Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/337056574

MIKROORGANISME DALAM PANGAN

Article in JURNAL PERTANIAN CEMARA · December 2018


DOI: 10.24929/fp.v15i2.653

CITATIONS READS

2 27,000

3 authors, including:

Ratih Yuniastri Ismawati Ismawati


Universitas Wiraraja Sumenep Universitas Wiraraja Sumenep
18 PUBLICATIONS 26 CITATIONS 19 PUBLICATIONS 30 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ratih Yuniastri on 05 February 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


CEMARA VOLUME 15 NOMOR 2 NOPEMBER 2018 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-8947

MIKROORGANISME DALAM PANGAN


Ratih Yuniastri1), Ismawati, Rika Diananing Putri
Prodi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Wiraraja Sumenep,
1)email: ratihyuniastri@wiraraja.ac.id

ABSTRAK
Pengolahan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi maupun bahan jadi bertujuan selain untuk
memperpanjang umur simpan juga menambah nilai ekonomis bahan serta menjaga kandungan nutrisi yang
terkandung didalamnya. Terdapat banyak jenis teknik pengolahan pangan yang dapat diterapkan, misalnya
pengolahan pada suhu lingkungan, pengolahan dengan menggunakan panas dan pengolahan dengan
penghilangan panas. Mikroorganisme memiliki peran penting dalam prosesnya, baik yang sifatnya dapat
menambah mutu produk pangan hingga yang bersifat patogen. Terdapat beberapa jenis mikroorganisme
khususnya dalam produk olahan suhu tinggi, olahan suhu rendah dan olahan fermentasi. Secara garis besar,
mikroorganisme ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu bakteri dan spora. Spora memiliki ketahanan yang lebih
besar daripada bakteri. Clostridium botulinum dan Bacillus cereus merupakan mikroorganisme yang dijumpai
pada ketiga jenis pengolahan yang dipilih. Melalui prosedur cara pengolahan yang baik sesuai standar HACCP
akan dapat mengurangi terjadinya cemaran mikroorganisme patogen dan tercapainya keamanan pangan.
Kata Kunci: mikroorganisme, fermentasi, suhu tinggi, suhu rendah.

PENDAHULUAN prosesnya, misalnya pada pengolahan


Pengolahan bahan mentah menjadi menggunakan suhu lingkungan dengan
bahan setengah jadi maupun bahan jadi cara fermentasi.
bertujuan selain untuk memperpanjang Mikroorganisme dalam pangan
umur simpan juga menambah nilai memiliki peranan penting, terutama pada
ekonomis bahan serta menjaga kandungan proses pengolahan bahan mentah menjadi
nutrisi yang terkandung didalamnya. produk setengah jadi dan produk jadi
Beberapa jenis pengolahan yang dipilih dikarenakan enzim yang terdapat dalam
terkadang dapat menyebabkan terjadinya mikroorganisme tersebut. Banyak manfaat
denaturasi bahkan pengurangan nutrisi yang bisa kita peroleh dari pemanfaatan
yang terkandung. Perubahan ini akan mikroorganisme ini, diantaranya sebagai
berakibat terhadap kandungan gizi dan starter produk pangan hingga fungsinya
kualitas organoleptik produk pangan yang yang mampu menghambat kerusakan dan
dihasilkan, misalnya terjadinya perubahan pembusukan bahan pangan. Namun, selain
warna, rasa, aroma bahkan kenampakan manfaat tersebut, mikroorganisme juga
fisiknya. memiliki andil dalam terjadinya kerusakan
Terdapat banyak jenis teknik dan proses pembusukan bahan pangan.
pengolahan pangan yang dapat diterapkan, Beberapa proses pengolahan yang kurang
pemilihannya didasarkan sifat bahan tepat malah dapat menimbulkan
pangan yang akan diolah dan tujuan akhir tumbuhnya mikroorganisme patogen.
yang hendak dicapai oleh produsen. Mikroorganisme ini selanjutnya
Beberapa teknik pengolahan yang dapat menyebabkan terjadinya cemaran mikroba
digunakan yaitu pengolahan pada suhu dalam pangan.
lingkungan, pengolahan dengan Faktor hiegene dan sanitasi yang
menggunakan panas dan pengolahan baik menjadi syarat untuk menghindari
dengan penghilangan panas (Fellows, terjadinya cemaran mikroorganisme
2016). Beberapa jenis pengolahan tersebut selama proses pengolahan pangan
memanfaatkan mikroorganisme dalam (Wulandari dkk, 2017). Secara pendekatan
15
CEMARA VOLUME 15 NOMOR 2 NOPEMBER 2018 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-8947

HACCP (Hazard Analysis Critical pangan masih menjadi perhatian utama


Control Point), menjelaskan bahwa kesehatan masyarakat.
bahaya keamanan pangan dapat dicegah Panas spesifik, konduktivitas termal
dengan menerapkan pengendalian dan difusivitas termal adalah tiga sifat
sehingga resiko dapat dikurangi dan termal yang penting dalam makanan
bahkan diminimalkan sampai tingkat yang (Fellows, 2016). Pada prosesnya,
dapat diterima, yaitu melalui pengendalian pengolahan dengan panas menggunakan
kedua faktor, hiegene dan sanitasi.Tulisan penghantar panas, pemilihannya
ini bertujuan untuk mengulas jenis didasarkan pada sifat bahan pangan yang
mikroorganisme yang sering terdapat akan diproses dan derajat pemanasan yang
dalam pangan pada beberapa jenis dibutuhkan. Pada pengolahan
pengolahan, khususnya pada pangan menggunakan panas, terjadi denaturasi
olahan suhu tinggi, pangan olahan beku protein yang berakibat rusaknya enzim
dan pangan olahan fermentasi. Hal ini dan proses metabolisme yang
menjadi sangat penting sebagai informasi dikendalikan enzim mikroorganisme.
yang dapat menambah pemahaman dan Kondisi panas (suhu dan waktu
meningkatkan kesadaran tentang pemanasan) disesuaikan dengan jenis
pentingnya proses pengolahan yang benar mikroorganisme, sehingga umumnya
untuk menghasilkan produk pangan dilakukan kombinasi waktu-suhu yang
dengan kandungan nutrisi yang baik dan spesifik dalam setiap tahap
kandungan zat yang masih dapat diterima. pengolahannya. Fungsinya juga
meminimalisir terjadinya destruksi
terhadap banyak vitamin, senyawa aroma
METODE PENELITIAN
dan zat warna yang terdapat dalam bahan
Penelitian ini merupakan penelitian
pangan tersebut, sehingga sifat nutrisi dan
deskriptif, dilakukan menggunakan
sensori pangan dapat dipertahankan.
metode review literature atau penelusuran
Ketahanan panas mikroorganisme
pustaka, berupa buku textbook, paper dari
dipengaruhi oleh beberapa faktor
jurnal ilmiah dan proceedings, tesis dan
diantaranya jenis mikroorganisme, kondisi
disertasi serta majalah ilmiah dan laporan.
inkubasi selama pertumbuhan sel atau
Literatur dikumpulkan kemudian dibuat
pembentukan spora (meliputi suhu, usia
rangkuman selanjutnya dilakukan analisis
kultur dan media kultur) dan kondisi
dan sintesis secara mendalam terhadap
selama perlakuan panas (misalnya pH
paper yang ditinjau.
bahan pangan, aktivitas air, komposisi
bahan, media pertumbuhan dan kondisi
HASIL DAN PEMBAHASAN
inkubasi yang digunakan). Bentuk spora
Mikroorganisme dalam pangan olahan
umumnya jauh lebih tahan panas
suhu tinggi
dibandingkan dengan sel vegetative
Proses pengolahan pangan
(Fellows, 2016). Ini ditunjukkan dengan
menggunakan suhu tinggi bertujuan untuk
adanya perbedaan nilai-z pada spora dan
mengurangi kadar air dalam pangan,
sel vegetative. Spora memiliki nilai-z
fungsinya untuk membunuh
sekitar 10oC dan sel vegetative memiliki
mikroorganisme dalam pangan sehingga
nilai-z antara 4oC dan 8oC. Semakin
dapat memperpanjang umur simpannya.
rendah nilai-z menunjukkan bahwa reaksi
Dua hal penting dalam pengolahan ini
inaktivasi sangat sensitif terhadap suhu
adalah keamanan pangan dan kualitas
(Brennan, 2006).
pangan yang dihasilkan. Proses inaktivasi
Mikroorganisme jenis sel vegetative
mikroorganisme patogen dalam produk
yang rentan muncul pada bahan olahan
16
CEMARA VOLUME 15 NOMOR 2 NOPEMBER 2018 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-8947

suhu tinggi (panas) adalah Bacillus contohnya jamur Altenaria, Botrytis,


subtilis, Campylobacter jejuni, Diplodia, dan bakteri Ervinia yang
Clostridium sporogenes, E. coli O157:H8, umumnya terdapat dalam buah dan sayur
Lysteria monogenes, Staphylococcus (Rawat, 2015).
Aureus, Salmonella senftenberg, Vibrio Salmonella, Shigella, Bacillus
cholera, Vibrio parahaemolyticus, cereus, dan S. aureus merupakan bakteri
Yersinia enterocolitica dengan nilai-D pathogen yang umumnya mencemari
berada di kisaran 0-2,5; sedangkan dengan produk pangan susu, sedangkan pada
nilai-D di kisaran 2,2-6,6 meliputi daging umumnya Salmonella sp., E. coli,
Aeromonas hydrophila, Bacillus Coliform, Staphylococcus sp., dan
stearothermophillus, Bacillus cereus, Pseudomonas (Gustiani, 2009).
Clostridium thermosaccharolyticum,
Escheria coli O111:B4, E. coli O157:H7, Mikroorganisme dalam pangan olahan
Staphylococcus aureus, Salmonella beku
typhimurium. Jenis sel vegetative dengan Pengolahan bahan pangan dengan
nilai-D besar yaitu Listeria penghilangan panas atau dengan
monocytogenes pada produk daging, penurunan suhu pangan memiliki
Salmonella senftenberg dan Salmonella keuntungan dapat mempertahankan
typhinium pada produk susu coklat, dan karakteristik sensori dan nilai gizi
Vibrio parahaemolyticus. sehingga dapat dihasilkan produk yang
Mikroorganisme jenis spora yang berkualitas dan bernilai tinggi (Fellows,
terdapat pada produk olahan suhu tinggi 2016). Pendinginan disini mencakup
yaitu Clostridium botulinum 62A dengan proses pendinginan dan pembekuan.
nilai-D 0,61-2,48 dan Bacillus cereus, Keduanya dibedakan berdasarkan suhu
Bacillus subtilis, Clostridium botulinum B, akhir dari bahan yang akan didinginkan
Clostridium botulinum E, Clostridium dan jenis penghilangan panas. Adanya
perfringens dengan nilai-D hingga pendinginan akan mengakibatkan
mencapai 30,2. terjadinya perubahan kecil pada
Perbedaan ketahanan panas yang karakteristik sensori dan nilai gizi produk
dimiliki mikroorganisme, yang pangan. Pendinginan digunakan pada
ditunjukkan dengan nilai-D, teknik pengolahan ini, fungsinya untuk
mengharuskan perlakuan berbeda untuk memperpanjang umur simpan bahan
setiap jenisnya. Campylobacter, pangan, dimana suhu pangan dijaga pada -
Salmonella, Lysteria dan E. coli O157 1oC dan 8oC. Suhu ini dipilih karena
dapat diinaktivasi dengan pasteurisasi. mampu mengurangi laju perubahan
Bacillus cereus masih dapat bertahan pada biokimia dan mikrobiologis dalam pangan
kondisi pasteurisasi karena memiliki (Brennan, 2006). Suhu yang rendah ini
ketahanan panas yang lebih besar dan mampu menginaktivasi bakteri karena
bahkan mampu tumbuh kembali pada membrane sel bakteri berada dalam
suhu rendah. Jenis spora yang memiliki kondisi permeabel yang menyebabkan
ketahanan panas yang besar adalah banyak protein mengalir keluar dari sel
Clostridium botulinum, merupakan bakteri bakteri (Haberl-Meglic et. al, 2016).
pathogen bawaan dalam makanan, sangat Dua metode pendinginan pangan
penting untuk diinaktivasi karena dapat yang sering digunakan yaitu kompresi-uap
menyebabkan proses pembusukan mekanik dan kriogenik. Empat komponen
makanan (Brennan, 2006). Jamur, ragi, dasar dalam pendingin kompresi-uap
bakteri penghasil gas, dan bakteri souring mekanik, yaitu evaporator, kompresor,
termasuk dalam jenis spora ini, salah satu kondensor, dan katup ekspansi. Zat
17
CEMARA VOLUME 15 NOMOR 2 NOPEMBER 2018 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-8947

pendingin akan bersirkulasi pada keempat Aeromonas spp., Acinetobacter spp., dan
komponen tersebut dengan tekanan, Flavobacterium spp. Air merupakan
terjadinya perubahan wujud dari cair ke media terjadinya kontaminasi bahan
gas dan kembali lagi menjadi cair dengan pangan untuk bakteri ini. Kondisi
perubahan entalpi pada tiap tahapnya. peralatan atau permukaan yang kurang
Pada pendinginan kriogenik, zat dibersihkan dengan baik merupakan
pendingin (kriogen) yang digunakan media kontaminasi yang disukai bakteri
umumnya CO2 padat, CO2 cair atau ini. Dampaknya akan menimbulkan
nitrogen cair (Fellows, 2016). pigmen, lendir, rasa atau bau yang tidak
Reaksi biokimia dalam pangan segar enak hingga menyebabkan kebusukan.
dihambat dengan adanya pendinginan Pada suhu dingin, khamir dan kapang
menyebabkan adanya pengurangan laju mampu bertahan, pertumbuhannya
perubahan enzimatik dan memperlambat berlangsung lambat dibandingkan
laju respirasi dan penuaan pangan segar. pertumbuhan bakteri lainnya.
Pendinginan dapat mencegah Pengecualian terjadi jika faktor
pertumbuhan banyak mikroorganisme lingkungan dikontrol sehingga
mesofilik dan semua mikroorganisme menghambat pertumbuhannya. Khamir
termofilik yang memiliki minimum growth dapat menyebabkan masalah kerusakan
temperature (MGT) 5-10 dan 30-40oC apabila pertumbuhan bakteri dikontrol
secara berturut-turut. Hal ini tidak berlaku atau dibatasi. Banyak khamir yang dapat
pada mikroorganisme psikotrof dan tumbuh dalam kondisi tanpa oksigen
psikofil yang memiliki MGT 0-5oC. dalam atmosfer terkontrol, diantaranya
Sebagian besar mikroorganisme jenis ini Candida spp., Kluveromyces spp., dan
terdapat pada ikan perairan dalam. Saccharomyces spp. Sedangkan jenis
Kondisi makanan yang disimpan di bawah kapang perusak yang umumnya
MGT mikroorganisme dapat mempengaruhi produk dingin yaitu
menyebabkan sel dari mikroorganisme Aspergillus spp., Cladosporium spp.,
dapat mati secara perlahan, namun jika Geotrichum spp., Penicillium spp.,
suhu meningkat maka sel tersebut mampu Phytophthora, Altenaria, Botrytis,
bertahan hidup dan melanjutkan Aspergillus, dan Rhizopus spp. Buah dan
pertumbuhannya (Fellows, 2016). Reaksi sayur merupakan salah satu pangan segar
kimia dalam pangan berlangsung pada dengan olahan suhu rendah yang rentan
laju yang sangat rendah dan pertumbuhan terhadap keberadaan mikroorganisme
mikroorganisme secara menyeluruh tersebut (Dilbaghi dan Sharma, 2007).
dihentikan pada titik pengurangan Saat ini diketahui beberapa jenis
populasi mikroorganisme terendah spesies bakteri pathogen ternyata dapat
melalui proses pendinginan (Brennan, tumbuh dengan baik pada suhu dingin,
2006). Pemilihan suhu pendinginan bahkan dapat mencapai jumlah yang besar
didasarkan pada jenis mikroorganisme hingga cukup mematikan untuk
yang umumnya terdapat dalam bahan menyebabkan keracunan setelah
pangan yang akan didinginkan. dikonsumsi walaupun dalam jumlah
Mikroorganisme perusak yang beberapa sel saja. Bakteri patogen ini
paling umum dalam pangan olahan dingin meliputi Listeria monocytogenes (MGT=-
adalah bakteri Gram negative. Bakteri ini 0,4oC), Clostridium botulinum tipe B dan
memiliki MGT 0-3oC dan memiliki F (pertumbuhan dan produksi toksin 3,3-
pertumbuhan yang baik pada suhu 5-10oC 5oC), Aeromonas hydrophilia (MGT=-0,1-
untuk beberapa jenisnya. Yang termasuk 1,2oC), Yersinia enterocolitica (MGT=-
bakteri ini adalah Pseudomonas spp., 1,3oC), dan beberapa galur Bacillus cereus
18
CEMARA VOLUME 15 NOMOR 2 NOPEMBER 2018 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-8947

(MGT=1oC untuk pertumbuhan sel dan oksigen yang berfungsi sebagai akseptor
4oC untuk produksi toksin). Bakteri electron. Fermentasi dari sudut industri
patogen lainnya tidak mampu tumbuh mikrobiologi diartikan sebagai semua
pada suhu dibawah 5oC, namun dapat proses yang melibatkan penggunaan
tumbuh jika terjadi penyalahgunaan suhu mikroba di dalamnya dalam skala besar
dan kemudian berlangsung lama dalam tanpa memperhatikan proses biokimia
bahan pangan. Bakteri ini meliputi yang terjadi pada mikroba itu sendiri.
Salmonella sp. (MGT=5,1oC), Escherichia Mikroorganisme memiliki peran
coli enteropatogenik (MGT=7,1oC), dalam sangat penting dalam proses
Vibrio parahaemolyticus dan fermentasi karena memiliki enzim yang
Campylobacter sp. (MGT= >10oC) dibutuhkan. Mikroorganisme yang
(Fellows, 2006). digunakan menentukan produk akhir yang
dihasilkan, baik yang berupa produk
Mikroorganisme dalam pangan olahan kimianya maupun produk komersialnya.
fermentasi Perbedaan ini menjadi penciri identifikasi
Fermentasi dimanfaatkan untuk dari mikroba tersebut. Produk kimia yang
mengubah bahan organik yang terkandung dihasilkan dari proses fermentasi
dalam bahan pangan menjadi bentuk lain diantaranya asam laktat (Steptococcus,
yang memiliki manfaat dan nilai tambah Lactobacillus), alcohol (Zymomonas,
dengan bantuan mikroorganisme. Saccharomyces), asam propionate
Mikroorganisme memiliki kemampuan (Propionibacterium), 2,3-butanediol
menghasilkan senyawa metabolit primer (Enterobacter, Serratia, Bacillus) dan
dan metabolit sekunder dalam kondisi asam butirat (Clostridium) (Harley &
lingkungan yang dikontrol. Fermentasi Prescott, 2002). Produk komersial yang
bertujuan untuk mengawetkan bahan dihasilkan dari fermentasi diantaranya
pangan, khususnya pangan yang mudah tempe (Rhizopus oryzae), tape
rusak dan bersifat musiman. Aktivitas (Chlamydomucor oryzae, Endomycopsis
enzimatis mikroba akan memecah burtonii), cider/sari buah (Saccharomyces
komponen pangan selama proses cerevisiae) (Fellows, 2006).
fermentasi. Enzim amilase, protease dan Sekitar 80% pangan hasil
lipase yang terdapat dalam mikroba akan fermentasi dihasilkan dari proses
menghidrolisis komponen pangan menjadi fermentasi yang berlangsung secra alami.
komponen yang lebih sederhana seperti Selama proses berlangsung dimungkinkan
asam, alkohol, karbondioksida, peptide, mengandung mikroorganisme fungsional,
asam amino, asam lemak dan komponen nonfungsional, dan bahkan yang bersifat
lainnya. pathogen. Bakteria pathogen yang
Fermentasi secara biokimia dapat umumnya ditemui pada pangan olahan
diartikan sebagai metabolisme yang fermentasi salah satunya adalah Yersinia
berlangsung anaerob (kondisi tidak enterocolitica, Bacillus cereus,
membutuhkan oksigen), yaitu proses Clostridium botulinum (Lindqvist and
pemecahan bahan organik, khususnya Lindblad dalam Tamang et. al, 2015).
glukosa dan bahan organik lainnya, baik
bertindak sebagai donor elektron maupun KESIMPULAN
akseptor elektron dan sejumlah energi Keberadaan mikroorganisme
dalam bentuk ATP akan dihasilkan pada memiliki peranan yang penting, baik yang
proses ini. Beberapa bakteri yang bersifat sifatnya mampu meningkatan mutu bahan
anaerob fakultatif mampu melakukan pangan maupun yang patogen. Prosedur
proses fermentasi tanpa ketersediaan cara pengolahan yang baik (good
19
CEMARA VOLUME 15 NOMOR 2 NOPEMBER 2018 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-8947

manufacturing practices, GMP) sesuai Gustiani, Erni. 2009. Pengendalian


standar HACCP selama proses Cemaran Mikroba Pada Bahan
pengolahan pangan mampu mengurangi Pangan Asala Ternak (Daging dan
cemaran mikroorganisme pathogen demi Susu) Mulai Dari Peternakan sampai
tercapainya keamanan pangan. Dihidangkan. Jurnal Litbang
Pertanian. 28 (3).
DAFTAR PUSTAKA Rawat, Seema. 2015. Food Spoilage:
Brennan, James G. 2006. Food Processing Microorganisms and their
Handbook. Weinheim: Wiley-VCH preventation. Asian Journal of Plant
Verlag GmbH & Co.KGaA. Science and Research. 5 (4).
Dilbaghi, N dan Sharma, S. 2007. Food Tamang, J. P. et. al. 2015.
and Industrial Microbiology. Hisar: Microorganisms in Fermented Foods
University of Science and and Beverages. ResearchGate.
Technology. Diakses 10 November 2018.
Fellows, P.J. 2016. Teknologi Pengolahan Wulandari, A., dkk. 2017. Angka
Pangan: Prinsip dan Praktik. Jakarta: Cemaran Mikroba dan Identifikasi
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Faktor Resiko Pada Tahap
Haberl-Meglic, S., et.al. 2016. The Effect Pembersihan dan Perebusan Produksi
of Temperature and Bacterial Growth Ikan Kayu di Kecamatan Kuta Alam,
Phase on Protein Extraction by Means Kota Banda Aceh. Jimvet. 01 (2).
of Electroporation. Biochemistry112:
77-82.

20

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai