Anda di halaman 1dari 3

Cedera kepala dapat terjadi akibat berbagai faktor, salah satunya kecelakaan, termasuk

kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, atau bahkan benturan langsung pada kepala. Apapun
penyebabnya, cedera kepala dapat memiliki dampak yang signifikan, baik secara segera dengan
menyebabkan dampak langsung pada otak, maupun dalam jangka waktu tertentu dengan
gangguan pada cairan serebrospinal dan pembentukan hygroma subdural.1

Cedera kepala dapat melibatkan setiap komponen yang ada mulai dari bagian terluar (SCALP)
hingga bagian terdalam (intrakranial). Jaringan lunak kepala terdiri dari SCALP; Skin (kulit),
Connective Tissue (jaringan subkutis), Aponeurosis Galea, Loose Areolar Tissue (Jaringan
areolar longgar) dan Perikranium.(3)

Gambar 1. Lapisan yang melindungi parenkim otak(4)

Berdasarkan skor GCS, cedera otak diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu cedera otak ringan
(konkusio) dengan GCS 13-15, cedera otak sedang (GCS 9-12), dan cedera otak berat (GCS ≤8).
Cedera otak ringan merupakan cedera otak yang tersering. Cedera otak sedang biasanya diikuti dengan
adanya gambaran abnormal pada CT scan dan prognosis sebagian besar buruk karena berhubungan
dengan perdarahan intrakranial. Pasien dalam kasus ini dapat dimasukkan dalam cedera otak traumatik
ringan berdasarkan ditemukannya gambaran Hygroma subdural dengan skore GCS 15 dan tidak
memberikan keluhan deficit neurologis.(1)
Tabel 1. Kategori Cedera Kepala(1)
Salah satu penyakit yang disebabkan Trauma yaitu Hygroma Subdural. Hygroma
subdural adalah penumpukan cairan otak di bawah lapisan dura. Kondisi ini sering tidak
menunjukkan gejala, tetapi terkadang dapat memengaruhi kesadaran. Trauma kepala ringan bisa
menyebabkan pembentukan ruang subdural. Cedera otak traumatik (traumatic brain injury/TBI)
adalah penyebab umum terjadinya subdural hygroma, mencakup 5% - 20% lesi yang memenuhi
ruang pasca trauma. Klasifikasi dari hygroma traumatik secara umum terbagi menjadi fase
resolusi, fase stabil, developmental, dan evolusi berdasarkan temuan pada pemindaian tomografi
komputer (CT-Scan).2

Subdural hygroma sendiri sebagian besar bersifat asimptomatik dan mengalami


perjalanan penyakit yang semakin membaik seiring berjalannya waktu. Namun terkadang,
kondisi ini dapat menyebabkan efek massa dan menjadi situasi yang mengancam jiwa yang
memerlukan intervensi bedah dengan segera.2 Kondisi ini lebih sering terjadi pada pria,
umumnya terletak di daerah frontal, dan dapat muncul sebagai satu sisi atau keduanya
terpengaruh. Biasanya, kondisi ini berkaitan dengan cedera kepala, tetapi juga telah dilaporkan
dapat terjadi pasca meningitis, prosedur kraniotomi, pemasangan shunt, serta trombosis vena.3

Subdural hygroma dapat terjadi secara tiba-tiba atau juga sebagai komplikasi trauma pada
kista araknoid. Pada pasien lanjut usia yang mengalami penurunan volume otak akibat faktor
usia dan peningkatan ruang cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid/CSF), hal ini dapat
membingungkan seorang klinisi dalam menentukan diagnosis bandingnya. Di sisi lain, pada
anak-anak, koleksi subdural memiliki karakteristik yang khas dan berbagai penyebab yang
berbeda, sehingga membentuk kelompok kasus yang sangat beragam.3
Gambar 5. Asal dan Hubungan Lesi Subdural.
Subdural hygroma traumatik dapat terjadi dalam 5-20% dari kasus lesi yang mengisi ruang
subdural pasca cedera trauma. Berdasarkan gejala klinis dan temuan CT scan sekuensial, kondisi
ini dapat dibagi menjadi 4 tipe:10,11

1. Resolusi: Subdural hygroma semakin mengecil atau gejala klinis secara perlahan
menghilang.
2. Stabil: Ukuran hygroma tetap sama dan tidak ada perubahan klinis yang signifikan
setelah empat minggu pasca cedera kepala.
3. Developmental: subdural hygroma traumatik, efusi, dan kepadatan jaringan meningkat
dan gejala klinis secara perlahan memburuk.

Evolusi: Subdural hygroma berkembang menjadi hematoma subdural kronis yang disertai
peningkatan tekanan intrakranial. Lapisan sel batas dura dapat tumbuh dan membentuk neo-
membran. Efusi subdural berkelanjutan

Anda mungkin juga menyukai