
dengan karyawan, antara karyawan yang satu dengan yang lain, atau
antara bagian pemasaran dengan para pelanggan. Dengan kata lain, proses
produksi erat kaitannya dengan komunikasi.
h. Berinteraksi dengan Peraturan yang Ada
Komunikasi bukan saja terjadi dalam tubuh perusahaan, tetapi juga antara
perusahaan dengan pemerintah. Sebagai wakil masyarakat, pemerintah
sudah seharusnya melindungi kepentingan masyarakat.
Untuk itulah, pemerintah menyusun peraturan yang bertujuan untuk
memberi perlindungan bag masyarakat luas dari tindakan sewenang-
wenang perusahaan, misalnya peraturan yang berkaitan dengan
perlindungan keselamatan kerja, jaminan hari tua, penentuan upah
minimum regional (UMR), penentuan waktu (lamanya) jam kerja,
pencemaran lingkungan, dan penentuan lokasi usaha. Kegiatan-kegiatan
tersebut juga memerlukan komunikasi.
Pola Komunikasi
Meskipun semua organisasi harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak
dalam mencapai tujuannya, perlu diketahui bahwa pendekatan yang dipakai antara
satu organisasi dengan organisasi yang lain dapat bervariasi atau berbeda-beda.
Bagi perusahaan berskala kecil yang hanya memiliki beberapa karyawan,
penyampaian informasi dapat dilakukan secara langsung kepada para
karyawannya tersebut. Lain halnya dengan perusahaan besar yang memiliki
ratusan bahkan ribuan karyawan, penyampaian informasi kepada mereka
merupakan suatu pekerjaan yang cukup rumit.
Bagaimana pola komunikasi (patterns of communications) terjadi dalam suatu
organisasi? Secara umum, pola komunikasi dapat dibedakan menjadi saluran
komunikasi formal (formal communications channel) dan saluran komunikasi
nonformal (informal communications channel).
Saluran Komunikasi Formal
Dalam struktur organisasi garis, fungsional, maupun matriks, akan tampak
berbagai macam posisi atau kedudukan masing-masing sesuai dengan batas
tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya dengan proses penyampaian
informasi dari manajer kepada bawahan ataupun dari manajer ke karyawan, pola
transformasi informasinya dapat berbentuk komunikasi dari atas ke bawah (top
down atau downward communications), komunikasi dari bawah ke atas (bottom-
up atau upward communications), komunikasi horizontal (horizontal
communications), dan komunikasi diagonal (diagonal communications).
Selanjutnya kan dibahas mengenai keterbatasan komunikasi formal (Montana,
1993; Greene, 1985).
a.Komunikasi dari Atas ke Bawah
Secara sederhana, transformasi informasi dari manajer dalam semua level
ke bawahan merupakan komunikasi dari atas ke bawah (top-down atau
downward communications). Aliran komunikasi dari manajer ke bawahan
tersebut, umumnya terkait dengan tanggung jawab dan kewenangannya
dalam suatu organisasi. Seorang manajer yang menggunakan jalur
komunikasi ke bawah memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi,
mengarahkan, mengoordinasikan, memotivasi, memimpin, dan
mengendalikan berbagai kegiatan yang ada di level bawah.
Jalur komunikasi yang berasal dari atas (manajer) ke bawah (karyawan)
merupakan penyampaian pesan yang dapat berbentuk perintah, instruksi,
maupun prosedur untuk dijalankan para bawahan dengan sebaik-baiknya.
Untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, perlu diperhatikan penggunaan
bahasa yang sama, sederhana, tidak bertele-tele, dan mudah dipahami
dalam penyampalan pesan. Sebagai contoh, penyampaian pesan yang
berasal dari manajer umum (general manager) ke manajer produksi,
kemudian ke bagian pabrik, selanjutnya baru sampai ke karyawan
menggunakan saluran komunikasi yang cukup panjang dan berpotensi
menimbulkan kesalahpahaman berkomunikasi.
Komunikasi dari atas ke bawah tersebut dapat berbentuk lisan (oral
communications) maupun tertulis (written communications). Komunikasi
secara lisan dapat berupa percakapan biasa, wawancara formal antara
supervisor dengan karyawan, atau dapat juga dalam bentuk pertemuan/
diskusi kelompok. Di samping itu, komunikasi tertulis juga dapat
berbentuk memo, manual pelatihan, kotak informasi, surat tugas, surat
perintah, surat keputusan, surat pemberhentian/pemecatan, papan
pengumuman, dan buku petunjuk pelaksanaan tugas bag karyawan.
Menurut Katz dan Kahn, komunikasi ke bawah mempunyai lima tujuan
pokok, yaitu
 memberikan pengarahan atau instruksi kerja tertentu,
 memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus
dilaksanakan,
 memberikan informasi tentang prosedur dan praktik
organisasional,
 memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan,
 menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam membantu
organisast menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin
dicapai.
Salah satu kelemahan saluran komunikasi dari atas ke bawah ini adalah
kemungkinan terjadinya penyaringan ataupun sensor informasi penting
yang ditujukan ke para bawahannya. Dengan kata lain, pesan yang
diterima para bawahan bisa jadi tidak selengkap aslinya.
Ketidaklengkapan pesan yang diterima disebabkan oleh saluran
komunikasi yang cukup panjang mulai dari manajer puncak hingga ke
karyawannya. Oleh karena itu, dalam penyampaian pesan, perlu
diperhatikan panjangnya saluran komunikasi yang digunakan dan
kompleksitas pesan yang ingin disampaikan kepada para karyawannya.
b.Komunikasi dari Bawah ke Atas
Dalam struktur organisasi, komunikasi dari bawah ke atas (bottom-up atau
upward communications) berarti alur pesan yang disampaikan berasal dari
bawah (karyawan) menuju ke atas (manajer). Pesan yang ingin
disampaikan mula-mula berasal dari para karyawan yang selanjutnya
disampaikan ke jalur yang lebih tinggi, yaitu ke bagian pabrik, ke manajer
produksi, dan akhirnya ke manajer umum.
Untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam suatu organisasi
dan mengambil Keputusan secara tepat, sudah sepantasnya bila manajer
memperhatikan aspirasi yang berasal dari bawah. Keterlibatan karyawan
(bawahan) dalam proses pengambilan keputusan merupakan salah satu
cara yang positif dalam upaya membantu pencapaian tujuan organisas1.
Untuk mencapai keberhasilan komunikasi dari bawah ke atas, para
manajer harus percaya penuh kepada para bawahannya. Kalau tidak,
informasi apa pun dari bawahan tidak akan bermantaat karena yang
muncul hanyalah rasa curiga dan ketidakpercayaan terhadap informasi
tersebut.
Salah satu kelemahan komunikasi dari bawah ke atas adalah kemungkinan
bawahan hanya menyampaikan informasi (laporan) yang baik-baik saja
(ABS/ Asal Bapak Senang), sedangkan informasi yang agaknya
mempunyai kesan negatit atau tidak disenangi oleh manajer cenderung
disimpan dan tidak disampaikan. Mengapa demikian? Hal in terjadi karena
para bawahan beranggapan bahwa dengan hanya melaporkan hal yang
baik-baik saja, ia dapat menjaga atau menyelamatkan posisinya, serta
mendapatkan rasa aman dalam suatu organisasi tersebut.
Kalau seorang bawahan memberikan informasi yang negatif seperti
munculnya kegagalan bidang pemasaran, kebocoran anggaran,
menumpuknya hutang, dan ain-lain dalam suatu organisasi, berati kinerja
atau prestasi kerja yang ada di bagian atau bidang tersebut jelas tidak baik.
Seorang bawahan umumnya tidak ingin prestasi kerjanya dinilai tidak
berhasil atau gagal total, sehingga mereka memilih tidak melaporkan
kegagalan tersebut sama sekali.
c.Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal (horizontal communications), atau sering disebut
juga dengan istilah komunikasi lateral (lateral communications), adalah
komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi
sejajar/sederajat dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal
antara lain untuk melakukan persuasi, mempengaruhi, dan memberikan
informasi kepada bagian atau departemen yang memiliki kedudukan
sejajar.
Di dalam praktiknya, terdapat kecenderungan bahwa dalam melaksanakan
pekerjaannya manajer suka melakukan tukar-menukar informasi dengan
rekan kerjanya di departemen atau divisi yang berbeda, terutama apabila
muncul masalah-masalah Khusus dalam suatu organisasi perusahaan.
Komunikasi horizontal bersifat koordinatit di antara mereka yang memiliki
posisi sederajat, baik di dalam satu departemen maupun di antara beberapa
departemen.
d.Komunikasi Diagonal
Bentuk komunikasi yang satu in memang agak lain dari beberapa bentuk
komunikasi sebelumnya. Komunikasi diagonal (diagonal communications)
melibatkan komunikasi antara dua tingkat (level) organisasi yang berbeda.
Contohnya adalah komunikasi formal antara manajer pemasaran dengan
bagian pabrik, antara manajer produksi dengan bagian promosi, antara
manajer produksi dengan bagian akuntansi, dan antara manajer keuangan
dengan bagian penelitian.
Bentuk komunikasi diagonal memang menyimpang dari bentuk-bentuk
Komunikasi tradisional yang ada, seperti komunikasi dari bawah ke atas
dan komunikasi dari atas ke bawah. Suatu studi penelitian yang pernah
dilakukan menunjukkan bahwa, baik komunikasi lateral maupun
komunikasi diagonal, lebih banyak diterapkan dalam suatu organisasi
berskala besar manakala terdapat saling ketergantungan (interdependence)
antarbagian atau antardepartemen yang ada dalam organisasi tersebut.
Bentuk komunikasi diagonal memiliki beberapa keuntungan, di antaranya
adalah:
 Penyebaran informasi bisa menjadi lebih cepat ketimbang bentuk
komunikasi tradisional.
 Memungkinkan individu dari berbagai bagian atau departemen ikut
membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi.
Namun komunikasi diagonal ini juga memiliki kelemahan. Salah satu
kelemahannya adalah bahwa komunikasi diagonal dapat mengganggu jalur
komunikasi yang rutin dan telah berjalan normal. Di samping itu,
komunikasi diagonal dalam suatu organisasi besar juga sulit untuk
dikendalikan secara efektif.
e. Keterbatasan Komunikasi Formal
Meskipun sangat penting bagi organisasi besar, namun dampak saluran
komunikasi formal kurang menguntungkan dari sudut pandang individual
maupun perusahaan.
Dilihat dari sudut pandang individual (perseorangan), komunikasi formal
sering membuat frustrasi atau menjengkelkan bagi pihak tertentu,
khususnya mengenai keterbatasan untuk masuk ke dalam proses
pengambilan keputusan. Dalam struktur organisasi yang besar, untuk dapat
berkomunikasi dengan manajer puncak harus terlebih dahulu melalui
lapisan manajer yang ada di bawahnya. Artinya banyak jalur yang harus
dilalui untuk dapat berkomunikasi secara langsung dengan manajer
puncak.
Oleh karena itu, apabila seseorang memiliki ide atau gagasan yang jitu
bagi pengembangan suatu organisasi, ia harus menyampaikannya pada
manajer tingkat bawah (seperti supervisor) terlebih dahulu sebelum dapat
disampaikan ke manajer puncak. Namun, karena supervisor/manajer
tingkat bawah berhak untuk tidak setuju dan menolak menyampaikan ide
tersebut, para bawahan cenderung berusaha untuk menyampaikan
langsung ke manajer puncak, dengan risiko kariernya dalam organisasi
terancam.
Kemudian, bagaimana jika dipandang dari sudut pandang perusahaan?
Dari sudut pandang perusahaan, masalah terbesar dengan saluran
komunikasi formal adalah kemungkinan munculnya distorsi atau
gangguan penyampaian informasi ke level yang lebih tinggi, karena setiap
keterkaitan (link) dalam jalur komunikasi berpotensi menimbulkan
kesalahpahaman.
Setiap pesan yang mengalir dari atas maupun bawah memungkinkan
adanya perubahan terhadap pesan aslinya. Sebagai akibatnya, bawahan
mungkin menerima suatu informasi yang kabur dari atasannya; begitu pula
para atasan (manajer puncak) akan memperoleh suatu gambaran yang
tidak lengkap atau kurang pas terhadap apa yang sebenarnya terjadi di
tingkat bawah.
Bagaimana mengatasi hal tersebut? Salah satu caranya adalah dengan
mengurangi jumlah tingkatan (level) dalam struktur organisasi. Semakin
sedikit kaitan dalam jalur komunikasi, semakin sedikit kemungkinan
terjadinya kesalahpahaman. Struktur organisasi yang mendatar (flat)
dengan tingkatan organisasi yang lebih sedikit, dan lebih banyak rentang
kendalinya (span of control) akan dapat membantu mengurangi terjadinya
distorsi.
Saluran Komunikasi Informal
Bagan organisasi formal akan dapat menggambarkan bagaimana informasi yang
ada ditransformasikan dari satu bagian ke bagian yang lainnya sesuai dengan jalur
hierarki yang ada. Namun, dalam praktik, tampakya garis-garis dan kotak-kotak
yang tergambar pada struktur organisasi tidak mampu mencegah orang-orang
dalam suatu organisasi untuk saling bertukar informasi antara orang yang satu
dengan orang yang lain. Oleh karena itu, keberadaan jaringan komunikasi
informal dalam suatu organisasi tidak dapat dielakkan. Jaringan in dapat pula
digunakan oleh para manajer untuk memonitor para karyawannya dalam
melakukan tugasnya.
Dalam jaringan komunikasi informal, orang-orang yang ada dalam suatu
organisasi, tanpa memedulikan jenjang hierarki, pangkat dan kedudukan/jabatan,
dapat berkomunikasi secara luas. Meskipun hal-hal yang mereka perbincangkan
biasanya bersitat umum, seperti mengobrol tentang humor yang baru didengar,
keluarga, anak-anak, dunia olah raga, musik, acara film, dan sinetron TV, kadang
kala mereka juga membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan situasi kerja yang
ada dalam organisasinya. Lebih lanjut, banyak orang yang lebih percaya desas-
desus atau rumor yang didapat dari komunikasi informal sebagai sumber
informasi dalam suatu organisasi. Kadang kala mereka tidak lagi menaruh
kepercayaan terhadap informasi yang berasal dari para manajer suatu organisasi.
Cara Mengelola Komunikasi
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola komunikasi, pertama.
bagaimana menangani pesan-pesan yang bersifat rutin; kedua: bagaimana
menangani krisis komunikasi. Penjelasan dari kedua hal tersebut disajikan berikut
ini.
Penanganan Pesan-pesan Rutin
Dalam organisasi besar, pada umumnya volume pesan-pesan (tertulis) lebih
banyak daripada dalam organisasi berskala kecil, tetapi semua perusahaan
memusatkan perhatiannya pada bagaimana memaksimumkan manfaat (benefit)
dari kegiatan komunikasi dengan biaya (cost) tertentu. Untuk dapat
memaksimumkan manfaat dan meminimkan biaya tersebut, seorang manajer perlu
memperhatikan berbagai hal berikut:
a.Mengurangi Jumlah Pesan
Arus pesan dalam suatu organisasi- yang disampaikan secara lisan maupun
tertulis-perlu dikelola dengan baik. Dalam hal ini, seorang manajer suatu
organisasi perlu menentukan skala prioritas pesan. Untuk membuat satu
halaman surat diperlukan waktu dan sumber-sumber (uang/bahan, waktu,
tenaga). Organisasi juga perlu menghitung berapa rata-rata biaya yang
diperlukan untuk mencatat, mengetik, mengedit, dan mengirimkan surat
serta berapa lama sebuah surat bisnis dapat diselesaikan. Oleh karena itu,
jika suatu pesan perlu diberikan secara tertulis, sepucuk surat merupakan
investasi yang baik dan berharga. Namun, jika sebuah surat hanya akan
menambah bean informast yang akan disampaikan, mungkin lebib baik
pesan disampaikan dengan cara lain, sepert lewat telepon atau tatap muka.
b.Instruksi yang Jelas
Kesalahan yang menyebabkan macetnya komunikasi, mungkin dapat
dibebankan kepada setiap orang yang ada dalam organisasi. Namun dalam
hal in seorang manajer mempunyai tanggung jawab khusus untuk
membuat setiap orang dalam organisasi tahu apa yang harus dilakukan.
Orang-orang yang bertugas melakukan komunikasi (komunikator) sudah
seharusnya memahami kebutuhan dan tujuan organisasi secara
keseluruhan, sehingga la dapat menghindarkan dirinya dari kesalahan
memberi instruksi.
Manajer yang sekaligus sebagai komunikator juga perlu selalu mencari
kejelasan suatu pesan, karena kebutuhan perusahaan yang terus
berkembang secara dinamis mempengaruhi arti setiap pesan. Di samping
itu, manajer juga seharusnya tetap berkomunikasi dengan stafnya secara
keseluruhan, untuk menjaga hubungan dengan anggota staf, dan untuk
memberikan umpan balik (feedback) terhadap perkembangan suatu pesan.
c.Mendelegasikan Tanggung Jawab
Dalam suatu organisasi, tujuan organisasi secara keseluruhan dapat
tercapai bila manajer mempunyai kepercayaan bahwa orang lain dapat
menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepada mereka. Hal ini penting
karena seorang manajer harus mendelegasikan beberapa pekerjaan
komunikasi kepada orang lain. Seorang manajer yang bersikeras untuk
mengerjakan ulang setiap pesan dengan gayanya sendiri tentu akan
merepotkan semua pihak dalam suatu organisasi.
d.Melatih Petugas
Seseorang yang memegang pensil tidak tomatis menjadi penulis yang
baik; seseorang yang memiliki suara yang menarik juga tidak otomatis
dapat menjelaskan sesuatu dengan jelas kepada khalayak (audience).
Namun, penulis maupun pembicara yang tidak memiliki bakat alami dapat
menjadi penulis dan pembicara yang baik melalui latihan-latihan yang
teratur dan terencana dengan baik.
Oleh karena itu, suatu organisasi dianjurkan untuk menyelenggarakan
pelatihan keterampilan berkomunikasi bag orang-orang yang
pekerjaan/tugasnya berhubungan erat dengan masalah komunikasi.
Pelatihan ini mencakup paling tidak preferensi gaya organisasi dan
falsafah-falsafah komunikasi. Komunikator juga perlu meningkatkan dan
memperlancar kemampuan berbahasa dan Keterampilan presentasinya,
sehingga komunikasi bisa menjadi lebih baik dan lancar.

Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi


Sutrisna Dewi (2006) dalam bukunya menyatakan apapun bentuk organisasinya,
komunikasi akan berfungsi:
1.Informatif
Pimpinan dan anggota organisasi membutuhkan banyak sekali informasi
untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. Informasi tersebut berkaitan
dengan upaya organisasi untuk mencapai tujuannya.
2.Pengendalian (Regulatory)
Komunikasi berfungsi sebagai pengatur dan pengendali organisasi.
Komunikasi dalam hal ini berupa peraturan, prosedur, perintah, dan
laporan.
3.Persuasif
Komunikasi berfungsi mengajak orang lain mengikuti atau menjalankan
ide/gagasan atau tugas.
4.Integratif
Dengan adanya komunikasi, organisasi yang terbagi menjadi beberapa
bagian atau departemen akan tetap merupakan satu kesatuan yang utuh dan
terpadu.
Saluran Komunikasi Dalam Organisasi
Orang-orang di dalam organisasi akan saling melakukan komunikasi. Komunikasi
yang terjadi antara orang-orang di dalam organisasi disebut komunikasi internal.
Di samping itu, organisasi juga perlu melakukan komunikasi dengan pihak luar,
seperti pemasok, pelanggan, kreditur, dan lain sebagainya. Komunikasi yang
terjadi antara organisasi dengan pihak luar disebut komunikasi eksternal. Masing-
masing organisasi akan memilih caranya sendiri untuk menyampaikan informasi.
Pemilihan cara berkomunikasi akan berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi.
Jika ditiniau dari sudut formalitas, saluran komunikasi terdiri atas saluran formal
dan informal.
1. Saluran Komunikasi Formal
Saluran formal merupakan saluran komunikasi resmi yang mengikuti
rantai komando dalam struktur organisasi. Saluran itu pada umummya
bisa diketahui dari struktur organisasi suatu perusahaan. Komunikasi
formal bisa terjadi secara vertikal maupun horisontal.
Komunikasi vertikal merupakan komunikasi yang terjadi antara atasan
dengan bawahan. Komunikasi yang mengalir dari atasan kepada
bawahan biasanya berbentuk perintah, pengarahan, dan pelatihan.
Sementara itu, komunikasi dari bawahan kepada atasan bisa berupa
laporan, pengaduan, dan usulan.
Komunikasi horizontal merupakan komunikasi yang terjadi di antara
rekan sekerja dengan tingkat hierarki yang sama. Komunikasi tersebut
mampu meningkatkan koordinasi antarbagian, meningkatkan
kekompakan, dan meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Komunikasi horisontal juga sering disebut komunikasi lateral.
Peluang terjadinya kesalahan pada setiap mata rantai komunikasi
cukuplah besar. Tingkat paling bawah mungkin hanya menerima
sebagian informasi tau bahkan menerima informasi yang salah. Apabila
perusahaan bergantung pada informasi formal saja, maka kemungkinan
besar akan terjadi salah pengertian (distorsi). Di samping itu,
komunikasi formal dapat menyebabkan organisasi atau perusahaan
terkotak-kotak dan selanjutnya menghambat kelancaran komunikasi
lintas bagian dalam perusahaan.
2. Saluran Komunikasi Informal
Bagan informasi formal menunjukkan bagaimana seharusya informasi
mengalir dalam organisasi atau perusahaan. Namun pada kenyataannya,
sebagian besar organisasi juga memiliki saluran komunikasi informal di
samping komunikasi formal. Komunikasi informal mengabaikan hierarki
organisasi. Komunikasi informal itu sering disebut desas-desus, rumor,
atau selentingan.
Percakapan antarindividu dalam organisasi tidak bisa dihindari.
Percakapan tersebut biasanya menyangkut masalah pribadi, misalnya
keadaan keluarga, kegemaran, keluhan, kekhawatiran, dan lain
sebagainya. Namun demikian, dari hasil survei diperoleh bahwa 80%
dari informasi informal yang mengalir adalah informasi yang
menyangkut masalah bisnis (Bovee dan Thill, 2003:11). Misalnya,
perubahan-perubahan dalam kebijaksanaan perusahaan, potensi
dipromosikan, pemutusan hubungan kerja (PHK), kompensasi, dan lain
sebagainya. Desas-desus biasanya berkembang aktif selama periode-
periode perubahan atau ketika orang-orang mengalami ketakutan.
Seperti halnya komunikasi formal, komunikasi informal juga bisa
mengalir ke atas, ke bawah, dan ke samping. Para eksekutif biasanya
waspada terhadap saluran komunikasi informal karena hal itu bisa meng-
ancam kekuatan mereka saat mengendalikan in formasi. Akan tetapi, ada
pula yang justru memanfaatkan saluran komunikasi informal untuk
menyebarkan dan menerima pesan informal. Oleh karena itu, saluran
komunikasi informal atau desas-desus atau rumor bisa berdampak
negatif dan bisa juga positif.
1.3 Komunikasi Di Tempat Kerja
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai