Anda di halaman 1dari 10

Faktor yang Memengaruhi Pengangkutan Air dan Mineral dalam Xilem

Pengangkutan air dan mineral dalam xilem dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut.
1. Daya Kapilaritas Batang
Daya kapilaritas batang menyebabkan air dan mineral akan naik dari akar menuju daun. Hal ini
dikarenakan air yang berada pada batang tumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan air yang berada
di dalam tanah. Sifat ini sama seperti yang terdapat pada pipa kapiler. Daya kapilaritas batang
dipengaruhi oleh adanya gaya adhesi (antara air dengan dinding xilem) dan kohesi (antarmolekul air
dalam xilem). Melalui gaya adhesi, molekul air di sepanjang pembuluh xilem akan membentuk ikatan
yang lemah dengan dinding pembuluh. Melalui gaya kohesi, molekul air di sepanjang pembuluh xilem
akan saling berikatan satu sama lain. Hal ini menyebabkan terjadinya peristiwa tarik-menarik antara
molekul air yang satu dengan molekul air lainnya di sepanjang pembuluh xilem.
Penerapan daya kapilaritas tidak hanya terjadi dalam proses
pengangkutan air dan zat terlarut, melainkan dapat terjadi pada
proses yang lain. Oleh karena itu, pengenalan tentang kapilaritas
secara umum harus dipahami terlebih dahulu. Kapilaritas adalah
gejala naik atau turunnya cairan dalam pipa kapiler. Jika sebuah
pipa kapiler kaca dicelupkan pada tabung berisi air, air dapat Air Raksa
naik ke pembuluh kaca pipa kapiler karena adanya adhesi.
Sementara itu, jika pembuluh pipa kapiler dicelupkan pada
tabung berisi raksa akan terlihat raksa di dalam pembuluh kaca
pipa kapiler lebih rendah permukaannya dibandingkan
permukaan raksa dalam tabung karena adanya kohesi. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa kapilaritas sangat Air dalam pipa kapiler Raksa dalam pipa kapiler
tergantung pada kohesi dan adhesi. Perhatikan gambar di a b
samping. Gambar Contoh penerapan adhesi (a) dan
kohesi (b)
a. Kohesi Ilustrator: Zain Mustaghfir
Kohesi adalah gaya tarik-menarik antara molekul yang
sejenis. Contohnya gaya tarik-menarik antarmolekul kayu
sehingga membentuk kayu, gaya tarik-menarik antarmolekul kapur sehingga membentuk kapur
batang, gaya tarik-menarik antarmolekul gula sehingga membentuk gula pasir, dan gaya tarik-
menarik antarmolekul air dalam pembuluh xilem.
b. Adhesi
Adhesi adalah gaya tarik-menarik antara molekul yang berlainan jenis. Contohnya tinta dapat
melekat di kertas, kapur dapat melekat di papan tulis, cat dapat melekat pada tembok, dan air yang
bergerak naik dalam pembuluh xilem.
Beberapa contoh gejala kapilaritas yang berhubungan dengan peristiwa alam sebagai berikut.
1) Peristiwa naiknya air dari ujung akar ke daun pada sistem transportasi tumbuhan.
2) Basahnya tembok bagian dalam rumah setelah terjadi hujan.
Ketika terjadi kapilaritas terdapat peristiwa permukaan zat cair yang melengkung. Peristiwa tersebut
dinamakan meniskus. Ada dua macam meniskus, yaitu meniskus cekung dan meniskus cembung.
a. Meniskus Cekung
Meniskus cekung adalah permukaan zat cair berbentuk cekung yang disebabkan gaya adhesi
antarpartikel air dengan partikel tabung reaksi lebih besar daripada gaya kohesi antarpartikel
air. Partikel air yang bersentuhan dengan dinding lebih tertarik ke dinding. Oleh karena itu, posisi
permukaan air di dinding tabung lebih tinggi daripada posisi permukaan air di tengah tabung. Zat
cair pada meniskus cekung bersifat membasahi dinding kaca dan mengakibatkan naiknya
permukaan zat cair pada pipa kapiler. Contoh meniskus cekung adalah air yang diisikan dalam
tabung tidak berminyak.
b. Meniskus Cembung
Meniskus cembung adalah permukaan zat cair berbentuk
cembung. Contohnya permukaan air di dalam tabung reaksi yang
telah diolesi minyak. Gaya kohesi antarpartikel air lebih besar
daripada gaya adhesi antara partikel air dengan partikel minyak.
Akibatnya, partikel air cenderung menjauhi dinding tabung reaksi.
Oleh karena itu, permukaan air di dinding lebih rendah daripada
permukaan air di tengah tabung reaksi. Meniskus cembung juga dapat
ditunjukkan dengan memasukkan raksa dalam tabung reaksi.
Meniskus cembung mempunyai sifat tidak membasahi dinding dan
mengakibatkan turunnya permukaan raksa pada pipa kapiler.
(a) (b)
2. Daya Tekan Akar Gambar (a) Meniskus cekung
Menurut teori tekanan akar, air dan mineral dapat diangkut menuju (b) Meniskus cembung
daun karena adanya tekanan akar. Tekanan tersebut diakibatkan adanya Ilustrator: Zain Mustaghfir

perbedaan konsentrasi air dalam tanah dan cairan dalam xilem.


3. Daya Isap Daun
Menurut teori Dixon-Joly, air dan mineral dapat diangkut menuju daun karena pada daun terjadi
proses transpirasi. Peristiwa transpirasi pada daun mengakibatkan air bergerak dari bawah (akar) ke
atas (daun).
4. Pengaruh Sel-Sel yang Hidup di Sekitar Xilem
Menurut teori vital, air dan mineral dapat diangkut dari akar menuju daun karena adanya sel-sel
hidup di sekitar xilem. Sel-sel hidup di sekitar xilem tersebut meliputi sel parenkim dan jari-jari
empulur.
Organ Pernapasan Beserta Fungsinya

1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)


Hidung merupakan saluran pernapasan yang
langsung terhubung dengan udara luar. Hidung Sinus Konka
Sinus
tersusun atas tulang rawan dan memiliki dua buah frontalis superior
sfenoidalis
rongga dengan satu buah sekat. Di dalam rongga
hidung terdapat rambut-rambut halus yang berfungsi
untuk menyaring udara pernapasan. Pada rongga
Rongga Konka tengah Koana
hidung juga terdapat selaput lendir (mukosa) yang hidung
berfungsi untuk menghangatkan dan Konka inferior
Nosofaring
melembapkan udara pernapasan agar sesuai
dengan kondisi suhu dalam tubuh. Lendir ini juga Ruang
mengandung leukosit sehingga dapat membunuh depan Lubang saluran
hidung
kuman- kuman yang masuk bersama udara Eustachius

pernapasan. Untuk mengetahui struktur anatomi


Gambar Anatomi dinding lateral hidung
dinding lateral hidung, perhatikan gambar di Ilustrator: Arif Nursahid
samping.
2. Tekak (Faring)
Faring terletak di belakang rongga hidung dan
mulut. Panjang faring orang dewasa kurang lebih 4
cm. Faring tersusun atas otot lurik yang dilapisi Tulang hyoid
membran mukosa. Faring berfungsi sebagai saluran
udara dan saluran makanan.
3. Pangkal Tenggorokan (Laring) Tulang rawan
Laring terletak pada bagian belakang faring. tiroid
Pada laring terdapat sebuah katup yang disebut Pita suara
epiglotis. Katup ini berfungsi mengatur jalannya
Tulang rawan
makanan dan udara agar dapat melewati krikoid
salurannya masing-masing. Di dalam laring juga
Tulang rawan
terdapat pita suara yang merupakan organ trakea
penghasil suara pada manusia. Udara yang
Epiglotis
melewati laring akan menggetarkan
pita suara sehingga menghasilkan gelombang Sumber: Essentials of Anatomy and Physiology Fifth Edition,
suara. Perhatikan struktur anatomi laring pada F. A. David Company

gambar di samping.
4. Batang Tenggorokan (Trakea)
Batang tenggorokan atau trakea merupakan saluran pernapasan yang memanjang dari pangkal rongga mulut
sampai ke rongga dada. Panjang trakea orang dewasa sekitar 10–12 cm dengan diameter 2 cm. Trakea
menghubungkan laring dengan bronkus. Dinding trakea merupakan gelang-gelang yang tersusun atas tulang rawan
dan di dalamnya terdapat sel-sel epitel dengan rambut getar yang berfungsi mengeluarkan kotoran yang masuk
bersama udara pernapasan.
5. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)
Batang tenggorokan bercabang ke kanan dan ke kiri. Tiap-tiap cabang bermuara di paru-paru. Cabang batang
tenggorokan tersebut dinamakan bronkus. Panjangnya kurang lebih 5 cm dengan diameter 11–13 mm. Bronkus
kemudian bercabang lagi sebanyak 20–25 percabangan membentuk bronkiolus. Pada bagian ujung setiap cabang
bronkiolus terdapat gelembung-gelembung seperti buah anggur yang disebut alveolus. Bronkus, bronkiolus, dan
alveolus terdapat di dalam paru-paru.
6. Paru-Paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada serta terdiri atas dua bagian, yaitu paru-paru kanan dan
paru-paru kiri. Paru-paru kanan memiliki tiga gelambir (lobus), sedangkan paru-paru kiri hanya
memiliki dua gelambir (lobus). Pada bagian luar paru-paru terdapat dua lapis selaput pembungkus
paru-paru yang disebut pleura. Di dalam pleura terdapat cairan limfa yang berfungsi melindungi paru-
paru dari gesekan ketika mengembang dan mengempis.
7. Alveolus
Paru-paru tersusun atas alveolus yang terdapat pada ujung bronkiolus. Alveolus tersusun atas
jaringan epitel pipih dengan dinding yang elastis dan mengandung banyak kapiler darah. Struktur
tersebut memungkinkan terjadinya pertukaran gas secara difusi. Oleh karena itu, alveolus berperan
sebagai tempat pertukaran gas antara gas oksigen dan karbon dioksida. Selain itu, alveolus berbentuk
gelembung- gelembung seperti buah anggur sehingga memperluas bidang pertukaran gas.

Arteri pulmoralis

Rongga
hidung

Tekak (faring)
Pangkal tenggorokan (laring) Paru-paru
kiri
Alveolus
Batang tenggorokan (trakea)
Paru-paru kanan

Cabang batang
tenggorokan (bronkus) Pembuluh
kapiler
Bronkiolus

Diafragma
Gangguan pada Sistem Pernapasan

1. Asma
Bronkus normal Bronkus penderita
Asma merupakan asma
gangguan pernapasan
berupa penyempitan saluran
pernapasan, misal pada
trakea dan bronkus sehingga
penderita mengalami
kesulitan bernapas. Asma
dapat disebabkan oleh
alergen yang masuk ke
tubuh. Alergen dapat berupa
asap rokok, debu, dan
rambut halus hewan
peliharaan. Alergen yang
masuk ke tubuh akan
memicu sistem imun dalam
tubuh memproduksi
prostaglandin dan histamin.
Kedua senyawa tersebut
mengakibatkan terjadinya
penyempitan saluran
pernapasan, misalnya pada
bagian bronkus. Perhatikan
gambar di samping.
untuk membedakan kondisi bronkus normal dengan Dinding bronkus Pembengkakan
dinding bronkus
normal
bronkus penderita asma. Penderita asma biasanya Produksi mukus Produksi mukus
mengalami kesulitan bernapas dan sesak napas yang normal berlebihan
Gambar Perbandingan bronkus normal dan bronkus
disertai bunyi. Oleh karena penyakit asma dipicu oleh penderita asma
masuknya alergen ke tubuh, pencegahan dapat dilakukan Ilustrator: Arif Nursahid
dengan menghindari pemicu masuknya
alergen dan menjaga kebersihan udara di lingkungan. Apabila terjadi serangan asma dapat dilakukan
penanganan menggunakan alat bantu inhaler yang disemprotkan melalui mulut. Dalam inhaler terkandung
obat kimia yang dapat membantu melonggarkan saluran pernapasan.
2. TBC (Tuberkulosis)
Tuberkulosis merupakan peradangan dinding alveolus yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis pada paru-paru. Alveolus berperan dalam proses difusi oksigen dan karbon
dioksida. Oleh karena itu, jika alveolus mengalami peradangan akan mengganggu proses difusi oksigen dan
karbon dioksida. Seseorang yang menderita tuberkulosis mengalami gejala mudah lelah, berat badan turun
secara drastis, demam, berkeringat pada malam hari, sulit bernapas, sakit pada bagian dada, dan batuk
berdarah. Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan pemberian vaksin melalui imunisasi BCG pada
saat balita. Imunisasi tersebut akan membentuk antibodi yang dapat melawan bakteri penyebab TBC jika
memasuki tubuh pada kemudian hari. Sementara, upaya penanganan yang dapat dilakukan pada penderita
TBC adalah dengan pemberian obat jenis isoniazid, rifampisin, pirazinamid, streptomisin, dan etambutol.
3. COVID-19
COVID-19 merupakan penyakit pada sistem pernapasan manusia yang disebabkan oleh infeksi virus
SARS-CoV-2. Gejala yang ditimbulkan akibat COVID-19 antara lain demam, batuk kering, sakit tenggorokan, dan
sakit kepala. Selain itu, beberapa penderita juga mengalami gejala lain, seperti anosmia (kehilangan
kemampuan mencium bau), ageusia (kehilangan kemampuan mengecap rasa), hingga gangguan
gastrointestinal. Pada gejala berat dapat menyebabkan sesak napas dan pneumonia. Untuk mencegah
penyakit ini dapat dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan yang meliputi memakai masker saat
berada di luar rumah, menjaga jarak dengan orang lain, rutin mencuci tangan menggunakan sabun di air
mengalir, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas, serta mengonsumsi makanan bergizi untuk
meningkatkan daya tahan tubuh. Pencegahan penyakit ini juga dapat dilakukan dengan pemberian vaksin,
seperti Sinovac, AstraZeneca, ataupun Pfizer. Pemberian vaksin bermanfaat untuk mengaktifkan sistem
kekebalan tubuh dalam melawan infeksi patogen. Sementara itu, upaya penanganan yang dapat dilakukan
pada penderita COVID-19, yaitu dengan melakukan isolasi mandiri, mengonsumsi banyak air putih dan
makanan bergizi, terutama yang mengandung vitamin C dan E, serta mengonsumsi obat pereda demam,
nyeri, dan batuk setelah berkonsultasi ke dokter. Pada penderita yang mengalami sesak napas dianjurkan
melakukan pengobatan di rumah sakit untuk menerima pasokan oksigen melalui ventilator.
4. Pneumonia
Pneumonia merupakan radang paru-paru pada bagian
bronkiolus dan alveolus. Peradangan ini disebabkan oleh infeksi
Alveolus Bronkiolus
bakteri Streptococcus pneumoniae. Peradangan pada alveolus
menyebabkan terbentuknya cairan kental di dalam kantong
Alveolus
alveolus. Adanya cairan tersebut dapat mengganggu proses normal
pertukaran gas pada alveolus. Akibatnya, oksigen yang diserap
oleh darah menjadi berkurang. Gejala yang dialami penderita
pneumonia di antaranya batuk berdahak, sesak napas, sakit pada Alveolus
bagian dada, dan demam. Penyakit ini bersifat menular melalui penderita
pneumonia
batuk atau bersin. Pada saat batuk atau bersin, bakteri akan
menyebar di udara. Jika udara tersebut terhirup oleh orang lain, Alveolus penuh
orang tersebut dapat terserang pneumonia. Pencegahan cairan
penyakit ini dapat dilakukan dengan pemberian vaksin IPD Gambar Perbandingan alveolus normal dan
(Invasive Pneumococcal Disease). Pemberian vaksin tersebut alveolus penderita emfisema
bertujuan membentuk antibodi yang akan melawan patogen Ilustrator: Arif Nursahid

penyebab
penyakit pneumonia. Upaya penanganan untuk penderita pneumonia meliputi pemberian antibiotik dan
obat-obatan jenis ampisilin, kloramfenikol, sefotaksim, dan amikasin. Selain pemberian obat, penanganan
pneumonia juga dapat dilakukan dengan penyedotan cairan yang terdapat di dalam paru-paru.
5. Influenza
Influenza merupakan gangguan sistem pernapasan yang ditandai dengan gejala hidung tersumbat,
demam, sakit kepala, batuk, pilek, dan bersin-bersin. Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza
(Orthomyxovirus) dan bersifat menular. Pada saat penderita influenza bersin, virus akan ikut keluar dan
menyebar di udara. Jika udara yang mengandung virus terhirup oleh orang lain akan menyebabkan orang
tersebut tertular influenza. Oleh karena sifat penyakit ini yang mudah menular maka cara tepat untuk
mencegah influenza, yaitu dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga mampu melawan
serangan virus influenza. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh antara lain selalu
menjaga pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan sehat dan bergizi, berolahraga secara teratur,
serta istirahat yang cukup. Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan dengan menerapkan kebiasaan hidup
bersih, seperti rajin mencuci tangan menggunakan sabun. Apabila tubuh terserang influenza maka cara yang
dapat dilakukan untuk menanganinya, yaitu beristirahat yang cukup agar sistem kekebalan tubuh meningkat
sehingga dapat melawan virus influenza, banyak minum air putih, dan mengonsumsi makanan yang bergizi.
6. Kanker Paru-Paru
Kanker paru-paru merupakan pertumbuhan sel pada paru-paru yang tidak terkendali. Sel-sel tersebut
dapat menyebar ke seluruh jaringan paru-paru bahkan jaringan di sekitar paru-paru. Orang yang menderita
kanker paru-paru akan mengalami gejala-gejala, seperti batuk disertai darah, berat badan berkurang drastis,
napas pendek, dan sakit bagian dada. Kanker paru-paru dipicu oleh masuknya zat-zat yang bersifat
karsinogenik seperti asap rokok, debu asbes, dan udara yang tercemar. Penyakit ini bersifat tidak menular,
tetapi dapat menyebabkan kematian pada penderitanya. Sebagian besar penyakit ini terjadi karena paparan
asap rokok. Oleh karena itu, untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan tidak merokok dan
menghindari paparan asap rokok. Penanganan penderita kanker paru-paru dapat dilakukan dengan
melakukan operasi pengangkatan sel-sel kanker. Selain itu, juga dapat dilakukan radioterapi untuk
menghancurkan sel-sel kanker.
7. Emfisema
Emfisema merupakan penyakit yang terjadi karena ketidaknormalan susunan alveolus berupa hilangnya
elastisitas alveolus. Hal tersebut menyebabkan penurunan fungsi alveolus. Penurunan fungsi alveolus akan
mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen. Gejala yang dialami penderita emfisema antara lain kesulitan
bernapas, batuk kronis, dan sesak napas. Kerusakan struktur alveolus tersebut sebagian besar disebabkan
oleh asap rokok sehingga salah satu upaya pencegahannya dengan tidak merokok dan menghindari asap
rokok. Penanganan penyakit ini dapat dilakukan dengan melakukan terapi paru, terapi oksigen, operasi
pengurangan volume paru-paru dengan mengangkat bagian paru-paru (alveolus) yang mengalami
kerusakan, dan transplantasi paru-paru.

Alveolus normal Alveolus penderita emfisema

Gambar Perbandingan alveolus normal dan


alveolus penderita emfisema
Ilustrator: Arif Nursahid
Alveolus yang
mengalami
kerusakan
Alveolus

8. Faringitis
Faringitis merupakan peradangan pada faring. Peradangan ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis
patogen, seperti virus, bakteri, dan jamur. Contoh virus yang menginfeksi faring antara lain Adenovirus,
Orthomyxovirus, Rhinovirus, dan Coronavirus. Adapun contoh bakteri yang dapat menginfeksi faring, yaitu
Streptococcus pyrogenes. Selain infeksi patogen, faringitis juga dapat disebabkan oleh iritasi zat kimia.
Gangguan pada saluran pernapasan ini ditandai dengan rasa nyeri saat menelan makanan. Oleh karena
tergolong penyakit yang menular melalui saluran pernapasan, sebaiknya dilakukan pencegahan agar tidak
tertular penyakit ini. Pencegahan dapat dilakukan dengan rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan
tidak menggunakan peralatan makan secara bergantian. Penanganan faringitis dapat dilakukan dengan
pemberian antibiotik untuk faringitis yang disebabkan oleh bakteri, antivirus untuk faringitis yang disebabkan
oleh virus, dan antijamur untuk faringitis oleh jamur.
9. Tonsilitis
Tonsilitis merupakan peradangan pada tonsil yang ditandai tonsil
dengan terjadinya pembengkakan. Tonsilitis disebabkan oleh infeksi
bakteri dan virus. Bakteri yang dapat mengakibatkan tonsilitis, yaitu
Streptococcus sp. Adapun virus yang dapat menyebabkan tonsilitis, di
antaranya Adenovirus, Rhinovirus, dan Coronavirus. Gejala yang
dialami oleh penderita tonsilitis berupa sakit tenggorokan,
pembengkakan tonsil, batuk, sakit kepala, sakit pada bagian leher,
dan demam. Pencegahan dapat dilakukan dengan sering mencuci
tangan untuk mencegah masuknya
Tonsil normal Tonsil penderita
patogen ke dalam mulut bersama makanan. Sementara itu, tonsilitis
penanganan terhadap penderita tonsilitis dapat dilakukan dengan Gambar Perbandingan tonsil normal dan tonsil
pemberian antibiotik. Apabila pembengkakan tonsil sudah sangat penderita tonsilitis
Ilustrator: Arif Nursahid
besar perlu dilakukan tonsileksomi, yaitu pembedahan dan
pengangkatan tonsil.
10. Bronkitis
Bronkitis merupakan peradangan pada dinding bronkus. Peradangan tersebut akan
mengakibatkan pembengkakan dinding bronkus sehingga bronkus mengalami penyempitan. Kondisi
tersebut akan mengganggu proses penyaluran udara pernapasan. Gejala penyakit bronkitis berupa
batuk berdahak dan sesak napas. Pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terserang bronkitis di
antaranya memakai masker saat keluar rumah, tidak merokok, dan menghindari asap rokok.
Sementara itu, upaya penanganan untuk penderita bronkitis di antaranya dengan pemberian obat jenis
bronkodilator, steroid, dan antibiotik. Selain itu, penyakit ini juga dapat ditangani dengan melakukan
terapi oksigen.
11. Hipoksia
Hipoksia adalah gangguan yang diakibatkan oleh kekurangan oksigen di dalam jaringan sehingga
dapat mematikan sel-sel dalam jaringan tubuh. Seseorang yang mengalami hipoksia ditandai dengan
warna kulit kebiruan, sesak napas, dan sakit pada kepala. Hipoksia dapat disebabkan oleh keracunan
zat- zat karsinogenik serta gangguan pada jantung dan paru-paru. Hipoksia juga dapat terjadi karena
kadar oksigen dalam udara berkurang. Cara mencegah terjadinya hipoksia antara lain tidak
mengonsumsi obat- obatan terlarang atau narkoba, olahraga secara teratur, dan selalu waspada saat
berada pada lingkungan dengan kadar oksigen rendah, seperti pegunungan, area kebakaran, dan
berada di dalam air dalam waktu yang lama. Cara mengatasi hipoksia di antaranya memasok oksigen
ke dalam tubuh menggunakan slang oksigen, melakukan intubasi atau pembuatan saluran udara
mekanis yang berfungsi menyalurkan oksigen ke paru-paru, dan jika hipoksia disebabkan karena
keracunan gas karbon monoksida dapat diatasi dengan memasukkan penderita ke ruang hiperbarik
agar oksigen dalam darah meningkat.
12. Sinusitis
Sinusitis merupakan peradangan pada daerah sinus (bagian atas rongga hidung). Sinusitis dapat
terjadi pada salah satu dari keempat sinus, yaitu maksilaris, etmoidalis, frontalis, dan sfenoidalis.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Selain itu, timbulnya penyakit ini juga dipicu
oleh alergi. Gejala awal penyakit ini, yaitu munculnya lendir berwarna kekuningan. Munculnya lendir
tersebut mengakibatkan hidung tersumbat sehingga pemasukan udara pernapasan melalui hidung
menjadi terganggu. Pencegahan terhadap sinusitis dapat dilakukan dengan menghindari hal-hal yang
menyebabkan alergi. Upaya penanganan penyakit ini dengan melakukan operasi pembukaan sinus
pada kasus sinusitis yang telah parah.
13. Asidosis
Asidosis merupakan gangguan pernapasan yang terjadi karena penurunan fungsi paru-paru atau
pernapasan yang terlalu lambat sehingga mengakibatkan penumpukan karbon dioksida dalam darah.
Tingginya karbon dioksida dalam darah mengakibatkan pH darah menurun sehingga darah bersifat
asam. Berdasarkan hal tersebut, salah satu ciri asidosis adalah tingginya kadar asam karbonat dan
asam bikarbonat dalam darah. Penyakit asidosis dapat dicegah dengan menghindari paparan asap
rokok dan asap kendaraan bermotor serta paparan polusi yang dapat menyebabkan penurunan
fungsi paru-paru. Untuk mengatasi penumpukan karbon dioksida dalam darah pada penderita
asidosis dapat dilakukan dengan melakukan dialisis.
14. Rinitis
Rinitis merupakan peradangan pada hidung yang disebabkan oleh masuknya alergen. Seseorang
yang menderita rinitis akan mengalami bersin, pilek, hidung tersumbat, serta gatal di bagian hidung
dan tenggorokan. Oleh karena disebabkan alergen maka pencegahan penyakit ini dapat dilakukan
dengan menjaga kebersihan lingkungan sehingga memperkecil kemungkinan masuknya alergen ke
tubuh. Saat terserang rinitis dapat ditangani dengan pemberian obat dekongestan, antihistamin, dan
kortikosteroid.
15. Difteri
Difteri merupakan penyakit yang menyerang saluran pernapasan atas, yaitu faring dan laring.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae. Gejala penyakit ini antara
lain terbentuknya membran abu-abu yang menutupi tenggorokan, pembengkakan kelenjar limfa,
kesulitan bernapas, serta hidung mengeluarkan cairan kental yang disertai darah. Penyakit ini dapat
menyerang sejak masih bayi sehingga untuk pencegahannya perlu dilakukan imunisasi DPT. Penyakit
difteri bersifat menular dan dapat menyebabkan kematian. Penularan penyakit ini dapat melalui
cairan tubuh (misalnya ludah dan cairan hidung) penderita. Oleh karena itu, dianjurkan untuk tidak
menggunakan peralatan makan, pakaian, dan alat mandi secara bergantian dengan penderita difteri.
Penanganan difteri dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik dan antitoksin. Antibiotik yang
diberikan berupa eritromisin dan penisilin yang berfungsi membunuh bakteri serta mempercepat
penyembuhan setelah terinfeksi. Antitoksin merupakan jenis antibodi yang berfungsi menetralkan
toksin dari bakteri penyebab difteri agar tidak makin menyebar ke seluruh tubuh.
16. Silikosis
Silikosis merupakan gangguan pernapasan akibat adanya pertikel silika yang masuk dan
mengendap di dalam saluran pernapasan. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan udara dari partikel-partikel berbahaya. Selain itu, sebaiknya selalu memakai masker jika
berada di tempat yang diduga mengalami pencemaran udara. Silikosis dapat diatasi dengan
melakukan lavage paru-paru, yaitu pembilasan paru-paru untuk menghilangkan silika.
17. Pleuritis
Pleuritis merupakan peradangan pada selaput paru-paru, yaitu pleura. Keadaan tersebut
menyebabkan terjadinya akumulasi cairan pada pleura. Peradangan ini disebabkan oleh infeksi virus
dan bakteri. Gejala yang dialami penderita pleuritis antara lain nyeri pada bagian dada dan batuk
kering. Cara mencegah penyakit pleuritis, yaitu memakai masker saat keluar rumah agar terhindar dari
patogen yang menyebabkan infeksi, serta menerapkan pola hidup sehat, seperti rajin mencuci tangan
menggunakan sabun di air mengalir dan mengonsumsi makanan bergizi. Adapun upaya penanganan
penderita pleuritis dapat dilakukan dengan melakukan penyedotan sebagian cairan di dalam pleura.
18. Asfiksi
Asfiksi merupakan gangguan pengangkutan oksigen menuju jaringan tubuh. Keadaan tersebut
disebabkan oleh terganggunya fungsi paru-paru, pembuluh darah, atau jaringan. Kondisi ini akan
menyebabkan tubuh kekurangan oksigen. Oleh karena itu, penderita menunjukkan gejala tubuh
lemah. Pencegahan penyakit asfiksi dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti
mengonsumsi makanan yang bergizi, olahraga secara teratur, dan istirahat yang cukup. Penderita
asfiksi dapat ditangani dengan resusitasi yang bertujuan merangsang paru-paru untuk tetap menyuplai
oksigen. Setelah itu, dapat dilakukan pemberian obat jenis epinefrin.
19. Adenoid
Adenoid merupakan penyempitan saluran pernapasan karena mengalami penyumbatan oleh
kelenjar limfa yang membengkak sebagai akibat infeksi bakteri. Kondisi tersebut menimbulkan gejala
berupa sulit bernapas, sakit pada tenggorokan , serta menghasilkan lendir berwarna kuning kehijauan
melalui hidung. Upaya penanganan dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik.
20. Polip
Polip merupakan tumor jinak yang terbentuk pada rongga hidung. Polip biasanya tumbuh pada
daerah selaput lendir karena adanya penimbunan cairan. Gejala yang dialami penderita polip, yaitu
hidung sering tersumbat. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan hidung,
membersihkan bagian dalam hidung dengan air garam, serta menghindari hal yang dapat
menyebabkan iritasi pada hidung. Penanganan penyakit ini dapat dilakukan dengan pemberian obat
jenis kortikosteroid yang dapat mengecilkan ukuran polip.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Frekuensi Pernapasan
Frekuensi pernapasan setiap orang berbeda-beda. Faktor-faktor yang memengaruhi frekuensi pernapasan
meliputi usia, jenis kelamin, suhu tubuh, posisi tubuh, dan jenis kegiatan.
1. Usia
Frekuensi pernapasan anak-anak lebih cepat daripada orang dewasa. Hal ini karena anak-anak
membutuhkan oksigen lebih banyak untuk proses pertumbuhannya.
2. Jenis Kelamin
Secara umum laki-laki memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat daripada perempuan. Laki-laki umumnya
melakukan aktivitas fisik yang lebih berat sehingga memerlukan energi yang lebih banyak. Makin banyak
energi yang diperlukan, makin banyak pula oksigen yang dibutuhkan sehingga frekuensi pernapasan makin
meningkat.
3. Suhu Tubuh
Suhu tubuh berhubungan dengan kebutuhan energi. Makin tinggi suhu tubuh, kebutuhan energi akan makin
besar. Demikian pula dengan kebutuhan oksigennya akan makin banyak.
4. Posisi Tubuh
Pada saat seseorang sedang berdiri, otot berkontraksi lebih banyak dibandingkan seseorang yang sedang
duduk. Hal ini mengakibatkan kebutuhan energi makin banyak sehingga oksigen juga diperlukan dalam
jumlah yang lebih banyak. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang banyak tersebut, frekuensi pernapasan
akan meningkat. Lain halnya jika seseorang sedang berada pada posisi tidur. Pada posisi tidur, oksigen yang
dibutuhkan lebih sedikit sehingga frekuensi pernapasannya lebih lambat daripada saat posisi berdiri.
5. Jenis Kegiatan
Makin berat aktivitas seseorang, kebutuhan energinya makin banyak. Makin banyak energi yang diperlukan,
makin banyak pula oksigen yang dibutuhkan sehingga frekuensi pernapasan akan meningkat untuk
memenuhi kebutuhan oksigen tersebut.

Anda mungkin juga menyukai