Anda di halaman 1dari 46

ANALISIS FUNGSI DPRK KOTA BANDA ACEH DALAM MELAKUKAN

PENGAWASAN TERHADAP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN QANUN


KOTA BANDA ACEH NO 3 TAHUN 2021 UNTUK MENINGKATKAN
PAD DI KOTA BANDA ACEH

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Persyaratan


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik
Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Syiah Kuala

OLEH :

NAMA : PUTRI SAKINAH

NIM : 2010103010114

PRODI : ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Bismillahhirahmanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur atas isi dan
ridha Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan proposal yang berjudul “Analisis Fungsi DPRK
Kota Banda Aceh Dalam Melakukan Pengawasan Terhadap
Implementasi Qanun Kota Banda Aceh No 3 Tahun 2021 Untuk
Meningkatkan PAD Kota Banda Aceh”. Penulisan proposal penelitian ini
untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan dan sebagai persyaratan untuk
memenuhi mata kuliah Seminar Penyusunan Usulan Proposal, Program
Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah
Kuala. Shalawat dan Salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat.

Penulisan proposal penelitian ini masih banyak kekurangan dan


masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan penuh harapan dan
hati yang lapang, Peneliti sangat bersedia untuk menerima masukan dan
kritikan dari berbagai pihak demi perbaikan terhadap proposal penelitian
ini.Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan sehingga proposal penelitian ini
dapat terselesaikan.

Banda Aceh, 22 Mei 2023

( Putri Sakinah)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Fokus Penelitian........................................................................................8
1.3 Rumusan Masalah.....................................................................................8
1.4 Tujuan Penelitian.......................................................................................9
1.5 Manfaat Penelitian.....................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................11
2.1 Penelitian Terdahulu..................................................................................11
2.2 Perspektif Teoritis.....................................................................................16
2.3 Kerangka Berfikir......................................................................................32
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................33
3.1 Objek Penelitian........................................................................................33
3.2 Jenis Penelitian..........................................................................................33
3.3 Sumber Data..............................................................................................34
3.4 Teknik Pengumpulan Data........................................................................35
3.5 Informan Penelitian...................................................................................37
3.6 Teknik Analisis Data.................................................................................38
3.7 Jadwal Penelitian.......................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................44
A. Buku..........................................................................................................42
B. Peraturan Perundang-Undangan................................................................43
C. Skripsi/Jurnal/Artikel Ilmiah.....................................................................43
D. Website......................................................................................................44

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu..............................................................................14


Tabel 3.1 Informan Penelitian...............................................................................38

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewan perwakilan rakyat Daerah Kabupaten/Kota adalah unsur

penyelenggara pemerintah daerah Kabupaten/Kota yang anggotannya dipilih

melalui pemilihan umum yang mewakili para pemilihnya di suatu daerah

pemilihan. Didalam menjalankan tugas-tugasnya, wakil rakyat tersebut memiliki

tiga fungsi yaitu fungsi Anggaran, Fungsi pengawasan, dan fungsi legislasi.

DPRK Kota Banda Aceh memiliki kendali sebagai penyelenggaraan fungsi

legislasi secara proaktif untuk kepentingan masyarakat yang mengarah pada

pengalokasian penganggaran untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat

sebagai fungsi anggaran, kemudian bertanggung jawab dan bertanggung gugat

sebagai fungsi pengawasan, dan selanjutnya fungsi representasi rakyat dalam

rencana untuk membangun hubungan konstituensi dengan rakyat serta

membangun kelembagaan DPRK yang kuat dan mandiri dengan didukung oleh

ketaatan anggota terhadap tata tertib dan kode etik.

Dalam fungsi legislasinnya, DPRK melaksanakan penyusunan program

legislasi daerah Bersama Walikota. Pembentukan semua peraturan diatur secara

terencana, terstruktur, dan sistematis melalui program legislasi. Pembentukan

Undang-Undang melalui program legislasi nasional dinamakan (prolegnas) dan

pembentukan peraturan daerah melalui program legislasi daerah dinamakan

(prolegda) serta untuk program legislasi pembentukan Qanun di Aceh disebut

program legislasi Aceh (prolega) dan untuk kota Banda Aceh pembentukan

peraturan daerah Kabupaten/Kota melalui program legislasi Kabupaten/Kota

1
disebut dengan (prolek), tujuannya yaitu untuk pembentukan Qanun-Qanun di

Kabupaten/Kota se-Aceh. Oleh karena itu, DPRK bersama Walikota akan

membahas dan menyetujui atau tidak rancangan Qanun dan kemudian

mengajukan rancangan Qanun Tersebut.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Menurut Pasal 1 ayat (18) adalah

pendapatan yang diperoleh oleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan

daerah sesuai Perundang-Undangan.Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat

bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, pengelolaan hasil tanam, maupun

sumber yang sah lainnya. Daerah diberikan kewenangan untuk melakukan

pemungutan berbagai jenis pajak dan retribusi daerah yang berhubungan dengan

aspek kehidupan masyarakat yang nantinnya akan digunakan untuk memenuhi

berbagai kebutuhan daerah (Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang

pertimbangan keuangan antara pusat dan pemerintahan daerah).

Retribusi Parkir merupakan pungutan daerah yang bertujuan untuk

pembayaran atau jasa pemberian izin tertentu yang khusus diberikan oleh daerah

untuk kepentingan pribadi atau badan. Retribusi parkir merupakan salah satu

penerimaan retribusi daerah, meskipun bukan penerimaan retribusi yang paling

utama, retribusi parkir merupakan salah satu penerimaan retribusi yang cukup

menjanjikan dan stabil, serta potensial untuk ditingkatkan. Keberadaan parkir

telah menjadi kebutuhan orang banyak pada saat ini, setiap orang yang melakukan

aktivitas menggunakan kendaraan pribadi tentunya juga membutuhkan ruang

parkir untuk kendaraannya. Sehingga dengan meningkatnya aktivitas yang

dilakukan dengan kendaraan pribadi maka kebutuhan terhadap ruang parkir juga

meningkat. Retribusi parkir juga merupakan salah satu dari penerimaan retribusi

2
daerah yang paling utama dan juga cukup menjanjikan serta sangat potensial

untuk ditingkatkan. Dengan adannya keberadaan parkir telah menjadi salah satu

kebutuhan orang banyak. Setiap orang yang melakukan aktivitas dengan

kendaraan pribadi tentu membutuhkan lahan parkir untuk kendaraannya. Sehingga

dengan adannya demikian bisa membuat lahan parkir terus meningkat dan juga

bias meningkatkan pendapatan asli daerah dari retribusi parkir.

Kota Banda Aceh dalam meningkatkan PAD juga melaksanakan

pengutipan retribusi parkir, hal tersebut sesuai dengan ketentuan Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 115 dan

Pasal 156 ayat 1, Pemerintah Kota Banda Aceh memiliki wewenang untuk

memungut retribusi parkir di tepi jalan umum. Dalam pelaksanaan pengutipan

retribusi parkir, Pemerintah Kota Banda Aceh berpedoman pada Qanun Kota

Banda Aceh Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi

Jalan Umum, yang mengatur tarif retribusi parkir bahwasannya Roda 2 dan

sejenisnya Rp.1000 sekali parkir, selanjutnya Roda 3 dan sejenisnya Rp.1000

sekali parkir, Roda 4 dan sejenisnya Rp.2000 sekali parkir, dan Roda 6 dan

sejenisnya Rp.6000 sekali parkir (https://diskominfo.bandaacehkota.go.id).

Kota Banda Aceh dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) juga

di peroleh dari retribusi parkir. Mulai tanggal 1 Februari tahun 2022

diberlakukannya tarif baru parkir pada lokasi-lokasi tertentu di wilayah Banda

Kota Banda Aceh. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Perhubungan

Kota Banda Aceh bapak Wahyudi S.STP. Ia mengatakan sesuai dengan Qanun

Nomor 3 tahun 2021 tentang retribusi parkir dan pelayanan parkir di jalan umum

serta tempat khusus parkir sesuai dengan SK Walikota Nomor 475 tentang

3
penempatan lokasi parkir tertentu sehingga tarif baru retribusi parkir tersebut

hanya berlaku di jalan Ule Lheue, Gampong Jawa, dan Dijalan Diponogoro

sebesar Rp.2000 untuk roda dua, dan Rp.4000 untuk roda empat. Tarif baru

mengenai retribusi parkir ini diberlakukan dengan tujuan untuk mencapai target

retribusi parkir pada tahun 2022. Disamping tarif baru retribusi parkir dengan

tujuan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), Kota Banda Aceh juga sudah

memberlakukannya parkir Elektronik tahap pertama di tiga Kawasan yaitu di

Jalan TP Nyak Makam, Jalan Ali Hasyimi, dan Jalan Sri Ratu Safiatuddin. Sistem

parkir Elektronik ini sengaja di hadirkan guna untuk mengoptimalkan

pendapatan asli daerah (PAD) di Kota Banda Aceh. Maka dari itu, Pemerintah

kota banda Aceh akan terus memperluas Kawasan parkir Elektronik untuk

menertibkan kendaraan lebih rapi dan juga bisa lebih teratur untuk tarif parkir dari

transportasi pribadi masyarakat (https://diskominfo.bandaacehkota.go.id).

Berdasarkan informasi yang dikutip dari berita media dalam wawancara

yang dilayangkan kepada Bapak Sabri Badruddin selaku salah satu anggota

DPRK kota Banda aceh mengatakan potensi penerimaan dari retribusi parkir jika

dilihat dari kondisi lapangan sangat tinggi, tapi pendapatan yang diterima

pemerintah malah tidak ada peningkatan yang signifikan. Bahkan, target yang

sudah ditetapkan oleh pemerintah sendiri juga tidak pernah dicapai setiap

tahunnya. Misalkan tahun 2018 ditarget Rp4,6 miliar, tapi yang terealisasi hanya

Rp3.912.165.000. Jika dilihat berdasarkan fakta dilapangan Kenyataannya

realisasi yang mampu dicapai dari tahun ke tahun belum pernah melebihi dari

(target) 4 miliar. Padahal potensi penerimaan dari retribusi parkir di Banda Aceh

sangat besar jika dilihat potensi parkir. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan

4
Banda Aceh jumlah kendaraan di Banda Aceh mencapai 250.000 unit (roda dua

dan empat). Apabila kenderaan tersebut hanya parkir 100 kali saja selama setahun

dengan biaya retribusi parkir rata-rata Rp1000, maka jumlah penerimaan yang

didapatkan bisa Rp25 miliar dalam setahun. Setelah dibagi dengan 65% untuk

tukang parkir, maka 35% dari 25 miliar ini sudah 8,7 miliar (Badan Pusat

Statistika Kota Banda Aceh, 2019) itu masih hitungan terendah, bayangkan kalau

hitungannya setiap hari dalam setahun kenderaan tersebut selalu bayar parkir.

Belum lagi penerimaan retribusi parkir dari kenderaan daerah lain yang masuk ke

Banda Aceh. Maka, kata Sabri potensi penerimaan daerah dari retribusi parkir

sangat besar, tapi selama ini tidak digarap dengan maksimal. Sabri menyampaikan

antara potensi pendapatan dengan realisasi belum berimbang. Berdasarkan data

bahwasannya pemerimaan daerah dari retribusi Parkir di targetkan sebanyak

5,563,000.000 sedangkan yang ter realisasi 3,501,465,000 hanya 62,94 dari 100%

saja tentu angka ini sangat sedikit dari yang ditargetkan jika kita lihat dari jumlah

kendaraan yang ada di Banda Aceh (Badan Pusat Statistika Kota Banda Aceh,

2021). Jika pendapatan dari parkir itu bisa bertambah sesuai dengan potensi yang

ada tentunya pendapatan tersebut dapat digunakan untuk kesejahteraan dan

pembangunan kota.

Berdasarkan wawancara awal dengan Farid Nyak Umar selaku Ketua

DPRK Kota Banda Aceh bahwasannya rancangan qanun (Raqan) tentang

penyelenggaraan parkir dan retribusi pelayanan parkir di Tepi Jalan Umum dan

Tempat Parkir khusus bertujuan untuk modernisasi pengelolaan parkir di kota

Banda Aceh dan juga memberikan manfaat dari pengelolaan tunai ke nontunan.

Di samping itu, Ketua DPRK Kota Banda Aceh juga menjelaskan bahwasannya

5
dalam Undang-undang Nomor 28 tahun 2029 tentang pajak daerah dan retribusi

parkir serta peraturan pelayanan parkir di atur dengan peraturan daerah. Maka dari

itu, ketua DPRK Kota banda Aceh mengharapkan Rancangan Qanun (Raqan) ini

dapat mengoptimalkan kinerja pengelolaan dan pelayanan parkir sehingga

permasalahan klasik seperti banyak nya petugas parkir yang belum efisien serta

persoalan rawannya kebocoran potensi pendapatan asli daerah (PAD) dapat

teratasi serta tidak tercapainnya target pendapatan asli daerah (PAD) karena

pendapatan yang lebih kecil dari biaya operasional.

Tidak hanya ketua DPRK saja, penulis juga melakukan wawancara awal

dengan salah satu Anggota DPRK komisi III DPRK kota Banda Aceh yang

memiliki tupoksi kerja dalam hal retribusi parkir ini yaitu Bapak Irwansyah ST

selaku ketua Komisi III DPRK Kota Banda Aceh. Ada beberapa persoalan

mengenai parkir di Kota Banda Aceh salah satunnya adalah minimnya tempat

parkir serta rute parkir yang sebaris akhirnya menjadi melintang. Oleh karena hal

itu, dalam rapat paripurna yang dilakukan DPRK Kota Banda Aceh, Komisi III

mengajukan rancangan untuk Pengalihan parkir tunai menjadi Non tunai atau

sering disebut E-Parkir.

Alasan komisi III DPRK Kota Banda Aceh mengajukan rancangan

tersebut juga sudah di perhatikan dari beberapa daerah yang dijadikan acuan

terhadap keberhasilan dari penerapan E-Parkir yang bisa meningkatkan

pendapatan asli daerah (PAD). Komisi III juga melakukan kerjasama dengan

dinas perhubungan untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai

parkir Elektronik. Untuk saat ini, Parkir Elektronik dinilai masih sedikit kurang

sempurna dalam melakukan fungsinnya. Ada beberapa keluh kesah masyarakat

6
mengenai parkir Elektronik salah satunnya adalah masyarakat mengeluh.

Berdasarkan survei lapangan yang dilakukan pihak komisi III DPRK Kota Banda

Aceh ada beberapa masyarakat ketika melihat tempat yang ada E-Parkir malah

mengurangi minat mereka untuk masuk ketempat tersebut karena di anggap E-

Parkir memberikan kendala bagi masyarakat itu sendiri dan mereka memilih

untuk parkir di luar sehingga menimbulkan permasalahan baru. Jadi dalam rapat

Evaluasi DPRK Kota Banda Aceh khususnya komisi III DPRK Kota Banda Aceh

dan Dinas Perhubungan melakukan Kajian kembali tentang peran masyarakat

dalam menggunakan parkir Elektronik tersebut sehingga rancangan Qanun

(Raqan) tersebut bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam pasal 24 Ayat (1) UU Nomor 11 tahun 2006 huruf b menyatakan

bahwa Dewan Perwakilan Rakyar Kabupaten/Kota mempunyai tugas untuk

melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaa Qanun Kabupaten/Kota dan

peraturan perundang-undang lainnya. Sesuai dengan tugas dan fungsi DPRK

diatas terutama dalam hal DPRK dalam melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaa Qanun yang di lakukan oleh pemerintah daerah salah satunya yaitu

Qanun Kota Banda Aceh Nomor 3 Tahun 2021 terkait tentang penyelenggaraan

parkir dan reribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum dan tempat parkir khusus.

Pelaksanaan Qanun tersebut bertujuan untuk modernisasi pengelolaan parkir di

kota Banda Aceh.

Dengan adannya permasalahan yang telah terjadi, Pentingnya dilakukan

kajian dan penelitian ini untuk mengetahui Bagaimana Mekanisme pengawasan

yang dilakukan DPRK Kota Banda Aceh terhadap pelaksanaan Qanun Kota

Banda Aceh Nmor 3 tahun 2021 agar bisa meningkatkan PAD di Kota Banda

7
Aceh. Oleh Karena itu, Berdasarkan permasalahan dan uraian diatas, maka penulis

tertarik untuk meneliti persoalan ini secara lebih mendalam melalui penelitian dan

tulisan dengan judul “Analisis fungsi DPRK kota Banda Aceh dalam

melakukan pengawasan terhadap Implementasi kebijakan Qanun No 3

tahun 2021 untuk meningkatkan PAD di Kota Banda Aceh”.

1.2 Fokus Penelitian

Adapun fokus penelitian ini adalah Fungsi DPRK Kota Banda Aceh

dalam Melakukan Pengawasan terhadap Implementasi Kebijakan Qanun No 3

Tahun 2021 Untuk Meningkatkan PAD di Kota Banda Aceh.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan Fokus Penelitian di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian

ini adalah:

Bagaimanakah mekanisme dan strategi Pengawasan yang dilakukan

DPRK Kota Banda Aceh dalam implementasi Qanun Kota Banda Aceh No 3

Tahun 2021 untuk meningkatkan PAD di Kota Banda Aceh?

1. Apa saja Hambatan yang timbul dalam implementasi Qanun Kota Banda Aceh

No 3 Tahun 2021 untuk meningkatkan PAD di kota Banda Aceh?

2. Bagaimana mekanisme penyelesaian masalah yang dilakukan DPRK Kota

Banda Aceh agar implementasian Qanun Kota Banda Aceh No3 tahun 2021

bisa Efektif untuk meningkatkan PAD Kota Banda Aceh?

8
1.4 Tujuan Penelitian

Secara umum, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana

Fungi DPRK kota Banda Aceh dalam melakukan Pengawasan Terhadap

implementasi kebijaakan Penyelenggaraan Qanun Kota Banda Aceh No 3 Tahun

2021 untuk meningkatkan PAD di Kota Banda Aceh. Sedangkan secara khusus,

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan dari implementasi

kebijakan Qanun Kota Banda Aceh no 3 tahun 2021 dalam meningkatkan PAD

kota Banda Aceh dan mengenai faktor permasalahan yang timbul sehingga

implementasi Qanun Kota Banda Aceh belum bisa meningkatkan PAD sesuai

yang sudah ditargetkan.

1.5 Manfaat Penelitian

• Bagi Mahasiswa

Manfaat yang diberikan Bagi Mahasiswa adalah sebagai pengetahuan

untuk mengetahui Bagaimana pengawasan DPRK terhadap Pengimplementasian

Qanun Kota Banda Aceh No 3 tahun 2021 dalam meningkatkan PAD di Kota

Banda Aceh

• Bagi Masyarakat

Manfaat Bagi Masyarakat adalah agar masyarakat bisa memahami dan

Mengetahui tentang Implementasi kebijakan qanun No 3 tahun 2021 dalam

meningkatkan PAD di Kota Banda Aceh.

• Bagi Pemerintah

Manfaat Bagi pemerintah adalah penelitian ini bisa menjadi salah satu

bahan tambahan dalam melakukan evaluasi mengenai hambatan atau kendala

9
yang di peroleh dari pengimplementasian kebijakan Qanun Kota Banda aceh

dalam meningkatkan PAD kota Banda Aceh sehingga bisa menyukseskan

jalannya pengimplementasian tersebut.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.6 Penelitian Terdahulu

Pada penelitian ini penulis menggunakan beberapa penelitian terdahulu

yang dianggap relevan sebagai bagai bahan acuan topik penelitian yang sedang

dilakukan guna mempermudah, memperkaya kajian penelitian yang dilakukan,

dan diharapkan agar penelitian yang dilakukan benar-benar memberikan suatu

sumbangsih yang bersifat baru dalam ilmu pengetahuan yang bermanfaat baik

bagi para akademisi, masyarakat umum, dan peneliti sendiri. Berikut beberapa

penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan.

Pertama, Penelitian yang di lakukan oleh M.Ziaul Haq dan Effendi Hasan,

(2019) yang Berjudul “Strategi Pemerintah kota Banda Aceh dalam meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah Melalui penerimaan Retribusi Parkir”. Adapun Tujuan

dari Penelitian ini adalah menunjukkan bahwa strategi Pemerintah Kota Banda

Aceh mengenai retribusi parkir belum berjalan dengan optimal. Hal ini

dipengaruhi oleh pengelolaan retribusi parkir yang belum optimal, kurangnya

pemanfaatan karcis, tidak adanya metode untuk menentukan potensi retribusi

parkir, setoran kepada daerah yang tidak sesuai dengan aturan, dan rendahnya

pengawasan dan sumber daya manusia. Pemerintah Kota Banda Aceh diharapkan

untuk meningkatkan intensitas kerja sama antar lembaga dalam mewujudkan

pengelolaan parkir yang baik. Dinas Perhubungan Kota Banda Aceh disarankan

untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan memberikan pelatihan

kepada juru parkir, membentuk sebuah metode perhitungan potensi retribusi yang

ideal, dan melakukan peninjauan ulang aturan bagi hasil, serta sebagai lembaga

11
pelaksana kebijakan disarankan untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja

juru parkir. Hal tersebut dilakukan agar pemerintah dapat meminimalisir

kebocoran PAD yang terjadi.

Persamaan dan perbedaan yang dilakukan oleh peneliti M.Ziaul Haq dan

Effendi Hasan dengan Penulis adalah sama-sama Menganalisis tentang evektivitas

retribusi Parkir terhadap PAD kota Banda Aceh. Sedangkan perbedaan dari kedua

penelitian ini terletak pada fokus penelitiannya. Penelitian yang dilakukan oleh

M.Ziaul Haq dan Effendi Hasan lebih berfokus kepada peran pemerintah dalam

meningkatkan PAD melalui retribusi Parkir, sedangkan penulis lebih berfokus

kepada Peran legislatif yaitu DPRK Kota Banda Aceh terhadap retribusi parkir

seperti pada Qanun No 3 tahun 2021.

Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Suci Febrina (2016) yang

berjudul “Mekanisme Perparkiran pada qanun nomor 4 tahun 2012 tentang

retribusi Parkir dan pelayanan jalan Umum”. Adapun Tujuan dari Penelitian ini

adalah Untuk Menganalisis dan mengetahui Tentang penerapan qanun nomor 4

tahun 2012 tentang retribusi parkir yang berfokus di Jln Diponogoro. Jadi sesuai

dengan peraturan yang sudah tercantum bahwasannya untuk biaya parkir di jln.

Diponogoro untuk motor 2000 dan untuk mobil 3000 selanjutnya hasil dari

tersebut di setorkan Untuk PAD. Persamaan Penelitian yang dilakukan oleh Suci

Febrina dengan Penulis adalah sama-sama Menganalisis tentang efektivitas

penerapan Peraturan mengenai retribusi Parkir sesuaai dengan Qanun yang sudah

di buat. Sedangkan Perbedaan dari kedua penelitian penulis dengaan penelitian

terdahulu ini adalah lebih pada fokus penelitian, penelitian terdahulu lebih

berfokus kepada penerapan qanun nomor 4 tahum 2012 mengenai retribusi parkir

12
di jln. Diponogoro, sedangkan penulis berfokus kepada bagaimana pengawasan

yang dibuat legislatif terhadap Qanun No 3 tahun 2021 apakah sudah sesuai di

terapkan di Banda Aceh atau tidak.

Ketiga, Penelitian yang Dilakukan Oleh siti Farah Iiza (2017) yang

Berjudul “Pengawasan terhadap Qanun retribusi parkir menurut Qanun Aceh

Besar dalam perspektif islam”. Adapun Tujuan dalam Penelitian ini adalah untuk

Menganalisis tentang efektifitas pengawasan terhadap Qanun retribussi parkir

sesuai dengan pandangan islam dan syariat islam. Persamaan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti Siti Farah Liza dengan penulis adalah sama-sama memiliki

tujuan Untuk melihat penerapan mekanisme retribusi Parkir sesuai dengan Qanun

daerah. Sedangkan Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitia yang

penulis lakukan adalah dalam penelitian terdahulu lebih berfokus kepada

Perspektif islam dan dalam Qanun daerah Aceh Besar mengenai penerapan

mekanisme retribusi parkirnya, sedangkan Penulis lebih berfokus kepada

pengawasan Legislatif terhadap retribusi parkir sesuai dengan Qanun kota Banda

aceh Tahun 2021.

13
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Metode Teori Perbedaan dan Persamaan Sumber


1. M.Zia ul haq Strategi Deskriptif Teori Sama-sama Menganalisis tentang Jurnal Ilmiah
dan Effendi Pemerintah kota Kualitatif kebijakan evektivitas retribusi Parkir terhadap PAD Mahasiswa Fisip
Hasan Banda Aceh dalam menurut kota Banda Aceh. Sedangkan perbedaannya Unsyiah
meningkatkan william Dun terletak pada fokus penelitiannya. Penelitian
Pendapatan Asli yang dilakukan oleh M.Ziaul Haq dan
Daerah Melalui Effendi Hasan lebih berfokus kepada peran
penerimaan pemerintah dalam meningkatkan PAD
Retribusi Parkir melalui retribusi Parkir, sedangkan penulis
lebih berfokus kepada Peran legislatif yaitu
DPRK Kota Banda Aceh terhadap retribusi
parkir seperti pada Qanun No 3 tahun 2021.
2. Suci Febrina Mekanisme Deskriptif Teori Sama-sama menganalisis tentang efektivitas https://
Perparkiran pada Kualitatif pengawasan penerapan repository.ar-
Qanun Nomor 4 Menurut Peraturan mengenai retribusi Parkir sesuaai raniry.ac.id/id/eprin
Tahun 2012 Robert dengan t
Tentang Retribusi Eschobern Qanun yang sudah di buat. Sedangkan
Parkir dan Perbedaannya adalah lebih pada fokus
Pelayanan Jalan penelitian, penelitian terdahulu lebih
Umum berfokus kepada penerapan ganun nomor 4
tahum 2012 mengenai retribusi parkir di jln.
Diponogoro, sedangkan penulis berfokus
kepada bagaimana pengawasan yang dibuat
legislatif terhadap Qanun No 3 tahun 2021
apakah sudah sesuai di terapkan di Banda
Aceh atau tidak.

14
No Peneliti Judul Metode Teori Perbedaan dan Persamaan Sumber

3. Siti Farah Pengawasan Kualitatif Teori Sama-sama memiliki tujuan Untuk melihat https://
Liza terhadap Qanun Pengawasan penerapan mekanisme retribusi Parkir repository.ar-
Retribusi Parkir Menurut sesuai dengan Qanun daerah. raniry.ac.id/id/eprin
menurut Qanun T.Hani Sedangkan Perbedaannya adalah dalam t
Aceh Besar dalam Handoko penelitian terdahulu lebih berfokus kepada
Perspektif Islam Perspektif islam dan dalam Qanun daerah
Aceh
Besar mengenai penerapan mekanisme
retribusi parkirnya, sedangkan Penulis lebih
berfokus kepada pengawasan Legislatif
terhadap retribusi parkir sesuai dengan
Qanun kota Banda aceh Tahun 2021

15
2.2 Perspektif Teoritis

Teori merupakan sebagai suatu kumpulan definisi. konsep, dan

pandangan yang terlait dengan suatu penelitian (Sugiyono,2014).

Perspektif tori ini memiliki peran penting dalam penelitian karena menjadi

dasar seta landasan bagi peneliti tersebut.

22.1 Teori Pengawasan Legislatif

Menurut I Ketut Putra Erawan dan Victor Yasadhana bahwa yang

dimaksud dengan pengawasan DPRD adalah sebuah hal penting dalam

pengelolaan pemerintahan yang didalamnya terdapat empat fungsi dasar

seperti perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian.

Dalam sebuah pemerintahan pengawasan merupakan semacam Early

Warning Sistem. Dalam proses pengendalian dapat dikatakan bahwa salah

satu fungsi yang dijalankan oleh DPRD adalah fungsi pengawasan terhadap

pelaksanaan berbagai kebijakan publik di daerah. Pengawasan oleh DPRD

penting dilakukan bukan hanya karena merupakan tugas dan Kewenangan

DPRD untuk menilai apakah berbagai kebijakan publik telah dilaksanakan

oleh lembaga eksekutif maupun lembaga yang dijalankan sesuai rencana,

akan tetapi la juga penting sebagai ukuran seberapa jauh anggota-anggota

DPRD dapat menjalankan mandat yang diberikan para pemilihnya untuk

menjamin pencapaian tujuan-tujuan pembangunan di daerah. (ADEKSI, Buku

Meningkatkan Kinerja Fungsi Legislatif, Hal 8-9)

Selain itu, ada beberapa alasan mengapa DPRD harus melakukan

pengawasan Pertama, DPRD merupakan representasi rakyat dalam menilai

dan mengawasi kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah

16
dan melaksanakan peraturan daerah, kebijakan pemerintah daerah, dan

berbagai kebijakan publik lain secara konsisten. Kedua, pengawasan

mengaktualisasi pelaksanaan etika tata pemerintahan yang baik dan

demokratis (good governance dan democratic governance). Ketiga,

pengawasan dapat meredam KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) di

kalangan lembaga tata pemerintahan di daerah termasuk di DPRD sendiri.

Keempat, pengawasan memungkinkan terbangunnya hubungan timbal balik

(check and balances) antara lembaga legislatif, eksekutif dan masyarakat

sipil. Lebih jauh lagi, berjalannya fungi pengawasan oleh DPRD dapat

memberi kesempatan lebih besar bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam

proses penyelenggaraan pemerintahan. .(ADEKSI, Buku Meningkatkan

Kinerja Fungsi Legislatif, Hal 12)

Jadi dapat diketahui Saat menjalankan fungi pengawasan, DPRD akan

melihat sejauh mana dan bagaimana lembaga publik telah menjalankan

kegiatan sesuai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, apakah tujuan yang telah

ditetapkan dapat dicapai, apakah dalam mencapai tujuan itu telah digunakan

cara-cara yang benar, dan apakah dalam mencapai tujuan tersebut muncul

permasalahan dan persoalan. Hal tersebut meupakan bentuk-bentuk

pertanyaan yang sering di kelompokkan dalam menjalankan pengawasan.

Ada beberapa cara yang di lakukan DPRD dalam menjalankan fungi

pengawasan yaitu dengan mengadakan rapat-rapat,mendengar pemandangan

umum fraksi-fraksi atau pembahasan dalam sidang komisi-komisi,

mengadakan dengar pendapat dari setiap dinas, kunjungan kerja, maupun

pembentukan panitia kerja yang bertanggung jawab untuk menangani kasus

17
tertentu yaitu Melalui cara berikut: (ADEKSI, Buku Meningkatkan Kinerja

Fungsi Legislatif, Hal 12)

1. Mengundang pejabat-pejabat di lingkungan pemerintahan daerah untuk

dimintai keterangan, pendapat dan saran (Hak bertanya).

2. Menerima, meminta dan mengusahakan untuk memperoleh keterangan

dari pejabat/pihak-pihak terkait (Hak interpelasi).

3. Meminta kepada pihak-pihak tertentu melakukan penyelidikan atau

pemeriksaan (Hak angket)

4. Memberi saran mengenai langkah-langkah preventif dan represif kepada

pejabat yang berwenang.

Dalam menjalankan fungi pengawasan DPRD diperlukannya

efektifitas model pengawasan agar bisa berjalan dengan maksimal.

Menurut I Ketut Putra Erawan dan Victhor yesadhana terdapat 2 model

pengawasan yang bisa dijadikan rujukan yaitu:

1. Model patrol Polisi

Dalam model pengawasan ini, lembaga legislatif mengamati

contoh aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh lembaga eksekutif dan

lembaga publik lainnya dengan tujuan mendeteksi, mencegah, atau

memperbaiki pelanggaran aturan atau rencana yang ditetapkan

sebelumnya. Fungi pengawasan terhadap aktivitas yang dijalankan oleh

lembaga tersebut dilakukan dengan berbagai cara seperti mempelajari

dokumen-dokumen, membentuk komisi-komisi untuk mempelajari

persoalan, melakukan observasi lapangan seta menyelenggarakan dengar

pendapat dengan para pejabat lembaga eksekutif terkait atau lembaga

18
publik lainnya.(ADEKSI, Buku Meningkatkan Kinerja Fungsi Legislatif,

Hal 15)

2. Model Alaram Kebakaran

Model ini bersifat tidak terpusat, melibatkan intervensi yang tidak

langsung dan tidak terlalu aktif untuk melihat berbagai permasalahan.

Berbeda dengan model patroli polisi yang dilakukan dengan mempelajari

contoh-contoh aktivitas lembaga-lembaga publik. Model pengawasan ini

lebih menekankan pada upaya menghasilkan serangkaian aturan, prosedur,

dan praktik-praktik informal yang memungkinkan masyarakat untuk ikut

mengawasi aktivitas atau kebijakan yang dihasilkan lembaga eksekutif.

Selain itu ia juga menyediakan aturan, prosedur, dan praktik-praktik

informal yang memberi peluang kepada masyarakat baik secara individu

maupun berkelompok untuk mengajukan gugatan, tuntutan atau keberatan

terhadap lembaga publik. (ADEKSI, Buku Meningkatkan Kinerja Fungsi

Legislatif, Hal 15)

Menurut I Ketut Putra Erawan dan Djojosoekarto Sebelum

melaksanakan fungi dan tugas pengawasan, DPRD perlu menentukan

rangkaian kerangka kerja, sistem, prosedur dan mekanisme yang

diperlukan untuk mencapai kinerja terbaik. Pada dasarnya, seluruh

rangkaian itu harus dipahami dan disepakati oleh alat kelengkapan DPRD

yang mendapatkan tugas untuk melaksanakan pengawasan. Selain itu,

sosialisasi dan kesepakatan juga perlu dibangun bersama-sama dengan

lembaga pelaksana kebijakan pemerintahan dan pembangunan yang akan

jadi sasaran kegiatan dalam pengawasan. Dalam menyusun agenda

19
pengawasan, DPRD perlu mempertimbangkan beberapa aspek penting

sebagai berikut: (ADEKSI, Buku Meningkatkan Kinerja Fungsi Legislatif,

Hal 24-25)

1. DPRD harus menyepakati tingkat pengawasan yang akan dilaksanakan

sesuai dengan agenda yang ditentukan.

2. Agenda pengawasan juga perlu mempertimbangkan lingkup, muatan,

atau bobot pengawasan, dan masing-masing DPRD dapat menentukan

sendiri struktur dan mekanisme penentuan lingkup serta pembobotan

sesuai dengan kesepakatan yang dibuat bersama oleh para anggotanya.

3. Rentang waktu pengawasan juga perlu dilakukan sejak awal, terutama

untuk pelaksanaan kegiatan pengawasan yang bersifat rutin. Pengaturan

waktu yang baik akan memungkinkan DPRD dan seluruh jajarannya

menyesuaikan diri dengan Ketersediaan sumber daya pendukung

terutama waktu dan biaya.

Menurut I Ketut Putra Erawan dan Djojosoekarto bahwasannya

perlu diketahui Pada pengawasan tingkat kebijakan Memiliki beberapa

point khusus yang menghendaki DPRD untuk memenuhi point tersebut

yaitu:

1. Para anggota yang mendapatkan tugas khusus dalam pengawasan

kebijakan tertentu harus mempunyai penguasaan substantif tentang

kebijakan tersebut.

2. Para anggota perlu dibekali dengan referensi dasar yang memadai

tentang kebijakan, terutama yang berkenaan dengan kerangka peraturan

dasar yang membingkainya.

20
3. Kebijakan yang menjadi sasaran pengawasan harus mempunyai

keterkaitan langsung dengan agenda komisi tertentu, sehingga hasil dan

rekomendasi yang dirumuskan relevan dengan agenda dewan.

Maka dari Dari point di atas DPRD dapat menentukan bahwa pada

dasarnya pengawasan sektor kebijakan harus mendasarkan pada agenda

kebijakan yang hendak ditangani oleh DPRD sendiri. DPRD tidak

dapat mendasarkan pengawasan kebijakan semata-mata pada umpan

balik yang disampaikan oleh masyarakat luas. Masukan yang diberikan

oleh masyarakat luas penting, tetapi bukan merupakan dasar utama.

Setelah dilakukannya pengawasan maka bagian akhir dan

rekomendasi pengawasan akan menimbulkan tindak lanjut pengawasan

yang dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok kemungkinan.

Kemungkinan tersebut Pertama adalah hasil pengawasan

membutuhkan tindakan korektif atau perbaikan. Jika hal ini

dirumuskan, DPRD harus dapat memberikan arahan yang terinci dan

jelas bagaimana tindakan korektif tau perbaikan harus dilaksanakan

oleh instansi atau lembaga yang bertanggung jawab. Contoh dari

tindakan korektif atau perbaikan adalah saran agar kebijakan publik dan

program dapat diperbaiki agar tujuan-tujuan yang ditetapkan dapat

dicapai. Selanjutnya Kedua, hasil pengawasan juga dapat

merekomendasikan penghentian atau pembatalan. Tindak lanjut seperti

ini memerlukan penunjukan rangkaian otoritas yang jelas. Sebagian

tindak lanjut merupakan kewenangan DPRD, sebagian lain merupakan

tanggung jawab pemerintah daerah atau instansi pemerintahan lain

21
yang lebih tinggi di tingkat nasional. Dan yang Ketiga, rekomendasi

dari suatu kegiatan pengawasan DPRD juga dapat mengarah pada

perlunya tindak lanjut secara hukum. Jika tindak lanjut seperti ini

diperlukan, maka DPRD harus mampu memberikan arahan dan

masukan yang jelas kepada semua instansi yang bertanggung jawab

atas proses hukum dan peradilan. Jadi, walaupun DPRD mempunyai

kapasitas politik yang sangat kuat, tindak lanjut secara hukum dan

peradilan harus tetap diberikan pada otoritas yang berwewenang.

(ADEKSI, Buku Meningkatkan Kinerja Fungsi Legislatif, Hal 30)

Maka dari pemaparan di atas dapat dikatakan bahwasannya kepada

walikota untuk melakukan perbaikan-perbaikan kebijakan dan program

pembangunan sebagaimana direkomendasikan. DPRD ini juga

mengemukakan pentingnya penilaian subjektif mungkin terhadap

laporan walikota yang harus didasarkan pada program kerja yang telah

disetujui. DPRD dapat mentindaklanjuti issue dan pengaduan yang

disampaikan masyarakat dengan melakukan peninjauan langsung.

Laporan hasil kunjungan akan diserahkan bersama dengan DPRD.

2.2.2 Konsep Kajian Yuridis Mengenai pengawasan Legislatif

Dalam hal pengawasan yang dilakukan oleh DPRD juga mengacu

pada aturan-aturan hukum yang berlaku. Dalam Undang-Undang Nomor

22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, pasal 18 ayat (1) huruf (f),

dinyatakan dengan jelas bahwa DPRD mempunyai tugas dan wewenang

untuk melakukan pengawasan terhadap:

22
1. Pelaksanaan peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan,

Pelaksanaan keputusan gubernur, bupati dan walikota.

2. Pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah.

3. Kebijakan pemerintah daerah.

4. Pelaksanaan kerjasama internasional di daerah.

Hal ini ditegaskan pula dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan

Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, pasal 17 ayat (1) menyatakan

bahwa "DPRD melaksanakan pengawasan legislatif terhadap pelaksanaan

kebijakan daerah". Sementara, Keputusan Presiden Republik Indonesia

Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah, pasal 12 ayat (2) menyatakan bahwa DPRD

Kabupaten/Kota melakukan pengawasan legislatif terhadap:

1. Pelaksanaan kebijakan daerah kabupaten/kota

2. Pelaksanaan kerjasama internasional daerah kabupaten/kota yang

bersangkutan.

Dengan demikian, dapatlah dinyatakan bahwa menjalankan fungsi

pengawasan merupakan tugas dan kewenangan DPRD yang memiliki

pijakan hukum kuat. Pengawasan DPRD meliputi hampir seluruh aktivitas

utama dari lembaga tata pemerintahan di daerah cakupannya sangat luas,

dari pelaksanaan peraturan daerah yang ditetapkan bersama oleh

pemerintah daerah dengan DPRD, sampai dengan kebijakan-kebijakan

yang dihasilkan dan dijalankan oleh berbagai lembaga tata pemerintahan

di daerah. Jadi, fungsi itu tidak hanya dilakukan Oleh pemerintah daerah

23
saja, melainkan juga oleh berbagai lembaga yang melaksanakan kebijakan

publik.

2.2.3 Konsep Qanun No 3 Tahun 2021

Qanun Kota Banda Aceh No 3 Tahun 2021 adalah qanun yang

membahas tentang retribusi Parkir. Di dalam Qanun Ini berisikan Bahwa

untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang perparkiran

serta untuk mewujudkan ketertiban, keamanan, dan kelancaran lalu lintas,

maka penyelenggaraan perparkiran di Kota Banda Aceh perlu dilakukan

secara terencana dan terpadu. Retribusi parkir merupakan salah satu

sumber penghasilan daerah yang bisa meningkatkan pendapatan asli daerah

(PAD). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa retribusi daerah merupakan

salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai

penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah untuk

memantapkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab

guna untuk mengoptimalkan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi sumber

pendapatan daerah dan dipungut retribusi atas pemakaian tempat dan

pelayanan parkir.

Perlu diketahui Bahwa Qanun Kota Banda Aceh Nomor 4 Tahun

2012 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum perlu disesuaikan,

berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud diatas, perlu membentuk

Qanun Kota Banda Aceh tentang Penyelenggaraan Parkir dan Retribusi

Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum dan Tempat Khusus Parkir. Dasar

Hukum Qanun ini adalah UUD Tahun 1945 Pasal 18 ayat (6), UU No 8

(Drt) Tahun 1956,UU No 8 Tahun 1981,UU No. 38 Tahun 2004, UU No.

24
11 Tahun 2006, UU No. 28 Tahun 2009, UU No. 22 Tahun 2009,UU No.

23 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah kedua kalinya dengan UU No. 9

Tahun 2015, PP No. 5 Tahun 1983,PP No. 32 Tahun 2011, PP No. 79

Tahun 2012, Permen Perhubungan No. 13 Tahun 2014, Permen

Perhubungan No. 34 Tahun 2014, Kepmendagri No. 73 Tahun 1999,

Qanun Aceh No. 5 Tahun 2011 dan Qanun Kota Banda Aceh No. 11 Tahun

2016.Dapat diketahui,Dalam Qanun ini terdiri atas 33 Pasal yang mengatur

tentang BAB I Ketentuan Umum, BAB II Retribusi Pelayanan Parkir di

Tepi Jalan Umum, BAB III Retribusi Tempat Khusus Parkir, BAB IV

Wilayah Pemungutan,Masa Retribusi,Tata Cara Pemungutan,

Pembayaran,dan Penyetoran, BAB V Tata Cara Penagihan, BAB VI

Keberatan, BAB VII Pengurangan,Keringanan dan Pembebasan Retribusi,

BAB VIII Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Retribusi BAB

IX Kedaluwarsa, BAB X Pengawasan dan Pengendalian, BAB XI Insentif

Pemungutan, BAB XII Sanksi Administratif, BAB XIII Penyidikan, BAB

XIV Ketentuan Peralihan, BAB XV Ketentuan Penutup.

2.2.4 Konsep Pendapatan Asli daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari

sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintah

daerah. Pendapatan asli daerah merupakan tulang punggung pembiayaan

daerah, oleh karenanya kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari

besarnya kontribusi yang diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap

APBD, semakin besar kontribusi didapat dan diberikan kepada pendapatan

asli daerah terhadap APBD berarti semakin kecil ketergantungan

25
pemerintah daerah terhadap bantuan pemerintah daerah. Pengertian

pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu

sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan

yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang

sah.

Menurut Carunia (2017:119) Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan

suatu penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya

sendiri, semakin tinggi peranan PAD dalam struktur keuangan daerah, maka

semakin tinggi pula kemampuan keuangan yang dimiliki oleh daerah untuk

melaksanakan kegiatan pembangunan daerahnya. Banyak cara yang dapat

digunakan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah agar mendekati atau

bahkan sama dengan penerimaan potensialnya, namun secara umum ada dua

cara untuk mengupayakan peningkatan PAD sehingga maksimal, yaitu

dengan cara intensifikasi dan ektensifikasi. Wujud dari intensifikasi adalah

untuk retribusi yaitu menghitung potensi seakurat mungkin maka target

penerimaan bisa mendekati potensinya. Sedangkan cara ektensifikasi

dilakukan dengan mengadakan penggalian sumber-sumber objek pajak atau

dari hasil Retribusi Daerah Untuk memperoleh PAD yang maksimal maka di

perlukannya cara yang tepat untuk menghitung potensi retribusi parkir.

Retribusi parkir dikenakan atas jasa penggunaan tepi jalan umum yang

merupakan fasilitas milik pemerintah sebagai tempat parkir. Untuk

menghitung potensi pendapatan retribusi parkir adalah dengan cara

mengalikan jumlah kendaraan yang parkir dengan tarif retribusi

26
parkir.Langkah-langkah menghitung potensi retribusi parkir adalah sebagai

berikut:

1. Menentukan tempat parkir tepi jalan umum yang akan diteliti potensi

retribusi parkirnya.

2. Melakukan observasi untuk memperoleh data jumlah kendaraan yang

parkir.

3. Tarif parkir yang dikenakan untuk masing-masing jenis kendaraan

bermotor, luas area parkir, daya tampung, dan sebagainya.

4. Menghitung rata-rata jumlah kendaraan yang parkir perhari.

5. Menghitung potensi retribusi parkir.

Oleh karena itu,dengan adanya uraian diatas dapat menjadi acuan untuk

menghitung potensi retribusi parkir sebagai salah satu sarana yang bisa untuk

mengoptimalkan PAD yang ada di kota Banda Aceh yang bersumber dari

Retribusi Parkir.

2.2.5 Konsep Retribusi Daerah

Dalam undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang retribusi

daerah menyebutkan bahwa retribusi daerah adalah pungutan sebagai

pembayaran dari jasa dan pemberian izin tertentu yang khusus di sediakan

oleh pemerintah daerah demi kepentingan orang pribadi atau hukum.

Retribusi daerah terdiri dari retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan

retribusi perizinan tertentu. Retribusi daerah adalah iuran daerah sebagai

pembayaran atas jasa tau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan

atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau

badan.

27
Menurut Chairunia (2017:85-88) Peningkatan retribusi daerah yang

memiliki potensi yang baik akan meningkatakan pendapatan asli daerah,

retribusi yang diterima oleh pemerintah daerah digunakan untuk

membiayai kembali pembangunan daerah yang bersangkutan.Ciri-ciri

retribusi daerah adalah sebagai berikut:

a. Retribusi di pungut oleh pemerintah daerah

b. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis

c. Adanya kontraprestasi yang secara langsung dapat ditunjuk

d. Retribusi dikenakan pada setiap orang atau badan yang menggunakan atau

mengayam jasa-jasa yang disiapkan negara.

Retribusi daerah digolongkan dalam tiga kelompok retribusi, yang

terdiri dari:

a. Retribusi jasa umum

b. Retribusi Jasa Usaha

c. Hasil Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

2.2.6 Penghasilan PAD Tertinggi di Indonesia (Palangkaraya dan Solo)

Palangkaraya,Kalimantan Tengah merupakan salah satu daerah di

Indonesia yang bisa di jadikan cerminan bagi daerah lain untuk

meningkatkan PAD salah satunya yang bersumber dari retribusi parkir.

Kerja keras jajaran pemerintahan kota Palangkaraya dalam meningkatkan

PAD tahun Anggaran 2022 membuahkan hasil yang sangat

menggembirakan. Palangkaraya berhasil memperoleh Award peringkat 1

kategori realisasi PAD tertinggi tahun anggaran 2023. Dalam wawancara

yang di paparkan oleh kepaladinas perhubungan palangkaraya Alman P

28
Pakphan mengatakan bahwasannya Retribusi parkir di tepi jalan umum di

kota setempat mencapai 726 juta lebih.Dia menerangakan bahwa

penerimaan dari retribusi parkir di tepi jalan umum itu selama periode

januari-Mei tercapai 686 juta lebih. Sementara pada periode 1-13 juni

2022 tercapai Rp 39 juta lebih. Dari informasi laman media menjelaskan

bahwasannya salah satu yang penyebab tingginya penghasilan yang di

peroleh Palangkaraya untuk Meningkatkan PAD terutama dari hal retribusi

parkir adalah dengan adanya penerapan penataan parkir secara digital yang

diberi nama sistem penataan parkir “Si Takir”

(https://kalteng.antarnews.com)

Si takir merupakan sebuah inovasi aplikasi yang diluncurkan

dishub “kota Cantik”. Aplikasi ini juga digunakan untuk memaksimalkan

target PAD dari retribusi. Melalui Aplikasi ini, Masyarakat dapat

memantau lokasi dan pengelola atau juru parkir yang sah.Untuk

itu,masyarakat setempat diminta memaksimalkan keberadaan aplikasi

tersebut baik untuk mengetahui lokasi dan legalitas retribusi yang

dilakukan oleh juru parkir. Dengan adannya aplikasi ini, data lokasi dan

juru parkir akan selalu terpantau. Selain memudahkan masyarkat, aplikasi

ini juga bisa menimalkan kebocoran PAD. Dari hal di atas dapat saya

simpulkan bahwasannya salah satu yang membuat kota Palangkaraya

berhasil memperoleh penghargaan dengan tingkat PAD tertinggi dari

retribusi parkir itu diperoleh dari adanya inovasi apikasi “Si Takir” yang

bergungsi sangat baik hingga dalam 2 tahun terakhir PAD palangkaraya

terus mencapai target bahkan lebih dari yang sudah di targetkan.

29
Selain kota Palangkaraya, Kota Solo juga merupakan salah satu

daerah ke 2 di Indonesia yang memiliki Pengahasilan PAD tertinggi di

Indonesia. Penghasilan ini di peroleh dari penerapan E-Parkir yang sudah

di terapkan di kota Solo. E-parkir terbukti bisa meningkatkan Pendapatan

PAD dari retribusi parkir sehingga penghasilan yang di dapatkan terdata

dan resmi tanpa adanya parkir illegal yang ada di daerah Solo.Dari tahun

sebelumnya Solo memperoleh PAD senile 4,28 Miliar dan setelah perapan

E-parkir PAD dari retribusi parkir meningkat mencapai 5,5 Miliar. Selain

itu, Target PAD kota solo pada 2023 ini naik Rp 80 Miliar dari Rp 740

Miliar pada 2022 mencapai 820 Miliar. Penaikan PAD tahun 2023 ini juga

disebabkan oleh banyak nya peningkatan ekonomi serta dengan adannya

penyelenggaran piala dunia U-20 sehingga meningkatkan pesat retribusi

parkir di Kota Solo. (https://soloraya.solopos.com/target-pad-2023-solo-

turun-rp3817-miliar-begini-penjelasan-wawali-teguh-1731162/amp

30
2.3 Kerangka Berfikir

Analisis Fungsi DPRK Kota Banda Aceh Dalam Melakukan Fungsi


Pengawasan Terhadap implementasi Qanun Kota Banda Aceh No 3 Tahun
2021 Untuk Meningkatkan PAD Di Kota Banda Aceh

Masalah Yang Muncul:Pengawasan yang dilakukan


DPRK Terhadap Implementasi Qanun Kota Banda
Aceh No 3 Tahun 2021 Masih Belum Bisa
Meningkatkan PAD Kota Banda Aceh

Teori Pengawasan Legislatif Menurut


I Ketut Putra Erawan,Vektor
Yesadhana,&Agung Djosoekarto

Cara Menjalankan Fungsi DPRD Model Ideal Pengawasan


a. Mengadakan rapat dengan Fraksi dan a. Model Patroli Polisi
Komisi b. Model Alaram
Kebakaran
b. Mengadakan dan Mendengarkan pendapat
dari dinas
c. Melakukan Kunjungan Kerja
d. Membentuk Tim Khusus untuk
Bertanggung Jawab Di lapangan

Bagaimana Strategi dan Mekanisme Pengawasan yang harus dilakukan DPRK Kota Banda
Aceh terhadap Implementasi Qanun Kota Banda Aceh No 3 Tahun 2021 agar bisa
BABkota
meningkatkan PAD IIIBanda Aceh

31
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang suatu hal objektif, valid, dan

realiable tentang suatu hal atau variable tertentu (Sugiyono, 2012). Objek

penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam sebuah

penelitian karena objek penelitian merupakan sasaran yang hendak dicapai

untuk mendapatkan jawaban maupun solusi dari permasalahan yang

terjadi.

Objek dalam penelitian Ini adalah DPRK Kota Banda Aceh guna untuk

mengetahui bagaimana pengawasan yang dilakukan DPRK Kota Banda Aceh

dalam pengimplementasian Qanun Kota Banda Aceh No 3 Tahun 2021 dalam

meningkatkan PAD di Kota Banda Aceh.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian untuk memperoleh

data secara mendalam, akurat, yang merupakan suatu nilai yang tampak

(Sugiyono,2009). Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

dilakukan untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2000).

Dalam penelitian ini, penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan

data yang mendalam serta akurat mengenai Pengawasan DPRK terhadap

32
Pengimplementasian Qanun kota Banda Aceh No 3 Tahun 2021 dan Juga

untuk memperoleh data Mengenai Jumlah persentase hasi retribusi parkir

dalam Meningkatkan PAD di kota Banda Aceh sehingga bisa mencapai

Target Awal DPRK Untuk menaikan PAD Kota Banda Aceh melalui

pengimplementasian Qanun No 3 Tahun 2021.

Metode penelitian yang di gunakan penulis dalam penelitian ini

adalah metode wawancara dan Studi Pustaka.Dalam penelitian ini penulis

akan mewawancarai beberapa anggota DPRK Kota Banda Aceh dari

beberapa partai terutama komisi III DPRK Kota banda aceh.Karena

Komisi III memiliki tupoksi kerja bertanggung jawab mengenai

pelayanan parkir umum dan retribusi Parkir sehingga bisa di jadikan

sumber untuk memperoleh Data mengenai Pengimplementasi Qanun No 3

Tahun 2021 Kota Banda Aceh guna meningkatkan PAD di Kota Banda

Aceh

3.3 Sumber Data

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis

sumber data, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

3.3.1 Data Primer

Data primer merupakan data utama yang dibutuhkan dalam

penelitian. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari lapangan

penelitian (Hasan, 2002). Pengumpulan data primer ini diperoleh oleh

peneliti melalui wawancara langsung dengan informan penelitian. Mengenai

Hal ini, Penulis Akan melakukan wawancara Langsung Dengan Ketua

33
komisi III DPRK kota Banda aceh karena komisi III memiliki tupoksi kerja

mengenai qanun pengimplementasian Qanun Kota Banda Aceh No 3 tahun

2021 untuk meningkatkan PAD di kota Banda Aceh

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pelengkap yang dikumpulkan serta

digunakan oleh peneliti untuk melengkapi kebutuhan data primer (Hasan,

2002).Data sekunder merupakan data yang sumbernya berasal dari peneliti

sebelumnya.Data sekunder penelitian ini diperoleh dari buku, penelitian

terdahulu, jurnal, arsip,dan media online.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan Langkah-langkah ataupun

cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data penelitian.

Teknik pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Penelitian ini

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :

3.4.1 Wawancara

Wawancara merupakan proses yang dilakukan untuk memperoleh

keterangan yang berguna untuk tujuan penelitian melalui proses tanya jawab

sambil bertatap muka antara si penanya atau pewancara dengan si penjawab

atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide

(panduan wawancara) (Moh Nasir, 2005). Jenis wawancara atau interview

yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur.

Wawancara semi terstuktur merupakan wawancara dimana subjek yang

34
diteliti bisa memberikan jawaban yang bebas dan tidak dibatasi, akan tetapi

subjek yang diteliti tidak boleh keluar alur dari tema yang sudah ditentukan

(Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini, wawancara semi terstuktur ini

dilakukan untuk menggali informasi secara mendalam dari objek penelitian.

Wawancara penelitian dilakukan secara langsung (tatap muka) dengan

narasumber yang mengetahui serta memahami mengenai permasalahan yang

sedang diteliti. Adapun mengenai peralatan yang dilakukan dalam

wawancara yaitu berupa alat perekam suara dan lainnya. Peneliti juga

meminta izin kepada narasumber untuk merekam pembicaraan selama

wawancara guna menghargai narasumber penelitian. Mengenai Hal tersebut

Penulis akan melakukan wawancara dengan beberapa informan yang sudah

tertera di table Informan .

3.4.2 Studi Kepustakaan

Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan

kepada pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik

dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang

dapat mendukung dalam proses penulisan (Sugiyono, 2009). Studi pustaka

(library research) yang digunakan dalam penelitian ini adalah melakukan

serangkaian kegiatan seperti membaca, menelaah dan menguntip dari buku-

buku, jurnal maupun skripsi terdahulu serta melakukan pengkajian terhadap

Pengawasan DPRK kota Banda aceh dalam Pengimplementasian Qanun

Kota Banda Aceh No 3 Tahun 2021 untuk Meningkatkan PAD Di kota

Banda Aceh.

3.4.3 Dokumentasi

35
Teknik dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Metode dokumentasi

adalah metode untuk mendapatkan data yang berupa gambar tulisan dan

sebagainya yang berguna untuk menguatkan hasil penelitian di lapangan

(Sugiyono, 2012). Metode dokumentasi ini digunakan oleh peneliti untuk

mengetahui data-data tertulis maupun data lain mengenai Implementasian

Qanun No 3 Tahun 2021 di kota Banda Aceh.

3.5 Informan Penelitian

Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik purposive sampling, karena disesuaikan dengan

kebutuhan penelitian. Purposive sampling merupakan teknik penentuan

informan dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu yang

dimaksudkan, misalnya informan tersebut merupakan orang yang

dianggap mengetahui mengenai apa yang diharapkan oleh peneliti

sehingga akan memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian

(Sugiyono, 2009).

Tabel 3.1 Informan Penelitian

No Nama Jabatan Jumlah

1. Farid Nyak Umar Ketua DPRK Banda Aceh 1 Orang

2. Isnaini Husda Wakil I DPRK Kota Banda 1 Orang


Aceh
3. Usman,SE Wakil II DPRK Kota Banda 1 Orang
Aceh
3. Irwansyah,ST Komisi III DPRK Kota Banda 1 Orang
(Partai PKS) Aceh
4. Sabri Badruddin Komisi III DPRK Kota Banda 1 Orang

36
(Partai Golkar) Aceh

5. Bukhari Sufi, Plt.Kepala Dinas Perhubungan 1 Orang


S.Sos,M.S.i
6. Juru Parkir Juru Parkir 10 Orang

7. Dosen Akademisi 1 Orang

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lain,sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2009). Analisis data

merupakan langkah yang terpenting dalam suatu penelitian.Data yang

telah diperoleh akan dianalisis pada tahap ini sehingga dapat ditarik

kesimpulan.Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis model

Miles and Huberman (1992). Model analisis data dalam penelitian

digunakan tekhnik Miles & Huberman (1992) mengemukakan bahwa

terdapat tiga tahapan yang harus dilakukan dalam menganalisis data

penelitian kualitatif, yaitu reduksi data, paparan data, dan penarikan

kesimpulan dan verifikasi.

3.6.1 Reduksi data (data reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

dan memfokuskan pada hal-hal yang penting. Data yang direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah penulis untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencarinya bila

diperlukan (Miles &Huberman, 1992). Dalam penelitian ini, data diperoleh

37
melalui wawancara kemudian data tersebut dirangkum, dan diseleksi

sehingga akan memberikan gambaran yang jelas kepada penulis.

3.6.2 Paparan data (data display)

Setelah melakukan reduksi data, Langkah selanjutnya adalah

memaparkan atau menyajikan data. Dalam penulisan kualitatif, penyajian

data bisa dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori dan sejenisnya diperlukan (Miles & Huberman, 1992). Dalam

penelitian ini, penyajian data dilakukan dengan mengelompokkan data

sesuai dengan sub bab-nya masing-masing. Data yang telah didapatkan

dari hasil wawancara, dari sumber tulisan maupun dari sumber pustaka

dikelompokkan, selain itu juga menyajikan hasil wawancara dari informan.

3.6.3 Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing verifying)

Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif

adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Simpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak

ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya diperlukan (Miles &Huberman, 1992). Simpulan dalam

penulisan kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum

pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran. Dalam

penelitian ini, peneliti nantinya akan memberikan kesimpulan tentang

Peran DPRK dalam melakukan Pengawasan terhadap Pengimplementasian

Qanun Kota Banda Aceh apakah sudah sesuai bisa meningkatkan PAD

Kota Banda Aceh atau masih ada hambatan lainnya yaitu melalui Proses

wawancara, Studi kepustakaan, dan juga proses Dokumentasi.

38
39
3.7 Jadwal Penelitian
Adapun waktu yang diperlukan dalam penelitian ini diperkirakaan sebagai

berikut :

Bulan dan Tahun Pelaksanaan penelitian

No Rencana

Kegiatan Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Des

Penelitian

1 Pengajuan Judul

2 Penyusunan Proposal

3 Konsultasi

4 Seminar Proposal

5 Perbaikan pasca seminar

Proposal

6 Pengumpulan data

penelitian

7 Konsultasi

8 Penelitian dan Penyusunan

Skripsi

9 Pengolahan data

10 Konsultasi

11 Ujian Sidang Skripsi

12 Perbaikan dan

Cetak

40
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

ADEKSI,( 2006), Akuntabilitas Publik dan Fungsi Pengawasan


DPRD,Yogyakarta:Galang Press

ADEKSI, (2006), Meningkatkan Kinerja Fungsi Legislasi DPRD, Yogyakarta:


Galang Press

Budiarjo, Miriam, 1996, Dasar-dasar Ilmu Prayudi, 1981, Hukum Administrasi


Negara, Politik.Gramedia

Gunawan, Markus, 2017, Buku Pintar Calon Sujamto, Ir, 1986, Beberapa
Pengertian di Bidang Pengawasan, Ghalia Indonesia,Anggota Legislatif
(DPR,DPRD, dan Jakarta.DPD, Visimedia, Jakarta.

Johnny ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, (Surabaya:

Bayu Media, 2005).

Moeloeng J Lexy. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Rema Rosdakarya

Sugiyono. (2018). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Surbakti, Ramlan. (2010). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia


Widiarasa Indonesia

B. Peraturan Perundang-Undangan

Qanun Kota Banda Aceh No 3 Tahun 2021 Tentang Retribusi Pelayanan Parkir

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Keuangan dan Pertimbangan


keuangan Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan Pengawasan


DPRD

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Retribusi Daerah

41
C. Skripsi/Jurnal/Artikel Ilmiah

Budi Winarno. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media

Pressindo.

Ilyas Wirawan B.dan Burton Richard 2004. Hukum Pajak Salemba Empat: Jakarta

Leo Agustino. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Praptomo, 2016,Implementasi Fungsi Pengawasan DPRD Terhadap Pelaksanaan


Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati Di Kabupaten Kutai Ketatanegraan,
Jurnal, Magister Ilmu Hukum Universitas Brawijya

Siahaan, Marihot, 2005. Pajak dan Retribusi Daerah, Grafindo Persada: Jakarta.

Wahab Solichin Abdul, 2008. Analisis Kebijaksanaan: dari formulasi ke


implementasi kebijaksanaan negara, Ed.2.Cet.6, Bumi Aksara: Jakarta.

Widodo Joko, 2010. Analisis Kebijakan Publik, Konsep dan Aplikasi


Analisis Kebijakan Publik, Bayumedia Publishing: Malang

D.Website

https://diskominfo.bandaacehkota.go.id

https://aceh.tribunnews.com

Badan Pusat Statistika Kota Banda Aceh, 2019

42

Anda mungkin juga menyukai