DWIFUNGSI ABRI
Dwifungsi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) merupakan sebuah
konsep dan kebijakan politik yang mengatur tentang fungsi ABRI dalam tatanan
kehidupan bernegara. Konsep Dwifungsi ABRI pada masa pemerintahan Orde Baru
berawal dari gagasan A.H Nasution yang disebut dengan konsep jalan tengah.
Konsep jalan tengah merupakan sebuah konsep yang menginginkan militer berperan
sebagai alat pertahanan keamanan negara sekaligus berpartisipasi dalam bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya.
A. Bidang Kekuatan Pertahanan dan Keamanan
Pada masa Orde Baru, pertahanan keamanan negara fokus kepada
penumpasan G 30 S/PKI. Strategi yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah ini adalah operasi militer tempur, operasi militer intelijen dan operasi
militer teritorial, yang semuanya terkandung dalam Doktrin Tri Ubaya Çakti.
Doktrin ini kemudian dikonsolidasikan lagi menjadi Doktrin Sad Daya Dwi Bakti
pada tahun 1994 yang fokus pada dimensi operasi TNI ABRI, keamanan pulau
nusantara, keamanan laut, keamanan udara, keamanan masyarakat dan
pemeliharaan perdamaian dunia.
B. Bidang Sosial dan Politik
Peran ABRI dalam bidang sosial politik pada masa Orde Baru ditujukan pada
fungsi Kekaryaan dan Karyawan ABRI. Sasaran ABRI sebagai kekuatan sosial
merupakan sasaran kekaryaan ABRI, yaitu: bidang ideologi salah satunya
melalui terwujudnya Penghayatan dan Pengamalan Pancasila secara mantap di
kalangan masyarakat. Bidang politik melalui ABRI sebagai dinamisator dan
stabilisator diharapkan mampu menciptakan stabilitas nasional yang mantap dan
dinamis guna menunjang suksesnya pembangunan nasional dan terpeliharanya
ketahanan nasional.