Anda di halaman 1dari 64

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

MESIN-MESIN LISTRIK

NAMA : ..............................................

NIM : ..............................................
KELAS : ……………………………..

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS JEMBER
2020
JADWAL PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Pertemuan 1 KONTRAK KULIAH

BAB 1 TRAFO 1 (OPEN CIRCUIT & SHORT CIRCUIT TEST)


Pertemuan 2 Pre Test + Pengambilan Data Trafo 1 (Open circuit dan Short
Circuit Test)
Pertemuan 3 Asistensi + Post Test Trafo 1 (Open circuit dan Short Circuit
Test)

BAB 2 TRAFO 1 (LOAD TEST)


Pertemuan 4 Pre Test + Pengambilan Data Trafo 1 (Load Test)
Pertemuan 5 Asistensi + Post Test Trafo 1 (Load Test)

BAB 3 POLARITAS TRAFO 1


Pertemuan 6 Pre Test + Pengambilan Data Polaritas Trafo 1
Pertemuan 7 Asistensi + Post Test Polaritas Trafo 1

Pertemuan 8 UJIAN TENGAH PRAKTIKUM

BAB 4 KERJA PARALEL TRAFO 1


Pertemuan 9 Pre Test + Pengambilan Data Paralel Trafo 1
Pertemuan 10 Asistensi + Post Test Paralel Trafo 1

BAB 5 PENGUJIAN MESIN DC


Pertemuan 11 Pre Test + Pengambilan Data Pengujian Motor dc
Pertemuan 12 Asistensi + Post Test PEngujian Mesin dc

BAB 6 STARTING MOTOR INDUKSI 3


Pertemuan 13 Pre Test + Pengambilan Data Starting Motor Induksi 3
Pertemuan 14 Asistensi + Post Test Data Starting Motor Induksi 3

Pertemuan 15 UJIAN AKHIR PRAKTIKUM 1

ii
SOP & TATA TERTIB PRAKTIKUM

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Dosen dan Asistensi wajib hadir pada pelaksanaan praktikum.
2. Teknisi dan asisten laboratorium harap selalu memeriksa jadwal dan menyiapkan
alat maupun bahan praktikum.
3. Pelaksanaan praktikum harus mengacu pada SOP & Tata Tertib Praktikum,
penjadwalan serta buku petunjuk praktikum yang telah disepakati bersama.
4. Laporan praktikum berbentuk jobsheet/ LKS dengan nama "Buku Petunjuk
Praktikum (BPP)".
5. Data praktikum yang berupa angka atapun huruf dapat ditulis pada BPP.
6. Data praktikum yang berupa gambar dapat dicetak kemudian ditempel pada BPP.
7. Praktikum dilaksanakan 14 kali pertemuan ditambah ujian praktikum dengan
jadwal sesuai SISTER.
8. Satu kali kegiatan praktikum sama dengan satu SKS sama dengan 150 menit
dengan kapasitas 20 mahasiswa.
9. Kegiatan praktikum terdiri dari beberapa percobaan dengan jenis kegiatan antara
lain Pre-Test, Pengambilan Data, Post-Test, dan Asistensi.
10. Tidak ada kegiatan praktikum yang diperbolehkan diluar jadwal praktikum.

B. ASISTEN LABORATORIUM
1. Asisten laboratorium diperbolehkan memandu jalannya praktikum namun tetap
dalam pengawasan dosen.
2. Asisten laboratorium tidak diperkenankan memberi hukuman/sanksi serta
penilaian.
3. Asisten laboratorium diperbolehkan melakukan pengecekan data-data hasil
praktikum.

C. MAHASISWA
1. Mahasiswa wajib memakai jas lab saat pelaksanaan kegiatan praktikum. Bagi
mahasiswa yang tidak menggunakan jas lab dilarang mengikuti kegiatan
praktikum.
2. Toleransi keterlambatan 15 menit bagi mahasiswa, terlambat lebih dari itu
mahasiswa dilarang mengikuti kegiatan praktikum.
3. Jika dalam suatu percobaan mahasiswa tidak mengikuti salah satu dari kegiatan
tersebut, maka tetap diperbolehkan mengikuti kegiatan lain.
4. Tidak ada susulan bagi mahasiswa yang melewatkan pre-test, pengambilan data
maupun post-test. Hal ini berkaitan dengan tidak diperbolehkannya kegiatan
praktikum diluar jadwal praktikum. Namun, dosen diperbolehkan (tidak wajib)
memberikan tugas pengganti/ tambahan kepada mahasiswa untuk mengganti
kegiatan yang dilewatkan.
5. Sama seperti perkuliahan, mahasiswa diperbolehkan mengikuti ujian praktikum
jika memenuhi 75% kehadiran.
6. Mahasiswa WAJIB mengikuti setiap instruksi dosen pengampu. Setiap tindakan
mahasiswa dalam laboratorium yang diluar instruksi atau tanpa seizin dosen
pengampu dapat disanksi nilai nol.

iii
DAFTAR ISI

JADWAL PELAKSANAAN PRAKTIKUM .............................................................. ii


SOP & TATA TERTIB PRAKTIKUM...................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
TRAFO 1 ................................................................................................................... 1
BAB 1 TRAFO 1 (OPEN CIRCUIT & SHORT CIRCUIT) ...................................... 1
BAB 2 TRAFO 1 (LOAD TEST) ............................................................................. 11
BAB 3 POLARITAS TRAFO 1 .............................................................................. 19
BAB 4 KERJA PARALEL TRAFO 1..................................................................... 30
BAB 5 PENGUJIAN MESIN DC ............................................................................. 40
BAB 6 METODE STARTING STAR - DELTA MOTORINDUKSI 3 ................... 52

iv
TRAFO 1
1 (OPEN CIRCUIT & SHORT
CIRCUIT)

1.1. Tujuan Praktikum

1. Menjelaskan cara kerja trafo 1


2. Menghitung parameter dan rugi-rugi trafo 1 dengan menggunakan percobaan
open circuit test dan short circuit test

1.2. Landasan Teori

R1+jX1 a:1 R2+jX2


I1 I2
+ Io +
NP NS
V1 RC jXM VS
IW IM
- -
(a)

R1' + jX 1' I2/a


I1
+ Io +

V1 RC jXM aV2
IW IM
- -
(b)

Gambar 1.1 Rangkaian ekivalen trafo riil (non-ideal)

Rangkaian ekivalen trafo riil dalam Gambar 1.1(a) dapat dinyatakan dengan
rangkaian ekivalen pendekatan seperti dalam Gambar 1.1(b).
Jika rangkaian sekunder tidak dibebani (No Load), maka nilai Z1 = R1 + jX1 adalah
kecil sekali bila dibandingkan dengan ZM = RC + jXM sehingga Z1 dapat diabaikan. Arus
yang mengalir pada rangkaian primer (I1) sama dengan arus rugi inti (I0) dan daya yang
masuk (POC) dapat dianggap sebagai rugi inti, yaitu:

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 1


𝑃𝑂𝐶 = 𝑉𝑂𝐶1 𝐼0 cos 𝑂𝐶 (1.1)

𝐼𝑊 = 𝐼0 cos 𝑂𝐶 , 𝐼𝑀 = 𝐼0 sin 𝑂𝐶 (1.2)


𝑃𝑂𝐶 (1.3)
𝑂𝐶 = cos−1 ( )
𝑉𝑂𝐶1 𝐼0
𝑉𝑂𝐶1 , 𝑉𝑂𝐶1 (1.4)
𝑅𝐶 = 𝑋𝑀 =
𝐼𝑊 𝐼𝑀
𝑉𝑂𝐶1 (1.5)
𝑎=
𝑉𝑂𝐶2
Dengan,
𝑉𝑂𝐶1 = Tegangan sisi primer yang terukur pada saat uji tanpa beban (open circuit)
𝑉𝑂𝐶2 = Tegangan sisi sekunder yang terukur pada saat uji tanpa beban
𝐼0 = Arus sisi primer yang terukur pada saat uji tanpa beban
𝑃𝑂𝐶 = Daya yang terukur pada wattmeter pada saat uji tanpa beban
𝑂𝐶 = Sudut fasa arus dan tegangan pada saat uji tanpa beban
𝐼𝑀 = Arus Magnetisasi
𝐼𝑊 = Arus Eddy

Jika rangkaian sekunder dihubung singkat (short-circuit), arus yang mengalir dan
terbaca pada ammeter dianggap arus pada kumparan saja karena arus rugi inti bernilai
kecil sekali dibandingkan dengan arus nominal. Dengan kata lain I0 dapat diabaikan
sehingga:
𝑃𝑆𝐶 = ̅̅̅̅ 𝐼𝑆𝐶 cos 𝑆𝐶 𝑢𝑘𝑢𝑟
𝑉𝑆𝐶 ̅̅̅̅ (1.6)
𝑃𝑆𝐶 (1.7)
𝑂𝐶 = cos−1 ( )
𝑉𝑆𝐶 𝐼𝑆𝐶
𝑉𝑆𝐶 , 𝑉𝑆𝐶 (1.8)
𝑅1′ = 𝑋1′ =
𝐼𝑆𝐶 cos 𝑆𝐶 𝐼𝑆𝐶 sin 𝑆𝐶
𝑅1′ = 𝑅1 + 𝑎2 𝑅2 , 𝑋1′ = 𝑋1 + 𝑎2 𝑋2 (1.9)
𝑃𝐶𝑈 𝐿𝑜𝑠𝑠 = 𝑃𝑆𝐶 (1.10)
Dengan,
𝑉𝑆𝐶 = Tegangan sisi primer yang terukur pada saat uji hubung singkat (short circuit)
𝐼𝑆𝐶 = Arus sisi primer yang terukur pada saat uji hubung singkat
𝑃𝑆𝐶 = Daya yang terukur pada wattmeter pada saat uji hubung singkat
𝑆𝐶 = Sudut fasa arus dan tegangan pada saat uji hubung singkat

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 2


𝑅1′ = Resistansi ekivalen dilihat dari sisi primer
𝑋1′ = Reaktansi ekivaken dilihat dari sisi primer

1.3. Peralatan yang Digunakan

Alat yang diperlukan antara lain;


1. Trafo 500 VA 220,100/48,24 V 1 buah
2. Power Analyzer 1 buah
3. Voltage Regulator 0-220 V 1 buah
4. Mulitemeter 1 buah
5. Tang ampere 1 buah
6. Kabel secukupnya

1.4. Prosedur Percobaan

1.4.1. Percobaan Trafo Tanpa Beban

VR Power Analyzer Trafo


10A V
220V 48V
~
Source

Load

220V V

N
watt COM 0V 0V

Gambar 1.2 Rangkaian Percobaan Uji Tanpa Beban

1. Rangkailah peralatan seperti dalam Gambar 1.2


2. Atur pembacaan Power Analyzer sehingga menunjukkan parameter volt, ampere,
watt dan cos .
3. Atur voltage regulator (VR) sampai tegangan pada power analyzer membaca nilai
sekitar 220 volt.
4. Catat data variasi nilai VOC1, VOC2, I0, POC dan cos OC.
5. Rata-ratakan nilai VOC1 dan VOC2 lalu hitung angka perbandingan trafo (a).

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 3


̅̅̅̅̅̅
𝑉 𝑂𝐶1 (1.11)
𝑎=
̅̅̅̅̅̅
𝑉𝑂𝐶2
6. Rata-ratakan nilai I0, POC dan cos OC lalu hitung;
̅̅̅̅̅
𝑃𝑂𝐶 −1
𝜃𝑂𝐶 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = cos −1 ( ), 𝜃𝑂𝐶 𝑢𝑘𝑢𝑟 = cos (cos
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅)
𝜑𝑂𝐶 (1.12)
̅̅̅̅̅̅
𝑉𝑂𝐶1 × 𝐼0 ̅

7. Bandingkan 𝑂𝐶 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (perhitungan) dengan rata-rata 𝑂𝐶 𝑢𝑘𝑢𝑟 (pengukuran)


|𝑂𝐶 𝑢𝑘𝑢𝑟 − 𝑂𝐶 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 | (1.13)
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑂𝐶 = × 100%
𝑂𝐶 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
8. Hitung 𝑅𝐶 dan 𝑋𝑀 ;
̅̅̅̅̅̅
𝑉𝑂𝐶1 ̅̅̅̅̅̅
𝑉 𝑂𝐶1 (1.14)
𝑅𝐶 = 𝑋𝑀 =
𝐼̅0 cos 𝜃𝑂𝐶 𝑢𝑘𝑢𝑟 ̅
𝐼0 sin 𝜃𝑂𝐶 𝑢𝑘𝑢𝑟

1.4.2. Percobaan Trafo Hubung Singkat (Short circuit)

VR Power Analyzer Trafo


10A V
220V 48V
~
Source

Load

220V
A
N
watt COM 0V 0V

Gambar 1.3 Rangkaian Percobaan Uji Hubung Singkat

1. Rangkailah peralatan seperti dalam Gambar 1.3


2. Atur pembacaan Power Analyzer sehingga menunjukkan parameter volt, ampere,
watt dan cos .
3. Naikkan tegangan pada VR sampai power analyzer membaca arus nominal. Jaga nilai
pembacaan arus pada tang ampere agar tidak melebihi arus beban penuh (nominal)
sisi sekunder.
4. Catat data variasi nilai VSC, ISC, PSC dan cos SC ketika pembacaan cos  tidak sama
dengan 1,00.
5. Rata-ratakan nilai ISC, PSC dan cos SC lalu hitung;
̅̅̅̅
𝑃𝑆𝐶 −1
𝜃𝑆𝐶 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = cos−1 ( ) , 𝜃𝑆𝐶 𝑢𝑘𝑢𝑟 = cos (cos
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅)
𝜑𝑆𝐶 (1.15)
̅̅̅̅
𝑉 𝑆𝐶 × ̅̅̅̅
𝐼𝑆𝐶

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 4


6. Bandingkan 𝜃𝑆𝐶 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (perhitungan) dengan rata-rata 𝜃𝑆𝐶 𝑢𝑘𝑢𝑟 (pengukuran)
|𝑆𝐶 𝑢𝑘𝑢𝑟 − 𝑆𝐶 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 | (1.16)
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑆𝐶 = × 100%
𝑆𝐶 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
7. Hitung 𝑅1′ dan 𝑋1′ ;
̅̅̅̅
𝑉𝑆𝐶 ̅̅̅̅
𝑉𝑆𝐶 (1.17)
𝑅1′ = 𝑋1′ =
𝐼𝑆𝐶 cos 𝑆𝐶 𝑢𝑘𝑢𝑟
̅̅̅̅ 𝐼𝑆𝐶 sin 𝑆𝐶 𝑢𝑘𝑢𝑟
̅̅̅̅
8. Hitung 𝑅2′ dan 𝑋2′;
𝑅1′ 𝑋1′ (1.18)
𝑅2′ = 𝑋2′ =
𝑎2 𝑎2
𝑍2′ = 𝑅2′ + 𝑗𝑋2′ (1.19)
Dengan,
𝑅2′ , 𝑋2′ 𝑑𝑎𝑛 𝑍2′ berturut-turut adalah resistansi ekivalen, reaktansi ekivalen dan
impedansi ekivalen dilihat dari sisi sekunder. Dalam percobaan ini sisi primer adalah sisi
tegangan tinggi adan sisi sekunder adalah sisi tegangan rendah.

1.5. Data Hasil Percobaan

Tabel 1.1 Data Hasil Percobaan Trafo Tanpa Beban

No. VOC1 (volt) VOC2 (volt) I0 (ampere) POC (watt) cos OC

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Tabel 1.2 Parameter yang Didapat dari Uji Trafo Tanpa Beban

a RC () XM ()

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 5


Tabel 1.3 Data Hasil Percobaan Trafo Hubung Singkat

No. VSC (volt) ISC (ampere) PSC (watt) cos SC

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Tabel 1.4 Parameter yang Didapat dari Uji Trafo Tanpa Beban

𝑅1′ () 𝑋1′ () 𝑃𝐶𝑈−𝐿𝑜𝑠𝑠 (watt)

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 6


1.6. Analisis Data dan Pembahasan

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 7


Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 8
1.7. Kesimpulan

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 9


1.8. Lembar Evaluasi

TTD
No. Kegiatan Keterangan Nilai Assisten/Tgl.

1. Pre-Test

2. Pengambilan Data

3. Assistensi Laporan

4. Post-Test

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 10


TRAFO 1
2 (LOAD TEST)

2.1. Tujuan Praktikum

1. Menjelaskan cara kerja trafo 1 ketika dibebani.


2. Menghitung efisiensi dengan variasi beban.

2.2. Landasan Teori

Pada percobaan sebelumnya pengujian dilakukan pada sisi tegangan tinggi


sehingga parameter yang didapatkan adalah parameter yang dilihat dari sisi tegangan
tinggi. Untuk uji pembebanan (load test) ini, beban ditempatkan pada sisi tegangan tinggi
dan sumber ditempatkan pada sisi tegangan rendah sehingga rangkaian ekivalen
pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut:

R2' + jX 2' I2
aI1
+ Io +
RC XM
V1/a j
a2 a2 V2
IW IM
- -
Gambar 2.1 Rangkaian Ekivalen Pendekatan Dilihat dari V2 (Tegangan Sisi Sekunder)

Hal yang perlu diingat di sini adalah bahwa semua nilai-nilai di atas adalah nilai-
nilai yang sudah didapatkan dalam percobaan sebelumnya kecuali nilai IW, IM.
Selanjutnya, karena nilai I0 ini adalah cukup kecil dibandingkan dengan arus yang
mengalir pada kumparan primer (I1) dan kumparan sekunder (I2), maka I0 bisa diabaikan
dan rangkaian ekivalen pendekatan menjadi seperti terlihat dalam Gambar 2.2 dan
impendansi ekivalen dilihat dari sisi tegangan rendah:
𝑅1′ 𝑅1 𝑋1′ 𝑋1 (2.1)
𝑅2′ , ′
= 2 = 2 + 𝑅2 𝑋2 = 2 = 2 + 𝑋2
𝑎 𝑎 𝑎 𝑎

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 11


aI1 I2

+ +
Z 2' = R2' + jX 2'
V1/a V2 ZL

- -
Gambar 2.2 Rangkaian Ekivalen Pendekatan tanpa cabang Dilihat dari V2 (Tegangan Sisi Sekunder)

𝑉1 /𝑎 = Tegangan sisi primer (tegangan rendah)


𝑉2 = Tegangan sisi sekunder (tegangan tinggi)
𝑎𝐼1 = Arus sisi primer yang terukur pada sisi tegangan rendah
𝐼2 = Arus pada sisi sekunder (tegangan tinggi)
𝑍2′ = Impedansi ekivalen dilihat dari sisi tegangan rendah

Selanjutnya, prosentase regulasi tegangan dan efisiensi dapat dihitung sebagai


berikut:
𝑉2𝑁𝐿 − 𝑉2 (2.2)
%𝑉𝑅 = × 100%
𝑉2𝑁𝐿

𝑉𝐴𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 ∙ 𝑃𝐹𝑙𝑜𝑎𝑑 (2.3)


= × 100%
𝑉𝐴𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 ∙ 𝑃𝐹𝑙𝑜𝑎𝑑 + 𝑃𝐶𝑈−𝐿𝑜𝑠𝑠

𝑃𝐶𝑈−𝐿𝑜𝑠𝑠 = (𝑎𝐼1 )2 𝑅2′ = 𝐼22 𝑅2′ (2.4)

Dari Persamaan (2.3) dan Persamaan (2.4) terlihat bahwa efisiensi trafo sangat
dipengaruhi oleh power factor beban dan arus besarnya arus beban, sedangkan VArating
adalah parameter yang tergantung dari perancangan dan tidak terpengaruh pada saat trafo
beroperasi. VArating adalah kapasitas nominal dari trafo dalam satuan VA.

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 12


2.3. Peralatan yang Digunakan

Alat yang diperlukan antara lain;


1. Trafo 500 VA 220,100/48,24 V 1 buah
2. Power Analyzer 1 buah
3. Voltage Regulator 0-220 V 1 buah
4. Multimeter 1 buah
5. Beban secukupnya
6. Kabel secukupnya

2.4. Prosedur Percobaan Trafo Berbeban

VR Trafo Power Analyzer


10A V
48V 220V
~

Source

Load
220V
V ZL
N
0V 0V watt COM

Gambar 2.3 Rangkaian Percobaan Trafo Berbeban


1. Rangkailah peralatan seperti dalam Gambar 2.3
2. Atur pembacaan power analyzer sehingga menunjukkan parameter volt, ampere,
watt dan cos .
3. Jangan hubungkan saklar beban, lakukan pengaturan tegangan pada VR sampai volt-
meter V menunjukkan nilai 48V. Catat tegangan V2 yang terbaca pada power
analyzer. Tegangan V2 ini disebut tengan V2NL.
4. Hubungkan saklar lalu ubah-ubah beban dan catat V2 dan I2 dan cos  yang terbaca
pada power analyzer.

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 13


2.5. Data Hasil Percobaan

Tabel 2.1 Data Hasil Percobaan Trafo Beban

Daya
No. Nominal V2 (volt) I2 (ampere) cos SC
Beban (watt)
%VR
1. 0 (No Load)

Jenis Beban 1

1. 15

2. 40

3. 75

Jenis Beban 2

1. 15

2. 40

3. 75

Tabel 2.2 Perhitungan PCU-Loss dan Efisiesnsi

Daya Nominal
No PCU-Loss (watt) PFLoad 
Beban (watt)

Jenis Beban 1

1. 15

2. 40

3. 75

Jenis Beban 2

1. 15

2. 40

3. 75

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 14


2.6. Analisis Data dan Pembahasan

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 15


Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 16
2.7. Kesimpulan

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 17


2.8. Lembar Evaluasi

TTD
No. Kegiatan Keterangan Nilai Assisten/Tgl.

1. Pre-Test

2. Pengambilan Data

3. Assistensi Laporan

4. Post-Test

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 18


3 POLARITAS TRAFO 1

3.1. Tujuan Praktikum

1. Mejelaskan polaritas trafo 1.


2. Menjelaskan metode untuk mengetahui polaritas trafo 1.
3. Menjelaskan fungsi polaritas trafo 1.

3.2. Landasan Teori

Sesuai dengan sifat arus bolak-balik, maka polaritas trafo bergantian setiap saat.
Pada saat tertentu sebuah terminal memiliki potensial yang lebih tinggi dibandingkan
dengan terminal lain pada fasa yang sama, sedangkan pada saat yang lain bisa terjadi hal
yang sebaliknya. Polaritas seperti ini disebut dengan polaritas sesaat. Pada dua buah
kumparan polaritas sesaat ini bisa berbeda dan bisa sama tergantung dari arah lilitan dari
kumparan. Informasi tentang polaritas ini diperlukan untuk kerja paralel beberapa trafo
dan juga untuk menentukan arah menghadapnya trafo arus (current transformer/CT)
untuk keperluan pengukuran arus dan daya.
Polaritas trafo ada dua macam, subtractive polarity (pengurangan) dan additive
polarity (penambahan) ANSI (American National Standards Institute) menggunakan
penanda H1, H2, H3 dan seterusnya untuk terminal sisi tegangan tinggi dan X1, X2, X3
dan seterusnya untuk menandai terminal trafo pada sisi tegangan rendah. Konvensi untuk
polaritas trafo ini ANSI menyatakan bahwa jika diamati/dilihat dari sisi tegangan rendah
maka penanda H1 harus selalu berada di sisi sebelah kiri pengamat. Kemudian, jika tanda
X1 berada di sisi sebelah kiri pengamat maka hubungan polaritas trafo disebut dengan
subtractive polarity (pengurangan), sebaliknya jika penanda X1 berada di sisi sebelah
kanan pengamat maka hubungan polaritas disebut additive polarity (penambahan).
Gambar 3.1 menjelaskan hubungan polaritas sesuai dengan aturan ANSI ini. Dalam
Gambar 3.1 (a) digambarkan hubungan polaritas subtractive di mana jika pengamat
melihat dari sisi sekunder (bawah) maka H1 dan X1 sama-sama terlihat di sebelah kiri.

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 19


Sebaliknya dalam Gambar 3. (b), pengamat akan melihat posisi penanda X1 pada sisi
sekunder berada pada sisi sebelah kanan.

+ +
H1 H2 H1 H2

- -

+ +

- X1 X2 X2 X1 -

H1 IH H1 IH
H2 H2

   

X1 X2 X2 IL X1
IL

(a) Subtractive polarity (b) Additive polarity

Gambar 3.1 Polaritas Trafo 1 Fasa; (a) Subtractive Polarity, (b) Additive Polarity.

Dalam Gambar 3.1 juga diperlihatkan hubungan antara perjanjian ANSI ini dengan
penanda polaritas titik (dot) yang sudah akrab dengan anda di mata kuliah Rangkaian
Listrik. Juga digambarkan bagaimana bentuk sinyal sinusoida pada terminal H1 dan X1
untuk menjelaskan kondisi sesaat dari polaritas pada dua terminal tersebut.
Jika pada sebuah trafo tidak terdapat penanda seperti perjanjian ANSI maka harus
dilakukan pengujian atau test polaritas trafo. Metode atau cara yang digunakan untuk
pengujian ini ada dua macam; (1) metode test polaritas trafo tunggal (jika kita sama sekali
tidak punya trafo yang memiliki penanda polaritas sesuai konvensi ANSI), dan (2)
metode test polaritas trafo paralel (jika kita memiliki setidaknya satu trafo yang sudah
memiliki penanda polaritas sesuai dengan konvensi ANSI atau trafo yang sudah diuji dan
ditandai polaritasnya).

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 20


3.3. Peralatan yang Digunakan

Alat yang diperlukan antara lain;


1. Trafo 500 VA 220,100/48,24 V 1 buah
2. Power Analyzer 1 buah
3. Voltage Regulator 0-220 V 1 buah
4. Mulitemeter 3 buah
5. Kabel secukupnya

3.4. Prosedur Percobaan Test Polaritas

3.4.1. Prosedur Percobaan Test Polaritas Trafo Tunggal

Prosedur pengujian ini dilakukan jika kita belum mempunyai trafo yang sudah
diketahui polaritasnya. Pengujian atau test polaritas trafo tunggal ini dilakukan dengan
prosedur sebagai berikut:

V3
H2 b2

Ω Ω 0-220 V V1 V2
N b1
H1

(a) Pengujian Sisi HV dan LV (b) Pengujian Polaritas

Gambar 3.2 Pengujian Polaritas Trafo Tunggal

1. Rangkailah peralatan seperti dalam Gambar 3.2 (a) lalu catat pembacaan ohm-meter.
Sisi yang nilai resistansinya lebih tinggi adalah sisi HV dan sebaliknya, sisi yang
menunjukkan pembacaan ohm-meter lebih rendah adalah sisi LV.
2. Tandai terminal HV dengan H1 dan H2 dan terminal LV dengan b1 dan b2 sesuai
dengan konvensi ANSI seperti dalam Gambar 3.2 (b). Hubungkan terminal H1
dengan terminal yang sejajar pada sisi LV dan tandai terminal LV yang dihubungkan
dengan H1 ini dengan b1. Tempatkan V1, V2 dan V3 seperti dalam Gambar 3.2 (b).
3. Atur tegangan sumber 0-220 volt dan catat hasilnya dalam Tabel 3.1.

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 21


4. Jika tegangan terbaca V1 > V3 maka hubungan polaritasnya adalah subtractive, tandai
b1 dengan X1 dan b2 dengan X2. Jika sebaliknya di mana V1 < V3 maka hubungan
polaritasnya adalah additive, tandai b1 dengan X2 dan b2 dengan X1.
5. Perhatikan bahwa jika polaritasnya subtractive, maka V3  V1 – V2, dan sebaliknya
jika polaritasnya additive maka V3  V1 + V2.

3.4.2. Prosedur Percobaan Test Polaritas Trafo Identik

Jika terdapat dua buah trafo indentik, misalnya (Trafo 1: 220/48V, 500VA; Trafo
2: 220/48V, 500VA) di mana salah satu trafo sudah diketahui polaritasnya, maka bisa
dilakukan pengujian polaritas trafo dengan menggunakan prosedur uji polaritas trafo
identik seperti terlihat dalam Gambar 3.3. Trafo yang sudah diketahui polaritasnya
disebut dengan trafo referensi sedangkan trafo yang dicari atau belum diketahui
polaritasnya disebut dengan trafo blank.
Hal yang perlu diperhatikan untuk melakukan pengujian dengan metode ini adalah
sisi HV dan LV dari trafo blank harus dicari terlebih dahulu dan dengan mengacu pada
konvensi ANSI diberikan penandaan H1 dan H2 trafo sisi HV seperti terlihat dalam
Gambar 3.3.
Jika trafo referensi yang sudah diketahui polaritasnya adalah subtractive polarity,
rangkaian pengujian adalah seperti terlihat dalam Gambar 3.3 (a). Sebaliknya jika trafo
refersensinya additive polarity maka rangkaian percobaan adalah seperti Gambar 3.3 (b).
Jika hasil pengukuran V3  V1 + V2 maka polaritas trafo blank adalah sama dengan
trafo referensi. Sebaliknya jika pengukuran V3  |V1 - V2| maka polaritas trafo blank
adalah berkebalikan dengan trafo referensi. Amati hasil pengukuran semua volt-meter isi
Tabel 3.3.

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 22


N
Trafo referensi Trafo yang
subtractive polaritasnya
polarity tidak diketahui

H1 H2 H1 H2

X1 X2 b1 b2

V1 V2
V3
(a) Pengujian trafo identik dengan menggunakan trafo referensi subtractive polarity

N
Trafo referensi Trafo yang
additive polarity polaritasnya
tidak diketahui

H1 H2 H1 H2

X2 X1 b1 b2

V1 V2
V3
(b) Pengujian trafo identik dengan menggunakan trafo referensi additive polarity

Gambar 3.3 Pengujian Polaritas Trafo Identik

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 23


3.5. Data Hasil Percobaan

Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Trafo Tunggal


Detik (s) V1 (volt) V2 (volt) V3 (volt)
1
2
3
4
5

Tabel 3.2 Urutan Data Trafo Tunggal Berdasarkan V1


Urutan Data Detik (s) V1 (volt) V2 (volt) V3 (volt)
1
2
3
4
5

Tabel 3.3 Hasil Pengukuran Trafo Identik


Detik (s) V1 (volt) V2 (volt) V3 (volt)
1
2
3
4
5

Tabel 3.4 Urutan Data Trafo Identik Berdasarkan V1


Urutan Data Detik (s) V1 (volt) V2 (volt) V3 (volt)
1
2
3
4
5

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 24


Tabel 3.5 Hasil Test Polaritas Trafo Tunggal
Voltmeter Tegangan (volt) Polaritas Tanda Terminal
V1 V1 > V3 Subtractive b1 = X1, b2 = X2
V2
V3 V1 < V3 Additive b1 = X2, b2 = X1

Tabel 3.6 Hasil Test Polaritas Trafo Identik

Volt- Tegangan Polaritas Trafo Polaritas Trafo Tanda Terminal


meter (volt) Referensi Blank Trafo Blank

V1
Subractive/ Subractive/
V2 b1 = ….., b2 = ……
Additive Additive
V3

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 25


3.6. Analisis Data dan Pembahasan

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 26


Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 27
3.7. Kesimpulan

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 28


3.8. Lembar Evaluasi

TTD
No. Kegiatan Keterangan Nilai Assisten/Tgl.

1. Pre-Test

2. Pengambilan Data

3. Assistensi Laporan

4. Post-Test

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 29


4 KERJA PARALEL TRAFO 1

4.1. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui fungsi syarat kerja paralel trafo 1.


2. Mengetahui cara merangkaikan trafo 1 yang bekerja secara paralel.
3. Mengetahui karakteristik pembebanan pada trafo 1 yang dioperasikan secara
paralel.

4.2. Landasan Teori

Untuk meningkatkan kapasitas dan keandalan dari trafo, maka dua atau lebih trafo
1 dapat dioperasikan secara paralel dengan syarat:
1. Perbandingan tegangan atau angka transformasi (a) harus sama dan rating
tegangan trafo sebaiknya sama. Jika perbandingan tegangan tidak sama maka
tegangan induksi pada kumparan sekunder masing-masing transformator tidak sama.
Perbedaan ini menyebabkan terjadinya arus sirkulasi dari trafo yang satu ke trafo
yang lain pada kumparan sekunder ketika transformator dibebani. Arus ini
menimbulkan panas pada kumparan sekunder tersebut.
𝑉1 𝑉1 (4.1)
𝑎 𝑇1 = ( ) = 𝑎 𝑇2 = ( )
𝑉2 𝑇1 𝑉2 𝑇2

Dengan,

𝑉1 = Angka perbandingan tegangan trafo 1.


𝑎 𝑇1 = ( )
𝑉2 𝑇1

𝑉1 = Angka perbandingan tegangan trafo 2.


𝑎 𝑇2 = ( )
𝑉2 𝑇2

2. Polaritas trafo sebaiknya sama. Jika polaritas trafo yang dioperasikan paralel
berbeda maka (misalkan: trafo 1 additive polarity dan trafo 2 subtractive polarity,
maka harus diperhatikan hubungan pada sisi sekundernya. Terminal X1 trafo 1 harus
terhubung ke terminal X1 trafo dua).

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 30


3. Impedansi per unit harus sama. Kadang diinginkan untuk mengoperasikan trafo
dengan kapasitas atau rating daya yang berbeda. Agar semua trafo memikul beban
sesuai dengan kapasitasnya maka tegangan jatuh pada semua trafo harus sama.
Impedansi per unit dari masing-masing trafo menggambarkan hal ini. Dengan kata
lain, impedansi ekivalen trafo dengan rating daya semunya harus berbanding terbalik
seperti dalam Persamaan (4.2). Nilai impedansi ekivalen ini didapatkan dengan short
circuit test.
′ 𝑉𝐴𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔−𝑇2
𝑍𝑇1
= (4.2)

𝑍𝑇𝑅2 𝑉𝐴𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔−𝑇1
Dengan,

𝑍𝑇1 = Impedansi ekivalen trafo 1 dilihat dari sisi tegangan primer/sekunder.

𝑍𝑇2 = Impedansi ekivalen trafo 2 dilihat dari sisi tegangan primer/sekunder.

𝑉𝐴𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔−𝑇1 = Kapasitas atau rating daya semu trafo 1.

𝑉𝐴𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔−𝑇2 = Kapasitas atau rating daya semu trafo 2.

4. Rating frekuensi harus sama. Jika tidak, walaupun pada trafo-trafo tersebut
memiliki impendansi ekivalen yang sama ketika dioperasikan pada rating
frekuensinya masing-masing, trafo-trafo tersebut akan menghasilkan nilai impedansi
ekifalen yang berbeda ketika dioperasikan paralel.
5. Rasio reaktani dan resistansi ekivalen dari trafo yang dioperasikan paralel
sebaiknya sama. Jika tidak maka trafo-trafo tersebut tidak bekerja dengan power
factor yang sama.
Cara merangkaikan dua trafo 1 yang dioperasikan paralel adalah seperti terlihat
dalam Gambar 4.1 (a) dan Gambar 4.1 (b). Sedangkan Gambar 4.1 (c) menunjukkan
rangkaian pengganti pendekatan yang dilihat dari sisi primer dua trafo, dan Gambar 4.1
(d) menunjukkan rangkaian pengganti pendekatan yang dilihat dari sisi sekunder dua
trafo yang dioperasikan secara paralel.

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 31


N N
TR1 TR2 TR1 TR2
subtractive subtractive subtractive additive
polarity polarity polarity polarity

H1 H2 H1 H2 H1 H2 H1 H2

X1 X2 X1 X2 X1 X2 X2 X1

Beban Beban

(a) Paralel dua Trafo 1 dengan polaritas yang sama (b) Paralel dua Trafo 1 dengan polaritas yang berbeda

ZP' −T1 = RP' −T1 + jX P' −T1 ZS' −T1 = RS' −T1 + jX S' −T1
IP-T1 IS-T1/a aIP-T1 IS-T1

IP IS/a aIP IS

+ + + +
IP-T2 IS-T2/a aIP-T2
ZP' −T 2 = RP' −T 2 + jXP' −T 2 ZS' −T 2 = RS' −T 2 + jXS' −T 2
IS-T2
VP aVS ZL VP/a VS ZL

- - - -

(c) Rangkaian pengganti pendekatan dua trafo paralel (d) Rangkaian pengganti pendekatan dua trafo paralel
dilihat dari sisi primer. dilihat dari sisi sekunder.

Gambar 4.1 Rangkaian Pengoperasian Paralel Dua Trafo 1

4.3. Peralatan yang Digunakan

Alat yang diperlukan antara lain;


1. Trafo 500 VA 220,100/48,24 V 2 buah
2. Power Analyzer 1 buah
3. Voltage Regulator 0-220 V 1 buah
4. Multimeter 3 buah
5. Beban secukupnya
6. Kabel secukupnya

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 32


4.4. Prosedur Percobaan

X2 H2 10A V
A1

Source
Load
T1

Beban
X1 H1 watt COM

Power
X2 H2
A2 Analyzer
220V
V T2
N

X1 H1

Gambar 4.2 Rangkaian Percobaan Kerja Paralel Trafo 1


1. Rangkailah peralatan seperti dalam Gambar 4.2. Posisikan pembacaan power
analyzer ke pembacaan arus, tegangan dan daya, lalu catat pembacaan semua meter.
2. Ubah-ubah daya beban dan catat semua pembacaan meter. Isi Tabel 4.1.

4.5. Data Hasil Percobaan

Tabel 4.1 Data Percobaan Ketika Beban 0W


Urutan Detik (s) Vin (V) IA1 (A) IA2 (A) VPA (A) IPA (A) PPA (W) cos PA
Data
1
2
3
4
5

Tabel 4.2 Data Percobaan Ketika Beban 15W


Urutan Detik (s) Vin (V) IA1 (A) IA2 (A) VPA (A) IPA (A) PPA (W) cos PA
Data
1
2
3
4
5

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 33


Tabel 4.3 Data Percobaan Ketika Beban 25W
Urutan Detik (s) Vin (V) IA1 (A) IA2 (A) VPA (A) IPA (A) PPA (W) cos PA
Data
1
2
3
4
5

Tabel 4.4 Data Percobaan Ketika Beban 50W


Urutan Detik (s) Vin (V) IA1 (A) IA2 (A) VPA (A) IPA (A) PPA (W) cos PA
Data
1
2
3
4
5

Tabel 4.5 Data Percobaan Ketika Beban 75W


Urutan Detik (s) Vin (V) IA1 (A) IA2 (A) VPA (A) IPA (A) PPA (W) cos PA
Data
1
2
3
4
5

Tabel 4.6 Data Percobaan Ketika Beban 100W


Urutan Detik (s) Vin (V) IA1 (A) IA2 (A) VPA (A) IPA (A) PPA (W) cos PA
Data
1
2
3
4
5

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 34


Tabel 4.7 Hasil Test Kerja Paralel 2 Trafo 1

P Load Me Vin Me IA1 Me IA2 Me VPA Me IPA Me PPA Me


No. E%
(watt) (V) (A) (A) (A) (A) (W) cos PA

1. 0

2. 15

3. 25

4. 50

5. 75

6. 100

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 35


4.6. Analisis Data dan Pembahasan

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 36


Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 37
4.7. Kesimpulan

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 38


4.8. Lembar Evaluasi

TTD
No. Kegiatan Keterangan Nilai Assisten/Tgl.

1. Pre-Test

2. Pengambilan Data

3. Assistensi Laporan

4. Post-Test

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 39


5 PENGUJIAN MESIN DC

5.1. Tujuan Praktikum

1. Menentukan parameter mesin dc.


2. Mempelajari karakteristik motor dc.
3. Mempelajari cara menghitung efisiensi mesin dc.

5.2. Landasan Teori

Mesin dc umumnya dapat dioperasikan sebagai motor maupun generator. Gambar


5.1 menunjukkan sebuah mesin dc dengan sikat arang (brushed dc machine) yang dapat
dirangkaikan menjadi berbagai macam konfigurasi. Dari gamabar tersebut terlihat bahwa
generator dan generator dc adalah sebuah mesin yang sama.

Tm Tm
Jangkar

Seri

Ea Ea PM Ea Load

(a) Rangkaian dasar (b) Motor Shunt (c) Generator Shunt

Tm Tm Tm
Ea Ea PM Ea Load

(d) Motor Kompon Panjang (e) Motor Seri (f) Generator Seri

Tm Tm Tm
PM Ea Load Ea PM Ea Load

(g) Generator Kompon Panjang (h) Motor Kompon Pendek (i) Generator Kompon Pendek

Gambar 5.1 Rangkaian/Konfigurasi Mesin dc dengan Sikat Arang


Secara umum sebuah mesin dc memiliki dua jenis kumparan, yaitu kumparan
jangkar dan kumparan medan. Kumparan-kumparan tersebut terbuat dari tembaga yang

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 40


memiliki nilai resistansi sehingga terjadi rugi daya pada saat dialiri arus. Rugi daya pada
kumparan ini disebut dengan rugi tembaga.
Di samping rugi daya yang berubah menjadi panas karena adanya resistansi pada
kumparan-kumparan motor, karena adanya putaran maka pada mesin ini juga ada rugi-
rugi mekanis berupa rugi gesek dan rugi angin. Rugi-rugi yang lain adalah rugi-rugi inti
berupa rugi besi dan rugi arus Eddy serta sebuah rugi-rugi yang sulit didefinisikan dan
umumnya hanya ditaksir bernilai 1% dari daya beban penuhnya. Rugi daya yang terakhir
ini disebut stray power losses. Gambar 5.2 adalah diagram rugi-rugi sebuah motor dc.

Daya
Daya
Mekanik
Listrik
Output
Input

Stray
Rugi Losses
Mekanik
Rugi Inti
Rugi Tembaga
Gambar 5.2 Diagram Rugi-rugi Motor dc
Rugi-rugi di atas dapat dikelompokkan menjadi dua macamm yaitu rugi-rugi yang
dipengaruhi oleh pembebanan dan rugi-rugi tetap. Rugi-rugi tetap ini diukur ketika motor
tidak dibebani atau dapat diuji ketika beban nol.

𝑃𝐹𝐿 = 𝑃𝑀𝐿 + 𝑃𝑆ℎ + 𝑃𝑆𝑡𝑟𝑎𝑦 (5.1)


Dengan,

𝑃𝐹𝐿 = Rugi-rugi daya tetap yang dianggap tidak berubah ketika motor dibebani

𝑃𝑀𝐿 = Rugi daya mekanis berupa rugi gesek dan rugi angin

𝑃𝑆ℎ = Rugi tembaga pada kumparan medan ketika mesin dioperasikan sebagai
mesin dc shunt atau kompon.
𝑃𝑠𝑡𝑟𝑎𝑦 = Rugi-rugi lain yang dianggap 1% dari rugi-rugi saat beban penuh.

Rugi-rugi yang berubah dengan pembebanan adalah rugi tembaga jangkar, rugi
penguatan seri dan rugi daya pada sikat arang.

𝑃𝑉𝐿 = 𝐼𝑎2 𝑅𝑎 + 𝑉𝐵 𝐼𝑎 + 𝐼𝑎2 𝑅𝑆 (5.2)

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 41


Dengan,

𝑃𝑉𝐿 = Rugi-rugi daya tetap yang berubah dengan pembebanan motor

𝐼𝑎 = Arus jangkar

𝑉𝐵 = Tegangan jatuh pada sikat arang yang biasanya dianggap 2 volt.

𝑅𝑆 = Resistansi kumparan medan seri. Rugi tembaga pada kumparan seri ini terjadi
jika mesin dioperasikan sebagai mesin dc seri atau kompon.
Dengan demikian, persamaan daya pada mesin dc dapat dituliskan seperti
Persamaan (5.3) untuk motor dan Persamaan (5.4) untuk generator.

𝑉𝑡 𝐼𝑎 = 𝑃𝑚 + 𝑃𝐹𝐿 + 𝑃𝑉𝐿 (5.3)

𝑃𝑚 = 𝑉𝑡 𝐼𝑎 + 𝑃𝐹𝐿 + 𝑃𝑉𝐿 (5.4)


Dengan,

𝑉𝑡 = Tegangan terminal

𝑃𝑚 = Daya mekanis

5.3. Peralatan yang Digunakan

Alat yang diperlukan antara lain;


1. Mesin dc general 2 buah
2. Multimeter 2 buah
3. Tachometer 1 buah
4. Rectifier dan Voltage Regulator 1 set
5. Beban secukupnya
6. Kabel secukupnya

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 42


5.4. Prosedur Percobaan

5.4.1. Prosedur Percobaan Penghitungan Rugi-rugi Mesin

A. Pengukuran Resistansi Kumparan Jangkar

1 3 R3 3 1 -
R1

Ra Ω
R2

2 4 R4 4 2 +
Gambar 5.3 Pengukuran Resistansi Kumparan Mesin dc
1. Gunakan ohm-meter untuk mengukur resistansi kumparan dari terminal motor
seperti terlihat dalam Gambar 5.3.
Saat mengukur resistansi jangkar (Ra) poros mesin diputar-putar pelan untuk
mendapatkan nilai resistansi yang terkecil karena terminal keluaran jangkar
terhubung ke kumparan melalui sikat arang dan komutator.
2. Catat hasil pengukuran dalam Tabel 5.1.

B. Pengukuran Rugi-rugi Tetap

Motor dc
VR
1 3 3 1 -
Tachometer Rectifier
220V
V -
N
2 4 4 2 + A +

Gambar 5.4 Pengujian Rugi Tetap Mesin dc Shunt


1. Rangkaikan peralatan seperti Gambar 5.4 dan putar mesin sampai mencapai
voltmeter menunjukkan tegangan 200V.
2. Catat hasil pengukuran dalam Tabel 5.1.

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 43


Motor dc
VR
1 3 3 1 -
Tachometer Rectifier
220V
V -
N
2 4 4 2 + A +

Gambar 5.5 Pengujian Rugi Tetap Mesin dc Seri


3. Rangkaikan peralatan seperti Gambar 5.5 dan putar mesin sampai mencapai
voltmeter menunjukkan tegangan 200V.
4. Catat hasil pengukuran dalam Tabel 5.1.

5.4.2. Prosedur Percobaan Pengaruh Pembebanan dan Kumparan Medan

A2 Rectifier
L1 L2 L3 L4 Beban
-

V2 V1 VR
A1 +

220V

Gambar 5.6 Rakaian Pengujian Pembebanan dan Pengaruh Kumparan Medan

1. Rangkaikan peralatan seperti Gambar 5.5.


2. Motor dc dioperasikan dengan menggunakan kumparan shunt 3.
3. Putar motor dc sampai tegangan pada V2 mencapai nilai 150 volt.
4. Masukkan beban L1, L2, L3 dan L4. Catat setiap perubahan pembacaan masing-
masing meter di Tabel 5.2.
5. Operasikan motor dengan menggunakan kumparan shunt 3 dan 4. Ulangi prosedur
3 dan 4.
6. Operasikan motor dengan menggunakan kumparan seri 1. Ulangi prosedur 3 dan
4.

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 44


7. Operasikan motor dengan menggunakan kumparan seri 1 dan 2. Ulangi prosedur
3 dan 4.
8. Hitung efisiensi motor dan generator.

5.5. Data Hasil Percobaan

Tabel 5.1 Data Hasil Uji Tanpa Beban

Resistansi Ra R1 R2 R3 R4
Kumparan

V (volt) I (ampere) PFL (watt)

Rangkaian Mesin dc Shunt

V (volt) I (ampere) PFL (watt)

Rangkaian Mesin dc Seri

Tabel 5.2 Data Hasil Uji Pembebanan Motor dc

V1 (volt) I1 (ampere) V2 (volt) I2 (ampere)


Rangkaian
Mesin dc
Shunt 3

V1 (volt) I1 (ampere) V2 (volt) I2 (ampere)


Rangkaian
Mesin dc
Shunt 3 & 4

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 45


Tabel 5.3 Data Hasil Uji Pembebanan Motor dc (lanjutan)

V1 (volt) I1 (ampere) V2 (volt) I2 (ampere)


Rangkaian
Mesin dc Seri
1

V1 (volt) I1 (ampere) V2 (volt) I2 (ampere)


Rangkaian
Mesin dc Seri
1&2

Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Efisiesnsi Motor Shunt dan Generator

Motor Generator
Rangkaian Pin (watt) PVL (watt) Pm (watt) M Pout (watt) G&kopel
Mesin dc
Shunt 3

Motor Generator
Rangkaian Pin (watt) PVL (watt) Pm (watt) M Pout (watt) G&kopel
Mesin dc
Shunt 3 & 4

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 46


Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Efisiesnsi Motor Seri dan Generator

Motor Generator
Rangkaian Pin (watt) PVL (watt) Pm (watt) M Pout (watt) G&kopel
Mesin dc Seri
1

Motor Generator
Rangkaian Pin (watt) PVL (watt) Pm (watt) M Pout (watt) G&kopel
Mesin dc Seri
1&2

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 47


5.6. Analisis dan Pembahasan

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 48


Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 49
5.7. Kesimpulan

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 50


5.8. Lembar Evaluasi

TTD
No Kegiatan Keterangan Nilai Assisten/Tgl.

1 Pre-Test

2 Pengambilan Data

3 Assistensi Laporan

4 Post-Test

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 51


METODE STARTING
6 STAR - DELTA UNTUK
MOTOR INDUKSI 3

6.1. Tujuan Praktikum

1. Mampu merangkai starting motor konfigurasi star-delta.


2. Menjelaskan cara kerja rangkaian starting star-delta.

6.2. Landasan Teori

Motor Induksi 3 phasa merupakan motor arus bolak-balik (AC) yang paling banyak
digunakan untuk keperluan dalam kelangsungan proses suatu industri. Kontruksinya
sederhana, murah dan mudah pemeliharaannya menjadi alasan keluasan pemakaiannya.
Selain itu motor induksi mempunyai efisiensi yang baik dan putaran konstan untuk setiap
perubahan beban. Motor induksi 3 phasa banyak digunakan untuk berbagai macam
kebutuhan di industri, contohnya sebagai kompressor, blower, mixer, dll. Motor induksi
3 phase dapat disebut sebagai jantung proses dari sebuah industri. Starting motor induksi
tiga fasa tidak memiliki permasalahan yang cukup besar seperti pada motor sinkron. Pada
dasarnya motor induksi daya kecil dapat distart langsung hanya dengan menghubungkan
dengan sumber tegangan. Namun untuk motor induksi yang besar hal ini tidak dapat
dilakukan, karena arus start yang relatif besar yaitu 2 sampai 7 kali arus nominal

Besar arus starting merupakan hal yang harus diperhatikan dalam pengoperasian
motor listrik. Penarikan arus starting oleh belitan stator yang berlebihan dapat merusak
belitan itu sendiri, serta dapat menggangu tegangan jaringan, seperti halnya saat beban
penerangan. Dengan metode ini, motor akan dihubungkan dengan konfigurasi belitan star
kemudian setelah mencapai arus nominal konfigurasi belitan diubah menjadi delta.

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 52


(a) (b)

Gambar 6.1 Konfigurasi Belitan Star-Delta

Jika tegangan kerja motor ingin dihubungkan dengan belitan delta yang sudah
terkonfigurasi dengan belitan star, maka torsi dan arus yang dihasilkan adalah sekitar tiga
kali dari torsi dan arus belitan star. Oleh karena itu, jika dalam kasus terjadi peningkatan
arus dari 40 menjadi 130 ampere hal tersebut masih berada dalam sistem yang normal.
Jika arus tidak kembali ke arus nominal dalam rentang waktu enam sampai sepuluh detik
setelah transisi, maka motor tidak direkomendasikan untuk terhubung dengan beban. Hal
ini bisa diakibatkan oleh beberapa faktor, seperti fasa yang belum saling terhubung,
masalah mekanis, serta kekeliruan dalam rangkaian kontrolnya. Hubungan antara arus,
kecepatan dan torsi dapat diketahui dalam Gambar 6.2 seperti dibawah ini.

Gambar 6.2 Karakteristik Star-Delta

Dalam penerapannya pengubahan konfigurasi belitan pada metoda starting star-


delta dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 53


1. Secara manual:
Perubahan konfigurasi belitan dari star menjadi delta dilakukan oleh
seorang operator.
2. Secara otomatis:
Perubahan konfigurasi belitan dari star menjadi delta secara otomatis
dilakukan oleh relay timer.

Gambar 6.3 Rangkaian Kontrol Star-Delta Manual

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 54


Gambar 6.4 Rangkaian Power Star-Delta

6.3 Peralatan yang Digunakan

Alat yang diperlukan antara lain;


1. Fault and control electrical installation trainer 1 buah
2. Voltage regulator 3 phasa 1 buah
3. Motor induksi 3 phasa 127/220 V 1 buah
4. Multimeter 1 set
5. Tang Meter 1 set
6. Kabel secukupnya
6.4 Prosedur Percobaan

1. Rangkailah rangkaian kontrol dalam Gambar 6.3 pada fault and control electrical

installation trainer dengan jumper.

2. Kemudian hubungkan ke motor.

3. Nyalakan trainer, ukur dan catat dan pada tabel.

4. Matikan trainer dengan mendorong emergency button

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 55


6.5 Data Hasil Percobaan
Tabel 6.1 Data Hasil Pengukuran
ARUS ARUS JALAN TEGANGAN ARUS ARUS TEGANGAN
MULAI MULAI JALAN
(HUBUNGAN (HUBUNGAN (HUBUNGAN
(HUBUNGAN Y) Y) (HUBUNGAN (HUBUNGA Δ)
Y) Δ) N Δ)

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 56


6.6 Analisis Data dan Pembahasan

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 57


Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 58
6.7 Kesimpulan

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 59


6.8 Lembar Evaluasi
TTD
No Kegiatan Keterangan Nilai Assisten/Tgl.

1 Pre-Test

2 Pengambilan Data

3 Assistensi Laporan

4 Post-Test

Praktikum Mesin Mesin Listrik Laboratorium Konversi Energi Listrik 60

Anda mungkin juga menyukai