Anda di halaman 1dari 1

Tanggapan terhadap Pola Pembinaan “Amanat Agung”

Kelebihan (positif):
1. Langkah-langkah penerapannya sangat sistematis. Hal ini menyebabkan pola
pembinaan ini mudah untuk dilakukan.
2. Terdapat perangkat-perangkat untuk memantau arah perkembangan pembinaan,
sehingga mudah untuk melacak apakah kegiatan yang berlangsung dalam kelompok
sudah sesuai dengan yang diharapkan atau belum.
3. Terdapat tahapan-tahapan yang jelas sehingga perkembangan ’tingkat kerohanian’
dapat segera terlihat (atau negatif?)
4. Memanfaatkan metode ’pemuridan’. Dalam pengertian positif, hal ini dapat dianggap
sebagai pemberdayaan tiap anggota kelompok, dimana tiap anggota dimotivasi untuk
mencapai suatu ’standar pemahaman’ tertentu. (Dalam sudut pandang yang berbeda,
hal ini dapat pula dianggap sebagai hal yang negatif karena 2 alasan: setiap anggota
harus memiliki pemahaman yang persis sama tanpa mempertimbangkan pengalaman/
pergumulan masing-masing orang (= proses indoktrinasi); setiap orang tanpa sadar
dapat ’terjebak’ untuk ’pura-pura’ telah sampai pada tingkatan/standar yang
diharapkan untuk menghindari anggapan-anggapan buruk dari orang lain.

Kekurangan (negatif):
1. Dasar pemikiran yang melandasi pola pembinaan adalah pemahaman yang sangat
eksklusif, dimana anggota akan ’terjebak’ untuk berpikir ’hitam-putih’ tentang
keselamatan. Hal ini dapat berdampak pada sikap seseorang dalam memperlakukan
orang lain. Dalam bentuk ekstremnya, hal berikut ini dapat terjadi, yaitu: satu-satunya
alasan kita mengasihi orang lain adalah agar orang tersebut ’menerima Kristus
sebagai Tuhan dan Juruselamatnya’. Berarti ada ’udang di balik batu’.
2. Ukuran ’berbuah’ yang dimaksud dapat disalahpahami jika disampaikan tanpa dasar
pemahaman yang kuat. Orang cenderung mengartikan ’berbuah’ sebagai
’memperoleh anak-anak rohani’. Jadi ternyata bersaksi kepada dunia dengan cara
mengasihi sesama dapat dianggap ’belum berbuah’ jika tidak menghasilkan para
’petobat baru’.

Anda mungkin juga menyukai