Anda di halaman 1dari 5

KULINER BETAWI

1. Dodol Betawi

Pada zamannya, dodol Betawi tak pernah lepas dari setiap acara bagi warga
asli Jakarta. Mulai hajatan hingga upacara keagamaan pasti tak luput dari
panganan uang terasa kenyal dan manis. Dewasa ini dodol seperti barang
langka dan hanya dapat ditemui saat lebaran. Dengan hiruk pikuk eksistensi
makanan modern beberapa warga tetap mempertahankan makanan asli
Betawi ini demi mempertahankan warisan kekayaan kuliner asli Jakarta. . Hal
ini dapat dilihat dari masih adanya pembuat dodol sampai saat ini yang
menjadikan pembuatan dodol sebagai salah satu usaha dalam kehidupannya
walaupun jumlah pembuat dodol Betawi sendiri sudah bisa terhitung sedikit.

Terdapat sebuah kawasan penghasil dodol Betawi di daerah Condet, Jakarta


Timur, DKI Jakarta, yang potensial untuk berkontribusi dalam peningkatan
ekonomi lokal dan pemberdayaan n unit usaha kecil dan menengah di Kota
Jakarta. Terdapat tersirat makna sosial karena begitu sulit dalam membuat
dodol, makna semangat gotong royong, keriangan, dan semangat
persaudaraan diperlukan dalam pembuatannya. Maka tak heran masyarakat
Betawi begitu menganggap pembuatan dodol Betawi merupakan kerja tim
dan bertujuan mempercepat tali persaudaraan (Ramadhan, et al., 2013)

Dulu dalam praktinya, pembuatan dodol Betawi dilakukan secara patungan


ketika mendekati hari raya Idul Fitri ataua lebaran, keluaraha besar Betawi
yang dulunya hidup berdekatan, saling melengkapi bahan dasar pembuatan
dodol. Begitu bahan mereka tersedia, para pria bertuhas membuat dodol
Betawi, dan mengaduk adonan. Sedangkan para wanitanya menyiapkan
semua bahan yang dibutuhkan. Sambil menunggu dodol matang, ibu-ibu
menyiapkan makan berbuka puasa, setelah matang, langsung dibagi secara
adil berdasarkan seberapa besar keluarga memberikan ”uang” dodol. Ini
adalah sekelumit pembuatan dodol zaman dahulu.
2. Kue Geplak Betawi
Kue Geplak Betawi diambil dan kata Geplak yang berasal dari bahasa Betawi
Arkais atau klasik atau kuno yang artinya keras. Bukan dalam artian keras
secara tekstur namun karena kue geplak Betawi sudah dipadatkan dan
mengeras. Oleh karenanya dapat juga dikatakan keras. Kata Geplak diambil
dari bunyinya karena cara pembuatannya yang dipadatkan, ditekan dan
dikeplak-keplak sehingga lahirnya nama Geplak.

Filosofi kue Geplak Betawi dapat dilihat dari filosofi bahannya yakni beras
yang dicampur, beras sebagai hasil bumi menunjukkan kemakmuran dari
masyarakat setempat dan merupakan ukuran kebersamaan. Bila suatu
makanan terbuat dari ketan, maka memiliki arti melekatkan silaturahmi. Tapi
karena terbuat dari tepung beras maka menunjukkan keberkahan dan
menyambung silaturahmi. Proses pembuatan kue geplak khas Betawi berasal
dari adonan yang tadinya berserakan kemudian dirapatkan kembali, disitulah
filosofi untuk menyambung silaturahmi dapat terlihat. Kue Geplak Betawi juga
memiliki makna penyambung silaturahmi karena terbuat dari tepung beras
yang dipadatkan dengan bahan bahan lokal lainnya seperti kelapa dan gula
yang menjadikannya semakin otentik dan bahan bahan ini juga memiliki
harga yang relatif murah. Kue Geplak Betawi pun juga disebut kue murah
karena memang harganya pun yang relatif murah.

Menurut Ridwan Saidi dalam Profil Orang Betawi, Asal Muasal, Kebudayaan
dan Adat Istiadatnya (1997) orang Betawi tidak begitu menyukai makanan
terlalu manis. Alhasil saat nongkrong minum kopi, kue atau jajanan pasar
menjadi teman ngupi (minum kopi) dan ngete (minum teh). Orang Betawi pun
memiliki kebiasaan minum kopi yang agak kental dengan sedikit gula dan
disajikan di dalam cangkir. Sementara saat minum teh mereka menyeduhnya
cenderung bening, dengan sedikit rasa manis. Kue geplak khas Betawi
memiliki rasa yang manis dan sangat nikmat bila disajikan dengan minuman
panas dan memiliki kontras rasa sepert teh atau kopi pahit. Ini berfungsi untuk
menyeimbangkan rasa kue geplak Betawi.Dalam menikmati kue geplak,
sejatinya masyarakat Betawi tak mempunyai cara khusus. Namun pada
penyajian kue ini dibiarkan dalam keadaan ukuran besar, utuh dan belum
terpotong potong kecil kecil. Sehingga kue ini perlu dipotong.

3. Tape Uli

Tape uli merupakan salah satu penganan asli Betawi yang memiliki akar
sejarah panjang. Makanan hasil fermentasi dari singkong ini diketahui telah
ada sejak 1957 silam, bahkan lebih lama dari itu. Salah satunya dikenal
dengan nama tape uli Cisalak, sebagaimana dilansir dari detikfood.
Penyajian tape uli tak dilakukan untuk sekadar tujuan akhirnya, ia juga
melibatkan sisi kebersamaan atau romantis dalam pembuatannya. Sisi ini
dapat dilihat dari proses pembuatan tape uli yang mengikutsertakan
perempuan dan laki-laki. Alim Molana, salah satu tokoh masyarakat di
Warung Buncit, Jakarta Selatan, sebagaimana dikutip dari
laman viva.co.id, menyebutkan bahwa pada proses pembuatan tape uli,
tugas kaum pria adalah menumbuk ketan, sementara perempuan
memegang andil dalam memasak tape uli.

Proses pembuatan yang sangat romantis ini, sambung Alim, sudah ada
sejak zaman kejayaan Majapahit. Kandungan gluten yang tinggi pada ketan
dapat membuat tape uli sangat lengket, di mana inilah yang menyimbolkan
kedekatan antar pembuatnya maupun antar pemakannya di acara-acara
besar. Membuat tape uli pun sangat memerlukan sentuhan lembut, aspek
kebersihan bahan dan tempat penyimpanannya patut diperhatikan. Menurut
Alim, ini termasuk pantangan dalam membuat tape uli, yang jika dilanggar
dapat mengakibatkan kegagalan total saat dihidangkan.

4. Kue Kembang Goyang

Tidak banyak yang tahu sejarah asal kue kembang goyang Betawi. Namun
bersarkan sejarang yang beredar, kue kembang goyang Betawi pertama
kali muncul pada masa pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia. Kue ini
dibuat oleh para ibu Betawi untuk menghibur para tamu Belanda yang
datang ke Jakarta. Kue kembang goyang Betawi kemudian menjadi
semakin populer dan menjadi salah satu hidangan khas Betawi. Kue
kembang goyang juga menjadi salah satu hidangan yang biasa disajikan
pada acara-acara adat seperti perkawinan, selamatan, atau upacara adat
lainnya. Kue ini memiliki keunikan dalam bentuknya yang ramping dan kecil,
serta memiliki rongga-rongga di tengahnya yang mirio seperti kembang.
Kue ini ternuata terinspirasi dari perhiasan yang dijadikan hiasan sanggul
atau kondel para pengantin Jawa, karena bunga yang dipasang disanggul
itu bergerak atau bergoyang, maka terlihat cantik. Dalam
perkembangannua kembang goyang dengan berbagai warna dan varian
bentuk cetakan.

5. Asinan Betawi

Asinan Betawi memiliki sejarah panjang yang berakar dari zaman kolonial
Belanda di Jakarta. Awalnya, asinan Betawi disebut ”Assinang” yang berasal
dari bahasa Belanda yaotu :ajinen” yang berarti ”asam”. Makanan ini
dipengaruhi oleh masakan Tinghoa dan Arab yang telah ada sejak di Jakarta.
Sejarah Asinan Betawi ditelusuri hingga masa penjajahan Belanda di
Indonesia. Di masa itu, orang Belanda membawa banyak rempah-rempah
dari Hindia Belanda ke tanah air mereka. Namun, mereka tidak terlalu
terbiasa dengan rasa pedas yang kuat. Oleh karna itu, para juru masak
Betawi berusaha menciptakan yang sesuai dengan lidah Belanda, dan inilah
lahirnya Asinan Betawi.

Asinan Betawi awalnya hanya terdiri dari mentimun dan nanas yang disajikan
dengan saus kacang. Namun, seiring berjalannya waktu, orang Betawi mulai
mencoba variasi dengan menambahkan berbagai kenis buah dan sayuran.
Tujuannya untuk memperkaya rassa dan tekstur hidangan ini. Asinan Betawi
dulunya hanya ditemukan di pedakang kaki lima dan pasar tradisional di
Jakarta. Namun, seiring berjalnnya waktu asinan Betawi mulai merambah di
restoran dan warung makan di seluruh Indonesia. Kini asinan Betawi menjadi
kuliner ikonik yang mengambarkan kehidupan budaya Betawi.
6. Es Selendang Mayang

Melansir dari lama Kemendikbud nama seorang selendang mayang memiliki


latar belakang karena pada tiap lapisan terdiri dari beberapa warna. Diberi
nama ’selendang’ juga karena warna lapisannya dari berbagai warna mulai
dari hijau, putih, dan merah sepeti warna selendang penari. Selain itu, warna-
warna tersebut juga khas Betawi. Sekendang mayang sudah populer sejak
tahun 1940-an yang disaj8kan dengan es batu serut agar semakin segar.
Dewasa ini kuliner selendang mayang sulit untuk ditemukan, namun tidak
perlu risau para penikmat kuliner bisa menemuinnya di tempat yang menual
kuliner khas Betawi seperti, Kampung Condet, Petak Sembilan, Palmerah,
dan Kampung Setu Babakan.

Yahya menceritakan sejarah Selendang Mayang dari kisah turun-temurun serta


berbagai sumber yang didapatnya. Selendang berasal dari cerita rakyat Si
Jampang yakni seorang jagoan Betawi yang dikenal sebagai perampok, yang
hasilnya akan dibagikan kepada rakyat miskin, kala itu.Alkisah, pria ini lalu jatuh
hati kepada wanita bernama Mayangsari hingga rela melakukan apa pun.
Penampilan Mayangsari yang memiliki rambut terurai dan ikal, hidung mancung,
serta mata indah meneduhkan, menggambarkannya sebagai wanita berparas
cantik.Orang-orang mengasumsikan Mayangsari sebagai inspirasi nama untuk
minuman dengan tampilan menarik dan segar sehingga selendang mayang ini
diibaratkan dapat dinikmati bagi pandangan mata maupun rasa. Hingga hari ini
selendang mayang masih menjadi kuliner populer di tengah masyarakat.
Rasanya yang manis-gurih dan penampilannya yang menggugah selera, bisa
dengan mudah cocok di lidah banyak orang.
7. Kerak Telor
Kerak telor ditemukan oleh masyarakat Betawi secara tidak sengaja pada
tahun 1970-an. Awalnya, makanan ini tercipta dari percobaan sekelompok
masyarakat Betawi yang tinggal di kawasan Menteng, Jakarta
Pusat. Mereka berkreasi dengan menggabungkan omelet mie dengan
rempah-rempah khas Indonesia. Namun, untuk menciptakan makanan yang
lebih sehat, warga Belanda di Batavia saat itu menggunakan beras ketan
sebagai bahan pengganti mie. Kreasi ini ternyata diterima dengan baik oleh
lidah warga Belanda dan sering dijadikan santapan pembuka yang
istimewa. Pada masa Gubernur Ali Sadikin, kerak telor mulai dipromosikan
dan menjadi semakin populer di kalangan masyarakat Jakarta. Pada saat
itu, kerak telor telah ada sejak zaman kolonial Belanda dan menjadi
makanan bergengsi yang hanya bisa dinikmati oleh masyarakat kalangan
atas. Namun, seiring berjalannya waktu, masyarakat Betawi berani untuk
menjajakan kerak telor dengan harga yang terjangkau sehingga dapat
dinikmati oleh semua kalangan.
Proses pembuatan kerak telor memang membutuhkan kesabaran. Bahan
dasar beras ketan harus direndam selama satu malam agar melunak tanpa
dimasak. Selain itu, kerak telor juga menggunakan dua macam telur, yaitu
telur ayam dan telur bebek. Parutan kelapa sangrai yang diberi bumbu dan
telah dihaluskan menjadi topping yang lezat, ditambah dengan isian berupa
ebi atau udang kering yang diasinkan, disangrai, ditambah bawang goreng,
cabe merah, kencur, jahe, merica, garam, dan gula pasir, membuat cita
rasa kerak telor semakin istimewa. Untuk mendapatkan pengalaman kuliner
yang lengkap, wisatawan dapat mencari kerak telor di kawasan wisata
Monumen Nasional atau Monas. Monas sendiri dibangun dengan tujuan
mengenang perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari
penjajahan.

Anda mungkin juga menyukai