Anda di halaman 1dari 38

LEMBAR KERJA MAHASISWA 2 (Tutorial Skenario 2)

UNIVERSITAS JEMBER KODE DOKUMEN

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


PRODI KEDOKTERAN GIGI FORM PP-05

LEMBAR KERJA MAHASISWA


Dosen Pengampu Mata Kuliah : Dr. drg. Didin Erma Indahyani, M.Kes
Pokok Bahasan : ANATOMI GIGI SULUNG

Model Pembelajaran : Case Method

IDENTITAS MAHASISWA

Nama/NIM/Kelas Anmunayya Risyhawa Ramadhani/221610101160/B

Nama Anggota kelompok 1. Revani Putri Lailatul Syifa (221610101159)


2. Anmunayya Risyhawa R (221610101160)
3. Farra Iona Carita (221610101161)
4. Fauziah Ardiyanti Ramadhani (221610101162)
5. Alifa Nukhi Nur Rokhmah (221610101163)
6. Maharani Fitri Permatasari (22161010116464)
7. Mikail Rafiuddin Thariq (221610101165)
8. Aditya Putra Pratama (221610101166)
9. Jonathan Kenneth S (221610101167)
10.Farras Avrilla Daffa' Wahyudi (221610101168)

Pertemuan Ke 4

Hari/Tanggal Kamis/9 Maret 2023

BAHAN DISKUSI

Bacalah dengan seksama kasus pada skenario 2. Diskusikan dengan metode seven jumps, untuk
menganalisis dan memecahkan berbagai masalah pada kasus skenario 2. Tutorial pertemuan I
melaksanakan step 1-5 untuk mendapatkan tujuan pembelajaran, dilanjutkan step 6 (belajar
mandiri) dan tutorial pertemuan II melaksanakan step 7 untuk membahas tujuan pembelajaran.
Gunakanlah literatur yang telah tertulis pada modul, atau mencari di media lain yang bisa
dipertanggung jawabkan. Buat laporan sesuai format dan persiapkan PPT untuk melakukan
presentasi pada saat pleno.

SKENARIO 2: ANATOMI GIGI SULUNG


Seorang anak laki-laki umur 9 datang ke RSGM FKG UNEJ bersama ibunya untuk kontrol
rutin kesehatan gigi setiap 6 bulan sekali. Dari hasil pemeriksaan klinis regio inferior posterior
sinistra tampak gigi 74 sudah mengalami goyang derajat 1. Mahkota klinis gigi tersebut masih
tampak bagus dan tidak berlubang. Tampak tuberkulum zucherkandl di permukaan mesiobukal.
Dari hasil foto rontgen periapikal menunjukkan gigi tersebut memiliki 2 akar yang mulai
teresorbsi oleh mahkota gigi 34, tampak juga benih gigi 35 yang mulai meresorbsi akar distal gigi
75 (nomenklatur gigi: FDI system).

HASIL DISKUSI

STEP 1 : Clarifying unfamiliar terms

1. Mesiobukal (Aditya)
● (Revani) Bagian gigi yang menghadap pipi dan mendekati garis median

● (Alifa) Kata mesiobukal berasal dari kata mesial dan bukal, mesial yang berarti
permukaan yang mendekati ke garis median, dan bukal berarti permukaan yang
menghadap ke pipi pada gigi posterior. mesiobukal berarti permukaan gigi posterior
yang mendekati garis median dan menghadap ke pipi.

2. Rontgen Periapikal (Farras)


● (Fauziah) pemeriksaan radiologi menggunakan sinar x-ray untuk melihat struktur
gigi dari mahkota sampai ke akar di salah satu rahang atas/rahang bawah

● (Farra) Tindakan pengambilan gambar menggunakan sinar radiasi gelombang


elektromagnetik (rontgen) yang dapat memberikan gambaran keseluruhan gigi.
Biasanya memberikan gambaran presisi pada 1-3 gigi yang bersebelahan.

● (Jonathan) Periapikal Rontgen adalah proses untuk menangkap gambar


keseluruhan gigi mulai dari mahkota gigi hingga ujung akar dan jaringan
pendukung gigi, termasuk gambaran abses dan infeksi di ujung akar atau jaringan
pendukung gigi.

3. regio inferior posterior sinistra (Revani)


● (Farra) Area pada rahang bawah kiri bagian belakang.

● (Farras) kata inferior yang berarti bagian yang lebih rendah posisinya, posterior
yang berarti bagian belakang, dan sinistra yang berarti bagian kiri. regio inferior
posterior sinistra berarti daerah bawah kiri bagian belakang.

● (Aditya) Regio artinya bagian topografis atau wilayah (pada hal ini adalah rahang
pada mulut). Inferior artinya bawah. Jadi, regio inferior adalah wilayah rahang
bawah.

4. gigi 74 (Thariq)
● (Alifa) Gigi Molar 1 Desidui Bawah kiri pada penomoran FDI System

● (Farras) Disebut gigi 74 sebab berada di regio 7 gigi ke 4, yaitu Gigi Molar 1
Desidui Bawah kiri.

5. gigi 75 (Thariq)
● (Alifa) Gigi Molar 2 Desidui Bawah kiri pada penomoran FDI System

● (Farras) Disebut gigi 75 sebab berada di regio 7 gigi ke 5, yaitu Gigi Molar 2
Desidui Bawah kiri.

6. tuberkulum zucherkandl (Rani)


● (Fauziah) Tonjolan servikal yang berlebihan, letaknya pada mahkota bukal diatas
akar mesial pada gigi M1 desidui

● (Wawa) tonjolan servikal yang berlebihan pada mahkota bukal diatas akar mesial
pada gigi M1 desidui, tonjolan ini melewati hampir 2/3 permukaan bukal.

● (Revani) tonjol tambahan kecil di tepi mahkota mesiobukal dari molar pertama
desidui rahang atas (maxilla) dan rahang bawah (mandibular) di atas akar mesial.

7. resorpsi akar gigi (Rani)


● (Rani) Resorpsi akar gigi sulung merupakan proses fisiologis yang terjadi pada
pergantian gigi permanen.

● (Alifa) Resorpsi akar gigi adalah keadaan hilangnya zat atau material secara
fisiologis pada sementum atau dentin akar gigi.

● (Jonathan) Resorpsi akar adalah Kerusakan jaringan sementum yang dapat


berlanjut hingga ke dentin dan dapat menyebabkan kehilangan struktur gigi..
8. akar distal (Alifa)
● (Farra) Akar gigi yang terletak paling jauh dari garis tengah gigi

● (Aditya) Akar distal diarahkan ke gigi terakhir di setiap kuadran lengkung gigi,
berlawanan dengan mesial, yang mengacu ke arah garis tengah anterior.

● (Farras) Akar distal adalah akar terpendek dan memiliki diameter terkecil.

9. FDI System (Alifa)


● (Alifa) International Tooth Numbering System (Federation Dentaire International
[FDI]) adalah salah satu sistem penomoran gigi yang menggunakan dua digit di
setiap gigi baik gigi permanen maupun gigi susu . Digit pertama menentukan
kuadran (kiri atau kanan) dan Arkus (Maksila Atau Mandibula), Digit kedua
menentukan posisi gigi yang di tentukan dari midline dari yang terdekat dari
midline hingga yang terjauh.

● (Rani) Sistem dua digit FDI adalah sistem penomoran gigi yang dapat membantu
mencegah kesalahan saat membedakan antara sisi kanan dan kiri mulut atau antara
rahang gigi atas dan bawah.

10. Nomenklatur gigi (Farra)


● (Rani) Metode penamaan gigi yang berguna untuk memudahkan penulisan dalam
mengidentifikasi gigi di rekam medis kesehatan gigi pasien.

● (Revani) Nomenklatur gigi merupakan penamaan yang dipakai dalam bidang


kedokteran gigi untuk memudahkan identifikasi gigi atas dasar kesepakatan
internasional.

● (Aditya) Sistem identifikasi atau penamaan gigi yang dipakai dalam bidang
kedokteran gigi berguna untuk memudahkan penulisan di rekam medis kesehatan
gigi pasien.

● (Jonathan) Pemberian notasi atau penomoran pada gigi untuk mempermudah


dalam mengidentifikasi gigi dengan cepat dan singkat tanpa menuliskan nama gigi
tersebut dengan lengkap.

11. Mahkota gigi 34 (Fauziah)


(Farras) mahkota gigi adalah bagian terluar dari gigi dan dapat dilihat dengan jelas. sedangkan

gigi 34 merupakan gigi yang berada di regio 3 gigi ke 4, yaitu gigi premolar 1 permanen bawah
kiri.

12. Benih gigi 35 ( Fauziah)


● (Farras) Benih gigi berasal dari dua jaringan embrio yaitu bagian yang berkembang
dari lamina gigi yang berasal dari ektodermal dan bagian lain yang berasal dari
mesenkim yang terletak dibawah ektodermal. sedangkan gigi 34 merupakan gigi
yang berada di regio 3 gigi ke 5, yaitu gigi premolar 2 permanen bawah kiri.

● (Jonathan)

Benih gigi 35 adalah cikal bakal gigi, atau gigi yang akan erupsi ke permukaan
gingiva dan benih gigi 35 ini yaitu penyebutan kode gigi untuk gigi premolar 2
rahang bawah kiri.

13. Goyang derajat 1 (Farra)


● (Rani) Goyang derajat I merupakan kegoyahan gigi ringan dalam arah horizontal
kira-kira 0,2 - 1 mm.

● (Jonathan) Goyang derajat 1 adalah gigi goyang yang mengalami sedikit


kegoyangan lebih dari normalnya

14. Posterior (Jonathan)


● (Farra) Bagian yang mendekati ke belakang atau atau ke arah tubuh

15. Sinistra (Wawa)


● (Rani) istilah yang memiliki arti kiri.

STEP 2 : Problem definition

1. Mengapa periksa gigi harus setiap 6 bulan sekali? (Revani)


2. jelaskan mengenai macam-macam nomenklatur yang dipakai untuk menghitung gigi
desidui! (Rani)
3. Jelaskan apa dan dimana letak gigi 34, 35, 74, dan 75? (Wawa)
4. Bagaimana terminologi gigi sulung? (Rani)
5. Bagaimana struktur anatomi gigi sulung ? (Jonathan)
6. bagaimana perbedaan gigi sulung dan permanen (Adit)
7. bagaimana mekanisme gigi teresorbsi dan apa saja penyebab terjadinya resorpsi gigi
sulung? (Farras)
8. apa saja faktor yang mempengaruhi gigi anak tersebut mengalami goyang derajat 1?
(Farra)
9. faktor apa saja yang dapat menghambat terjadinya resorpsi gigi sulung? (Thariq)
STEP 3 : Brainstorming

1. Mengapa periksa gigi harus setiap 6 bulan sekali? (Revani)


● (Farra) Pemeriksaan gigi secara rutin 6 bulan sekali memungkinkan pendeteksian
dini pada masalah gigi dan mulut. Artinya, jika terindikasi misalnya gigi muncul
lubang kecil, dokter bisa segera melakukan penanganan berupa penambalan agar
gigi tidak sampai keropos. Penanganan dini pasti akan menghemat biaya
pengobatan dibandingkan pada saat kondisi gigi sudah parah.

● (Thariq) Memeriksakan Kesehatan gigi secara rutin membantu terhindar dari


berbagai gangguan kesehatan dan penyakit yang menyerang gigi dan mulut.
Gangguan kesehatan pada gigi yang sering terjadi dan terlambat terdeteksi adalah
masalah gigi berlubang. Selain itu, rutin mengunjungi dokter selama 6 bulan sekali
juga mampu mengatasi masalah plak pada gigi yang menempel sehingga tidak
menyebabkan karang gigi pada gigi, karena karang gigi yang tidak diatasi juga bisa
sebabkan berbagai gangguan kesehatan pada gigi dan area mulut.

● (Aditya) Selain itu, pemeriksaan rutin juga bisa melatih diri untuk tidak trauma
dengan penanganan masalah gigi. Saat ini teknologi dalam kedokteran gigi
berkembang pesat. Salah satunya yaitu efek trauma yang dialami oleh pasien bisa
dikurangi. Pasien tidak lagi merasakan rasa sakit berlebihan pada saat – misalnya –
penanganan saluran akar gigi maupun perawatan gigi secara keseluruhan. Semua
bisa dilakukan dengan nyaman.

● (Jonathan) Pemeriksaan gigi setiap 6 bulan sekali bertujuan untuk mencegah gigi
ompong, menjaga kebersihan gigi ( ex: Pembersihan karang gigi), mencegah bau
mulut, menghindari terjadinya bruxism, dan lain sebagainya

2. Jelaskan apa dan dimana letak gigi 34, 35, 74, dan 75? (Rani)
● (Alifa) penomoran gigi tersebut menggunakan FDI System, yakni menggunakan
dua digit di setiap gigi baik gigi permanen maupun gigi susu . Digit pertama
menentukan kuadran (kiri atau kanan) dan Arkus (Maksila Atau Mandibula), Digit
kedua menentukan posisi gigi yang di tentukan dari tengah gigi yang terdekat
hingga yang terjauh. Gigi
3. jelaskan mengenai macam-macam nomenklatur yang dipakai untuk menghitung
gigi desidui! (Wawa)
● (Farra) Nomenklatur gigi adalah sistem penulisan atau penomoran gigi. Beberapa
jenis nomenklatur gigi diantarnya :
1. Cara Zsigmondy

Penulisan dengan cara Zsigmondy ini menggunakan penomoran yang


dimulai dari gigi insisivus sentral pada masing-masing kuadran. Untuk
menyatakan gigi tertentu, ditulis dengan angka sesuai urutan kemudian
diberi garis batas pada nomor sesuai dengan kuadran gigi tersebut. Garis
batas kuadran atas kanan disimbolkan dengan menggunakan angka arab
(angka biasa) untuk penulisan pada gigi permanen dan penggunaan angka
romawi untuk penulisan pada gigi susu.

2. Cara Palmer’s

Penulisan dengan cara Palmer’s hampir sama dengan penulisan dengan cara
Zsigmondy, hanya berbeda pada penulisan gigi susu. Cara ini dianggap cara
yang paling mudah dan universal untuk dental record. Tetap menggunakan
angka arab (angka biasa) pada gigi permanen dan menggunakan alphabet
secara kapital pada penulisan gigi susu.

3. Cara Amerika

Penulisan dengan cara Amerika menggunakan penomoran yang dimulai dari


gigi molar akhir atas kiri, ke kanan, ke bawah kanan, dan ke bawah kiri.
Tanpa memperhatikan batas kuadran. Penulisan gigi permanen
menggunakan angka arab (angka biasa). Penulisan gigi susu menggunakan
angka romawi.
4. Cara Applegate

Penulisan dengan cara Applegate merupakan kebalikan dari cara Amerika,


yaitu dengan memulai penomoran dari gigi molar akhir atas kanan, ke kiri,
ke bawah, dan ke kanan.

5. Cara Haderup

Cara Haderup ini membagi gigi menjadi dua yaitu gigi atas dengan simbol +
(plus) dan gigi bawah dengan simbol – (minus). Penomoran gigi dimulai
dari gigi incicors, gigi incicors dibagi menjadi 2 mengikuti garis median.

● (Revani) Nomenklatur merupakan penamaan yang dipakai dalam bidang tertentu


atau ilmu tertentu atas dasar kesepakatan internasional. Nomenklatur memiliki
beberapa jenis yaitu :
1. Sistem Scandinavian

Sistem ini jarang digunakan dalam praktik. Sistem ini menggunakan tanda +
untuk gigi atas dan tanda – untuk gigi bawah, penulisan untuk gigi kuadran
atas kanan dan bawah kanan didahuli dengan tanda +/- sedangkan gigi
kuadran atas kiri dan bawah kiri didahului dengan angka.

2. Cara G.B Denton

Cara ini membagi 4 kuadran pada daerah gigi di mulut. Pada gigi permanen
gigi yang berada diatas kiri atas disimbolkan dengan kuadran 1, gigi daerah
atas kanan disimbolkan dengan kuadran 2, gigi daerah bawah kanan
disimbolkan dengan kuadran 3, dan gigi daerah bawah kiri disimbolkan
dengan kuadran 4.

3. Sistem Dua Angka International Dental Feredation

Sistem ini menggunakan dua digit untuk setiap gigi permanen dan sulung.
Digit pertama menunjukkan kuadran, lengkung (atas atau bawah) dan geligi
– geligi (permanen atau sulung).

4. Cara Utrecht / Belanda

Cara ini menggunakan tanda-tanda seperti berikut :

S = superior / atas

I = inferior / bawah

d = dexter / kanan

s = sinister / kiri

Gigi Permanen
Ditulis dengan huruf besar

Contoh : P2 atas kanan = P2 Sd

I1 bawah kiri = I1 Is

Gigi Susu

Ditulis dengan huruf kecil

Contoh : c bawah kanan = c Id

m2 atas kiri = m2

4. Bagaimana struktur anatomi gigi sulung? ini secara makroskopis (Rani)


● (Rani)

Dilihat secara makroskopis


Menurut letak dari email dan sementum, bagian-bagian gigi adalah :

1. Mahkota/korona ialah bagian gigi yang dilapisi jaringan enamel/ email


dan normal
terletak di luar jaringan gusi/gingiva. Terbagi atas
a) Mahkota klinis
b) Mahkota anatomis

2. Akar/radix ialah bagian gigi yang dilapisi jaringan sementum dan ditopang oleh
tulang alveolar dari maksila dan mandibula.

3. Garis servikal/semento-enamel junction ialah batas antara jaringan sementum


dan email, yang merupakan pertemuan antara mahkota dan akar gigi.

4. Ujung akar/apeks ialah titik yang terujung dari suatu benda yang runcing atau
yang berbentuk kerucut seperti akar gigi.

5. Tepi insisal (insisal edge) ialah suatu tonjolan kecil dan panjang pada bagian
korona dari gigi insisivus yang merupakan sebagian dari permukaan insisivus
dan yang digunakan untuk memotong / mengiris makanan.

6. Tonjolan/cusp ialah tonjolan pada bagian korona gigi kaninus dan gigi posterior,
yang merupakan sebagian dari permukaan oklusal.
● (Jonathan) Secara anatomis gigi terdiri dari mahkota (korona) dan juga radiks
(akar). Korona dilapisi oleh enamel sedangkan radiks dilapisi oleh sementum. Gigi
dari luar ke dalam merupakan lapisan-lapisan dengan kekerasan yang berbeda-beda
satu sama lain. Lapisan terluar gigi pada korona terdiri dari email, dentin dan ruang
pulpa. Sedangkan pada radiks terdiri dari sementum, dentin dan rongga pulpa.

a. Email atau enamel adalah suatu jaringan mengalami proses mineralisasi yang
sangat tinggi yang menutupi seluruh mahkota gigi. Email merupakan lapisan gigi
paling luar yang dibentuk oleh sel-sel ameloblas. Email memiliki permukaan yang
paling keras dibandingkan seluruh bagian gigi yang dan memiliki daya tahan yang
lebih lama terhadap pembusukan dibandingkan bagian gigi lainnya
b. Dentin merupakan bagian gigi yang keras yang berwarna putih kekuningan yang
menyusun bagian terbesar dari gigi. Dentin terletak di bawah email yang dibentuk
oleh sel odontoblas. Kedalaman dentin pada gigi susu lebih kecil (Achmad, 2015).
c. Sementum Sementum terletak di bagian akar gigi. sementum merupakan bahan
tulang yang disekresikan oleh sel-sel yang terletak pada membran periodontal, yang
membatasi ruang gigi. Bila gigi terpapar dengan kuman yang banyak, lapisan
sementum menjadi lebih tebal dan kuat. Ketebalan tersebut meningkat seiring
dengan pertambahan usia. Fungsi utama dari sementum yaitu memberikan
perlekatan dengan fibrin kolagen dari ligamen periodontal untuk menopang gigi
d. Pulpa Pada ruang atau rongga pulpa, berisi pulpa gigi yang menjalar ke saluran
akar. Pulpa tersebut mengandung pembuluh darah dan saraf.

5. bagaimana perbedaan gigi sulung dan permanen? (Jonathan)


● (Jonathan)

Perbedaan gigi sulung dan permanen dapat dilihat yang pertama yaitu jumlahnya.
Jumlah dari gigi sulung sebanyak 20 gigi, sedangkan gigi permanen berjumlah 32
gigi. Kedua, dari bentuknya. Bentuk gigi sulung lebih kecil serta akar (radiks) dari
gigi sulung lebih longgar, lebih tipis, dan lebih pendek, sedangkan gigi permanen
lebih besar dan akar dari gigi permanen lebih sempit. lebih panjang dan lebih kuat.
Hal ini disebabkan bertambahnya gigi premolar pada gusi sehingga gigi gigi
permanen susunannya lebih rapat dan mengakibatkan akarnya lebih sempit. Ketiga,
dari warnanya gigi sulung warnanya lebih putih karena lapisan enamel nya tipis,
sedangkan gigi permanen lebih putih kekuningan karena lapisan enamelnya lebih
tebal. Keempat, dari struktur penyusun gigi, pada gigi susu, lapisan enamel dan
dentin nya lebih tipis, sehingga lebih mudah terserang karies. Lalu, ruang pulp nya
lebih besar serta tanduk pulpnya lebih tinggi. Sedangkan pada gigi permanen,
lapisan enamel dan dentin lebih tebal, tetapi ruang pulpnya lebih kecil dan tanduk
pulpanya lebih pendek.

● (Alifa)

– Perbedaan mahkota

1. Tonjolan servikal pada semua gigi sulung lebih menonjol.


2. Jarak interkuspal gigi sulung lebih menyempit secara bukolingual.
3. Mahkota gigi anterior sulung lebih lebar ke arah mesiodistal dibandingkan
dengan lebar mahkota.
4. pada gigi sulung molar terdapat tonjolan (Tuberkulum Zukerkendl)
mesiobucal mahkota dari molar pertama gigi desidui

– Perbedaan akar

1. Akar gigi sulung lebih panjang sebanding dengan mahkota.


2. Akar gigi geraham sulung lebih lebar dari mahkota yang memungkinkan
lebih banyak ruang untuk perkembangan gigi permanen penggantinya.

6. bagaimana mekanisme gigi teresorbsi dan apa saja penyebab terjadinya resorpsi
gigi sulung (Aditya)
● (Alifa) Resorpsi akar gigi sulung dimulai di bagian akar gigi sulung yang paling
dekat dengan benih gigi permanen. Dimana tahap awal erupsi dari gigi permanen
akan menghasilkan tekanan erupsi yang akan menyebabkan resorpsi akar gigi
sulung. Yakni saat sel odontoblast gigi (Giant sel) permanen menjadi aktif, lalu
merusak tulang pemisah antara benih gigi permanen dan gigi sulungnya.
● (Rani)

Dari skenario diketahui bahwa anak tersebut berumur 9 tahun, dimana pada umur
tersebut adalah waktu penanggalan gigi 74. Sepengetahuan saya, umumnya gigi
tersebut tanggal pada usia 9-11 tahun sehingga sesuai dengan umur anak tersebut
pada skenario. Lalu pada skenario juga dijelaskan bahwa hasil rontgen
menunjukkan telah terjadinya resorbsi akar oleh mahkota gigi 34 (gigi 34
merupakan pengganti gigi 74). Resorbsi akar sendiri merupakan proses fisiologis yg
terjadi pada pergantian gigi permanen yang mana resorbsi akar gigi sulung dimulai
dari akar gigi sulung yang paling dekat dengan bagian benih gigi permanen (sesuai
pada hasil rontgen yang menunjukkan resorbsi akar oleh mahkota). Resorpsi akar
ini akan merusak akar gigi sulungnya sehingga gigi sulung tersebut goyang.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyebab gigi tersebut goyang padahal


kondisinya masih bagus adalah karena sudah waktunya untuk pergantian gigi
sulung ke permanen.

7. apa saja faktor yang mempengaruhi gigi anak tersebut mengalami goyang
derajat 1? (Farras)
1. (Aditya) faktor yang mempengaruhi kegoyangan gigi derajat 1 pada gigi sulung
(sesuai dengan skenario) adalah masa erupsi pada gigi permanen di bawahnya
sedang memasuki tahap awal, yang mana hanya merusak sedikit bagian dari akar
yang menyebabkan gigi sulung diatasnya mengalami goyang derajat 1, atau sedikit
goyang. Tetapi, pada gigi permanen hal itu bisa disebabkan karena penyakit
periodontal seperti banyaknya kalkulus yang melekat karena kebersihan gigi yang
kurang, trauma pada kepala, atau kerusakan pada tulang alveolar yang menyangga
akar gigi
2. (Farras) Beberapa penyebab lain dari mobilitas gigi dapat berupa gigitan traumatis
akibat gigi yang tidak sejajar, yang menyebabkan trauma terus menerus pada
periodonsium gigi. Penyebab lainnya adalah kebiasaan parafungsional, yang
meliputi mengepalkan dan mengunyah secara tidak sadar, dan bruxism

8. Bagaimana terminologi gigi sulung? (Farra)


● (Farras)

Deciduous teeth: gigi sulung/gigi susu. Normalnya anak-anak memiliki 20 gigi


susu, diantaranya: 10 gigi di maksila yaitu: 5 gigi di kiri, 5 gigi di kanan 10 gigi di
mandibula yaitu: 5 gigi di kiri, 5 gigi di kanan.

Insisivus : Gigi seri

Caninus : Gigi taring

Molar : Gigi geraham

Gigi anterior antara lain: Insisivus 1 dan 2, Caninus.


Gigi posterior antara lain: Molar 1 dan 2.

● (Aditya) Terminology permukaan gigi


Fasial : permukaan gigi yang menghadap ke wajah
Labial : permukaan gigi yang menghadap ke bibir
Bukal : permukaan gigi yang menghadap ke pipi
Lingual : permukaan gigi yang menghadap ke lidah
Palatal : permukaan gigi yang menghadap ke palatum
Mesial : permukaan gigi yang menjauhi median line
Distal : permukaan gigi yang mendekati median line
Insisal : permukaan ujung / atas gigi anterior
Oklusal : permukaan ujung / atas gigi posterior

● (Rani)

Terminologi gigi

Rahang terbagi menjadi 2

1. rahang atas (maxilla) = tulang yang menyatu dengan cranium (tengkorak)


2. rahang bawah (mandibula) = tulang yg bergerak terhadap cranium melalui
sendi temporomandibular joint/tmj

Pada rahang ini bisa kita bagi menjadi 2 bagian dengan menarik garis ke arah
vertikal yang merupakan garis imajiner, disebut sebagai midline.

Jenis-jenis gigi susu/gigi sulung :

gigi seri pertama (insisif sentral), gigi seri kedua (insisif lateral), gigi tarik
(kaninus), dan gigi geraham pertama dan kedua (molar).

9. Faktor apa saja yang menghambat resorpsi gigi sulung? (Thariq)


● (Fauziah)

Akar gigi sulung berada dalam keadaan sempurna hanya untuk waktu yang singkat.
Setelah 3 tahun penyelesaian, akar gigi sulung mulai mengalami resorpsi. Resorpsi
gigi sulung adalah hilangnya akar gigi secara bertahap akibat erupsi gigi pengganti
di bawahnya. Penyebab persistensi dihubungkan dengan terhambatnya proses
resorpsi akar gigi sulung karena faktor-faktor tertentu. Faktor-faktor tersebut antara
lain

1) Kelainan benih gigi permanen. Benih gigi permanen yang tidak berada dalam
posisinya atau malposisi dapat menyebabkan posisi erupsinya menyimpang

keluar dari lengkung gigi. Tidak adanya benih gigi permanen juga menjadi faktor
persisten. Menurut penelitian, prevalensi tidak adanya benih gigi permanen
mencapai 2,5%-6,9%.

2) Resorpsi tulang alveolar, Proses resorpsi ini terbagi menjadi 2 proses, yaitu
proses aktif dan masa istirahat. Kedua proses tersebut berjalan secara bergantian.
Namun dapat juga terjadi ketidakseimbangan yang dapat mempengaruhi proses
resorpsi gigi sulung. Reabsorbsi aktif dapat terjadi lebih pendek dari masa istirahat
karena pada masa istirahat terjadi proses pembentukan jaringan periodontal pada
daerah yang teresorbsi.

3) Gangguan hormon (Hypothyroidism) yaitu keadaan saat tubuh kekurangan


hormon tiroid. Kurangnya hormon tiroid dapat menyebabkan persistensi gigi karena
resorbsi akar gigi dan perkembangan tulang rahang terganggu. Hormon tiroid
sendiri berfungsi sebagai pengontrol dari perkembangan dan pertumbuhan tubuh

4) Defisiensi nutrisi, merupakan salah satu faktor eksternal penyebab gigi persisten.
Tubuh yang mengalami defisiensi nutrisi akan menyebabkan proses pembentukan
jaringan periodontal yang berlangsung menjadi terganggu. Defisiensi nutrisi dapat
dilihat dari pola konsumsi makanan yang kurang merangsang pertumbuhan rahang
secara optimal. Selain itu proses resorpsi tulang yang berlangsung akan sangat
lambat atau gagal. Menurut studi yang dilakukan, malnutrisi kronis dapat
berdampak pada penanggalan gigi sulung. Studi yang dilakukan mengidentifikasi
tertundanya penanggalan gigi sulung berikatan dengan kejadian EC-PEM (Early
Childhood Protein Energy Malnutrition).

● (Wawa)

5) Ankilosis gigi Ankilosis adalah keadaan saat sementum pada akar gigi menyatu
dengan tulang alveolar disekitarnya, baik sebagian maupun seluruh bagian. Pada
ankilosis, terbentuk tulang sklerotik akibat adanya nekrosis lokal karena infeksi atau
trauma pada membran periodontal. Gigi sulung yang paing sering mengalami
ankilosis yaitu gigi molar pertama dan kedua

6) Tingkat pengetahuan ibu tentang persistensi gigi Tingkat pengetahuan orang tua,
terlebih ibu, menjadi salah satu faktor penyebab gigi persisten. Hal ini dikaitkan
dengan pengetahuan ibu akan erupsi gigi anak serta pola makan yang dapat
mempengaruhi kesehatan gigi anak. Karena semakin tinggi tingkat pengetahuan
orang tua tentang jadwal pertumbuhan gigi anak akan semakin mampu pula orang
tua dalam menjaga kesehatan gigi anak pada masa pergantian gigi.

7) Rampan karies Mekanisme dalam penanggalan gigi sulung dapat melibatkan


tekanan resorpsi dari akar gigi sulung yang berasal dari erupsi gigi permanen dan
atau diferensiasi dari monosit pada ligamen periodontal yang berubah menjadi
odontoklas. Selanjutnya odontoklas meresorbsi akar gigi sulung sama dengan
proses yang dilakukan osteoklas saat terjadi remodeling tulang atau resorpsi tanpa
adanya respon inflamasi. Pernyataan tersebut dapat menjadi dasar bahwa kumulatif
dan kuantitatif efek dari rampan karies dapat menghambat mulainya proses resorpsi
akar.

8) Kalsifikasi kista odontogenik Kalsifikasi kista odontogenik dapat mengganggu


mekanisme tanggalnya gigi desidui karena adanya pengurangan kadar serum pada
kalsium dan albumin. Mekanisme ini dapat menjadi penyimpangan yang
disebabkan oleh karena tulang kortikal dan ekspansi alveolar kistik, pengurangan
kadar serum pada kalsium dan albumin atau keduanya. Namun, adanya ekspansi
dari alveolar kistik merupakan hal yang mengganggu integritas dari ligamen
periodontal dimana monosit berdiferensiasi menjadi odontoklas

STEP 4 : Mind Mapping

STEP 5 : Learning objective.

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang terminology dan morfologi gigi sulung.

2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan macam-macam nomenklatur gigi.

3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan perbedaan ciri-ciri gigi sulung dan
permanen secara morfologis maupun anatomis.

4. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi gigi


goyang.

5. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan umur erupsi gigi.


STEP 7 : Reporting

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang terminology dan morfologi gigi sulung.


● (Rani)
Anatomi atau morfologi gigi adalah ilmu yang mempelajari tentang
susunan/struktur dan bentuk/konfigurasi gigi, hubungan antara gigi yang satu
dengan gigi yang lain dan hubungan antara gigi dengan jaringan disekitarnya
(Itjingningsih, 2012). Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi
terhadap karies. Permukaan oklusal gigi tetap, memiliki lekuk dan fissure yang
bermacam-macam dengan kedalaman yang beragam. Permukaan oklusal gigi
tetap, lebih mudah terkena karies dibandingkan permukaan lain karena bentuknya
yang khas sehingga sukar dibersihkan.

GIGI INSISIF ATAS

● gigi insisiv atas


permukaan labialnya halus. tepi insisalnya hampir lurus dan membulat
siku-siku pada tepi mesio-insisal. panjang akar insisif susu jauh lebih
panjang dari panjang korona / mahkota. pandangan mesial atau distal dari
garis luar labial/palatal lebih cembung daripada gigi tetap.

GIGI INSISIF BAWAH


● gigi insisiv bawah
ukurannya lebih kecil 1 mm dari insisif atas. koronanya sama seperti insisif
atas, bagian distal insisif lateral sangat bulat, akarnya pipih.

GIGI KANINUS

● gigi kaninus
gigi yang terpanjang dengan akar yg tebal. mahkota gigi kaninus pendek
dan lebar. titik kontak distal kaninus lebih ke arah servikal daripada titik
kontak mesial. kaninus jarang tanggal karena penyakit (karies atau penyakit
periodontal). tonjolnya lebih panjang dan tajam daripada tonjol gigi tetap
dan panjang akarnya dua kali panjang korona, akar sempit dan tapering,
penampang berbentuk segitiga dan sudut-sudutnya membulat.
GIGI MOLAR PERTAMA ATAS

● gigi molar
gigi molar sulung seperti molar permanen hanya bentuknya berbeda.
gigi molar pertama atas, memiliki 2 variasi
tipe bentuk premolar ; dengan 2 tonjol; tonjol bukal lebih besar daripada
palatal.
tipe bentuk molar ; dengan tiga tonjol (1 bukal, 2 palatal), dengan empat
tonjol/cusp (2 bukal;mesiobukal dan distobukal, dan 2 palatal;mesio dan
distopalatal)
● Akar biasanya 2 buah (mesiobukal dan distobukal) di bukal dan 1 di palatal.
akar ini divergen untuk memberi tempat pada premolar 1 atas permanen.
GIGI MOLAR KEDUA ATAS
● gigi molar kedua atas
koronanya seperti molar pertama atas. anomali tonjol carabelli relatif
terdapat lebih banyak pada molar kedua dibanding molar pertama. gigi
molar kedua lebih kecil dari molar pertama tetapi lebih besar dari
premolar.
GIGI MOLAR PERTAMA

● gigi molar pertama bawah


mempunyai 4 cusp, 2 bukal (mesiobukal dan distobukal) dan 2 lingual
(mesiolingual dan distolingual). tonjol lingual agak tajam dibanding tonjol
bukal, terdapat tuberkulum zucherkandl. gigi ini mempunyai 2 akar, mesial
dan distal. akarnya sangat divergen dan apeksnya saling berdekatan.
● gigi molar kedua bawah
bentuk seperti molar pertama hanya ukurannya lebih kecil. mempunyai 5
cusp, 2 bukal (mesiobukal dan distobukal), 2 lingual (mesiolingual dan
distolingual) dan tonjol distal. akar seperti pada molar pertama bawah.
rongga pulpa besar karena dindingnya tipis.
sumber : Wangidjaja, Itjiningsih. (2014). Anatomi Gigi edisi 2. Jakarta ; EGC.

● (Alifa)
Desidui berasal dari kata latin yang berarti jatuh. gigi susu akan gugur atau
rontok dan digantikan oleh gigi dewasa yang menggantikannya.
Gigi sulung lengkap biasanya ada di seorang anak dari usia sekitar dua sampai
enam tahun. yakni terdapat 20 gigi di seluruh gigi sulung, sepuluh di lengkung
maksila atas dan sepuluh di lengkung mandibula bagian bawah. memiliki lima gigi
di setiap kuadran. di setiap kuadran dibagi lagi menjadi tiga kelas: gigi insisiv
[dalam SI zerz], gigi kaninus, dan gigi molar.
Berdasarkan lokasi, gigi disamping midline gigi dan memisahkan kuadran
kiri dan kanan adalah gigi insisiv sentral(I), diikuti oleh satu gigi insisiv lateral , lalu
gigi kaninus (C), lalu ,dua molar (M). geraham pertama di belakang gigi kaninus
dan kemudian molar kedua.

Gigi sulung rahang atas


Gigi insisiv Sentral dan lateral
1. Lebar mesiodistal lebih besar dari panjang serviks-insisal (pada maksila
sentral) dan lebar mesiodistal kurang dari panjang serviks-insisal (pada
maksila lateral).
2. Panjang akar lebih besar jika dibandingkan dengan panjang mahkota.
3. Dari aspek mesial, mahkota tampak lebih tebal karena panjang mahkota
yang lebih pendek.
Gigi Kaninus
1. Dari aspek labial mahkota lebih menyempit pada garis servikal, sehingga
cusp dan lereng terlihat lebih berkembang.
2. Kemiringan mesial cusp lebih panjang dari kemiringan distal.
3. Area kontak mesial dan distal berada pada level yang sama.
4. Akarnya panjang dan lebih dari dua kali panjang mahkota.
5. Dari aspek mesial mahkota tampak lebih tebal secara labiolingual karena
panjang mahkota yang pendek.
Gigi Molar 1
1. Ada empat cusp: mesio lingual (terbesar), mesiobukal, distobukal dan
distolingual (terkecil).
2. Ada tiga akar: lingual, mesiobukal, dan distobukal.

Gigi Molar 2
1. Terdapat lima cusp (empat berkembang dengan baik dan satu tambahan)
yaitu mesiolingual (terbesar), mesiobukal, distobukal, distolingual dan cusp
kelima (cusp tambahan).
2. Ada tiga akar: akar lingual, mesiobukal dan distobukal.

Gigi sulung rahang bawah


Gigi insisiv sentral dan lateral
1. sisi mesiodistal lebih lebar panjangnya dari gigi permanen rahang bawah.
2. Lebar labiolingual lebih terlihat karena panjang mahkota yang pendek.
Gigi Kaninus
1. Dimensi labiolingual jauh lebih kecil daripada kaninus rahang atas sulung.
2. servikal ridge kurang menonjol dibandingkan kaninus rahang atas sulung.
3. Kemiringan distal dari cusp lebih besar dari kemiringan mesial.

Gigi Molar 1
1. Ada empat cusp: mesiolingual (terbesar), mesiobukal, distobukal dan
distolingual (terkecil).
2. Ada dua akar: akar mesial dan distal.

Gigi Molar 2
1. Ada lima cusp: mesiolingual, mesiobukal, distobukal, distolingual dan distal
cusp.
2. Ada dua akar: akar mesial dan distal.

sumber : Buku Dental Anatomy Woelfel’s edisi 8 Tahun 2012

2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan macam-macam nomenklatur gigi.

● (Farra)
Nomenklatur gigi adalah sistem penulisan atau penomoran gigi. Beberapa jenis
nomenklatur gigi diantarnya :
1. Cara Zsigmondy

Penulisan dengan cara Zsigmondy ini menggunakan penomoran yang dimulai dari
gigi insisivus sentral pada masing-masing kuadran. Untuk menyatakan gigi
tertentu, ditulis dengan angka sesuai urutan kemudian diberi garis batas pada
nomor sesuai dengan kuadran gigi tersebut. Garis batas kuadran atas kanan
disimbolkan dengan menggunakan angka arab (angka biasa) untuk penulisan pada
gigi permanen dan penggunaan angka romawi untuk penulisan pada gigi susu.

b. Cara Palmer

Penulisan dengan cara Palmer’s hampir sama dengan penulisan dengan cara
Zsigmondy, hanya berbeda pada penulisan gigi susu. Cara ini dianggap cara yang
paling mudah dan universal untuk dental record. Tetap menggunakan angka arab
(angka biasa) pada gigi permanen dan menggunakan alphabet secara kapital pada
penulisan gigi susu.
c. Cara Amerika

Penulisan dengan cara Amerika menggunakan penomoran yang dimulai dari gigi
molar akhir atas kiri, ke kanan, ke bawah kanan, dan ke bawah kiri. Tanpa
memperhatikan batas kuadran. Penulisan gigi permanen menggunakan angka arab
(angka biasa). Penulisan gigi susu menggunakan angka romawi.

d. Cara Applegate

Penulisan dengan cara Applegate merupakan kebalikan dari cara Amerika, yaitu
dengan memulai penomoran dari gigi molar akhir atas kanan, ke kiri, ke bawah,
dan ke kanan.
e. Cara Haderup

Cara Haderup ini membagi gigi menjadi dua yaitu gigi atas dengan simbol + (plus)
dan gigi bawah dengan simbol – (minus). Penomoran gigi dimulai dari gigi incicors,
gigi incicors dibagi menjadi 2 mengikuti garis median.

Sumber : KUSUMADEWI, S. and BALI, D., 2017. Taksonomi dan Nomenklatur Gigi. Simdos. Unud.
Ac. Id, pp.1-14.

● (Rere) Nomenklatur merupakan penamaan yang dipakai dalam bidang tertentu


atau ilmu tertentu atas dasar kesepakatan internasional. Nomenklatur memiliki
beberapa jenis yaitu :
1. Sistem Scandinavian

Sistem ini jarang digunakan dalam praktik. Sistem ini menggunakan tanda + untuk
gigi atas dan tanda – untuk gigi bawah, penulisan untuk gigi kuadran atas kanan
dan bawah kanan didahuli dengan tanda +/- sedangkan gigi kuadran atas kiri dan
bawah kiri didahului dengan angka.
2. Cara G.B Denton

Cara ini membagi 4 kuadran pada daerah gigi di mulut. Pada gigi permanen gigi
yang berada diatas kiri atas disimbolkan dengan kuadran 1, gigi daerah atas kanan
disimbolkan dengan kuadran 2, gigi daerah bawah kanan disimbolkan dengan
kuadran 3, dan gigi daerah bawah kiri disimbolkan dengan kuadran 4.

3. Sistem Dua Angka International Dental Feredation

Sistem ini menggunakan dua digit untuk setiap gigi permanen dan sulung. Digit
pertama menunjukkan kuadran, lengkung (atas atau bawah) dan geligi – geligi
(permanen atau sulung).

4. Cara Utrecht / Belanda

Cara ini menggunakan tanda-tanda seperti berikut :

S = superior / atas

I = inferior / bawah

d = dexter / kanan

s = sinister / kiri

Gigi Permanen

Ditulis dengan huruf besar

Contoh : P2 atas kanan = P2 Sd

I1 bawah kiri = I1 Is

Gigi Susu

Ditulis dengan huruf kecil

Contoh : c bawah kanan = c Id

m2 atas kiri = m2
Sumber : KUSUMADEWI, S. and BALI, D., 2017. Taksonomi dan Nomenklatur Gigi. Simdos. Unud.
Ac. Id, pp.1-14.

3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan perbedaan ciri-ciri gigi sulung dan
permanen secara morfologis maupun anatomis.

● (Thariq)

Bila dibandingkan dengan gigi permanen, mahkota gigi sulung lebih kecil dalam segala
ukuran dan dimensi. Memiliki cervical ridge yang lebih menonjol dengan leher lebih
sempit, warna lebih cerah dan memiliki akar yang lebih menyebar. Selain itu terdapat
beberapa perbedaan sebagai berikut

gigi sulung:

● Tanduk pulpa lebih tinggi dan ruang lebih lebar.

● Ukuran mesio-distal korona gigi sulung lebih lebar daripada ukuran serviko-
insisalnya, kecuali incisivus sentral, lateral, kaninus bawah, dan incisivus lateral
atas.

● Ukuran mesio-distal akar-akar gigi susu depan sempit

● Pada gigi susu tidak ada gigi premolar atau gigi yang menyerupai premolar.

● Akar-akar dan korona molar susu mesio-distal dan sepertiga servikal lebih
sempit

● Akar-akar molar susu relatif lebih sempit/ramping, panjang dan lebih divergen
(memancar)

● Akar-akar gigi susu mengalami resorpsi.

● Gigi geligi susu lebih putih

● Pada gigi susu tidak terbentuk sekunder dentin.

● Permukaan fasialnya lebih licin

gigi permanen:

● Cervico-incisal >

● Tanduk pulpanya lebih rendah dan ruang pulpanya lebih sempit

● Ukuran mesio-distal korona gigi permanen lebih sempit daripada ukuran


serviko-insisalnya.

● Ukuran mesio-distal akar-akar gigi permanen depan lebar

● Pada gigi permanen terdapat gigi premolar

● Akar-akar dan korona molar permanen mesio-distal dan sepertiga servikal


lebih lebar

● Akar-akar molar permanen lebih lebar , pendek, dan lebih konvergen

● Akar-akar gigi permanen tidak mengalami resorpsi

● Gigi geligi permanen lebih kuning

● Pada gigi permanen terbentuk sekunder dentin

● Permukaan fasialnya lebih kasar

Nasution, Minasari Imran. "Morfologi Gigi Desidui dan Gigi Permanen." (2008).

o (Aditya)
● Terdapat beberapa perbedaan morfologis antara gigi desidui dengan gigi
permanen, yaitu :

● Secara keseluruhan, ukuran gigi desidui lebih kecil dibanding gigi permanen.

● Gigi desidui juga memiliki email yang lebih putih namun tidak setebal gigi
permanen.

● Gigi desidui memiliki ketebalan email setebal 0,5-1,00 mm yang membuatnya lebih
mudah terabrasi. Sedangkan gigi permanen memiliki ketebalan 2,5 mm.

● Gigi desidui memiliki bagian tepi servikalnya yang lebih jelas. Tonjolan servikalnya
meningkat pada mesiobukal molar desidui.

● Mahkota gigi desidui lebih membulat dibandingkan mahkota gigi permanen.

● Cusp gigi desidui yang baru erupsi memiliki bentuk yang cenderung lebih runcing

● Akar gigi desidui lebih pendek, kurang kuat, dan memiliki warna yang lebih muda
dibandingkan dengan akar gigi permanen.

● Panjang akar gigi desidui anterior melebihi Panjang mahkotanya dan akar gigi
desidui posteriornya memiliki panjang yang beraga, guna memungkinkan
terjadinya pertumbuhan gigi permanen pengganti

● Pulp vault gigi desidui lebih besar dengan pulp horn yang menonjol lebih dan
mengikuti morfologi luar gigi

● Gigi desidui memiliki saluran akar yang lebih halus


● Cementoenamel junction gigi desidui lebih berkelok dibandingkan gigi permanen

● Gigi desidui berjumlah 20, sedangkan gigi permanen berjumlah 32

Rachmi Fanani Hakim. Anatomi, Histologi, Fisiologi Sistem Rongga Mulut. 2022

● (Alifa)

Perbedaan anatomis yang sangat terlihat adalah dari ukuran gigi, lalu pada gigi
sulung tidak memiliki gigi premolar, sedangkan pada gigi permanen terdapat gigi
premolar, dengan susunan setelah gigi kaninus, sebelum gigi molar. Mulai
kalsifikasi gigi sulung antara± 4-6 blm i.u. gigi permanen mulai kalsifikasi antara ±0-
3 tahun (kecuali molar 3) pada 9 tahun.
Perbedaan akar
1. Akar sulung terbentuk sempurna ±1thn setelah erupsi, sedangkan gigi
permanen ± 6 bulan setelah gigi sulung yang digantikan tanggal.
2. Akar gigi sulung lebih pendek, lebih lemah, sehingga nanti akan mudah
tanggal untuk diganti oleh gigi permanen
3. Akar gigi geraham sulung lebih lebar dari mahkota yang memungkinkan
lebih banyak ruang untuk perkembangan gigi permanen penggantinya.

● (Jonathan)

Ciri gigi sulung :


Morfologis
1. Berjumlah 20 gigi
2. ukuran mesio-distal lebih lebar daripada cerviko-insisal, kecuali insisiv sentral,
lateral bawah, insisiv lateral atas dan caninus bawah
3. mahkota nya lebar tetapi pendek
4. tidak ada gigi premolar
5. warnanya lebih putih
Anatomis :
1. akar nya lebih lebar daripada gigi permanen
2. akar gigi sulung mengalami resorpsi
3. email, dentin lebih tipis
4. ruang pulpa lebih besar dan tanduk pulpa nya tinggi

Ciri gigi permanen :


Morfologis
1. berjumlah 32 gigi
2. ukuran mesio-distal lebih pendek daripada cerviko-insisal
3. mahkota nya lebih besar
4. memiliki gigi premolar
5. warnanya lebih kekuningan
Anatomis :
1. akar nya lebih tipis daripada gigi sulung
2. akar gigi permanen tidak mengalami resorpsi
3. email, dentin lebih tebal
4. ruang pulpa lebih kecil dan tanduk pulpa nya rendah
Sumber : Anna Pratiwi. 2015. “Kriteria perbedaan gigi sulung dan gigi permanen”.

4. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi gigi


goyang.

● (Farras)

Kegoyangan gigi merupakan salah satu penyakit periodontal yang disebabkan oleh
adanya kerusakan tulang yang mendukung gigi, trauma oklusi, dan adanya
perluasan peradangan dari gingiva ke jaringan pendukung yang lebih dalam serta
proses patologi rahang seringkali terjadi pada pasien dengan trauma karena oklusi
disertai periodontitis kronis.

Trauma oklusi adalah faktor lokal fungsional yang memperberat terjadinya


periodontitis. Trauma oklusi didefinisikan sebagai cedera pada jaringan
periodontal akibat gaya oklusal berlebih yang sudah melebihi kapasitas reparatif
jaringan periodontal. Tanda klinis dari trauma oklusi adalah resesi gingiva, abfraksi,
kontak prematur, ketidakseimbangan rasio akar dan mahkota, meningkatnya
mobilitas gigi, pelebaran ligamen periodontal, sakit saat mengunyah, dan fraktur
akar atau mahkota.

Sumber : Ambarawati, I.G.A.D., 2019. Penatalaksanaan mobilitas gigi dengan splinting


fiber komposit. Medicina, 50(2).

Adora, V., 2022. Distribusi frekuensi trauma oklusi pada periodontitis kronis: Kajian pada
kartu status pasien di klinik periodonti RSGM FKG Trisakti periode 2012-2016. SKRIPSI-
2018.

● (Farra)

Kegoyangan gigi merupakan tanda dari penyakit periodontal. penyakit ini


diakibatkan karena interaksi dari bakteri plak dengan respon peradangan dan
imunologi jaringan periodontal. Secara klinis penyakit periodontal nampak sebagai
peradangan jaringan gingiva, migrasi ke apikal dari epitel jungsional, pembentukan
poket dan kehilangan tulang alveolar. Penyakit periodontal dapat menjadi
penyebab umum dari tanggalnya gigi pada lansia dan merupakan sumber infeksi
rongga mulut yang potensial (Smith dalam Martono dan Pranarka, 2014). Faktor
terpenting yang mempengaruhi keparahan kerusakan pada jaringan periodontal
adalah kebersihan mulut yang buruk. Kebersihan mulut tergantung dari jumlah
debris dan karang gigi di dalam mulut. Debris adalah sisa makanan yang tertinggal
di dalam mulut yang tidak dapat hilang hanya dengan berkumur. Plak jika lama
dibiarkan lebih lama akan terjadi karang gigi (kalkulus), ini diakibatkan karena
kalsium fosfat mengendap kedalamnya (Suratri dalam Hidayati, 2019). Hasil
penelitian Rahardjo dalam Martono dan Pranarka (2014), menunjukkan bahwa
prevalensi dan keparahan penyakit periodontal meningkat sejalan dengan usia.
Hilangnya dukungan tulang alveolar dan adanya peradangan jaringan periodontal
merupakan stimulus terjadinya pergeseran atau miringnya gigi dan akar yang
dapat meningkatkan kegoyangan gigi geligi, bahkan mengakibat gigi mudah
tanggal (Smith dalam Martono dan Pranarka, 2014).

Sumber : 2016. Trijani Suwandi. Jurnal Perawatan awal penutupan diastema gigi goyang
pada penderita periodontitis kronis dewasa. Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

● (Rani)

Angka kasus penyakit periodontal di masyarakat cukup tinggi meski banyak yang
tidak menyadarinya, dan penyakit ini merupakan penyebab utama hilangnya gigi
pada orang dewasa. Rusaknya jaringan periodontal membuat gusi tidak lagi
melekat ke gigi, tulang menjadi rusak, dan lama kelamaan gigi menjadi goyang.
Beberapa faktor yang menjadi pencetus atau yang memperberat periodontitis, di
antaranya akumulasi plak, kalkulus (karang gigi), dan faktor sistemik atau kondisi
tubuh secara umum. Penyakit periodontal secara umum disebabkan oleh bakteri
plak yang terdapat pada permukaan gigi. Biasanya, jika kasus ini (gigi goyang)
terjadi pada anak-anak karena hal ini sedang mengalami proses alami. dimana,
benih gigi permanen akan tumbuh dan ketika untuk tumbuh tersebut maka akan
meresorpsi/memakan akar dari gigi sulung tersebut. akan menjadi permasalahan
jika gigi goyang pada gigi permanen karena tidak ada gigi penggantinya. penyebab
gigi goyang pada gigi permanen :

1. terjadinya benturan pada gigi, misalnya kecelakaan / perkelahian. perawatannya


adalah splinting.
2. terjadinya infeksi jaringan penyangga gigi. jika infeksi bisa mengalami kegoyangan
derajat 1 sampai kegoyangan derajat
3. gigi goyang tidak memberikan keluhan pada tahap awal, akan tetapi keluhan ini
akan timbul ketika kegoyangan gigi sudah parah

Sumber : Sianturi TWR. SPLINTING PERIODONTAL ESTETIK DENGAN FIBER


KOMPOSIT. B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah, Special
Edition; Vol 8, No. 2: page 115-120.

● (Aditya)

Faktor yang mempengaruhi gigi goyang :

1. Hilangnya tulang alveolar

Tingkat keparahan tergantung pada ukuran & bentuk morfologi akar. Gigi dengan akar
yang pendek dan meruncing lebih cenderung kendor daripada gigi dengan akar yang
normal atau bulat dengan jumlah kehilangan tulang alveolar yang sama. Hilangnya
dukungan tulang alveolar dan adanya peradangan jaringan periodontal merupakan
stimulus terjadinya pergeseran atau miringnya gigi dan akar yang dapat meningkatkan
kegoyangan gigi geligi, bahkan mengakibat gigi mudah tanggal.

2. Trauma dari oklusi

Hal ini merupakan penyebab umum mobilitas yang terjadi pada awalnya sebagai akibat
dari resorpsi lapisan kortikal yang menyebabkan berkurangnya dukungan serat &
melebarnya ruang periodontal.

Trauma Oklusal dibedakan menjadi 2 jenis :

a.) Trauma oklusal primer

Trauma oklusal primer disebabkan oleh kekuatan oklusal patologis yang menyebabkan
kelainan pada jaringan periodontal.

b.) Trauma oklusal sekunder


Trauma oklusal sekunder terjadi pada beberapa kondisi dimana jaringan periodontal yang
sudah meradang, keropos tulang sudah terjadi dan ada penyakit yang sudah ada
sebelumnya di jaringan periodontal namun tetap saja jaringan periodontal sehat akan
menanggung kekuatan oklusal. Mobilitas gigi tergantung pada frekuensi dan arah gaya
oklusal.

3. Perawatan ortodontik

Perawatan ortodontik memanfaatkan gaya oklusal yang lemah & kuat untuk
menggerakkan gigi agar lebih rata. Kawat gigi memberikan tekanan pada gigi untuk
membantu membuat pergerakan yang sulit dihentikan bahkan setelah dicabut.

Faktor lain yang menyebabkan mobilitas gigi adalah trauma yang tidak disengaja,
lesi endodontik periepikal, perawatan ortodontik selama kehamilan. Mobilitas juga
bergantung pada jumlah dan distribusi sisa gigi di rahang. Bentuk akar, jumlah
akar, posisi akar, tulang interradikular, dan kasus amputasi akar juga
mempengaruhi mobilitas gigi.

Sumber : Priyabrat Sahu. 2020. Teeth Mobility Cause and Management of Mobile
Teeth in Dental Clinic. Institute of Dental Sciences, Bhubaneswar, Odisha, India.

Dr. S. Sindhuja & . 2020. Tooth Mobility. European Journal of Molecular & Clinical
Medicine

5. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan umur erupsi gigi.

● (Farras)

Erupsi gigi sulung pertama kali di rongga mulut rata-rata terjadi pada usia 6 sampai
10 bulan merupakan peristiwa penting dalam perkembangan anak. Waktu erupsi
gigi sulung yang terjadi melebihi umur tersebut diklasifikasikan sebagai erupsi gigi
sulung yang tertunda. Penyimpangan mayor dari perkembangan fisiologis tersebut
dapat menyebabkan kecurigaan adanya penyakit yang mendasari pada anak. Hal
ini menyebabkan kecemasan bagi setiap orang tua (Vejdani et al., 2015)

Erupsi gigi permanen pada umumnya terjadi antara usia 6 sampai 13 tahun,
kecuali gigi permanen molar tiga yang erupsi pada usia antara 17 sampai 21 tahun.
Erupsi gigi permanen biasanya dimulai dari molar pertama rahang bawah
bersamaan dengan insisivus pertama rahang bawah dan molar pertama rahang
atas (Philips, 2006).

Sumber: Vejdani, J., Heidarzade, A., & Darkhaneh, S. M. (2015). Eruption time of the first
Primary Tooth and its Relationship with Growth Parameters in Children. Journal of
Dentomaxillofacial Radiology, Pathology and Surgery, 3(4), 15–19.

Sumber : Sabila, A.P., 2015. Pola Urutan Erupsi Gigi Permanen Pada Populasi Anak Jawa
Berdasarkan Jenis Kelamin (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).

● (Fauziah)

Erupsi gigi sulung yang kemudian akan diikuti oleh proses tanggalnya gigi
sulung dan diikuti lagi dengan pergantian gigi permanen terjadi secara berurutan
sesuai dengan usia anak. Waktu erupsi gigi sangatlah bervariasi dan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu diantaranya genetik, jenis kelamin, ras, etnik, serta
faktor lingkungan. Kronologis erupsi gigi sulung lebih banyak dipengaruhi faktor
genetik gigi permanen.
Waktu erupsi gigi ditandai dengan adanya tonjolan gigi atau tepi insisal dari gigi
yang menembus gingival tissue. Klasifikasi dari gigi sulung sudah mulai pada usia 4
bulan dalam kandungan. Semua benih-benih gigi sudah mulai berkembang pada
usia 6 bulan dalam kandungan. Erupsi gigi sulung dimulai dari gigi insisivus
pertama rahang bawah pada usia 6 bulan dan seluruh gigi sulung akan tumbuh
lengkap pada usia 2-4 tahun dengan jumlah 20 buah gigi. Sedangkan gigi
permanen mulai erupsi pada usia 6-7 tahun yang selanjutnya lengkap berjumlah
32 gigi pada usia 20-22 tahun.
Gigi sulung pertama yang erupsi adalah gigi insisivus sentral bawah, pada usia
sekitar 6 bulan, diikuti gigi insisivus lateral bawah kemudian gigi insisivus atas
sentral lalu lateral. Kemudian yang selanjutnya adalah gigi molar pertama sulung,
kemudian kaninus, diikuti molar kedua. Gigi sulung yang muncul terakhir pada usia
24 bulan adalah gigi molar kedua sulung.
sumber:
Sabila, A. P. (2015). Pola Urutan Erupsi Gigi Permanen Pada Populasi Anak Jawa
Berdasarkan Jenis Kelamin. 1–3

Soewondo, W. S., & Effendi, S. H. (2014). Erupsi Gigi Sulung pada Anak dengan Riwayat
Lahir Prematur, Berat Badan Lahir Rendah. Majalah Kedokteran Bandung, 46(1), 34–38.

● (Wawa)

Gigi permanen yang pertama erupsi adalah gigi molar pertama rahang bawah,
yaitu saat anak berumur 6 tahun, tetapi kadang-kadang gigi insisif pertama rahang
bawah erupsi bersamaan atau bahkan mendahului gigi molar pertama tersebut.
Setelah itu gigi insisif pertama rahang atas dan gigi insisif kedua rahang bawah
erupsi pada umur 7-8 tahun diikuti gigi insisif kedua rahang atas pada umur 8-9
tahun. Gigi kaninus rahang bawah erupsi pada umur 9-10 tahun dan gigi premolar
pertama rahang atas pada umur 10-11 tahun, dan seterusnya. Waktu erupsi gigi
permanen rahang atas dan bawah terjadi bervariasi pada setiap individu. Pada
umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan laki-laki.
Perbedaan ini berkisar antara 1 hingga 6 bulan.

Sumber : Indriyanti, R., dkk. (2006). POLA ERUPSI GIGI PERMANEN DITINJAU DARI
USIA KRONOLOGIS PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 12 TAHUN. Fakultas Kedokteran
Gigi, Universitas Padjadjaran.

● (Rere)

Mahkota gigi dibentuk dari lobus-lobus dan mengalami kalsifikasi di dalam tulang
rahang sebelum gigi tersebut erupsi. Setelah kalsifikasi mahkota selesai, akar gigi
mulai terbentuk dan gigi bergerak melewati tulang kearah permukaan, ini dinamakan
proses erupsi, kemudian pada akhirnya menembus mukosa oral ke dalam rongga
mulut ini yang disebut gigi erupsi di dalam rongga mulut. Akar akan terus mengalami
pembentukan sampai sempurna setelah gigi erupsi. Saat gigi sulung mengalami
mengalami pembentukan dan mulai erupsi, pada waktu yang bersamaan gigi
permanen sudah mulai terbentuk di dalam rahang. Gigi permanen ini akan bergerak
kearah oklusal seiring dengan perkembangan dan proses kalsifikasinya, dimana pada
akhirnya akan menggantikan gigi sulung yang tanggal (Scheid R. C. & Gabriella W.,
2011).
1. Kalsifikasi mahkota gigi sulung
Mahkota dari ke-20 gigi sulung mengalami kalsifikasi sekitar usia 4 dan 6 bulan
intrauterine. Pembentukan mahkota gigi sulung selesai dalam kurun waktu
satu tahun setelah kelahiran, dengan rata-rata 10 bulan dari proses kalsifikasi
gigi.

2. Pembentukan akar dan kemunculan gigi sulung


Pembentukan akar untuk gigi sulung dan permanen dimulai saat email
mahkota telah terbentuk, dan pada saat ini, gigi memulai pergerakan
oklusalnya melalui tulang ke arah rongga mulut. Setelah erupsi mahkota gigi
sulung ke dalam rongga mulut pada usia sekitar 6 bulan hingga 24 bulan, gigi
terus mengalami erupsi hingga beroklusi dengan gigi dari lengkung yang
berlawanan. Gigi ini juga terus-menerus mengalami erupsi untuk mengimbangi
keausan/atrisi pada permukan insisal atau oklusal dan/atau saat tidak terdapat
gigi lawan.

3. Urutan kemunculan gigi sulung


Gigi sulung pertama yang erupsi adalah gigi insisivus sentral bawah, pada usia
sekitar 6 bulan, diikuti gigi insisifus lateral bawah kemudian gigi insisivus atas
sentral lalu lateral. Munculnya gigi molar pertama sulung, kemudian kaninus,
diikuti molar kedua. Gigi sulung yang muncul terakhir pada usia 24 bulan
adalah gigi molar kedua sulung.

4. Penyempurnaan akar gigi sulung


Akar gigi sulung sempurna antara usia 18 bulan hingga 36 bulan. Gigi geligi
sulung yang sempurna yaitu 20 buah berada pada rongga mulut dimulai usia
sekitar 2 tahun hingga 6 tahun, yaitu tidak terlihatnya gigi permanen didalam
rongga mulut sama sekali, namun gigi permanen mengalami pembentukan
didalam rahang.

5. Pembentukan mahkota gigi permanen


Mahkota gigi molar pertama permanen mulai terbentuk saat lahir. Mahkota
gigi permanen lainnya terus terbentuk hingga usia 16 tahun saat mahkota gigi
molar ketiga sempurna. Pada gigi-geligi dewasa, pembentukan mahkota dan
kalsifikasi rata- rata sempurna 3 hingga 4 tahun sebelum erupsi kedalam
rongga mulut.

6. Urutan kemunculan gigi permanen


Erupsi gigi molar pertama permanen pada usia 6 tahun dilanjutkan oleh
erupsinya gigi insisivus sentralis bawah lalu lateralis. Gigi insisivus sentralis
maupun lateralis atas erupsi pada usia 7-8 tahun. Usia mendekati 9 tahun
kaninus permanen bawah menggantikan kaninus sulung bawah, diikuti oleh
gigi premolar yang menggantikan gigi molar pertama sulung yaitu antara usia
10-12 tahun. Gigi kaninus atas erupsi sekitar usia 12 tahun, lalu diikuti gigi
molar kedua dan terakhir pada usia 20-an yaitu molar ketiga. Akar gigi
permanen sempurna sekitar 3 tahun setelah kemunculannya di dalam rongga
mulut
(Rickne C. Scheid & Gabriella Weiss, 2011).Jurnal Universitas Muhamadiyyah
Yogyakarta

PRIMARY TEETH ERUPTION
Urutan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Maksilla I1 I2 M1 C M2
Mandibula I1 I2 M1 C M2
Bulan 6 7 7,5 9 12 14 16 18 20 24

PERMANENT TEETH ERUPTION


Urutan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Maksilla M1 I1 I2 P1 P2 C M2 M3
I1
Mandibula I2 C P1 P2 M2 M3
M1
11-
Tahun 6-7 7-8 8-9 9-10 10-11 10-12 11-12 12-15 17-21
13

Daftar Pustaka
Adora, V., 2022. Distribusi frekuensi trauma oklusi pada periodontitis kronis: Kajian pada
kartu status pasien di klinik periodonti RSGM FKG Trisakti periode 2012-2016.
SKRIPSI-2018.
Ambarawati, I.G.A.D., 2019. Penatalaksanaan mobilitas gigi dengan splinting fiber
komposit. Medicina, 50(2).
Anna Pratiwi. 2015. “Kriteria perbedaan gigi sulung dan gigi permanen”.

Buku Dental Anatomy Woelfel’s edisi 8 Tahun 2012

Dr. S. Sindhuja & . 2020. Tooth Mobility. European Journal of Molecular & Clinical
Medicine

Indriyanti, R., dkk. (2006). POLA ERUPSI GIGI PERMANEN DITINJAU DARI USIA
KRONOLOGIS PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 12 TAHUN. Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Padjadjaran.
KUSUMADEWI, S. and BALI, D., 2017. Taksonomi dan Nomenklatur Gigi. Simdos. Unud. Ac.
Id, pp.1-14.

Nasution, Minasari Imran. "Morfologi Gigi Desidui dan Gigi Permanen." (2008).

Priyabrat Sahu. 2020. Teeth Mobility Cause and Management of Mobile Teeth in Dental
Clinic. Institute of Dental Sciences, Bhubaneswar, Odisha, India.

Rachmi Fanani Hakim. Anatomi, Histologi, Fisiologi Sistem Rongga Mulut. 2022

(Rickne C. Scheid & Gabriella Weiss, 2011).Jurnal Universitas Muhamadiyyah Yogyakarta


Sabila, A.P., 2015. Pola Urutan Erupsi Gigi Permanen Pada Populasi Anak Jawa
Berdasarkan Jenis Kelamin (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).
Sianturi TWR. SPLINTING PERIODONTAL ESTETIK DENGAN FIBER KOMPOSIT. B-Dent:
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah, Special Edition; Vol 8, No. 2:
page 115-120.

Soewondo, W. S., & Effendi, S. H. (2014). Erupsi Gigi Sulung pada Anak dengan Riwayat
Lahir Prematur, Berat Badan Lahir Rendah. Majalah Kedokteran Bandung, 46(1),
34–38.

2016. Trijani Suwandi. Jurnal Perawatan awal penutupan diastema gigi goyang pada
penderita periodontitis kronis dewasa. Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

Wangidjaja, Itjiningsih. (2014). Anatomi Gigi edisi 2. Jakarta ; EGC.

Anda mungkin juga menyukai