Anda di halaman 1dari 4

RESENSI BUKU

Oleh:

NURUL HUSNA (210501045)

Mata kuliah : Kajian Naskah

Identitas Buku :

Judul Buku : Hikayat Aceh (Naskah PNRI ML 421)

Pengarang : Hermansyah

Kota Terbit : Jakarta

Penerbit : Perpusnas PRESS

Tahun Terbit : 2021

Tebal Halaman : 94 Halaman


BAB I

KATA PENGANTAR

Pada abad ke 16- 17 M, Aceh mencapai puncak keselarasan. Pada periode


tersebut, Aceh menjadi pusat perdagangan dan pusat ilmu pengetahuan, salah satu
kemajuan dalam kesusastraan. Bukti tersebut dapat dilihat pada karya intelektual
yang ditulis oleh para cendekiawan dengan berbagai disiplin ilmunya yang hingga
saat ini masih tersimpan diberbagai museum, lembaga swasta, dan koleksi
personal. Naskah-naskah yang dilahirkan dalam berbagai keilmuan yang lebih
didominasi dalam Bahasa Jawi (Melayau/Indonesia) daripada Bahasa Aceh,
kecuali naskah ranah rakyat.

Istilah Hikayat berasal dari Bahasa Arab “hikayah” artinya cerita,


dongeng, kisah, bentuk masdar dari kata kerja ”haka” sebagai menceritakan,
mengatakan sesuatu kepada orang lain. Di Aceh, hikayat dikenal sebagai sebuah
karya sastra umumnya berbentuk syair, sebagian kecil saja yang berbentuk prosa,
isinya meliputi segala aspek bidang ilmu dan berbagai corak seperti dongeng,
cerita, sejarah, nasehat, kisah, surat, nazam, dan sebagainya. Dalam pandangan
Snouck, hikayat bagi orang Aceh tidak hanya berisi cerita fiksi belaka, tetapi
berisi pula butir-butir ynag menyangkut pelajaran moral ; ke dalam kelompok ini
termasuk kitab-kitab pelajaran sederhana, asalkan ditulis dalam bentuk sanjak.
Berbeda dengan term hikayat dalam Bahasa Melayu yaitu merupakan narrative
story yaitu dalam bentuk prosa beralur cerita (narasi) atau dikenal novel dalam
sastra modern.

Hikayat adalah salah satu jenis sastra Aceh, pada umumnya dalam bentuk
puisi diucapkan atau ditulis dalam Bahasa Aceh. Hikayat Aceh pada awalnya
dikembangkan hanya melalui lisan, disampaikan secara turun temurun dari
generasi ke generasi. Hikayat Aceh pada periode tersebut mengutamakan hafalan
atau tradisi tutur dari generasi ke generasi.
BAB II

ISI BUKU

Dalam buku ini penulis; Hermansyah, menjelaskan tentang Inventarisasi


naskah hikayat Aceh yang ditemui hanya tiga variannya:
1) Naskah dengan nomor inventarisasi Cod. Or. 1954(Kemudian dikenal
dengan Ms. A).
2) Naskah Cod. Or 1983 (Selanjutnya disebut Ms. B). Keduanya merupakan
koleksi Legatum Warnerianum di Perpustakaan Universitas Leiden.
3) Naskah dikoleksi di perpustakaan Nasional RI (PNRI) Jakarta dengan
nomor kode KBG 421 Mal, atau disebut juga ML. 421. (Selanjutnya
disebut Ms. C).
Penulis juga menjelaskan tentang alih aksara teks Arab-Jawi ke aksara
latin yang bertujuan untuk memudahkan bacaan bagi kalangan umum. Maka
pengalihan aksara dalam buku ini harus bersifat obyektif, jujur, dan konsentrasi
penuh untuk menilai teks setiap variannya di setiap versi naskah, sehingga
kemudian dapat dipertanggung jawabkan.
Hermansyah juga menuliskan ringkasan isi hikayat Aceh, kandungan isi
naskah Hikayat Aceh ini merupakan ringkasan dari synopsis naskah Hikayat Aceh
yang terdapat di koleksi PNRI dan koleksi Universitas Leiden yang diringkas
secara berurutan. Isi kandungan naskah yang dimulai dari Raja Indera Syah
diterima oleh Maharaja Cina dengan segala kehormatan. Kemudian juga
menceritakan tanda kelahiran Sultan agung Aceh, yaitu Iskandar Muda. Teks juga
menceritakan beberapa wilayah di Aceh, seperti danau laut yang besar (Danau
laut Tawar, Aceh Tengah). Kemudian kisah kejayaan Aceh tersebar di Mekkah
dan Madinah melalui jamaah Aceh-Nusantara dan jamaah Turki. Dalam teks (hal.
78) disebut kisah Ulama besar Syeikh Sibghatullah Syeikh Muhammad Makarim,
Mir Jakfar yang duduk bersama Basyah Yaman bertemu dengan Haji Ahmad
yang ternyata dari Aceh. Mereka menceritakan negeri Aceh yang dikunjungi
utusan Turki. Wilayah kekuasaan Aceh, dan beberapa kisah lainnya.
BAB III
PENUTUP

A. KELEBIHAN
Buku ini memiliki kelebihan, diantaranya yaitu pada bagian cover dan
juga judulnya mengenai Hikayat Aceh yang sangat menarik untuk dibaca.
Apalagi bagi mahasiswa sejarah, mereka pasti sangat ingin mengetahui
bagaimana sejarah Aceh terdahulu. Dan juga pada bagian isi buku yang
membahas tentang kisah para Sultan dan Kesultanan Aceh, sebelum dan
dimasa Kesultanan Iskandar Muda.

B. KEKURANGAN
Menurut saya, kekurangan dalam buku ini yaitu penulis tidak
memberikan contoh gambar Naskah asli, sehingga pembaca tidak mengetahui
seperti apa aksara diterjemahkan dalam Arab-Jawi tersebut. Pada buku ini juga
tidak terdapat sinopsis.

C. REKOMENDASI
Saya sangat merekomendasikan untuk teman-teman yang ingin
mengetahui lebih lanjut cerita atau kisah para kesultanan kerajaan Aceh
sebelum dan dimasa Kesultanan Iskandar Muda. Apalagi kita anak Sejarah
harus banyak mengetahui, khususnya Sejarah daerah kita sendiri, yaitu sejarah
Aceh. Jika teman-teman ingin mengetahui seperti apa sejarah Aceh masa lalu
dan kisah para sultan-sultan, boleh meminjam buku ini pada Bapak
Hermansyah.

Anda mungkin juga menyukai