014/00/PKC-KMY/PED/2022
A. Latar Belakang
Kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan
yang terjadi pada negara berkembang terutama di Indonesia. Angka kematian bayi
menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak karena merupakan
cerminan dari status kesehatan anak. Hal ini menjadi perhatian dari dunia
Internasional dalam target global Sustainable Development Goals ( SDG’s ) yaitu
mengakhiri kematian bayi baru lahir dan balita yang dapat dicegah hingga 12 per
1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita ( AKABA ) 25 per 1.000 kelahiran
hidup pada tahun 2030.
Menurut ( WHO ) World Health Organization 2012, angka kematian balita di dunia
masih cukup tinggi. Setiap tahunnya 6,6 juta anak usia di bawah lima tahun
meninggal, 18.000 meninggal dunia hampir setiap harinya. Sebagian besar kematian
tersebut berada di negara berkembang, lebih dari setengahnya dikarenakan infeksi
saluran pernapasan akut ( pneumonia ), diare, campak, malaria, dan HIV/AIDS.
Selain itu malnutrisi ( 54% ) mendasari dari semua kematian anak. Secara global,
pada tahun 2020 penyakit ini akan berkonstribusi penyebab utama kematian anak di
dunia. Maka dari itu, upaya yang terus dilakukan untuk mengendalikannya. Meskipun
kemajuan program dalam mengatasi masalah penyakit tersebut, angka kesakitan
dan kematian anak masih tetap tinggi, berbagai cara inovatif untuk mengurangi
angka kematian dan kesakitan pada anak mulai dari masa kehamilan terus
dikembangkan. WHO/UNICEF pada tahun 1992 mengembangkan Manajemen
Terpadu Balita Sakit ( MTBS ).
Indonesia mengadopsi strategi Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS ) pada
tahun 1997, sebagai strategi utama untuk mengurangi angka kematian dan
kesakitan, serta berupaya mempromosikan kesehatan dan pengembangan anak
( Depkes, 2008 ). Setelah penerapan MTBS, sembilan wilayah administratif di
Indonesia telah mengembangkan rencana strategi dalam 5 tahun untuk menerapkan
MTBS, dan hasilnya dua pertama komponen sudah dilaksanakan. Menurut data
laporan rutin yang dihimpun dari dinas kesehatan provinsi seluruh Indonesia melalui
Pertemuan Nasional Program Kesehatan Anak tahun 2010, jumlah puskesmas yang
melakasanakan MTBS hingga akhir tahun 2009 sebesar 51,55%. Puskesmas
dikatakan sudah menerapkan MTBS bila memenuhi kriteria sudah melaksanakan
( melakukan pendekatan memakai MTBS ) pada minimal 60% dari jumlah kunjungan
balita sakit di Puskesmas tersebut ( Dirtjen Bina Kesehatan Anak, 2012 ).
B. Tujuan Pedoman
Pembuatan pedoman ini bertujuan untuk pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit
( MTBS ) di Puskesmas Kecamatan Kemayoran
C. Sasaran Pedoman
Sasaran pedoman MTBS untuk seluruh pelayanan klinis di Puskesmas Kecamatan
Kemayoran
E. Batasan Operasional
Pelayanan MTBS yang diberikan kepada bayi dan balita bertujuan untuk
mengurangi angka kematian yang disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan akut (
pneumonia ), diare, dan HIV/AIDS serta meningkatkan pengetahuan ibu dalam
mengasuh anak di rumah.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pelayanan ruang MTBS dibuka setiap hari kerja dan jam kerja, dilayani oleh
Dokter dan Perawat.
Nutrisionis setiap hari bertugas di poli gizi. Jumlah nutrisionis ada 3 ( tiga )
dengan spesifikasi gizi klinik dan gizi masyarakat.
Petugas pendaftaran setiap hari bertugas di ruang pendaftaran. Jumlah
petugas pendaftaran ada 5 orang, 1 orang rekam medik sebagai koordinator
dan 4 petugas yang sudah dilatih
C. Jadwal Kegiatan
Pelayanan dilaksanakan setiap hari kerja sesuai jam kerja.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Ruang MTBS terletak di lantai 2 puskesmas dekat dengan Nurse Station. Ruang
MTBS di dalamnya termasuk tempat tidur bayi, timbangan bayi, ruangan ber AC dan
diseratai dengan ventilasi jendela. Ruangan ini memiliki wastafel. Dilengkapi dengan
meja administrasi dan komputer.
B. Standar Fasilitas
A. Lingkup Kegiatan
1. Petugas Penanggung Jawab : Dokter
2. Perangkat Kerja :
Timbangan berat badan
Pengukur panjang badan
Termometer, ARI, Otoskop, Stetoskop, Oximetri
Pengukuran lingkar kepala bayi
Bagan MTBS dan formulir pencatatan balita sakit umur kurang dari 2 bulan
dan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
B. Metode
1. Pemeriksaan Antropometri
2. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
3. Anamnesa
4. Penilaian,Klasifikasi dan Tindakan/Pengobatan
5. Konseling, Informasi dan Edukasi ( KIE )
C. Langkah Kegiatan
1. Petugas melakukan pemanggilan pasien.
2. Petugas melakukan pemeriksaan antropometri
3. Petugas melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
4. Petugas melakukan anamnesa
5. Petugas melakukan penilaian,klasifikasi dan memberikan tindakan dan
pengobatan.Apabila tidak bisa ditangani akan diberikan rujukan internal atau
eksternal ke Rumah Sakit
6. Petugas memberikan konseling dan edukasi.
BAB V
LOGISTIK
1. Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM
puskesmas, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat
dan lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas berjalan baik dan
lancar.
2. Tujuan khusus
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK ( Penyakit Akibat Kerja )
dan KAK ( Kecelakaan Akibat Kerja ).
b. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas puskesmas.
Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
b. Pakailah jas ( dokter, dokter gigi, analis ) saat bekerja
c. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam
kebakaran, eye shower, respirator, dan alat keselamatan kerja yang lainnya.
d. Buanglah sampah pada tempatnya.
e. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik.
f. Dilarang merokok
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Mengetahui,