Anda di halaman 1dari 34

I.

IAD – AL QURAN PADA RUANG LANGIT

A. TUJUAN INTRUKSIONAL

B. MATERI PEMBELAJARAN

1. Bintang dan planet


Pengamatan manusia tentang alam ini yaitu untuk membuktikan tanda-tanda

kekuasaan dan kebesaran Allah SWT melalui ayat-ayat-Nya serta agar meiningkatkan

kadar keimanan dan ketakwaan seorang hamba kepada Allah dengan mengamati

tanda-tanda penciptaan-Nya

Secara umum bintang adalah benda langit yang terdiri atas gas menyala, seperti

matahari. Nebula atau gumpalan awan terdiri dari debu dan gas.Bagian tebal dari

nebula memadat dan itulah yang kemudian menjadi bintang. Adapun Dalam ilmu
astronomi defenisi bintang adalah semua benda massif (bermassa antara 0,08 hingga

200 massa matahari) yang sedang dan pernah melangsungkan pembangkitan energi

melalui reaksi fusi nuklir. Oleh sebab itu bintang katai putih dan bintang neutron yang

sudah tidak memancarkan cahaya atau energi tetap disebut sebagai bintang. Sedangkan

didalam al-Quran istilah-istilah bintang berbeda-beda yaitu sebagai berikut :

Pertama, kata An-Najm disebutkan dalam al-Qur‟an sebanyak 12 kali. Yaitu dalam

surat berikut : at-Tariq [86] 2-3, al-Rahman [55] 5-7, an-Nahl [16] 15- 17, al-Mursalat

[77] 8-10, at-Takwir [81] 2-3, as-Saffat [37] 87-90, al-Tur [52] 49, an-Najm [53] 1-2,

an-Nahl [16] 12, al-Hajj [22] 18, al-Waqi’ah [56] 75-76, al-‘An’am [6] 97. Bintang

(Najm) digunakan dalam praktik-praktik keagamaan, dalam navigasi, dan bercocok

tanam. Al-Quran menyebut bintang tunggal sebagai An-Najm. Kemudian dijelaskan

dalam Tafsir fi Zilalil Qur’an karya Sayyid Qutub bahwa orang-orang berpedoman

pada bintang-bintang sebagai penunjuk arah dalam dunia indrawi mereka, lalu tidak

menghubungkan antara manfaat bintang dengan PenciptaNya, maka mereka menjadi


orang yang tidak mengambil petunjuk dan hidayah yang paling besar dari Sang

Pencipta Yang Maha Agung.

Kedua, kata al-Kawakib adalah bentuk jamak (plural) dari Kawkab, yang berarti

bintang atau planet. Dengan demikian al-Kawakib artinya bintang-bintang atau planet-

planet. Kata ini disebut dalam al-Quran sebanyak 5 kali, baik dalam bentuk tunggal

maupun jamak yaitu dalam surat an-Nur [24]:35, al-‘An’am [7] 76, Yusuf [12] 4, al-

Infitar [82] 2, as-Saffat [37] 6. Makna Kaukab disini penjelasannya agak luas, tidak

hanya bintang yang menjadi sorotan melainkan planet-planet lain pun juga bisa masuk
dalam kategori Kawkab. Contoh konkrit pemaknaan Kawkab serta fungsinya terdapat

dalam al-Qur‟an sebagai berikut:

As-Saffat [37] : 6-10 yang artinya “Sesungguhnya Kami telah menghias langit dunia
(yang terdekat), dengan hiasan bintang-bintang. Dan (kami) telah menjaganya dari

setiap setan yang durhaka.Mereka (setan-setan itu) tidak dapat mendengar

(pembicaraan) Para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk

mengusir mereka dan mereka akan mendapat azab yang kekal. Kecuali (setan) yang

mencuri (pembicaraan) Maka ia dikejar oleh bintang yang menyala”.

Surah al-Mulk [67] : 5 yang artinya “Dan sungguh, telah kami hiasi langit yang dekat

dengan bintang-bintang, dan kami jadikannya (bintang-bintang itu) sebagai alat-alat


pelempar setan, dan kami sediakan bagi mereka azab neraka yang menyala-nyala”.

Ketiga, yaitu istilah Burj yang disebutkan dalam al-Quran sebanyak empat kali. Yakni

tercantum dalam surat an-Nisa’ [4] 77, Al-Hijr [15] 16, al Furqan [25] 61, al-Buruj

[85]. Kata al-Buruj adalah bentuk jamak dari kata al-Burj yang bermakna bangunan

tinggi dan nampak secara lahir yang dibangun pada keempat sudut benteng. Asli

makna kata ini adalah nampak dan kelihatan. Hal ini dapat disaksikan kalimat al-

Tabarruj bi al-Zinat yang berarti menampakkan keindahan.

Bintang merupakan salah satu bukti kekuasaan dan kebesaran Allah yang patut diambil
pelajaran oleh manusia, bintang merupakan sarana untuk mengenal Allah secara
rasional, serta berfungsi untuk menggugah nalar. Salah satu anugerah Allah kepada

para hambaNya ialah dengan diciptakan keindahan yang memukau setiap mata yang

melihatnya. Salah satu keindahan yang Allah ciptakan di bumi ini ialah adanya bintang

sebagai penawar kegelapan malam dan menggantinya dengan keindahan. Jika malam

sedang cerah maka kita akan melihat gugusan-gugusan bintang di langit yang sangat

mempesona. Pada surah al-Hijr [15]: 16 yang artinya “Dan sungguh, Kami telah

menciptakan gugusan bintang di langit dan menjadikannya terasa indah itu bagi

orang memandang (nya)”


Istilah bintang selanjutnya digunakan sebagai Sumpah Allah dengan kata al-Khunnas

yang terdapat di dalam al-Quran surah at-Takwir [81] : 15-16 yang artinya

“Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang.Yang beredar dan terbenam”.


Bintang-bintang juga merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah SWT dengan

beragam tujuan, semua itu tak lain untuk memenuhi kebutuhan manusia sebagai

sebaik-baik makhluk Allah dimuka bumi ini, agar manusia semakin bersyukur atas

segala nikmat-Nya serta menggunakan fasilitas tersebut sebagai sarana beribadah

kepada Allah. Al-Quran menjelaskan mengenai kehancuran alam semesta, yaitu

gambaran keadaan bintang pada peristiwa akhir zaman pada surah Al-Takwir [81] : 2,

Al-Mursalat [77] : 8, Al-Infitar [82] : 2, bintang juga dipakai sebagai alat sumpah pada
surah An-Najm [53] : 1, penghias langit, alat pelempar setan yang ingin mencuri berita-

berita dari langit, bintang sebagai sarana mimpi, ini sehubungan mimpi nabi Yusuf

yang melihat matahari, bulan, dan bintang bersujud kepadanya . Bintang juga

dijelaskan sebagai penunjuk arah pada surah Al-Nahl [16] : 16, Al-An‟am [6] : 97.

Fungsi ini merupakan fungsi yang paling dirasakan manfaatnya pada masyarakat Arab

jahiliyah tatkala mereka ingin bepergian mereka menjadikan bintang sebagai pedoman

arah. Bintang juga disebutkan sebagai makhluk Ciptaan Allah yang tunduk dan patuh

akan perintah-Nya, dan bintang sebagai bahan perumpamaan. Dari banyaknya


kedudukan bintang yang terdapat dalam al-Qur‟an bisa disimpulkan bahwa
bintang memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia. Baik fungsinya dikaitkan

sebagai pemeliharaan alam, atau bintang juga merupakan ciptaan Allah yang

menyimpan banyak hikmah dibalik keberadaan-Nya.

Bintang pada Sains

Petunjuk Arah - Pada pandangan sains dan teknologi ketika peneliti ruang angkasa

semakin maju, Stellar Navigation dimanfaatkan sebagai arah untuk menentukan

perjalanan dalam mengarungi ruang angkasa. Mereka yang dapat memanfaatkannya

tentulah yang mempunyai kemampuan untuk melaksanakannya dengan teknologi saat


ini.

Kemudian pada posisi rasi bintang, para astronot dapat menentukan arah mana yang

akan di tuju. Keilmuan mereka mampu menetapkan kemana harus mengarah bila
mereka akan menuju Mars, Jupiter, atau planet yang lain. Stellar Navigation juga

mampu membantu astronot menentukan arah mereka kembali ke bumi. Tanpa

petunjuk bintang-bintang itu pesawat antariksa seperti Discovery, Challenger, dan

lainnya kemungkinan tidak dapat kembali kebumi dan akan melayan-layang di ruang

angkasa.

Mengetahui Musim - Bintang-bintang selain sebagai penunjuk waktu, juga dapat

dijadikan sebagai petunjuk datangnya suatu musim. Cara mengetahuinya yaitu dengan
memperhatikan kedudukan matahari (manzilah) di antara bintang-bintang tersebut.

Dengan hal tersebut pada masa lalu, seseorang yang mempunyai pengetahuan tentang

ilmu perbintangan atau astronomi dapat mengetahui apakah saat itu masih berada pada

musim dingin ataukah sudah masuk ke musim semi.

2. Bulan dan Matahari


Astronomi berasal dari bahasa Yunani (Greek) yaitu Aster yang berarti bintang, dan

nomos berarti hokum. Secara terminologis, astronomi berarti ilmu tentang posisi,
gerak, struktur dan perkembangan benda-benda langit serta bentuk-bentuk lain dari

materi kosmos.

Pengertian astronomi lainnya adalah“(1) Pengetahuan tentang benda langit dan alam

semesta merupakan salah satu cabang pengetahuan eksakta tertua. (2) Ilmu mengenai

observasi dan interpretasi radiasi yang diterima didekat bumi dan komponen jagad

raya. Salah satu benda langit terbesar dan memiliki pengaruh sangat besar pada jagat

raya adalah matahari dan bulan.

Matahari adalah benda langit terbesar di sistem tata surya. Matahari tersusun atas gas
yang sangat panas dan berpijar. Matahari disebut juga sebagai bintang, kumpulan dari

bintang-bintang membentuk galaksi. Bimasakti merupakan galaksi yang besar dan luas

terdiri dari sekitar 200 miliar bintang. Matahari serta sistemnya bergerak sekitar
828.000 km setiap jamnya, untuk itu membutuhkan waktu 230 juta tahun dalam

mengelilingi bimasakti dengan kecepatan cahaya.

Matahari merupakan bintang yang paling dekat dengan bumi. Matahari menyalurkan

energinya ke bumi untuk keberlangsungan kehidupan dibumi. Oleh karena memiliki

jarak yang dekat dengan bumi, bintang ini menjadi sasaran para ilmuwan astronomi

untuk mengamati dan menyelidiki roman (features) permukaan matahari secara lebih

detail.
Matahari merupakan anugerah yang dilimpahkan Allah Swt pada alam semesta ini.

Dalam al-Quran matahari disebut dengan kata syams dan terulang sebanyak 33 kali

dalam 32 ayat 28 surat. Berikut fungsi matahari menurut peneliti dalam perspektif

alQuran:

Matahari Sebagai Tanda Kekuasaan Allah Swt

Diantara banyaknya surat di dalam al-Qur‟an terdapat 1 surat yang Allah Swt namakan

padanya dengan nama matahari yaitu QS Asy-Syams. Di awal surat ini Allah Swt

menyebutkan sumpah-Nya atas nama makhluk-Nya yaitu matahari. Allah Swt


berfirman pada surah Asy-Syams [91] : 1-4 yang artinya “(1.) Demi matahari dan
sinarnya pada pagi hari, (2.) Demi bulan apabila mengiringinya, (3.) Demi siang

apabila menampakkannya, (4.) Demi malam apabila menutupinya (gelap gulita).

Dapat dipahami mengenai sumpah Allah pada matahari tersebut agar menjadi

perhatian untuk kita agar senantiasa ingat kepada Allah Swt dan selalu bersyukur atas

segala nikmat dan karunia-Nya. Dengan memikirkan dan merenungkan tanda

kekuasaan Allah yang besar ini yaitu matahari, akan mempengaruhi hati dan fikiran

kita untuk selalu mengingat-Nya. Inilah fungsi matahari sebagai tanda kekuasaan

Allah Swt.
Matahari Sebagai Petunjuk Waktu Shalat

Allah Swt berfirman dalam QS Al-Isra (17) ayat 78 bahwa kita diperintahkan untuk

menunaikan shalat dengan melihat petunjuk waktu pelaksanaannya melalui posisi


matahari - “Laksanakanlah shalat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam

dan (laksakan pula shalat) Subuh. Sungguh, shalat subuh itu disaksikan (oleh

malaikat).”

Pada Tafsir as-Sa'di dijelaskan bahwa Allah menerintahkan NabiNya, Muhammad

untuk menegakkan shalat dengan sempurna, baik secara fisik maupun bathin pada

waktu-waktunya “dari sesudah matahari tergelincir,” yaitu condongnya matahari ke

arah barat setelah tergelincir. Masuk pada waktu itu adalah Shalat Zhuhur dan Ashar
“sampai gelap malam,” yaitu hingga gelap. Masuk dalam waktu ini adalah Shalat

Magrib dan Isya “dan (dirikanlah pula shalat) fajar,” yaitu Shalat Subuh. Disebutkan

dengan kata “qur’an”, karena shalat subuh disyariatkan memperpanjang bacaan al-

Quran di dalamnya melebihi waktu-waktu shalat lain. Dan juga karena keutamaan

bacaan al-Quran di dalamnya, lantaran disaksikan oleh Allah, para malaikat siang, dan

malaikat malam.

Berdasarkan uraian tersebut Al-Qur‟an telah memberitahukan kepada kita kapan

waktu-waktu beribadah shalat dengan melihat fenomena alam yang terjadi di sekitar
yaitu dengan melihat posisi matahari yang berfungsi sebagai petunjuk waktu shalat
Para ilmuan Islam di masa lalu telah menciptakan berbagai teknologi penanda waktu.

Di antaranya yang paling klasik adalah jam matahari. Pada khazanah Islam klasik ini

dikenal sebagai jam matahari atau sundial atau jam istiwak. Yang berarti ketika

matahari di titik tertinggi, jam ini dipakai untuk memastikan waktu salat.

Waktu salat zuhur misalnya. Adalah sesaat setelah istiwak atau ketika matahari sudah

mulai condong ke arah barat. Metode penggunaan jam ini sederhana, yaitu dengan
memanfaatkan bayangan sinar matahari yang mengarah pada angka-angka yang diukir

di atas lempengan logam.

Sinar matahari akan membuat bayangan paku di atas lempengan logam sebagai
penunjuk waktu. Matahari sebagai penunjuk waktu merupakan sumbangan para

ilmuan Islam.

Pembuatan jam matahari atau sundial di dunia Islam dilakukan oleh Ibnu Al Shatir,

seorang ahli astronomi di aband-14. Ia juga menemukan jam astronomi yang mengacu

pada matahari.

Di tahun 1559, Taqiuddin AS-Subkhi, astronom utsmani mendesain berbagai jam

mekanik yang menggunakan prinsip gerak teratur. Bahkan jam mekanik sudah mulai
dikaitkan dengan kalender lunisolar. Gabungan matahari dan bulan.

Matahari Sebagai Petunjuk Atas Bayang-Bayang

Pancaran cahaya matahari menjadikan

benda-benda dapat menimbulkan

bayangan. Dari bayangan ini Allah Swt

memberi petunjuk pada manusia dimuka

bumi ini. Allah Swt telah

memerintahkan umat manusia untuk


memperhatikan bayang-bayang yang
terbentuk akibat dari pancaran cahaya matahari. Allah Swt berfirman dalam QS Al-

Furqaan (25) ayat 45: “Tidakkah engkau memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu,

bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang dan sekiranya

Dia menghendaki niscaya Dia jadikannya (bayangbayang itu) tetap, kemudian Kami

jadikan matahari sebagai petunjuk”

Ayat diatas merupakan firman Allah Swt yang memerintahkan rasulNya agar

memperhatikan ciptaan-Nya, bagaimana ia memanjangkan dan memendekkan

bayang-bayang dari setiap benda yang terkena sinar matahari. Allah menjadikan
bayang-bayang itu memanjang dan memendek agar manusia dapat menggunakannya

sebagai pengukur waktu. Contohnya Negara mesir menggunakan alat al-Muzawil

untuk menentukan waktu shalat dengan bayang-bayang.


Selain itu dapat juga digunakan dalam menentukan arah seperti arah kiblat. Melalui

bayang-bayang yang terbentuk ini Allah Swt memberikan petunjuk kemana arah kiblat

untuk kita menghadap dalam melaksanakan shalat. Metode penentuan arah kiblat

dalam ilmu falak dijelaskan dapat dilakukan di lapangan terbuka dengan

memperhatikan bayang-bayang benda tersebut tegak lurus diatas suatu bidang yang

mendatar. Kiblat umat Islam ialah kearah ka‟bah yang ada dikota Makkah. Untuk

memudahkan kita yang berada jauh dari kota Makkah dalam mengetahui kemana arah
kiblat tersebut dapat menggunakan petunjuk dari bayang-bayang ini.

Matahari Sebagai Perhitungan

Allah Swt berfirman dalam QS Al-An‟am ayat 96 mengenai matahari sebagai

perhitungan,

“Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan

(menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang

Maha Perkasa, Maha mengetahui”


Pada Tafsir Al-Muyassar dijelaskan bahwa Dia menjadikan matahari dan bulan

berjalan pada porosnya dengan dasar perhitungan yang sangat rapi lagi telah

ditentukan. Perhitungan yang tidak berubah-ubah dan tidak berantakan.

Sebagian ulama berpendapat mengenai penggalan ayat tersebut dengan arti “peredaran

matahari dan bumi terlaksana dalam satu perhitungan yang sangat teliti”. Ada sebagian

ulama lain berpendapat mengenai penggalan ayat tersebut dalam arti Allah menjadikan

peredaran matahari dan bulan sebagai alat perhitungan waktu, tahun, bulan, minggu,

dan hari bahkan menit dan detik


Mesir adalah bangsa pertama yang menempatkan dasar perhitungan kalendernya

menggunakan daur matahari dan menjadikan bulan pada fase yang berubah-ubah tidak

sesuai dengan fase bulan yang sesungguhnya. Kalender tersebut tersusun atas 360 hari
terbagi kedalam 12 bulan dan setiap bulan ada 30 hari. Hal itu didasarkan pada

perhitungan matahari dalam beredar pada lintasannya di angkasa selama 365 hari,

bangsa tersebut menambahkan 5 hari di setiap akhir tahun yang hanya 360 hari tersebut

dimana tambahan itu merupakan tambahan untuk “hari-hari besar”.

3. Lapisan Langit / atmosfer


Al quran dan sains mengungkapkan bahwa atmosfer langit memiliki peran penting

untuk Planet Bumi beserta isinya. Fakta ilmiah menyebutkan bahwa atmosfer terdiri

dari lapisan-lapisan berbeda yang tersusun secara berlapis, satu di atas yang lain.

Setiap lapisan memiliki fungsi khusus, dari pembentukan hujan hingga perlindungan

terhadap radiasi sinar-sinar berbahaya; dari pemantulan gelombang radio hingga

perlindungan terhadap dampak meteor yang berbahaya.

Bumi memiliki seluruh sifat yang diperlukan bagi kehidupan. Dan keberadaan

atmosfer berfungsi sebagai lapisan pelindung yang melindungi makhluk hidup.


Atmosfer bumi sendiri terdiri dari tujuh lapisan. Setiap lapisan berbeda-beda tersusun

secara berlapis dan saling bertumpukan satu di atas yang lain. Hal demikian

sebagaimana dikatakan oleh para ilmuwan pada abad-abad terakhir.

Lapisan-lapisan atmosfer berbeda dalam ciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis

gasnya. Lapisan atmosfer yang terdekat dengan bumi atau yang terendah disebut

troposfer. Hujan, salju, dan angin hanya terjadi pada troposfer. Lapisan ini membentuk

sekitar 90 persen dari keseluruhan massa atmosfer.

Lapisan di atas troposfer disebut stratosfer. Lapisan ozon adalah bagian dari stratosfer
di mana terjadi penyerapan sinar ultraviolet. Lapisan di atas stratosfer disebut

mesosfer.

Termosfer berada di atas mesosfer. Gas-gas terionisasi membentuk suatu lapisan


dalam termosfer yang disebut Ionosfer. Bagian terluar atmosfer bumi membentang

dari sekitar 480 km hingga 960 km. Bagian ini dinamakan Eksosfer.

Jika kita hitung jumlah lapisan yang dinyatakan dalam sumber ilmiah tersebut, kita

ketahui bahwa atmosfer tepat terdiri atas tujuh lapis. Dalam bahasa ilmiah terdapat 72

lapis atmosfer yaitu:

1. Troposfer, lapisan terdekat

bumi yang membentuk sekitar


90% dari keseluruhan berat

atmosphere.

2. Lapisan, lapisan diatas

troposphere.

3. Ozonesfer, lapisan yang

mengembalikan sebagian besar

sinar Ultraviolet dan radiasi

bahaya lainnya.
4. Mesosfer, lapisan diatas Ozonospher, kebanyakan meteor yang datang disini
5. Termosfer, lapisan diatas Mesosfer, terjadi peningkatan temperatur yang tinggi

6. Ionosfer, lapisan dimana gas-gas terionisasi membentuk lapisan ini, batu meteor

akan terbakar dan terurai

7. Eksosfer, bagian paling luar Atmosfer yang membentang dari sekitar 480 Km

sampai 960 Km.

Atmosfer dalam Alquran

Fakta alam semesta tentang tujuh lapis atmosfer ini sebagaimana disebutkan

sebelumnya telah ada dalam Alquran. Seperti temuan para ilmuan, Alquran
menyebutkan bahwa langit terdiri atas tujuh lapis. Bukan sebuah kebetulan, tetapi ini

pastilah salah satu keajaiban Alquran.

"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak menuju langit, lalu dijadikan- Nya tujuh langit. Dan Dia Maha

Mengetahui segala sesuatu." (QS Al-Baqarah [2]:29).

"Kemudian Dia menuju langit, dan langit itu masih merupakan asap. Maka Dia

menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap

langit urusannya." (QS FushShilat [41]:11-12)

Dalam dua ayat tersebut, kata "langit", yang kerap kali muncul di banyak ayat dalam

Alquran, digunakan untuk mengacu pada "langit" bumi dan juga keseluruhan alam
semesta. Dengan makna kata seperti ini, terlihat bahwa langit bumi atau atmosfer

terdiri dari tujuh lapisan.

Keajaiban penting lain dalam hal ini disebutkan dalam surat Fushshilat ayat ke-12,

"Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya." Dengan kata lain, Allah dalam

ayat ini menyatakan bahwa Dia memberikan kepada setiap langit tugas atau fungsinya

masing-masing.

”Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di

angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi

orang-orang yang beriman.”(Q.S. An Nahl: 79)

Ayat di atas merupakan ayat yang paling terkait dengan atmosfer. Dalam ayat tersebut,

terdapat kata jawwis samaa’i dimana jawwi berarti melindungi dan samaa’i berarti

langit. Jadi, kata jawwis samaa’i berarti langit yang melindungi, yang dalam ayat

tersebut diartikan sebagai angkasa bebas.

Kata ”burung” yang digunakan dalam ayat di atas, menunjukkan bahwa angkasa

tersebut adalah batas tertinggi adanya kehidupan. Sebab burung tidak dapat terbang
lebih tinggi dari jawwis samaa’i. Kata ini juga diartikan sebagai ghilaful ardhil hawa’i

atau penutup bumi yang masih terdapat hawa (udara yang digunakan untuk bernafas,

oksigen).
Jika dihubungkan dengan ilmu meteorologi, maka jawwis samaa’i dapat diartikan

sebagai troposfer. Sebab troposfer merupakan lapisan atmosfer terendah yang masih

mengandung oksigen dalam jumlah melimpah. Karena posisinya yang paling dekat

dengan permukaan, maka densitas udara pada lapisan ini pun paling tinggi

dibandingkan lapisan atmosfer lainnya.

Lapisan troposfer atau jawwis samaa’i ini, juga merupakan tempat terjadinya

fenomena cuaca seperti hujan dan angin. Dalam Alquran, fenomena cuaca dijelaskan
dengan istilah yang berbeda-beda. Untuk angin kencang yang menyenangkan

digunakan kata rih.

Lalu kata jawwi untuk udara, dan hawa untuk udara yang bergerak. Khusus untuk

hujan, proses terbentuknya diuraikan secara detail dalam surat An-Nuur ayat 43. Hal

ini adalah salah satu isyarat ilmiah dari Alquran karena di Jazirah Arab hujan hanya

turun 3 kali dalam setahun.

Isyarat ilmiah lain yang berkaitan dengan cuaca, dapat ditemukan dalam surat Ath-

Thariq ayat 11. Dalam ayat tersebut digunakan kata raj’i yang berarti kembali, untuk
menyebut kata ”hujan”.
Ilmu meteorologi telah menjelaskan bahwa hujan berasal dari uap air yang naik dari

Bumi ke udara, kemudian kembali turun ke Bumi, naik lagi ke atas dan kembali lagi

ke Bumi, begitulah seterusnya.

Informasi mengenai lapisan atmosfer dan fenomena cuaca ternyata telah diberikan

Alquran sejak 14 abad silam. Informasi ini baru dapat kita pahami setelah munculnya

ilmu meteorologi modern.

4. Big Bang dan Perluasan Alam Semesta


Tafakur terhadap alam semesta merupakan salah satu cara mengenal Allah swt.

Manusia dengan menggunakan akal dan pikirannya dalam mengamati alam semesta
dan segala fenomenanya akan mengetahui kebesaran Allah sang pencipta, dimana

alam semesta dan segala fenomenanya merupakan tanda (ayat) kebesaran Allah.

Ayat-ayat yang menguraikan alam semesta dengan segala fenomenanya tersebut

paling tidak berjumlah 750 ayat, yang tersebar dalam berbagai surat. Keseluruhan ayat-

ayat tersebut menjelaskan antara lain tentang kejadian alam, berbagai fenomena jagat

raya, tujuan penciptaan alam dan keterkaitan manusia dengan alam itu sendiri

Awal abad ke-21, dengan eksperimen, observasi dan perhitungan fisika modern telah

membuktikan bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu,

muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam
sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan ‘big bang‟, membentuk keseluruhan alam

semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai

hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa big

bangmerupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan

mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.

Sebelum big bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, dimana

materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara

metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu.


Teori big bang menyatakan bahwa alam semesta pada mulanya adalah sangat padat

dan sangat panas. Pada peristiwa awal, ia mengalami ledakan kosmis yang dikenal

dengan big bang yang terjadi pada sekitar 10 hingga 20 milyar tahun lalu, sejak saat

itu alam semesta mulai mengembang dan mendingin. Teori ini didasarkan pada

persamaan matematika yang dikenal dengan persamaan bidang (field equations), yakni

teori umum relativitas yang disusun oleh Albert Enstein (1915). Secara berturut-turut

teori ini disempurnakan oleh ilmuwan-ilmuwan seperti Alexender Friedman (1922),

Edwin Hubble (1929) dan Fred Hoyle (1950).


Pada tahun 1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia

mengatakan bahwa jika alam semesta terbentuk melalui ledakan raksasa, maka sisa

radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan itu haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi itu
juga harus tersebar merata di semua penjuru alam semesta

Hal ini kemudian dibuktikan oleh Arno Penziaz dan Robert Wilson yang menemukan

sisa sisa ledakan yang berupa gelobang radiasi. Sisa ledakan ini tidak hanya memancar

pada satu sumber, tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa. Atas penemuan ini,

Penzias dan Wilson dianugerahi Nobel untuk penemuan mereka.

NASA pada tahun 1989 memaparkan kebenaran terkait teori big bang. Penelitian ini

dilakukan dengan NASA mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer (COBE)


ke ruang angkasa untuk melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu

8 menit bagi COBE untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE

menemukan sisa ledakan raksasa yang telah terjadi di awal pembentukan alam

semesta, dan penemuan itu dinyatakan sebagai penemuan astronomi terbesar

sepanjang masa, yang juga membuktikan kebenaran teori Big Bang.


Berbagai fakta ilmiah ini, akhirnya teori

Big Bang mendapatkan persetujuan dunia

ilmiah. Dalam sebuah artikel yang dimuat

pada Oktober 2014, Scientific American

menuliskan bahwa teori Big Bang adalah

satu-satunya teori yang dapat menjelaskan

asal mula alam semesta.

Ayat-ayat tentang alam semesta tidak dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan akan
berbagai informasi ilmiah. Allah menginginkan proses pencarian pengetahuan

dilakukan melalui pengamatan, penelitian deduktif dan eksperimen yang dapat

dilakukan sepanjang zaman-karena keterbatasan indra manusia dan karakter dasar


ilmu pengetahuan yang bersifat akumulatif. Meskipun begitu, ayat-ayat alquran

tentunya mengandung berbagai fakta ilmiah tentang alam semesta yang tidak bisa

diperdebatkan karena merupakan wahyu dari Sang Pencipta, pemilik kebenaran

mutlak.

Pada Alquran dalam enam ayat menjelaskan bagaimana proses penciptaan alam

semesta, penghancurannya dan pengembaliannya ke bentuk semula secara sempurna,

indah, teliti, harmonis dan mengagumkan. Ayat-ayat tersebut meliputi :


1) Lalu, Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Dan,

sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui (al-

Waqi‟ah/56: 75-76).

2) Dan, langit kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Kami benar-benar

meluaskannya (adz-Dzariyat/51: 47).

3) Dan, apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi

dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan keduanya… (al-Anbiya‟/21: 30).

4) Kemudian, Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap (Fushshilat/41:
11).
5) (Ingatlah) pada hari ketika langit Kami gulung seperti menggulung lembaran-

lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah

Kami akan mengulanginya lagi. (Suatu) janji yang pasti Kami tepati. Sungguh

Kami akan melaksanakannya (al-Anbiya‟/21: 104).

6) (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan(demikian pula)

langit (Ibrahim/14: 48)

Sumpah Allah seperti yang tertera dalam surat al-Waqi‟ah/56: 75-76 merupakan

bentuk penarik perhatian orang-orang Islam khususnya dan manusia secara umum
terhadap isi sumpah. Mengapa Allah bersumpah atas nama orbit bintang-bintang?

Karena manusia dari permukaan bumi tidak mungkin bisa melihat bintang-bintang

secara langsung, tetapi merekahanya dapat melihat orbit yang telah dilalui bintang-
bintang itu. Sumpah yang menakjubkan ini memberikan perhatian kepada ruang.

Sebab, pemantauan orbit bintang-bintang merupakan titik tolak pengetahuan manusia

mengenai cara Allah menciptakan alam semesta. Ketika para ilmuwan mengamati

bintang-bintang, mulai mempelajari orbit-orbitnya, dan menentukan sifat fisik dan

kimiawinya, mereka menemukan bahwa alam semesta yang melingkupi kita ini

senantiasa mengembang dan meluas.

Pada surah Al-Anbiya (21) ayat 30 seluruh musafir sepakat bahwa ayat ini membahas
tentang kekuasaan Allah swt dalam meciptakan alam semesta termasuk penciptaan

bumi dan langit.

Tafsir Ibnu Katsir : Allah Ta’ala berfirman mengingatkan tentang kekuasaan-Nya

yang sempurna dan kerajaan-Nya yang agung. “Dan apakah orang-orang yang kafir

itu tidak mengetahui”, yaitu orang-orang yang mengingkari kekuasaan Allah. Apakah

mereka tidak mengetahui bahwa Allah adalah Rabb Yang Maha Esa dalam penciptaan

lagi bebas dalam penataan, maka bagaimana mungkin Dia layak disekutukan bersama

yang lain-Nya? Apakah mereka tidak mengetahui bahwa langit dan bumi dahulunya
adalah bersatu? Lalu berpecah-belah, maka langit menjadi tujuh dan bumi menjadi
tujuh serta antara langit dan bumi dipisahkan oleh udara, hingga hujan turun dari

langit dan tanah pun menumbuhkan tanam-tanaman.

Untuk itu Dia berfirman: “Dan dari air, Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.

Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” yaitu, mereka menyaksikan

berbagai makhluk, satu kejadian demi kejadian secara nyata. Semua itu adalah bukti

tentang adanya Maha Pencipta yang berbuat secara bebas lagi Maha kuasa atas apa

yang dikehendaki-Nya.

Pandangan Zakir Naik, pendakwah dari tanah Hindustan dalam bukunya, Miracles of
Al-Quran and As-Sunnah menjelaskan Alquran dan teori Big Bang menurutnya

memiliki keserasian.

Menurutnya, dengan menelaah QS Al-Anbiya’: 30, adanya kesesuaian nan harmoni


antara Alquran dan teori Big Bang. Ini sungguh menakjubkan !!! Bagaimana mungkin

sebuah kitab yang muncul di padang pasir Arab 1.400 tahun lalu mengandung

kebenaran sains modern”.

5. Orbit garis edar


Orbit (lintasan) merupakan garis edar sebuah benda langit yang bergerak melingkar

(mendekati lingkaran) untuk memutari benda langit lainnya. Misalnya orbit bulan

memutari bumi, orbit bumi memutari mataharai, orbit matahari memutari sumbu

galaksi dan lain sebagainya. Orbit sebuah benda angkasa terungkap dalam al-Qur'an:

"Dialah yang menjadikan mataharii bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-

Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu

mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu), Allah tidak mendaptakan yang

demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)

kepada orang-orangyang mengetahui' (Q.S Yunus: 5). Di sini Allah mengungkap orbit

dengan kata manzilah (tempat perjalan), yang tidak lain adalah orbit. Dari orbit itu

berimplikasi pada banyak hal yang dapat dimanfaatkan oleh umat manusia. Di
antaranya adalah perhitungan kelender, baik itu kalender syamsiyah (berdasarkan

perputaran matahari) maupun perhitungan kalender qamariyah (berdasarkan

perputaran bulan).

Pada beberapa surah yang lain

diperkuat dan dijelaskan tentang

garis edarnya termasuk orbit

diantaranya Allah telah berfirman,

"Tidaklah mungkin bagi matahari


mengejar bulan dan malam pun tidak

dapat mendahului siang. Masing-

masing beredar pada garis edarnya."


(Yasin: 40).

"Dan, Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-

masing beredar pada garis edarnya." (Al-Anbiya': 33).

"Dan, Dia menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing berjalan menurut waktu

yang ditentukan." (Az-Zumar: 5).

"Sungguh, Allah yang menahan langit dan bumi agar tidak bergeser."16 (Fathir: 41).

Ayat-ayat di atas mengisyaratkan adanya revolusi benda-benda angkasa, dengan


pengertian bahwa tidak mungkin akan terjadi benturan antara matahari baik dengan

bulan maupun dengan planet-planet.

Pasalnya, Allah telah menahan langit, bumi, dan semua benda yang ada di antara

keduanya agar tidak bergeser (dari orbitnya). Ini merupakan salah satu kemukjizatan

terbesar dalam ilmu astronomi. Bagaimana hal itu bisa terjadi?

Sudah dimaklumi bersama bahwa setiap planet di angkasa tunduk pada suatu orbit

statis. Ia bergerak pada orbit itu dan tidak pernah melenceng darinya.

Misalnya, bulan berputar pada porosnya dan pada saat yang sama ia berevolusi
mengelilingi bumi dalam suatu orbit statis. Begitu pula planet bumi. Bumi berputar
pada porosnya setiap 24 jam sekali, dengan kecepatan konstan kira-kira 1.600

kilometer per jam.

Namun, pada saat yang sama, bumi juga berevolusi mengelilingi matahari dalam suatu

orbit statis setiap 365 hari sekali, dengan kecepatan 30 kilometer per detik. Pada setiap

365 hari itulah bumi kembali ke tempatnya semula.

Matahari pun sama. Ia melakukan rotasi pada porosnya sendiri setiap 25 hari sekali,

dan pada saat yang sama ia berevolusi mengelilingi suatu titik statis dalam galaksi

Bimasakti dalam suatu orbit statis setiap 250 juta tahun sekali, dengan kecepatan 250
kilometer per detik.

Komet Halley yang dilihat manusia setiap hari, sejak Allah menciptakan langit dan

bumi, ia terus bergerak dalam suatu orbit tanpa pernah melenceng walau hanya seujung
kuku dari orbit itu. Titik terdekat dengan bumi yang pernah ia lalui berjarak 300 juta

kilometer.

Ia memiliki ekor yang panjangnya mencapai 93 juta kilometer. Manusia khawatir

kalau-kalau komet Halley bergerak lurus sehingga menabrak bumi, sementara ayat

Alquran yang mulia mengatakan, "Sungguh, Allah yang menahan langit dan bumi

agar tidak bergeser." (Fathir: 41).

Sesungguhnya, keberadaan komet di orbitnya selama jutaan tahun, bumi di orbitnya


selama jutaan tahun, dan matahari di orbitnya selama jutaan tahun, merupakan suatu

bukti nyata akan kebenaran Alquran, di mana ia mengatakan, "Tidaklah mungkin bagi

matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-

masing beredar pada garis edarnya." (Yasin:40).

Demikian pula terdapat 10 planet, di antaranya Bumi, Venus, Jupiter, Saturnus, dan

Merkurius, yang semuanya berevolusi mengelilingi matahari pada orbit yang statis dan

dengan kecepatan konstan. Planet-planet itu berjalan dan kembali lagi ke tempatnya

semula pada suatu siklus waktu tertentu secara konstan.


Setiap orbit berbeda dari orbit yang lain sehingga tidak terjadi tabrakan di antara

planet-planet yang berada di dalam sistem tata surya. Tata surya secara keseluruhan

juga tunduk pada suatu orbit statis. Ia pun berevolusi mengelilingi suatu titik statis

yang terdapat di dalam galaksi Bimasakti. Satu siklus revolusi tata surya membutuhkan

250 juta tahun, dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya.

Hal yang lebih mengagumkan dari semua itu dengan segala kerumitan yang ada pada

sistem orbit-orbit tersebut, bahwa galaksi Bimasakti beserta seluruh bintang-bintang

yang ada di dalamnya juga berotasi pada porosnya setiap 250 juta tahun sekali dan
pada saat yang sama juga tunduk pada suatu orbit statis di alam semesta. Bimasakti

berevolusi pada orbit itu dengan kecepatan 400 ribu kilometer per detik.

Anehnya, galaksi Bimasakti hanyalah galaksi dengan ukuran medium jika


dibandingkan dengan galaksi-galaksi lain. Ia memuat lebih dari 100 miliar bintang.

Semua bintang itu berotasi pada porosnya dan pada saat yang sama berevolusi pada

orbitnya dan juga bergerak bersama pergerakan galaksi yang menjadi induknya.

Walaupun terdapat aneka kerumitan dalam proses revolusi benda-benda angkasa,

Allah tetap menegaskan di dalam ayat-ayat suci-Nya bahwa matahari tidak akan

menabrak bulan dan begitu pula planet-planet tidak akan menabrak planet-planet yang

lain.
Sebab setiap benda angkasa bergerak pada suatu orbit statis yang berbeda dari orbit

benda yang lain. Dengan demikian, astronomi modern selaras dengan ayat-ayat

Alquran bahwa semua benda angkasa bergerak dalam garis edarnya masing-masing.

Segala kerumitan dalam proses rotasi benda-benda angkasa pada porosnya dan proses

revolusinya pada suatu orbit statis tanpa menyimpang sedikit pun darinya -hanyalah

tentang sebuah galaksi, yaitu galaksi Bimasakti. Bagaimana jika itu menyangkut

semua galaksi yang ada di alam semesta, yang oleh para ahli diperkirakan berjumlah

lebih 1 triliun galaksi.


Dengan demikian, bisa ditegaskan bahwa sesungguhnya akal manusia tidak bisa

mengukur, walaupun hanya sedikit, sejauh mana kekuasaan Allah-Pencipta langit dan

alam semesta..

6. Besi dari Langit


Bukti tentang kebenaran al Qur’an tidak terbantahkan lagi dan hal ini menimbulkan

ketertarikan para ilmuan untuk membuktikan alQur’an secara ilmiah dengan mengkaji

ayat-ayat kauniyah terutama berkaitan dengan fenomena materi. Salah satu fenomena

itu adalah besi yang menjadi nama salah satu surat ke 57 dalam Al Qur’an dan

disebutkan dalam ayat ke 25. “...DanKami ciptakan besi yang padanya terdapat

kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagimanusia, (supaya mereka

mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong
(agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. …”. Dalam ayat

tersebut digambarkan bahwa besi memiliki kekuatan yang disebutkan oleh Allah

dengan kekuatan yang hebat (syadid) dan banyak manfaatnya untuk manusia.

Mengapa Allah menggunakan kata ‘wa-anzalnaa’ (dan Kami turunkan)" bukan ‘wa-

ja'alnaa (dan Kami jadikan/ciptakan)" atau wa-akhrajnaa (dan Kami keluarkan)?

Penggunaankata "anzalnaa" untuk besi sepadan dengan kata "anzalnaa" yang

digunakan untuk air yang diturunkan dari langit dan juga kata "anzalnaa" untuk al

Qur'an yang diturunkan kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad saw. Untuk

menjawab hal ini kita tidak dapat memahaminya apabila hanya dari satu bidang ilmu

tertentu saja, karena begitu luasnya ilmu Allah.

Kajian Ilmiah Al hadid

Pada al Qur’an, al hadid adalah nama salah satu surat ke 57. Nama al hadid diambil

dari ayat ke 25, waanzalnal hadida. Ada dua point yang dalam Q.S. Al Hadid ayat 25

ini yang menarik untuk dikaji secara ilmiah, sehingga bisa memberi pemahaman yang

lebih luas mengapa penyebutan besi begitu istimewa di dalam al Qur’an.


Pertama adalah kalimat, waanzalnal hadiida dan yang kedua adalah kalimat fiihi

ba’sun syadiidun. Pertama, Anzala merupakan fi’il wazanaf’ala dari nazala (turun-

menurunkan). Ba’sun (keberanian, kekuatan), syadidun jamak taksirasysyidd’u -

syidadun - syududun (yang berani, yang keras, yang kuat). Manafi’un adalah jamak

taksirdari manfa’atun, isim dari nafa’a - yanfa’u - naf’an (bermanfaat, berguna).

Waanzalnal hadida, akan sulit difahami jika langsung mengaitkannya dengan barang

keseharian yang berkaitan dengan besi. Bagaimana pagar besi, tiang listrik dan lain

sebagainya diturunkan langsung dari langit ? Begitu pula akan sulit dipahami jika
kemudian dikaitkan dengan ayat besi yang lain seperti Q.S.Saba (34) ayat 10-11: Dan

Sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari kami. (kami

berfirman):"Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang


bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya; (yaitu) buatlah baju besi

yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh.

Sesungguhnya aku melihat apa yang kamu kerjakan.

Besi dalam surat Saba tersebut disebut kandungan baju besi yang besar-besar. Maka

akan semakin sulit untuk memahami bagaimana besi yang besar itu diturunkan dari

langit. Kesulitan ini mendorong dibuatnya terjemah Al Qur’an dalam pemahaman

yang lebih sesuai pada saat itu, yaitu ‘Dan Kami ciptakan besi’. Terjemahan ini
sesungguhnya terdengar ganjil, karena anzalna digunakan dua kali di dalam ayat ini,

yang pertama waanzalnama’ahumul kitab diterjemahkan secara harfiah ‘dan Kami

turunkan bersama mereka kitab’. Apabila konsisten, anzala selanjutnya waanzalnal

hadida bisa diterjemahkan menjadi ‘dan Kami menurunkan besi’, bukan ‘dan Kami

menciptakan besi’. Karena menciptakan menjadikan atau membuat berasal dari kata

khalaqa, ja’ala atau shona’a bukan nazala yang berarti turun. Penggunaan terjemah

penurunan besi akan memberi konsekuensi hancurnya bangunan bahkan melukai

manusia. Ketika kata "anzalna," dalam ayat ini diterjemahkan dengan ‘kami turunkan’,
maka seolah-olah memiliki arti kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk
memberi manfaat bagi manusia. Namun ketika mempertimbangkan makna harfiahnya

yaitu‘secara fisik diturunkan dari langit’, kita akan menyadari bahwa ayat ini

menyiratkan keajaiban ilmiah yang sangat penting.

Purwanto menyatakan bahwa ketika al Qur’an turun, ide atomos Democritus telah

berumur sekitar sepuluh abad, meskipun mungkin belum dikenal di tanah Arab.

Artinya, saat itu ide serbuk super halus dari logam telah berkembang. Dengan

keberadaan ide ini, sebenarnya tidak ada masalah untuk memahami teks secara

harfiah,‘dan Kami telah menurunkan serbuk besi’. Pertanyaan yang kemudian muncul
adalah, serbuk besi tersebut diturunkan darimana, kapan, bagaimana, mengapa serta

pertanyaan epistimologi lainnya yang lahir dari teks wahyu. Untuk itu banyak jalur

ilmu pengetahuan yang harus ditempuh agar pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa


terjawab. Sains modern memberikan informasi bahwa besi yang merupakan logam

berat yang tidak dapat dihasilkan oleh bumi sendiri atau oleh planet lain. Bahkan

seluruh energi matahari tidak cukup untuk membentuk satu atom besi. Dalam

perhitungan, untuk membentuk satu atom besi (Fe) diperlukan sekitar empat kali

sebanyak sistim energi matahari seluruhnya. Besi hanya dapat dihasilkan di dalam

bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa

ratus juta derajat. Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah
bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya dan akhirnya meledak

melalui peristiwa yang disebut supernova. Akibat ledakanan ini meteor-meteor yang

mengandung besi bertaburan di seluruh alam semesta dan bergerak melalui ruang

hampa sampai ditarik gaya gravitasi benda angkasa pada masa awal terbentuknya bumi

. Maka sangat sesuai ketika Allah berfirman‘wa-anzalna al-hadiida ‘ yang artinya ‘dan

kami turunkan besi’. Al Qur'an telah menggunakan kata-kata yang tepat dan mudah

dipahami.

Pada penjelasan yang lain disebutkan bahwa mengutip dari akun Youtube Taqqarub
Light, dalam ayat tersebut terdapat kata wa anzalnal-hadida yang artinya "Dari kami
turunkan besi". Kata turunkan besi berarti memiliki makna bahwa besi tidak dibuat di

bumi, melainkan turun dari langit. Hal ini pun terjawab setelah Profesor Armstrong

dari National Aeronautics and Space Administration (NASA) atau Mohamed Asladi

yang berpandangan bahwa "memang besi diturunkan dari langit". Sains memberikan

ilmu kepada manusia bahwa besi termasuk logam berat yang tidak dapat dihasilkan

oleh bumi sendiri.

Penjelasan ilmiah tentang besi astronomi modern telah mengungkap bahwa logam besi

yang ditemukan di bumi berasal dari bintang-bintang raksasa di luar angkasa. Logam
berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang raksasa. Akan

tetapi sistem tata surya bumi tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan

besi secara mandiri.


Seorang ilmuwan terkenal yang menjadi pembicara dalam seminar 'Mukjizat Ilmiah

Alquran Al Karim,' Dr Strong juga mengatakan hal yang sama. Ia telah melakukan

berbagai penelitian terhadap sejumlah barang tambang bumi dalam sejumlah

penelitian laboratorium, namun hanya satu jenis barang tambang yang sangat

membingungkan para ilmuan yaitu besi.

"Dari sisi kapasitasnya, besi memiliki bentuk (struktur) yang unik. Agar elektron-

elektron dan nitron-nitron dapat menyatu dalam unsur besi maka ia butuh energi yang
luar biasa mencapai empat kali lebih besar dari total energi yang ada di planet

matahari,"

Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi, melainkan kiriman

dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan

"diturunkan ke bumi". Persis seperti dinyatakan dalam ayat Alquran.

Kedua berkaitan dengan besi yang terdapat pada Q.S. Al Hadid (57) : 25 ini adalah

berkaitan dengan kalimat fiihi ba’sun syadiidun (padanya terdapat kekuatan yang

hebat). Besi memiliki manfaat yang sangat tinggi dalam kehidupan manusia, dari
mulai barang rumah tangga, industri sampai peralatan militer. Kehebatan besi dapat
terungkap melalui kebesaran Allah dan bukti kasih sayang terhadap makhlukNya,

yaitu Allah telah mendesain bumi yang dilindungi oleh Sabuk Van Allen yang

terbentuk dari inti bumi yang besar, yaitu besi dan nikel. Sabuk Van Allen memiliki

energi tinggi yang terdiri dari proton dan elektron untuk membungkus bumi dan

menjadi perisai berbentuk medan elektromagnetik yang tidak dimiliki oleh planet lain

kecuali planet Merkurius dengan radiasi yang lebih lemah. Selain itu, sabuk Van Allen

juga melindungi bumi dan isinya dari ledakan dahsyat energi matahari yang terjadi

setiap 11 tahun sekali yang disebut solar flares, metonic cycle 19 tahun sekali dan
komet Halley yang rata-rata 76 tahun sekali mendekati bumi. Ledakan dahsyat ini

apabila tidak ditahan diangkasa dapat menghancukan semua kehidupan bumi.

Perlindungan juga didapatkan dari serangkaian badai kosmis yang membahayakan


umat manusia. Dengan menggali sisi kauniyah besi dankajian sains kita memahami

mengapa besi begitu istimewa, memiliki kekuatan yang hebat dan Allah

menjadikannya sebagai salah satu surat dalam al Qur’an.

Besi, Kimia dan Kodetifikasi Bilangan

Tafsiran terhadap surat mengenai besi akan berkaitan dengan ilmu kimia bahkan

keindahan surat al hadid dapat kita ketahui jika kita memahami sifat-sifat besi.

Pertama, Alhadid memiliki nilai kata atau Al-jumal 57. Dapat dilihat dalam tabel di
bawah bahwa secara jumlah Huruf terdiri dari “Al = (31)” dan “hadid = 26”.

Alif = 1, Lam = 30, Ha' = 8, Dal = 4, Ya' = 10, Dal = 4

1 + 30 + 8 + 4 + 10 + 4 = 31 + 26 = 57

Nilai al Jumal 57 Al hadid ini sama

dengan nomor suratnya atau (19 x 3).

Kelipatan 19 dengan koefisien angka

3. Besi atau Fe memiliki 8-isotop dan

4 tingkatan energi, sehingga 4-isotop


saja yang stabil, yaitu dengan simbol Fe-54, Fe-56, Fe57 , dan Fe-58

Besi mempunyai nomor atom-26,

posisinya terletak di tengah-

tengah tabel periodik. Fe-57

merupakan salah satu isotop besi

yang stabil dan mempunyai 31 neutron.

Isotop stabil lainnya adalah Fe-56

mempunyai 30-neutron dan Fe-58 mempunyai 32-neutron. Fe-57 juga mempunyai


Massa Atom sebesar 56,9354 dan ionisasi energi tingkat ke-3, sebesar 2957 Jk/mol

(dibulatkan), energi yang keluar untuk mengubah status Fe +2 ke Fe3+

Kedua, Mufti menyebutkan bahwa besi memiliki beberapa karakterisitik yaitu:


1) Fe-57 mempunyi Elektron-31 buah, ditunjukkan oleh Al-jumal dari kata al.

2) Besi mempunyai nomor atom -26, ditunjukkan oleh Al-jumal kata hadid.

3) Salah satu isotop besi yang stabil, Fe-57, mempunyai nomor simbol yang sama

dengan nomor Surat al-Hadid dan Tabel Al-jumal dari Alhadid yaitu 57.

4) Koefisien 3, dari (19 x 3), ditunjukkan dengan ionisasi tinkat energi ke-3 yang

dilepas sebesar 2957 jk/mol.

5) Bila kodetifikasi 2957dikonversi ke numerik Al-Qur’an maka Surat Al-Hadid


[57] terdiri 29 Ayat.

6) Surat alhadid memiliki 574 kata, sedangkan banyaknya kata dari awal surat

sampai dengan ayat ke-25 (kata pertama) adalah 451. Bilangan 574

menunjukkan "Fe-57 adalah salah satu isotop yang stabil dari 4-isotop yang

ada dan berarti mempunyai 4-tingkatan energi.

7) Bilangan 451, banyaknya kata, adalah jumlah bilangan nomor simbol 8-isotop

besi:Fe-52, Fe-54, Fe-55, Fe56, Fe-57, Fe58, Fe-58, sampai Fe-60; yaitu 52 +

54 + 55 + 56 + 57+ 58 + 59 + 60 = 451.
8) Enkripsi pada 4-isotop stabil, Fe-54, Fe56, Fe-57, dan Fe-58 merupakan

kelipatan-19 atau: 54565758 = 19 x 2871882

9) Massa atom Fe-57, 56.9354 adalah : 569354 = 19 x 29966

10) Nomor surat dan nomor ayat besi (QS 57: 25) ditunjukkan dengan angka-19. -

-------- > 5+7+2+5=19.

11) Surat “Al-Hadid” diletakkan di tengahtengah “Al-Qur'an”, sebagaimana

Elemen Besi nomor 26 terletak di tengah-tengah “Tabel Periodik”.

12) Dari sisi matematika, angka 57 dan 29 adalah ajaib karena angka-angka
tersebut merupakan: 57x29 = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 +...+ 57 atau (19 x 87).

7. Hujan dan jumlah yang turun sama dalam setahun


Menurut The United States Geological Survey Water Science School, sekitar 70%
permukaan bumi tertutup oleh air. Air merupakan nikmat Allah swt yang luar biasa kepada

seluruh makhlukNya dimuka bumi ini. Bumi terdiri dari 70% air yang terbagi menjadi 97%

air laut dan 3% air tawaryang dibagi 30.1% air tanah, 68.7% kutub es dan glaciers, dan

lainnya 0,9%. Dengan demikian hanya tersedia 0,3% air tawar yang terbagi dalam air

sungai 2%, rawa 11% dan danau 87%

Terjadinya hujan ternyata tidak merubah komposisi air di bumi. Bagaimana hal ini bisa

terjadi ? Hujan sejatinya adalah siklus air di bumi, yang menguap ketika terkena panas

matahari menjadi sekumpulan awan. Ketika awan sudah berat, awan serupa spons yang

diperas,sehingga airnya jatuh kembali ke bumi. Di dalam surat al-Țāriq (86) : 11 yang

artinya : Demi langit yang mengandung hujan. Menurut Syeikh Muhammad bin Shalih al-

Utsaimin, ulama besar abad 14 H, “Raj’i berarti kembali. Ada yang berpendapat bahwa

hujan dinamakan raj’i dalamayat ini, karena hujan berasal dari uap yang naik dari bumi ke

udara, kemudian turun ke bumi, kemudian kembali ke atas, dan dari atas kembali ke bumi

dan begitulah seterusnya”


Proses turunnya hujan serupa dengan air yang dimasak di dalam panci, ketika dipanaskan

airnya menguap sampai tertutup panci. Saat uap air sudah banyak maka akan kembali jatuh

sebagai air. Jadi, hujan bukanlah air yang diturunkan dari langit, tetapi Allah

mengembalikan air yang asalnya memang diambil dari bumi-dari laut, sungai, kolam, dan

semua tempat yang mengandung air- melalui proses penguapan.

Proses Terjadinya Hujan Berdasarkan al-Quran dan Sains

Pada Surah al-Tariq: 11 diatas telah menjelaskan gambaran bahwa hujan merupakan proses

pengembalian air yang memang berasal dari bumi atau dengan kalimat lainayat tersebut
menjelaskan tentang siklus air sehingga komposisi air di bumi tetap.

Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu, yang

memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan, pada Surah Ar rum (30)
ayat 48 yang artinya “Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan

awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan

menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya;

maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-

tiba mereka menjadi gembira.

Jika amati tiga tahap yang disebutkan dalam ayat ini.

Tahap pertama : “Dialah Allah Yang mengirimkan angin…”


Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan

pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air

tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh

angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol,

membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut,

sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut “perangkap air”.

Tahap kedua : “…lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di

langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal…”


Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau

partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter

antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit.

Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.

Tahap ketiga: “…lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya…”

Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel - partikel debu itu

mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada

udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.
Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu,

tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena

alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’anlah yang menyediakan penjelasan yang paling benar
mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang

pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.

Pada Sebuah ayat, informasi tentang proses pembentukan hujan dijelaskan di surah An nur

(24) ayat 43 yang artinya “Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian

mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih,

maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan

(butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan- gumpalan awan seperti) gunung-
gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-

Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu

hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”

Proses kontinuitas perputaran air dari

atmosfer menuju ke permukaan bumi

(siklusair) akan terus terjadi selama

masih ada panas matahari sebagai kunci

terjadinya proses tersebut. Dalam siklus


hidrologi terjadi beberapa proses yang
dilalui, yaitu kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi, sesuai yang di jelaskan

dalam firman Allah (QS. An-Nur:43)

Para ilmuwan yang mempelajari jenis-jenis awan mendapatkan temuan yang mengejutkan

berkenaan dengan proses pembentukan awan hujan. Terbentuknya awan hujan yang

mengambil bentuk tertentu, terjadi melalui sistem dan tahapan tertentu pula. Tahap-tahap

pembentukan kumulonimbus, sejenis awan hujan, adalah sebagai berikut:

Tahap pertama, Pergerakan awan oleh angin: Awan-awan dibawa, dengan kata lain, ditiup

oleh angin.
Tahap kedua, Pembentukan awan yang lebih besar: Kemudian awan-awan kecil (awan

kumulus) yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih besar.

Tahap ketiga, Pembentukan awan yang bertumpang tindih: Ketika awan-awan kecil saling
bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas

terjadi di dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah

dibandingkan di bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh

membesar secara vertikal, sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih.

Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut

mencapai wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-butiran air

dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air dan es ini telah
menjadi berat sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka

mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air, hujan es. (Anthes, Richard A.;

John J. Cahir; Alistair B. Fraser; and Hans A. Panofsky, 1981, The Atmosphere, s. 269;

Millers, Albert; and Jack C. Thompson, 1975, Elements of Meteorology, s. 141-142)

Pada penjelasan lain disebutkan proses terjadinya hujan dalam 5 tahap. Tahap pertama,

saat matahari menyinari permukaan bumi yang berupa air. Saat mendapat cahaya Matahari

molekul-molekul air akan bergerak. Makin cepat molekul bergerak, penguapannya

semakin besar. Tahap kedua, molekul-molekul air naik menuju atmosfer dalam bentuk uap
air. Tahap ketiga, seluruh uap air naik menuju atmosfer. Semakin tinggi uap air naik, uap
air semakin dingin. Molekul-molekul air lalu melambat dan saling menempel. Saat itulah

terjadi pengembunan. Hasil pengembunan ini berbentuk awan. Tahap keempat, titik-titik

air terus bergabung di dalam awan. Saat titik-titik air tersebut cukup besar dan berat,

mereka jatuh sebagai presipitasi. Presipitasi dapat berbentuk air hujan, salju, maupun

kristal es tergantung suhunya saat pengembunan. Tahap kelima, air yang jatuh ke

permukaan Bumi mengalir ke sungai, danau, laut, dan sebagainya. Beberapa air yang jatuh

ke permukaan Bumi terserap ke dalam tanah

Dari proses siklus hidrologi kemudian terbentuk macam-macam jenis air, yang secara garis
besar dikategorisasikan menjadi tiga:

Pertama, Al-ma’al-mughtir (air hujan/air langit). Air hujan merupakan hasil dari

kondensasi uap air yang kemudian membentuk awan. Ketika mencapai titik jenuh,
kemudian awan tersebut berubah menjadi titik-titik air hujan. Sifat dari air hujan ini murni

dan bersih. Hal ini karena air hujan merupakan air yang murni dan memiliki senyawa atau

mineral yang berlainan dengan air tanah yaitu SO4, Cl, NH3, CO2, N2, C, 02 sedangkan

air tanah mengandung senyawa Na, Mg, Ca, Fe, 029 Terkait kemurnian air hujan ini sudah

diisyaratkan dalam (QS. Al-Furqan: 48).

Kedua Al-ma’al-ujaj (Air laut/air asin). Dalam QS. Fathir:12 kita temukan informasi

bahwa ada dua macam sifat yang terkandung dalam air laut yaitu 1) tawar, dan 2) asin.
Dimana air laut yang bersifat tawar dapat digunakan untuk kebutuhan konsumsi, sedang

yang asin bersifat pahit sehingga tidak dapat dikonsumsi. Disini kita dapat

mengembangkan sebuah kajian ilmiah guna menjadikan air laut sebagai sumber konsumsi

masyarakat dengan cara memisahkan sifat tawar dari sifat asinnya. Selanjutnya air laut

yang memiliki sifat dasar asin dapat berubah menjadi air tawar yang dapat dikonsumsi oleh

manusia dengan cara sistem penyulingan. Selain itu, ekosistem yang ada didalamnya dapat

berguna sebagai bahan makanan sekaligus kebutuhan fashion bagi masyarakat.

Ketiga, Al-ma’al-furaat (air tawar). Air ini merupakan air hujan yang menetap dan
bergerak di atas permukaan tanah yang memiliki berbagai bentuk sesuai dengan relief
tanah yang dilaluinya, hal ini sebagaimana yang diuraikan oleh Nabi ketika

menggambarkan perihal sifat-sifat umatnya:

Dari Abu Musa dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Perumpamaan

petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengan membawanya adalah seperti hujan yang

lebat yang turun mengenai tanah. Di antara tanah itu ada jenis yang dapat menyerap air

sehingga dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Dan di

antaranya ada tanah yang keras lalu menahan air (tergenang) sehingga dapat diminum

oleh manusia, memberi minum hewan ternak dan untuk menyiram tanaman. Dan yang lain
ada permukaan tanah yangberbentuk lembah yang tidak dapat menahan air dan juga tidak

dapat menumbuhkan tanaman. (HR. Bukhori)

Dari penjelasan diatas, nampak jelas Nabi mengkategorisasikan jenis-jenis air tawar
beserta manfaat darinya. Dalam penjelasan tersebut, air hujan yang jatuh ke tanah

kemudian membentuk beberapa jenis air yaitu:

Pertama, air resapan/ air tanah. Air ini merupakn air hujan yang masuk kedalam tanah

lewat pori-pori tanah dan bebatuan. Pergerakan ini akibat adanya reaksi kapiler dalam

tanah, sehingga air dapat bergerak secara vertikal dan horizontal di bawah permukaan tanah

yang kemudian sebagian diserap oleh akar tumbuhan dan sebagian keluar menjadi sumber

mata air.
Kedua, air yang tergenang membentuk danau, waduk, dan rawa. Hal ini terjadi karena

adanya tanah bersifat keras dan berbentuk cekungan sehingga ketika air hujan tertahan

didalamnya dan tidak dapat merembes ke dalam tanah. Air yang tergenang membentuk

danau, rawa maupun waduk ini merupakan salah satu sumber daya alam yang sifatnya vital.

Diantaranya dalam hadis di atas disebutkan yaitu, sumber air minum bagi masyarakat

(PDAM), dan irigasi pertanian.

Ketiga, air yang mengalir membentuk DAS (Daerah Aliran Sungai). Bentuk ketiga ini

dijelaskan oleh Nabi sebagai air berada diatas tanah yang reliefnya tidak dapat menahan
serta menyerap air sebagaimana terjadi pada air danau dan air tanah. Sehingga air yang
berada di daerah tersebut kemudian mengalir ke dataran lebih rendah dan membentuk

aliran sungai.

Ketiga macam air tawar tersebut (air resapan tanah, air tergenang, maupun air sungai)

memiliki manfaat yang penting dalam kehidupan manusia terutama dalam memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari. Ini ditegaskan oleh Allah dalam QS.Al-Mursalat: 27.

Perlu diingat bahwa para ahli meteorologi hanya baru-baru ini saja mengetahui proses

pembentukan awan hujan ini secara rinci, beserta bentuk dan fungsinya, dengan

menggunakan peralatan mutakhir seperti pesawat terbang, satelit, komputer. Sungguh jelas
bahwa Allah telah memberitahu kita suatu informasi yang tak mungkin dapat diketahui

1400 tahun yang lalu.

Mukjizat Alquran tentang Kadar Hujan


Berdasarkan hasil penelitian, dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi.

Angka ini menghasilkan 513 triliun ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan

jumlah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu tahun.

Per tahunnya, air hujan yang menguap dan turun kembali ke Bumi dalam bentuk hujan

berjumlah "tetap": yakni 513 triliun ton. Fenomena alam itu sesunguhnya telah dinyatakan

dalam Alquran sejak abad ke-7 M dengan menggunakan istilah "menurunkan air dari

langit menurut kadar".


Alquran surah Az-Zukhruf [43] ayat 11 yang artinya ''Dan Yang menurunkan air dari

langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang

mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).''

Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan hujan turun sesuai kadarnya yang diperlukan buat tanam-

tanamanmu, pohon-pohon berbuahmu, dan untuk minummu dan minum ternakmu.

Menurut Harun Yahya, air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang seimbang menurut

"ukuran atau kadar" tertentu. ''Kehidupan di bumi bergantung pada siklus air,''
Bahkan, sekalipun manusia menggunakan semua teknologi yang ada di dunia ini, mereka

tidak akan mampu membuat siklus seperti ini. Tetapnya jumlah ini sangatlah penting bagi

keberlangsungan keseimbangan ekologi dan, tentu saja, kelangsungan kehidupan ini.

Satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan ketidak

seimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. Namun, hal ini tidak

pernah terjadi dan hujan senantiasa turun setiap tahun dalam jumlah yang benar-benar sama

seperti dinyatakan dalam Alquran.

C. KESIMPULAN
D. TUGAS

E. EVALUASI / TES FORMATIF

F. KUNCI JAWABAN

Anda mungkin juga menyukai