Anda di halaman 1dari 32

REVIEW AKTIVITAS PENGANGKUTAN

KENDARAAN DI ATAS KAPAL PENYEBERANGAN X

Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Program Studi Diploma III


Manajemen Transportasi Perairan Daratan

NANDA AISAH S
NPT. 21 03 039

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


MANAJEMEN TRANSPORTASI PERAIRAN DARATAN
POLITEKNIK TRANSPORTASI SUNGAI, DANAU, DAN
PENYEBERANGAN PALEMBANG
TAHUN 2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Transportasi adalah pemindahan penumpang dan barang dari satu tempat ke
tempat lain. Dalam transportasi ada dua unsur yang terpenting yaitu pergerakan
(movement) dan secara fisik terjadi perpindahan tempat atas barang atau
penumpang dengan atau tanpa alat angkut ke tempat lain (Hadihardaja dkk
1997). Transportasi adalah mengangkut atau membawa suatu barang dari suatu
tempat ke tempat lainnya atau dengan kata lain yaitu merupakan suatu gerakan
pemindahan barang-barang atau orang dari suatu tempat ke tempat yang lain
(Kamaludin 1986). Jadi dapat disimpulkan bahwa Transportasi adalah kegiatan
perpindahan dengan mengangkut barang atau penumpang dari satu tempat ke
tempat lain. Pergerakan lalu lintas timbul karena adanya proses pemenuhan
kebutuhan. Transportasi mempunyai peranan penting dan strategis untuk
menunjang kelancaran pembangunan dalam usaha mencapai tujuan
pembangunan nasional,sehingga dirasakan perlu mempunyai karakteristik
yang mampu menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan dan memadukan
moda transportasi lainnya dan juga pelayanan yang selamat, aman, cepat,
lancar, tertib, teratur, nyaman dan efisien.
Pada perkembangannya transportasi meningkat sesuai dengan tuntutan
zaman seiring dengan tingginya tingkat pertumbuhan penduduk dan taraf
kehidupan. Dari beberapa jenis moda transportasi yang ada di Indonesia saat
ini, salah satunya adalah Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP).
Angkutan penyeberangan merupakan jembatan bergerak bagi jaringan
transportasi yang terpisah oleh perairan dan belum adanya jalur darat yang
memadai untuk dilalui. Keberadaan angkutan penyeberangan berperan penting
untuk menunjang perkembangan ekonomi dan pembangunan di kedua daerah
yang terpisah oleh perairan. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya harus
diimbangi dengan pelayanan jasa yang baik. Pelayanan jasa yang baik meliputi
sarana dan prasarana yang memadai, dan juga operasional pelabuhan yang
baik. Keselamatan dan keamanan merupakan faktor utama dalam sistem
transportasi.
Dalam hal muatan kapal, setiap kapal memiliki ketentuan jumlah muatan,
baik untuk penumpang, barang, kendaraan dan lain sebagainya. Salah satunya
dalam hal pengaturan dan penanganan kendaraan diatas kapal. Tetapi dalam
pelaksanaannya masih sangat kurang diperhatikan oleh pengguna jasa yang
beroperasi pada lintasan penyebrangan. Seperti halnya agar dapat memuat
seluruh kendaraan yang siap muat, pemuatan dikapal dibuat berdekatan bahkan
sampai melewati pintu rampa sehingga pintu rampa tersebut tidak bisa tertutup
rapat dan kendaraan tersebut tidak diikat (lashing) untuk mempercepat proses
pemuatan. Hal ini membuat tingkat keamanan kendaraan berkurang. Dalam
rangka upaya menjamin keselamatan penumpang dan kendaraan, Kementerian
Perhubungan telah menerbitkan Peraturan Menteri Nomor 115 tahun 2016
tentang Tata Cara Pengangkutan Kendaraan di Atas Kapal,untuk mewujudkan
keselamatan dan keamanan bagi kapal-kapal yang melakukan pengangkutan
kendaraan beserta muatannya (PM NO 115 Tahun 2016).

Kemudian mengenai pengikatan kendaraan di atas kapal lebih lanjut


diatur di dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 30 Tahun 2016
tentang Kewajiban Pengikatan Kendaraan pada Angkutan Penyeberangan.
Kedua peraturan tersebut bertujuan untuk meningkatkan keselamatan kapal
penumpang dan pemenuhan standar keselamatan pengangkutan kendaraan
diatas kapal. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis
mengambil judul Kertas Kerja Wajib sebagai berikut “REVIEW AKTIVITAS
PENGANGKUTAN KENDARAAN DI ATAS KAPAL PENYEBRANGAN”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terdapat beberapa
permasalahan yang dapat diangkat untuk mendukung judul ini yaitu :
1. Bagaimanakah kondisi pengangkutan kendaraaan di atas kapal pada
pelabuhan penyebrangan saat ini?
2. Bagaimanakah kesesuaian prosedur pengikatan kendaraan di atas kapal
pada pelabuhan saat ini?
3. Bagaimana mengatasi ketidaksesuaian prosedur pengikatan kendaraan di
atas kapal pada pelabuhan?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui kondisi pengangkutan kendaraan diatas kapal pada pelabuhan
penyeberangan.
2. Mengetahui kesesuaian prosedur pengangkutan di atas kapal
penyeberangan.
3. Mengetahui upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi ketidaksesuaian
prosedur pengikatan kendaraan diatas kapal

D. Batasan Masalah
1. Objek dalam penelitian ini adalah pengangkutan kendaraan diatas kapal
pada pelabuhan penyebrangan berdasarkan Peraturan Mentri Perhubungan
Nomor 115 Tahun 2016.
2. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 30 Tahun 2016 mengenai
kewajiban pengikatan kendaraan pada angkutan penyebrangan.
3. Penelitian ini dibatasi dengan membandingkan kondisi lapangan dengan
kesesuaian Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 115 Tahun 2016 dan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 30 Tahun 2016.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi taruna
a. Menerapkan ilmu yang telah didapat dari program studi Diploma III
Manajemen Transportasi Perairan Daratan.
b. Menambah wawasan pengetahuan di lapangan mengenai implementasi
prosedur pengangkutan kendaraan di atas kapal.
2. Manfaat bagi lembaga pendidikan
a. Bagi lembaga pendidikan, penelitian ini bisa sebagai pelengkap data
perpustakaan tentang pengangkutan dan pengikatan kendaraan diatas
kapal penyeberangan.
b. Sebagai referensi bagi penulisan Kertas Kerja Wajib berikutnya.
3. Manfaat Bagi Instansi Pemerintah
a. Memberikan gambaran bahwa adanya permasalahan yang terjadi pada
sistem pengangkutan pada kapal.
b. Memberikan masukan kepada pihak pelabuhan mengenai solusi untuk
permasalahan pengangkutan kendaraan pada kapal.
c. Memberikan masukan kepada pihak pelabuhan mengenai solusi untuk
ketidaksesuain pengikatan kendaraan diatas kapal.

4. Manfaat Bagi Masyarakat


a. Sebagai pengetahuan untuk masyarakat calon pengguna jasa.
b. Menambah wawasan masyarakat umum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Berkaitan dengan topik yang dilakukan oleh penulis dalam
penelitian ini maka perlu didukung dari penelitian-penelitian terdahulu
yang membahas penelitian sejenis. Review penelitian sebelumnya
sangat penting dilakukan dalam sebuah penelitian. Manfaat review
penelitian sebelumnya untuk mengetahui apa yang telah dihasilkan dan
perbedaan apa dari peneliti sebelumnya.
(A.A Adi,2022) melakukan penelitian dengan judul Evaluasi
Pengangkutan Kendaraan Di Atas Kapal Pada Lintasan Kupang-
Kalabahi Provinsi dengan hasil Tata cara pengangkutan kendaraan di
atas kapal KMP. Inerie II , KMP. Ile Labalekan dan KMP. Ranaka pada
lintasan Kupang – Kalabahi dengan hasil belum sesuai dengan pemuatan
kendaraaan yang telah diatur pada Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor 115 Tahun 2016 dan Kondisi Pengikatan kendaraan di atas kapal
penyeberangan lintasan kupang- kalabahi belum sesuai dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 30 Tahun 2016. Berdasarkan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 30 tahun 2016 pasal 2 Kapal
penyeberangan wajib menyediakan alat pengikat kendaraan (lashing)
dan klem roda kendaraan , untuk kapal KMP.Inerie II membutuhkan 68
unit, KMP. Ilelabalekan membutuhkan 56 unit dan KMP. Ranaka
membutuhkan 52 unit tali lashing.
(Uci Firdaus,2022) melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Tata
Cara Pengangkutan Kendaraan Di Atas Kapal Penyebrangan Pada
Lintasan Lembar-Padang Bai. Dengan hasil belum sesuai yaitu
Kendaraan di atas kapal masih terdapat beberapa yang belum di beri alat
pengikat pada bagian haluan, tengah, dan buritan kapal sesuai dengan
Peraturan yang telah di tetapkan oleh karena itu solusi yang harus
dilakukan yaitu setiap kendaraan harus diberi alat pengikat sesuai berat
dan golongan kendaraan atau bisa di beri klem pada roda kendaraan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sama
sama meneliti tentang tata cara pengangkutan kendaraan diatas kapal.
Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
terletak pada lokasi penelitian.

2. Teori Pendukung yang relavan


a. Review
Review adalah evaluasi atau penilaian terhadap suatu karya,
produk, layanan, atau kinerja, biasanya dilakukan oleh seseorang
atau kelompok yang memiliki pengalaman atau pengetahuan tentang
hal tersebut. Tujuan dari review adalah memberikan informasi yang
berguna kepada orang lain yang sedang mencari panduan atau
keputusan terkait suatu hal. Review dapat berupa ulasan tertulis,
pemberian rating, atau pendapat secara umum tentang suatu objek
atau pengalaman.
b. Pengangkutan
Pengangkutan berasal dari kata dasar “angkut” yang berarti
angkat dan bawa, muat dan bawa atau kirimkan. Mengangkut artinya
mengangkat dan membawa, memuat dan membawa atau
mengirimkan. Pengangkutan pada pokoknya berisikan perpindahan
tempat baik mengenai benda-benda maupun mengenai orang-orang,
karena perpindahan itu mutlak perlu untuk mencapai dan
meninggikan manfaat serta efisiensi (R.Soekardono)
c. Kapal
Menurut Undang – Undang No. 17 (2008) tentang pelayaran,
kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu yang
digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya,
ditarik maupun ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung
dinamis, kendaraan dibawah permukaan air, serta alat apung dan
bangunan yang bisa berpindah – pindah. Kapal adalah kendaraan
pengangkut penumpang dan barang dilaut, sungai dan perairan
antar pulau, seperti halnya sampan atau perahu yang lebih kecil
(Fatimah, 2019).
B. Landasan Teori
1. Landasan Hukum
Berikut dasar hukum yang diambil sebagai landasan teori yang
langsung berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu :
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
1) Pasal 1 ayat (3) : Angkutan di perairan adalah kegiatan
mengangkut dan/atau memindahkan penumpang dan/atau
barang dengan menggunakan kapal.
2) Pasal 1 ayat (6) : Trayek adalah rute atau lintasan pelayanan
angkutan dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya
3) Pasal 1 ayat (36) : Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk
dan jenis tertentu,yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga
mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk
kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah
permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak
berpindah- pindah.
4) Pasal 22 ayat (1) : Angkutan penyeberangan merupakan
angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api
yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang
dan/atau kendaraan beserta muatannya.
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2011
Jo. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2010 Tentang Angkutan di Perairan
1) Pasal 61 Ayat (1) : Angkutan penyeberangan merupakan
angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api
yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang
dan kendaraan beserta muatannya.
2) Pasal 79 Ayat (1) : Untuk kelancaran kegiatan angkutan di
perairan, dapat diselenggarakan usaha jasa terkait dengan
angkutan di perairan.
3) Pasal 79 Ayar (2) : Usaha jasa terkait sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa:
a) bongkar muat barang,
b) jasa pengurusan transportasi,

c) angkutan perairan pelabuhan,


d) penyewaan peralatan angkutan laut atau peralatan jasa
terkait dengan angkutan laut,
e) tally mandiri,
f) depo peti kemas,
g) pengelolaan kapal,
h) perantara jual beli dan/atau sewa kapal,
i) keagenan awak kapal,
j) keagenan kapal, dan
k) perawatan dan perbaikan kapal.

4) Pasal 80 Ayat (1) : Kegiatan usaha bongkar muat barang


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (2) huruf a
merupakan kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang
bongkar dan muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan yang
meliputi kegiatan stevedoring, cargodoring, dan
receiving/delivery.
5) Pasal 80 Ayat (2) : Kegiatan usaha bongkar muat barang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh badan
usaha yang didirikan khusus untuk bongkar muat barang di
pelabuhan.
6) Pasal 80 Ayat (3) : Selain badan usaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), kegiatan bongkar muat barang tertentu dapat
dilakukan oleh perusahaan angkutan laut nasional hanya untuk
kegiatan bongkar muat barang tertentu untuk kapal yang
dioperasikannya.

7) Pasal 80 Ayat (4) : Kegiatan bongkar muat sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan oleh perusahaan
angkutan laut, izin usahanya melekat pada izin usaha
pokoknya.
8) Pasal 80 Ayat (5) : Barang tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) meliputi barang:
a) milik penumpang,
b) curah cair yang dibongkar atau dimuat melalui pipa,
c) curah kering yang dibongkar atau dimuat melalui
conveyor atau sejenisnya, dan
d) yang diangkut di atas kendaraan melalui kapal Ro-Ro.
9) Pasal 80 Ayat (6) : Perusahaan angkutan laut nasional dapat
melakukan bongkar muat semua jenis barang apabila di
pelabuhan tersebut tidak terdapat perusahaan bongkar muat
barang.
10) Pasal 80 Ayat (7) : Perusahaan angkutan laut nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) harus memiliki kapal
yang dilengkapi dengan peralatan bongkar muat barang dan
tenaga ahli.
11) Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015. Peraturan
Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan
a) Pasal 74 Ayat (1) : Konsesi diberikan kepada Badan Usaha
Pelabuhan untuk kegiatan penyediaan dan/atau pelayanan
jasa kapal, penumpang, dan barang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) yang dituangkan dalam
bentuk perjanjian.
b) Pasal 74 Ayat (2) : Pemberian konsesi kepada Badan
Usaha Pelabuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui mekanisme pelelangan sesuai dengan
ketentuan peraturan,perundangundangaan melalui
penugasan/penunjukan.
c. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 115 Tahun 2016 tentang

Tata Cara Pengangkutan Kendaraan Di Atas Kapal.

1) Pasal 5 ayat (1) : Setiap kendaraan yang diangkut di atas kapal

wajib dilengkapi informasi mengenai jenis dan berat muatan.

2) Pasal 5 ayat (2) : kendaraan sebagaimana yang dimaksud pada

ayat (1) wajib terlebih dahulu ditimbang sebelum dimuat kapal

untuk memastikan berat kotor kendaraan beserta muatannya.

3) Pasal 7 ayat (1) : kendaraan yang ditimbang dan memiliki


berat yang tidak sesuai dengan data pada berat yang dilaporkan,
diberi tanda dan tidak dapat dimuat ke atas kapal yang dituju
kecuali apabila kekuatan geladak pada kapal yang dituju masih
sesuai untuk menerima kendaraan dengan berat seperti itu.
4) Pasal 7 ayat (2) : perusahaan angkutan di perairan
bertanggung jawab terhadap keselamatan dan keamanan
kendaraan beserta penumpang dan/barang yang diangkutnya
5) Pasal 11 ayat (1) : Setiap kapal yang mengangkut kendaraan
darat harus memiliki titik tempat mengikat dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Jarak membujur antara titik tempat mengikat maksimal
2,5 meter,
b) Jarak melintang antara titik tempat mengikat antara 2,8 s.d
3,0 meter,
c) Memiliki kekuatan tanpa kerusakan permanen sampai
dengan 120 KN.
6) Pasal 12 ayat (1) : setiap kapal wajib menyediakan alat
pengikat muatan yang cukup diatas kapal.
7) Pasal 12 ayat (2) : alat pengikat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus sesuai dengan kondisi kapal dan jumlah serta
ukuran muatan kendaraan yang diangkut.
8) Pasal 15 ayat (1) : ruang muat harus bersih dari ceceran
minyak dan gemuk (grease).
9) Pasal 15 ayat (2) : Kapal harus memiliki perlengkapan
pengikat yang sesuai untuk muatan yang akan diangkut dan
dengan jumlah yang cukup.
10) Pasal 15 ayat (3) : unit muatan dan atau kendaraan harus
memiliki dokumen yang memberikan informasi berat
keseluruhan unit muatan dan atau kendaraan termasuk
informasi tindakan perawatan khusus yang harus dilakukan
selama perjalanan di laut.
11) Pasal 17 ayat (1) : kendaraan harus ditempatkan memanjang
(membujur) searah haluan atau buritan kapal dan tidak boleh
melintang kapal.
12) Pasal 17 ayat (2) : ruang penempatan kendaraan harus steril
dari adanya penumpang selama pelayaran.
13) Pasal 17 ayat (3) : jarak kendaraan dengan dinding kapal
harus sedemikian rupa sehingga tidak boleh menutupi kran
atau katup pemadam kebakaran dan akses jalan orang.
14) Pasal 17 ayat (4) : mesin kendaraan harus dimatikan,
porseneling dan rem tangan harus diaktifkan serta semua
kendaraan harus diikat (lashing) dengan alat lashing yang
sesuai dengan jarak dan kondisi cuaca pelayaran serta roda
kendaraan harus diganjal.
15) Pasal 18 pengikat kendaraan memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a) Kendaraan yang berat keseluruhannya antara 3,5 (tiga
koma lima) ton sampai 20 (dua puluh) ton, harus
menggunakan sekurang- kurangnya 2 (dua) alat pengikat
(lashing gear) dengan beban kerja yang aman (safe
working load) yang sesuai pada masing-masing sisi
kendaraan.

b) Kendaraan yang berat keseluruhannya antara 20 (dua


puluh) ton sampai 30 (tiga puluh) ton, harus menggunakan
sekurang-kurangnya 3 (tiga) alat pengikat (lashing gear)
dengan beban kerja yang aman (safe working load) yang
sesuai pada masing-masing sisi kendaraan.
c) Kendaraan yang berat keseluruhannya antara 30 (tiga
puluh) ton sampai 40 (empat puluh) ton, harus
menggunakan sekurang-kurangnya 4 (empat) alat
pengikat (lashing gear) dengan beban kerja yang aman
(safe working load) yang sesuai pada masing-masing sisi
kendaraan.
d) Alat pengikat (lashing gear) sebagaimana dimaksud pada
ayat 1, ayat 2, ayat 3 wajib memenuhi Standar Nasional
Indonesia
16) Pasal 19 ayat (1) : Pengikatan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 dilakukan pada kendaraan yang terletak di barisan depan
(haluan), tengah (midship) dan belakang (buritan).
17) Pasal 19 ayat (3) : Kendaraan yang tidak dilakukan
pengikatan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 wajib
dilakukan klem pada roda kendaraan.
18) Pasal 20 persyaratan untuk jarak antar muatan kendaraan
sebagai berikut:
a) Jarak antara salah satu sisi kendaraan sekurang-
kurangnya 60 cm.

a) Kendaraan yang berat keseluruhannya antara 20 (dua


puluh) ton sampai 30 (tiga puluh) ton, harus
menggunakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) alat pengikat
(lashing gear) dengan beban kerja yang aman (safe
working load) yang sesuai pada masing-masing sisi
kendaraan.
b) Kendaraan yang berat keseluruhannya antara 30 (tiga
puluh) ton sampai 40 (empat puluh) ton, harus
menggunakan sekurang-kurangnya 4 (empat) alat
pengikat (lashing gear) dengan beban kerja yang aman
(safe working load) yang sesuai pada masing-masing sisi
kendaraan.
c) Alat pengikat (lashing gear) sebagaimana dimaksud
pada ayat 1, ayat 2, ayat 3 wajib memenuhi Standar
Nasional Indonesia
19) Pasal 19 ayat (1) : Pengikatan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 dilakukan pada kendaraan yang terletak di barisan depan
(haluan), tengah (midship) dan belakang (buritan).
20) Pasal 19 ayat (3) : Kendaraan yang tidak dilakukan
pengikatan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 wajib
dilakukan klem pada roda kendaraan
21) Pasal 20 persyaratan untuk jarak antar muatan kendaraan
sebagai berikut:
a) Jarak antara salah satu sisi kendaraan sekurang-
kurangnya 60 cm.
b) Jarak antara muka dan belakang masing-masing
kendaraan 30 cm.
c) Untuk kendaraan yang sisi sampingnya bersebelahan
dengan dinding kapal, berjarak 60 cm dihitung dari
lapisan dinding dalam atau sisi luar gading-gading.
d. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 30 Tahun 2016
tentang Kewajiban Pengikatan Kendaraan Pada Kapal
Angkutan Penyeberangan.
1) Pasal 2 kapal angkutan penyeberangan wajib
menyediakan alat pengikat kendaraan (lashing) dan klem
roda kendaraan.
2) Pasal 4 ayat (1) : setiap kendaraan wajib diikat selama
pelayaran.
3) Pasal 4 ayat (2) : untuk pengikatan kendaraan (lashing)
wajib dilakukan pada kendaraan yang terletak di barisan
depan (haluan), tengah (mid ship) dan belakang (buritan).
4) Pasal 5 ayat (1) : Jarak antara salah satu sisi kendaraan
sekurang – kurangnya 60 cm
5) Pasal 5 ayat (2) : Jarak antara muka dan belakang masing
– masing kendaraan sekurang – kurangnya 30 cm
6) Pasal 5 ayat (3) : Untuk kendaraan yang sisi sampingnya
bersebelahan dengan dinding kapal, berjarak 60 cm
dihitung dari lapisan dinding dalam atau sisi luar gading
– gading (frame)

7) Pasal 6 ayat (1) : operator kapal angkutan


penyeberangan wajib menyediakan petugas untuk
melakukan pengikatan kendaraan.
8) Pasal 6 ayat (2) : jumlah petugas untuk mengikat
kendaraan disesuaikan dengan jadwal pelayan kapal.
e. Jenis Alat Pengikat
Alat pengikat muatan, yang dikenal sebagai lashing gear,
mencakup semua perangkat yang dipasang secara permanen atau
yang dapat dipindahkan, digunakan untuk mengikat dan
menyokong unit muatan. Pemerintah telah mengeluarkan regulasi
yang mengatur jenis-jenis alat pengikat yang dapat digunakan,
seperti tali pengikat kendaraan, sling pengikat dengan kunci
bergigi, atau rantai dengan penguat/pengencang, sebagaimana
tercantum dalam lampiran Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor 115 Tahun 2016.

Gambar 2. 1 Tali Pengikat Kendaraan (Rope


Automobile Tiedown)

Sumber : Lampiran pada Permenhub N0.115


Tahun 2016

Tali Pengikat Kendaraan (Rope Automobile Tiedown)


memiliki kapasitas beban kerja maksimal sebesar 400
lbs/185 kg, dengan batas beban maksimum mencapai 1.200
lbs/544 kg. Pada Rope Automobile Tiedown, seluruh bagian
baja dilapisi dengan vinil yang berlapis plastik, bertujuan
untuk mencegah goresan pada finishing mobil. Body hook
dirancang sesuai dengan cincin hingga diameter 1,2/30 mm
DLA. Selain itu, terdapat S-Hook pada tali dengan bukaan
sekitar 1 1/8/28,5 mm. Informasi ini memberikan gambaran
lengkap mengenai karakteristik dan kegunaan dari Rope
Automobile Tiedown.
GANCO

Gambar 2. 2 Sling Pengikat Dengan Kunci Bergigi (Ratchet


Strap Assembly) Model Ganco Pada Kedua Ujung
Sisinya

Sumber : Lampiran pada Permenhub No.115 Tahun 2016


Ganco, yang juga dikenal sebagai hook, merupakan alat
yang digunakan untuk mempermudah pengangkatan beban
dengan cara diikatkan. Bentuk Ganco menyerupai tanda
tanya karena desain ini sangat sesuai untuk model alat
pengangkat atau alat kait. Batas beban kerja pada kedua
ujung Ganco ini adalah 1.033 lbs/458 kg, dengan batas
maksimum mencapai 3.100 lbs/1.406 kg. Ganco jenis ini
memiliki berat sekitar 1,75 lbs/0,78 kg. Desain dan
kemampuan beban Ganco ini menjadikannya pilihan yang
efektif dalam berbagai aplikasi pengangkatan beban

Gambar 2. 3 Sling Pengikat Dengan Kunci Bergigi (Ratchet


Strap Assembly) Model Ganco Pada Satu Sisinya

Sumber : Lampiran pada Permenhub No.115 Tahun 2016


Sling pengikat dengan kunci bergigi model ganco yang
terdapat pada satu sisi ini memiliki panjang 3 m dimana
memiliki beban kerja 10 ton dan batas maksimal 20 ton
dengan berat 1 kg.

Gambar 2. 4 Rantai Dengan Ganco

Sumber : Lampiran pada Permenhub No.115 Tahun 2016

Alat pengikat dengan jenis rantai dengan ganco ini memiliki


beban kerja 10 ton dengan batas maksimal 20 ton, berat pada
rantai ganco ini pun 7,5 Kg.

Gambar 2. 5 Pengikat (turnbuckle) yang dapat disambung


dengan rantai

Sumber : Lampiran pada Permenhub No.115 Tahun 2016


Turnbuckle adalah perangkat berbentuk jarum keras atau
spanskrup yang berfungsi untuk mengatur ketegangan pada
sling, baik itu sling rantai maupun sling wire rope. Pengait
yang dapat dihubungkan dengan rantai ini memiliki batas
maksimal hingga 20 ton, dengan beban kerja yang ditetapkan
sebesar 10 ton. Turnbuckle ini dirancang untuk memberikan
kemudahan dalam pengaturan ketegangan pada sling,
menjadikannya pilihan yang efisien untuk aplikasi
pengangkatan beban yang beragam.

Gambar 2. 6 Ganco Dengan Rantai Dan Pengencangnya

Sumber : Lampiran pada Permenhub No.115 Tahun 2016

Ganco dengan jenis ini memiliki dua sisi dengan material


pengikat rantai yang memiliki alat pengencang dibagian
tengahnya, alat ini pun memiliki beban berat maksimal 20 ton.

f. Klem Pada Roda Kendaraan

Klem didefinisikan sebagai perangkat yang digunakan


untuk menjepit, memegang, atau menekan suatu objek atau
benda. Klem juga merujuk pada alat yang digunakan untuk
menjepit kendaraan agar tidak bergerak atau bergeser.
Terdapat berbagai jenis klem pada roda kendaraan, seperti
berikut ini:
Gambar 2. 7 Jenis – Jenis Klem Roda Kendaraan
Sumber : Lampiran pada Permenhub No 115 Tahun 2016

2. Landasan Teori
Agar dalam pembahasan penelitian tidak terjadi kekeliruan dalam
membahas masalah maka perlu adanya teori-teori yang ada
hubungannya dengan objek penelitian. Adapun teori-teori yang akan
dibahas sebagai berikut:
a. Transportasi
Menurut Salim (2000), transportasi adalah kegiatan
pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari satu tempat ke
tempat lain.
Dalam transportasi terlihat ada dua unsur yang terpenting yaitu:
1) Pemindahan pergerakan (movement)
2) Secara fisik mengubah tempat dari barang (komoditi) dan
penumpang ke tempat lain.
Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Penduduk di negara maju
jarang yang mempunyai kendaraan pribadi karena mereka
sebagian besar menggunakan angkutan umum sebagai alat
transportasi mereka.
b. Angkutan Penyebrangan
Menurut Abubakar dkk (2013), angkutan penyeberangan
adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api
yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang
dan kendaraan beserta muatannya. Aktivitas ini dilakukan oleh
entitas bisnis menggunakan kapal yang berbendera Indonesia,
yang telah memenuhi standar keamanan pelayaran dan
dikelola oleh kru yang memiliki kewarganegaraan Indonesia.
Penetapan rute angkutan laut ini mempertimbangkan beberapa
aspek, termasuk:
a) Perluasan jaringan jalan atau jalur kereta yang terpisah oleh
perairan.
b) Berfungsi sebagai penghubung vital.
c) Menghubungkan dua pelabuhan, pelabuhan dengan terminal,
dan dua terminal penyeberangan dengan jarak tertentu.
d) Tidak melakukan pengangkutan barang yang diambil dari
kendaraan pengangkutnya.
e) Keberlanjutan rencana tata ruang wilayah.
f) Integrasi jaringan rute angkutan laut untuk mencapai
optimalisasi keterpaduan antarmoda dan intramoda.
g) Tetap mematuhi prinsip tidak mengangkut barang yang
diambil dari kendaraan pengangkutnya.
h) Konsistensi dengan rencana tata ruang wilayah.
i) Pengembangan jaringan rute angkutan laut untuk mencapai
optimalisasi keterpaduan angkutan antarmoda dan
intramoda.
c. Pelabuhan
Menurut Lasse (2014), pelabuhan dapat diartikan sebagai
tempat kapal berlabuh (anchorage), mengolah gerak
(maneuver), dan bertambat (berthing) untuk melakukan
kegiatan menaik dan/ atau menurunkan penumpang dan
barang secara aman (securely) dan selamat (safe)
Fungsi utama pelabuhan adalah sebagai tempat
perpindahan muatan dari suatu moda ke moda lain. Sedangkan
untuk peranan pelabuhan adalah sebagai berikut :
1) Sebagai titik simpul dari beberapa moda
angkutan,
2) Menunjang pola perdagangan dan pola distribusi
barang,
3) Merangsang aktivitas ekonomi dan memecah isolasi daerah
di belakangnya,
4) Menunjang pembentukan ketahanan nasional.
Macam pelabuahan ditinjau dari segi penyelenggaraannya
adalah:

1) Pelabuhan Umum, yaitu pelabuhan yang


diselenggarakan untuk kepentingan umum dilakukan
oleh Pemerintah dan pelaksanaannya dapat dilimpahkan
kepada badab usaha milik negara yang didirikan dngan
maksud tertentu.

2) Pelabuhan Khusus, yaitu diselenggarakan untuk


kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

1. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada Februari-Mei 2024
dipelabuhan penyeberangan Lembar, dengan rangkaian kegiatan
seperti berikut pada tabel 3.1.

Tabel 3. 1. Rundown Kegiatan


NO KEGIATAN FEBRUARI MARET APRIL MEI

1. Laporan Ke
Instansi
Tempat PKL
2. Pelaksanaan
Magang
Taruna
3. Pelaksanaan
PKL di
Pelabuhan
4. Pelaksanaan
Survey dan
Pencarian
Data
5. Perekapan
Data dan
Penyusunan
Laporan PKL
Taruna
6. Taruna
Kembali Ke
Kampus

2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif
a. Penelitian Kualitatif
Berdasarkan objek penelitian dan tingkat kealamian,
penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif studi kasus
yaitu tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya
kepada suatu kasus yang dilakukan secara intensif, mendetail
dan komprehensif. Tujuan penelitian studi kasus adalah untuk
mempelajari secara itensif tentang latar belakang keadaan
sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial, individu,
kelompok, lembaga, dan masyarakat.
3. Instrumen Penelitian

Menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat


pengumpulan data yang digunakan, proses pengumpulan data dan
penentuan teknik penentuan kualitas instrumen. Penelitian ini
menggunakan kuisioner guna mendapatkan data kompetensi.
Peneliti mengamati dan mencatat data yang diperlukan mengenai
informasi sesuai atau tidak sesuainya jenis dan berat kendaraan yang
akan diangkut kapal,tersedianya alat pengikat kendaraan,ruang muat
yang bersih dari ceceran minyak dan gemuk,kendaraan yang
ditempatkan memanjang/membujur searah haluan atau buritan
kapal,jarak kendaraan dengan dinding kapal yang tidak boleh
menutupi dinding kapal,mesin kendaraan yang sudah matai dan
setiap kendaraan wajib diikat selama berlayar.
Hari/Tanggal :
Pelabuhan :
Surveyor :
NO KEGIATAN PENGAMATAN KETERANGAN
SESUAI TIDAK
SESUAI
1. kendaraan harus diketahui
jenis dan berat

2. kendaraan wajib ditimbang


terlebih dahulu

3. kendaraan yang ditimbang


harus sesuai dg berat yang
dilaporkan ,apabila tidak
sesuai maka kendaraan
diberi tanda
4. setiap kapal wajib
menyediakan alat pengikat
5. ruang muat harus bersih dari
ceceran minyak dan gemuk
6. kendaraan harus
ditempatkan
memanjang/membujur
searah haluan atau buritan
kapal
7. jarak kendaraan dengan
dinding kapal tidak boleh
menutupi dinding kapal
8. mesin kendaraan harus
dimatikan
9. setiap kendaraan wajib
diikat selama berlayar

B. Teknik Pengumpulan Data


1. Data Primer
Data primer adalah data yang di dapat langsung dari sumbernya atau
berdasarkan pengamatan langsung di lapangan. Data tersebut diperoleh
dari pengamatan / observasi, hasil pengukuran, dan hasil wawancara
baik pihak penumpang maupun petugas terkait di lokasi Praktek Kerja
Lapangan (PKL). Data yang didapat sebagai berikut :
a. Data produktivitas penumpang dan kendaraan pada Pelabuhan
Penyebrangan. Data produktivitas digunakan untuk mengamati
jumlah pergerakan kedatangan maupun keberangkatan penumpang.
Dari data produktivitas yang sedang beroperasi.
b. Foto dokumentasi keadaan eksisting pengangkutan kendaraan di
atas kapal Foto dokumentasi digunakan untuk menggambarkan
keadaan eksisting sebenarnya pada lapangan dan sebagai bukti
bahwa peneliti benar-benar melakukan survei di lapangan.
c. Data jarak kendaraan diatas kapal Data ini digunakan untuk
menentukan jarak antar kendaraan yang terjadi di lapangan dengan
jarak yang sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
115 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengangkutan Kendaraan di
Atas Kapal Penyeberangan.

2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat berdasarkan pengamatan
pihak lain dan berupa laporan secara tertulis.
Dalam memperoleh data sekunder meliputi :
1. Data karakteristik kapal,
2. Data karakteristik pelabuhan,
3. Data produktivitas pelabuhan selama 5 tahun terkakhir,
4. Data gambaran umum wilayah penelitian.

C. Teknik Analisis Data


Penulisan Kertas Kerja Wajib (KKW) ini menggunakan beberapa
metode pendekatan dalam mendapatakan data sebagai bahan acuan dan
perbandingan. Pendekatan ini disesuaikan dengan kondisi dan lokasi tempat
dimana objek penelitian berada. Metode-metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Melakukan pengamatan secara langsung kondisi yang sebenarnya
di lapangan yaitu mengamati proses pemuatan kendaraan diatas kapal,
mengukur jarak antar kendaraan diatas kapal serta mengamati jenis
golongan kendaraan diatas kapal dalam memuat kendaraan
menggunakan lashing serta jarak antar kendaraan sesuai dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 115 Tahun 2016 Tentang Tata
Cara Pengangkutan Kendaraan Di Atas Kapal.
2. Metode Pengukuran
Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang alasan
melakukan pemuatan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang ada
sehingga dapat mempengaruhi keselamatan kapal dan menggali lebih
dalam faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut. Data
yang di dapat meliputi data produktifitas kendaraan dan data jarak antar
kendaraan di atas kapal.
3. Metode Dokumentasi
Adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyediakan dokumen
dokumen dengan menggunakan bukti yakni berupa foto tentang kondisi
yang terjadi di lapangan.
4. Metode Kepustakaan ( Literatur )
Data sekunder didapat dari literatur atau buku – buku tentang
pemuatan dan pengikatan angkutan penyeberangan terutama yang ada
di perpustakaan Politeknik Transportasi Sungai Danau dan
Penyeberangan Palembang dan buku – buku lainnya yang berkaitan
dengan penelitian.
5. Metode Institusional
Data yang di kumpulkan dari berbagai instansi yang terkait, yaitu:
a. Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD),
b. Dinas Perhubungan,
c. Badan Pusat Statistik.
D. Kerangka Penelitian
Kerangka konseptual penelitian membentuk sebuah struktur berupa
diagram atau peta konsep yang mencerminkan alur pemikiran peneliti dalam
memahami esensi suatu permasalahan. Sebagai panduan logis dan
sistematis, kerangka konseptual ini diintegrasikan dengan teori-teori yang
relevan, memberikan dasar yang kokoh untuk memecahkan permasalahan
yang sedang diteliti. Dalam rangka penyusunan Kertas Kerja Wajib tentang
Review Aktivitas Pengangkutan Kendaraan di atas Kapal Penyeberangan,
kerangka konseptual ini dirancang untuk mencapai tujuan penelitian terapan
dengan menyusun panduan yang terstruktur dan terukur. Berikut adalah
ilustrasi visual dari kerangka konseptual penelitian ini:
Mulai
Observasi dan Pengumpulan Landasan
Identifikasi
Teori dan Hukum
Masalah

Pengumpulan data

1. Data primer
2. 1.Foto Dokumentasi Data sekunder
Keadaan Eksisting
Kendaraan Diatas Kapal 1. Data karakteristik kapal
3. 2.Data Jarak Antar 2. Data produktivitas
Kendaraan Di Atas
Kapal pelabuhan 5 tahun sekali
4.

Pengolahan data

1.Analisis Prosedur Pengangkutan Kendaraan

di atas Kapal Penyeberangan

2.Analisis Pengikatan Kendaraan di atas Kapal

Penyerbangan

3.Analisis Mengatasi ketidaksesuaian

Pengikatan Kendaraan diatas Kapal

Pembahasan
Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3. 1 Kerangka Penelitian

E. Teknik Analisa Data


Metode analisa yang digunakan dalam melakukan penelitian berupa
Gap Analysis sebagai perbandingan antara keadaan existing dengan
keadaan yang diharapkan dan sebagai metode analisa yang digunakan
sebagai evaluasi yang menitik beratkan pada kesenjangan saat ini dengan
keadaan yang ditargetkan. Analisa yang digunakan dalam melakukan
penelitian pada lokasi Pelabuhan Penyeberangan berdasarkan analisa pada
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 115 Tahun 2016 Tentang Tata Cara
Pengangkutan Kendaraan Diatas Kapal dan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor 30 Tahun 2016 Tentang Kewajiban Pengikatan Kendaraan Pada
Kapal Angkutan Penyeberangan. Pada pasal berikut :
1. Analisis prosedur pengangkutan kendaraan di atas kapal penyeberangan
2. Analisis pengikatan kendaraan di atas kapal penyeberangan
a) Barisan wajib lashing,
b) Jenis alat pengikat.
3. Analisis mengatasi ketidaksesuaian pengikatan kendaraan diatas kapal.
30
31
32

Anda mungkin juga menyukai