Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KEBUTUHAN OKSIGENASI


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAK EFEKTIFAN BERSIHAN
JALAN NAFAS

DIBIMBING OLEH:

Aristina Halawa, S.Kep.,Ns.,M.Kes

DISUSUN OLEH:

Liftania Ramadhannela
(2018.01.015)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH

SURABAYA

PRODI S1 KEPERAWATAN TINGKAT II

2020
1. KONSEP OKSIGENASI

a. Pengertian oksigenasi

Oksigenasi merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel-sel tubuh. Secara
normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas.
Masuknya oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi kardiovaskuler
dan keadaan hematologi (Wartonah & Tarwoto 2006).

Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam pemenuhan oksigen


yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup
dan aktivitas berbagai organ atau sel (Potter & Perry, 2005).

b. Anatomi Fisiologi Sistem pernafasan

A. Saluran Nafas Atas

1. Hidung

a) Terdiri atas bagian eksternal dan internal

b) Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung
dan kartilago

c) Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan


menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang
sempit, yang disebut septum

d) Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak


mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung

e) Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi


lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring
oleh gerakan silia

f) Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari


paru-paru
g) Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan
serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru

h) Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena


reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini
berkurang sejalan dengan pertambahan usia

2. Faring

a) Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang


menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring

b) Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring),


dan laring (laringofaring)

c) Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus


respiratorius dan digestif

3. Laring

a) Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang


menghubungkan faring dan trakea.

b) Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :

i. Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah


laring selama menelan

ii. Glotis : ostium antara pita suara dalam laring

iii. Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari


kartilago ini membentuk jakun (Adam’s apple)

iv. Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit


dalam laring (terletak di bawah kartilago tiroid)

v. Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara


dengan kartilago tiroid
vi. Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang
menghasilkan bunyi suara (pita suara melekat pada lumen
laring)

c) Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi

d) Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi


benda asing dan memudahkan batu

4. Trakea

a) Disebut juga batang tenggorok.

b) Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina.

B. Saluran Nafas Bawah

1. Bronkus

a) Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri

b) Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2


bronkus)

c) Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan


bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental

d) Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus


subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri,
limfatik dan saraf

2. Bronkiolus

a) Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus

b) Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir


yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam
jalan napas
3. Bronkiolus Terminalis

a) Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis


(yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)

4. Bronkiolus respiratori

a) Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori

b) Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara


jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas

5. Duktus alveolar dan Sakus alveolar

a) Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar


dan sakus alveolar

b) Dan kemudian menjadi alveoli

6. Alveoli

a) Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2

b) Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar
akan seluas 70 m2

c) Terdiri atas 3 tipe :

i. Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk


dinding alveoli

ii. Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik
dan mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi
permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)

iii. Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-
sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan
7. PARU

a) Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut

b) Terletak dalam rongga dada atau toraks

c) Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung


dan beberapa pembuluh darah besar

d) Setiap paru mempunyai apeks dan basis

e) Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura
interlobaris

f) Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus

g) Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai


dengan segmen bronkusnya

8. PLEURA

a) Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis

b) Terbagi mejadi 2 :

i. Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada

ii. Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru

c) Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura
yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak
selama pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan
paru-paru

d) Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal
ini untuk mencegah kolap paru-paru.
2. KONSEP BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF

a. Pengertian bersihan jalan nafas tidak efektif

Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk


mempertahankan jalan napas tetap paten.

b. Penyebab

1. Fisiologis

a. Spasme jalan napas

b. Hipersekresi jalan napas

c. Disfungsi neuromuskuler

d. Benda asing dalam jalan napas

e. Sekresi yang tertahan

f. Hiperplasia dinding jalan napas

g. Proses infeksi

h. Respon alergi

i. Efek agen farmakologis (mis.anastesi)

2. Situasional

a. Merokok aktif

b. Merokok pasif

c. Terpajan polutan
c. Patofisiologi (Web of Caution)

Kebiasaan merokok , polusi udara, paparan debu, asap dan gas – gas kimiawi, akibat kerja, infeksi saluran
pernafasan akibat jamur; bakteri;virus;dan protozoa, dan yang bersifat genetik.

Masuk ke dalam tubuh melalui


sistem pernafasan

Masuk ke alveoli melalui


pembuluh darah

Eksudat dan serous Eksudat dan serous


masuk alveoli masuk alveoli
melalui pembuluh melalui pembuluh
darah darah

Eksudat dan serous Eksudat dan serous


mengisi alveoli masuk alveoli
melalui pembuluh

Lekosit dan fibrin Lekosit dan fibrin


mengalami konsolidasi mengalami konsolidasi
dalam paru dalam paru

Konsolidasi Konsolidasi
jaringan paru jaringan paru

Kompliance paru
Konsolidasi di dalam
turun
jaringan paru
meningkat
Ketidakefektifan
pola pernafasan
Traksi otot dada,
sputum mengental
dan meningkat, batuk
produktif

Kebersihan jalan napas tidak


efektif
d. Manifestasi Klinis

1. Gejala dan Tanda Mayor

a) Subyektif

(tidak tersedia)

b) Obyektif

i. Batuk tidak efektif

ii. Tidak mampu batuk

iii. Sputum berlebih

iv. Mengi, wheezing dan atau ronchi kering

v. Mekonium di jalan napas (pada neonatus)

2. Gejala dan Tanda Minor

a) Subyektif

i. Dispnea

ii. Sulit berbicara

iii. Ortopnea

b) Obyektif

i. Gelisah

ii. Sianosis

iii. Bunyi napas menurun

iv. Frekuensi napas berubah

v. Pola napas berubah


e. Penatalaksanaan

1. Pelaksanaan Medis

a) Pemantauan Hemodinamika

b) Pengobatan bronkodilator

c) Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter,


misal: nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian
oksigen jika diperlukan.

d) Penggunaan ventilator mekanik

e) Fisoterapi dada

2. Penatalaksanaan keperawatan

a) Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

i. Pembersihan jalan nafas

ii. Latihan batuk efektif

iii. Pengisafan lender

iv. Jalan nafas buatan

b) Pola Nafas Tidak Efektif

i. Atur posisi pasien ( semi fowler )

ii. Pemberian oksigen

iii. Teknik bernafas dan relaksasi


f. Kompilkasi

Menurut Bararah & Jauhar (2013), komplikasi yang dapat terjadi pada bersihan jalan
napas tidak efektif jika tidak ditangani antara lain.

1. Hipoksemia

Merupakan keadaan di mana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam


darah arteri (PaO2) atau saturasi oksigen arteri (SaO2) di bawah normal
(normal PaO2 85-100 mmHg, SaO2 95%). Pada neonatus, PaO2 < 50 mmHg
atau SaO2 < 88%. Pada dewasa, anak, dan bayi, PaO2 < 60 mmHg atau SaO2
< 90%. Keadaan ini disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi, difusi, pirau
(shunt), atau berada pada tempat yang kurang oksigen. Pada keadaan
hipoksemia, tubuh akan melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan
pernapasan, meningkatkan stroke volume, vasodilatasi pembuluh darah, dan
peningkatan nadi. Tanda dan gejala hipoksemia di antaranya sesak napas,
frekuensi napas dapat mencapai 35 kali per menit, nadi cepat dan dangkal
serta sianosis.

2. Hipoksia

Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya


pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen yang
diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler.
Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit ventilasi berhenti spontan. Penyebab
lain hipoksia yaitu.

a) Menurunnya hemoglobin

b) Berkurangnya konsentrasi oksigen.

c) Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen

d) Menurunnya difusi oksigen dari alveoli kedalam darah seperti pada


pneumonia

e) Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok

f) Kerusakan atau gangguan ventilasi


Tanda-tanda hipoksia di antaranya kelelahan, kecemasan, menurunnya
kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam,
sianosis, sesak napas, serta jari tabuh (clubbing finger).

3. Gagal napas

Merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh memenuhi kebutuhan


karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi
kegagalan pertukaran gas karbondioksida dan oksigen. Gagal napas ditandai
oleh adanya peningkatan karbondioksida dan penurunan oksigen dalam darah
secara signifikan. Gagal napas disebabkan oleh gangguan system saraf pusat
yang mengontrol pernapasan, kelemahan neuromuskular, keracunan obat,
gangguan metabolisme, kelemahan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas.

4. Perubahan pola napas

Frekuensi pernapasan normal pada anak berbeda pada masing – masing usia.

Frekuensi pernapasan normal pada anak dapat dilihat pada tabel

Usia Frekuensi Bayi baru lahir 35-40 x /menit Bayi (6 bulan) 30-50 x /menit
Todler (2 tahun) 25-32 x /menit Anak-anak 20-30 x /menit (Sumber : Bararah
& Jauhar, 2013)

Pada keadaan normal frekuensi pernapasan anak sesuai dengan tabel diatas,
dengan irama teratur serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi yang disebut
eupneu. Perubahan pola napas adalah suatu keadaan dimana frekuensi
pernapasan tidak berada pada rentang normal. Perubahan pola napas dapat
berupa hal – hal sebagai berikut.

a) Dispneu, yaitu kesulitan bernapas

b) Apneu, yaitu tidak bernapas atau berhenti bernapas

c) Takipneu, pernapasan yang lebih cepat dari normal

d) Bradipneu, pernapasan lebih lambat dari normal

e) Kussmaul, pernapasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi sama,


sehingga pernapasan menjadi lambat dan dalam.
f) Cheyney-stokes, merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudian –
angsur dangkal dan diikuti periode apneu yang berulang secara teratur.

g) Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apneu


dengan berangsur periode yang tidak teratur

3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

1. Pengkajian keperawatan tentang fungsi kardiopulmonar harus mencakupi


data yang dikumpulkan dari sumber – sumber berikut:
a) Riwayat keperawatan fungsi kardiopulmonal normal klien dan fungsi
kardiopulmonal saat ini, kerusakan fungsi sirkulasi dan fungsi
pernafasan pada masa lalu, serta tindakan klien yang digunakan untuk
mengoptimalkan oksigenasi.
b) Peneriksaan fisik status kardiopulmonal klien, termasuk inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi.
c) Peninjauman kembali hasil pemerikasaan laboratorium dan hasil
pemerikasaan diagnostic, termasuk perhitungan darah lengkap, EKG,
dan pemerikasaan fungsi pulmonary, sputum,serta oksigenasi seperti
arteri gas darah ( AGD ) atau oksimetri nadi.
2. Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan untuk mengkaji fungsi jantung yang meliputi : nyeri
dan karakteristik nyeri, dispenea (tanda klinis hipoksia dan termanifestasi
dengan sesak nafas) , keletihan (kehilangan daya tahan tubuh ), sirkulasi
ferifer, faktor risisko penyakit jantung, dan adanya kondisi – kondisi
jantung pada masa lalu dan kondisi jantung yang menyertai. Riwayat
keperawatan mengenai fungsi jantung meliputi pengkajian adanya batuk,
sesak nafas, mengi ( bunyi, musik bernada tinggi , yang disebabkan
gerakan udara berkecepatan tinggi melalui jalan nafas yang sempit ) ,
nyeri, pemaparan lingkungan, frekuensi infeksi saluran pernafasan, faktor
risiko pulmonary, masalah pernafasan yang lalu, penggunaan obat –
obatan saat ini, dan riwayat merokok atau terpapar asap rokok.
3. Pemerikasaan Fisik
a) Pemerikasaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat oksigenasi
jaringan klien yang meliputi evaluasi keseluruhan sistem
kardiopulmonar. Teknik inspeksi , palpasi , auskultasi, dan perkusi
digunakan dalam pemeriksaan fisik ini.
b) Inspeksi, saat melakukan teknik inpeksi, perawat melakukan observasi
dari kepala sanpai ke ujung kaki klien untuk mengkaji kulit dan warna
membrane mukosa, penampilan umum, tingkat kesadaran, keadekuatan
sistemik, pola pernafasan dan gerakan dinding dada.
c) Palpasi, dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah. Dengan palpasi ,
jenis dan jumlah kerja thoraks , daerah nyeri tekan dapat diketahui dan
perawat dapat mengidentifikasi taktil fremitus, getaran pada dada
( thrill ) , angkatan dada ( heaves ) dan titik implus jantung maksimal.
Palpasi juga memungkinkan untuk meraba adanya massa atau tonkolan
diaksila dan jaringan payudara. Palpasi pada ekstremitas menghasilkan
data tentang sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatr kulit,
warna dan pengisian kapiler.
d) Perkusi, tindakan mengetuk – ngetuk suatu objek untuk mengetahui
adanya udara, cairan atau benda padat yang berada di bawah jaringan
tersebut. Perkusi menimbulkan getaran dari daerah di bawah area yang
diketuk dengan kedalaman 4-6 cm. lima nada perkusi yaitu, resonansi,
hiperesonansi, redup datar dan timpani.
e) Auskultasi, untuk mengidentifikasi bunyi paru, dan jantung yang
normal maupun tidak normal. Auskultasi sistem kardiovaskuler harus
meliputi pengkajian, dalam menditeksi bunyi, S1 dan S2 normal,
menditeksi adanya suara S3 dan S4 yang tidak normal, bunyi murmur,
serta bunyi gesekan, pemeriksaan harus mengidentifikasi lokasi,
radiasi, intensitas, nada, dan kualitas bunyi murmur. Auskultasi bunyi
paru dilakukan untuk mendengarkan gerakan udara di sepanjang
lapangan paru. Suara nafas tambahan, terdapatnya cairan di suatu
lapangan paru, atau terjadinya obstruksi. Auskultasi juga untuk
mengevaluasi meningkatnya status pernafasan.
b. Diagnosa Keperawatan (semua dituliskan)

1. Bersihan Jalan Tidak Efektif b.d spasme jalan napas dengan batuk tidak
efektif, sputum berlebih, mengi, dispnea dan gelisah

2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d kebiasaan merokok

3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d infeksi saluran pernafasan akibat
jamur; bakteri;virus;dan protozoa, dan yang bersifat genetik

c. Rencana Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah langkah ketiga yang juga amat penting untuk
menentukan berhasil atau tidaknya proses asuhan keperawatan (Induniasih&
Hendrasih, 2017).

Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia


(SLKI) untuk diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu dengan
label bersihan jalan napas dengan ekspetasi meningkat (PPNI, 2019).

Adapun kriteria hasil dari tindakan yang ingin dicapai dengan SLKI yaitu

Bersihan jalan napas antara lain:

a. Batuk efektif meningkat

b. Produksi sputum menurun

c. Mengi menurun

d. Wheezing menurun

e. Dispnea menurun

f. Gelisah menurun
Adapun tindakan dari manajemen jalan napas dan pemantauan respirasi adalah

sebagai berikut:

1) Manajemen jalan napas

Manajemen jalan napas merupakan suatu cara untuk mengidentifikasi serta


mengelola kepatenan jalan napas. Tindakan dalam manajmen jalan napas
antara lain sebagai berkut :

a) Observasi

b) Monitor Monitor bunyi napas tambahan (mis. mengi, wheezing,


ronkhi kering, gurgling)

c) Monitor sputum ( jumlah, warna, aroma)

1. Terapiutik

a) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu ( postural drainage )

b) Posisikan semi fowler atau fowler

c) Berikan minuman hangat

d) Berikan oksigen, jika perlu

2. Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika


perlu.

3. Edukasi

a) Ajarkan teknik batuk efektif

2) Pemantauan respirasi

Pemantauan respirasi merupakan suatu cara untuk mengumpulkan dan


memastikan kepatenan jalan napas.
Tindakan dalam pemantauan respirasi antara lain:

1. Observasi

a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas

b) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,


kussmaul)

c) Monitor kemampuan batuk efektif

d) Monitor adanya produksi sputum

e) Auskultasi bunyi napas

d. Tindakan Keperawatan (Implementasi)

N Diagnosa Tujuan/ Kriteria hasil Intervensi Rasional


o. Keperawatan yang
mungkin muncul

1 Kebersihan jalanSetelah diberikanIntervensi NIC


napas tidak efektifasuhan keperawatan
1).Pemantauan 1).Untuk memastikan
berhubungan dengan……………x24 jam
pernapasan pasien ,kepatenan jalan napas
…….. ditandaidiharapkan bersihan
mengumpulkan dandan pertukaran gas yang
dengan …………. jalan napas klien
menganalisis data pasienadekuat
efektif dengan kriteria
( tanda vital )
hasil :
2).Memfasilitasi
-Menunjukan 2).Manajemen jalankepatenan jalan napas
pembersihan jalannapas
3)Membantu jalan
napas yang efektif ,
3).Berikan udara/oksigen napas
yang dibuktikan oleh
pencegahan aspirasi,;4).Pengaturan posisi,4).Untuk memfasilitasi
status pernapasan :mengubah posisi pasien kesejahteraan fisiologis
kepatenan jalan dan psikososial, serta
napas,; dan status memudahkan
pernapasan: ventilasi mengeluarkan skeret
tidak terganggu.
-Menunjukan status
5).Mengencerkan secret
pernapasan :
, mempermudah
kepatenan jalan
napas , yang5).Lakukan dan bantupernapasan
dibuktikan olehdalam terapi nebulizer
indicator:
-Kemudahan 6).Memudahkan
bernapas pengeluaran sekret
-Frekuensi dan irama
6).Instrusikan kepada7).Untuk
pernapasan baik
pasien tentang batuk danmenghilangkan secret
-Pergerakan sputum
teknik nafas dalam
keluar dari jalan
napas 7).Pengisapan jalan napas
8).Untuk perawatan
-Pergerakan sumbatan( suction )
paru
keluar dari jalan
napas
8).Kolaborasi pemberian
obat

2 Pola napas tidakSetelah diberikanIntervensi NIC


efektif berhubunganasuhan keperawatan
1).memfasilitasi
dengan ……………x24 jam1).Manajemen jalan napas
kepatenan jalan napas
…………..ditandai diharapkan pola napas
dengan ………. klien efektif dengan2).Pemantauan tanda vital
2).Untuk menentukan
kriteria hasil :
dan mencegah
3).Pantau pola pernapasan
Hasil NOC komplikasi
, auskultasi suara
napas 3).Mengetahui tindakan
-Menunjukan pola
selanjutnya yang akan
pernapasan efektif ,
dilakukan serta
yang dibuktikan oleh
mengetahui adanya
status pernapasan ;
4).Ajarkan tekniksuara tambahan
status pentilasi
relaksasi
pernapasan tidak 4).Untuk memperbaiki
terganggu , kepatenan
jalan napas, tidak ada5).Ajarkan teknik batuk
pola pernapasan
penyimpangan tandaefektif
vital dari rentang 5).Mengeluarkan sekret
6).Berikan terapi
normal.
nebulizer ultrasonik dan6).Untuk membantu
-Perubahan status
udara atau oksigen pola pernapasan
pernapasan : ventilasi
tidak terganggu yang
dibuktikan oleh :
7).Atur posisi pasien7).Mengoptimalkan
a. kedalaman inspirasi
( fowler) pernapasan
dan kemudahan nafas
b. ekspansi dada8).Kolaborasi pemberian8).Mengoptimalkan
simetris obat pola pernapasan
-Menunjukan tidak ada
gangguan status
pernapasan ;
a.penggunaan otot
aksesorius
b. suara napas
tambahan
c. pendek napas

e. Evaluasi Keperawatan

Indikator keberhasilan yang ingin dicapai sesuai SLKI (PPNI, 2019) yaitu bersihan
jalan napas antara lain:

a) Batuk efektif meningkat

b) Produksi sputum menurun


c) Mengi menurun

d) Wheezing menurun

e) Dispnea menurun

f) Gelisah menurun

4. DAFTAR PUSTAKA

Buku ajaran SDKI,. PPNI (2019). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.,

Buku ajaran SLKI (PPNI, 2019)

Carpenito-Moyet,Lynda Juall.2013.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta : EGC

Nanda.2012-2014.Panduan Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.Jakarta:


EGC

Potter & Perry, 2005,.

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2 Edisi 4. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC

Tarwoto & Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi
3. Jakarta : Salemba Medika.

Wartonah & Tarwoto 2006,. Induniasih & Hendrasih, 2017,. Deswani, 2011,.

Wilkinson,Judith M.2011.Buku Saku Dignosis Keperawatan, Diagnosis


NANDA,Intervensi NIC ,Kreteria Hasil NOC Edisi 9.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai