Anda di halaman 1dari 29

RESUME JURNAL

Massive Open Online Course (MOOC)


PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA (PPPK)

Oleh:

Nama : Marsyalina, S.Pd.


NIP : 199206162022212019
Tempat, Tanggal Lahir : Kasupute, 16 Juni 1992
Golongan : IX
Jabatan : Ahli Pertama – Guru Matematika
Unit Kerja : SMA Negeri 1 Uepay
Instansi : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Prov. Sulawesi Tenggara

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang mewakili perasaan saya saat ini kecuali rasa syukur. Saya
mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan semua pihak yang terlibat.
Saya ucapkan terima kasih kepada Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Provinsi Sulawesi Tenggara, dan panitia pelaksana Orientasi Diklat PPPK tahun 2023 yang
tak lelah membimbing dan mengarahkan sehingga laporan tugas Resume dapat saya susun
ini dengan baik. Meski masih jauh dari kata sempurna, tapi saya bisa melaluinya sehingga
laporan hasil dari tugas resume ini dapat saya selesaikan.
Resume jurnal ini ditulis sebagai bukti fisik penyusun dalam melaksanakan orientasi
melalui Massive Open Online Course (MOOC) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(PPPK) yang diselenggarakan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN) Republik
Indonesia.
Laporan tugas resume ini sangat berkesan untuk saya secara personal. Karena dengan
adanya tugas ini saya mendapatkan pengalaman dan tambahan wawasan pengetahuan sebagai
Aparatur Sipil Negara.
Saya menyadari bahwa laporan tugas resume ini masih banyak kekurangan. Sebagai
penulis, saya berharap pembaca bisa memberikan kritik agar tulisan selanjutnya jauh lebih
baik. Di sisi lain, saya berharap pembaca menemukan pengetahuan baru dari tugas laporan
resume ini.

Kendari, 07 Desember 2023

Penulis

2ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................................... i
Kata Pengantar ......................................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................................. iii
Resume Video
Sambutan Kepala LAN RI ........................................................................................
1
Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN ........................................................... 2
Manajemen Penyelenggaraan PPPK ......................................................................... 2
Agenda I
A. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-nilai Bela Negara .................................... 3
B. Analisis Isu Kontemporer ............................................................................ 5
C. Kesiapsiagaan Bela Negara ......................................................................... 6

A. Berorientasi Pelayanan ................................................................................ 8


B. Akuntabel.............................................................................................................10
C. Kompeten.............................................................................................................12
D. Harmoni...............................................................................................................14
E. Loyal....................................................................................................................16
F. Adaptif.................................................................................................................18
G. Kolaboratif...........................................................................................................20
Agenda III
A. SMART ASN......................................................................................................22
B. Manajemen ASN.................................................................................................24
Penutup............................................................................................................................25

iii

3
TUGAS RESUME VIDEO
MATERI : KEBIJAKAN

1. Sambutan Kepala LAN RI


Sambutan Kepala LAN (Deskripsi: Sambutan Kepala Lembaga Administrasi Negara
Dr. Adi Suryanto, M.Si). Link Video Youtube: https://youtu.be/k2r1i5AVNz8 ketika kapal
semua Saat ini Indonesia tengah berbenah menyongsong era baru Indonesia emas 2045 sebuah
harapan besar Indonesia tepat berada di jajaran terdepan bersama negara-negara maju lainnya
kita juga dihadapkan pada era revolusi industri profile dan tantangan global lainnya yang
menurut kita semua harus dapat cepat beradaptasi dengan perkembangan teknologi tentu semua
ini Harapan ini dapat kita raih dengan persiapan dan usaha untuk lebih matang lagi termasuk
mempersiapkan sumberdaya aparatur atau ASN yang kompeten profesional sebagai aktor
strategis dalam pltv dan juga lokasi sejalan dengan arah Konvensiden kita sekarang fokus pada
produktas pembangunan sumber daya manusia khususnya bagi ASN kita telah melakukan
pembenahan mulai dari rekrutmen sampai dengan pola pemenuhan pengembangan
kompetensinya maka dari itu kawankawan dapat berbangga menjadi bagian generasi baru yang
bersih dan kompetensi atau personal menjadi aset penting dalam hidupkan Indonesia Mas 2045
latihan dasar CPNS atau latsar CPNS yang kawan-kawan ikuti saat ini menjadi pondasi penting
wujudkan Smart ASN agar mampu menghadapi era disrupsi dan juga tantangan dunia yang
semakin Kompleks melalui platform Massive Online Open Course atau mooc ini latihan ini
tidak lagi terbatas latihan fisik kawan-kawan dapat melakukan pembelajaran Mandiri dengan
berbagai variasi materi pembelajaran yang telah tersedia kawan-kawan dapat menyerap
sebanyak-banyaknya sumber pembelajaran yang ada yang nantinya akan dikembangkan dalam
skema pembelajaran kolaboratif aktualisasi dan penguatan secara klasikal Saya berharap
dengan hidup kedepannya metode baru yaitu mooc ini dapat menuju sebuah many platform
bagi ASN secara nasional untuk mencetak ASN unggul dan kompetensi menuju lokasi berkelas
dunia dan bisa emas 2045 Selamat mengikuti pembelajaran harapan Indonesia ada dipundak
kawan-kawan semua.

1
2. Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN
Penjelasan Kebijakan Bangkom ASN (Deskripsi: Kebijakan Pengembangan
Kompetensi ASN oleh Dr. Muhammad Taufiq, DEA., Deputi Kebijakan
Pengembangan Kompetensi ASN LAN RI). Link Video Youtube:
https://youtu.be/dlKciL4Irew

Selamat datang kawan-kawan CPNS Selamat datang para generasi emas


dengan semangat baru semangat rubah mohonkan semuanya dunia disertai dengan
perubahan yang sangat cepat dengan adanya kemajuan teknologi dan tantangan
globalisasi dan kunci untuk semuanya adalah bahwa kita belajar mengembangkan diri
secara berkelanjutan kawan-kawan merupakan generasi emas yang akan menjadi para
pengambil keputusan pada era Indonesia emas tahun 2040 itu terus kembangkan diri
secara berkelanjutan dan Melalui pembelajaran pasar ini kita harapkan kawan- kawan
bisa belajar secara mandiri secara fleksibel secara kolaboratif ya dan ini akan menjadi
sebuah habit sebuah kebiasaan yang akan kemudian menjadi dasar bagi kawan-kawan
untuk mencapai prestasi yang unggul dan bentuknya birokrasi yang lebih unggul
demikian
3. Manajemen Penyelenggaraan PPPK
Penjelasan Manajemen Penyelenggaraan PPPK (Deskripsi: Manajemen
Penyelenggaraan PPPK oleh Erna Irawati, S.Sos, M.Pol., Adm. Kepala Pusat
Pembinaan Program dan Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN LAN RI). Link
Video Youtube: https://youtu.be/dMH4CI6_A4g Selamat datang kepada semua
peserta pelatihan untuk pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang saat ini
tergabung di dalam pembelajaran dalam bentuk orientasi yang akan dilaksanakan
secara mooc atau Massive Online Open Course dimana kawan kawan itu pun untuk
belajar secara mandiri mempelajari semua materi di dalam mooc.

2
AGENDA I
A. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-nilai Bela Negara
1. Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation
character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber
dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai
masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.

2. Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara


a. Pancasila
b. Undang-undang Dasar 1945
c. Bhinneka Tunggal Ika
d. Negara Kesatuan Republik Indonesia

3. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan


Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan Indonesia merupakan
sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi symbol
kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bendera, bahasa, dan lambing negara,
serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan manifestasi kebudayaan yang berakar
pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan dalam keragaman budaya, dan kesamaan
dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Nilai-nilai Bela Negara


Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah,
dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa
Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman.
5. Indikator Nilai Dasar Bela Negara
a. Indikator cinta tanah air. Ditunjukkannya dengan adanya sikap :
1) Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruh ruang wilayahIndonesia.
2) Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia
3) Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.
4) Menjaga nama baik bangsa dan negara.
5) Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan negara.
6) Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia

3
b. Indikator sadar berbangsa dan bernegara. Ditunjukkannya dengan adanya sikap:
1) Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi maupun politik.
2) Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3) Ikut serta dalam pemilihan umum.
4) Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya.
5) Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
c. Indikator setia pada Pancasila Sebagai ideologi Bangsa. Ditunjukkannya dengan
adanya sikap :
1) Paham nilai-nilai dalam Pancasila.
2) Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
3) Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara.
4) Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila.
5) Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara.
d. Indikator rela berkorban untuk bangsa dan Negara. Ditunjukkannya dengan adanya
sikap :
1) Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan bangsa
dan negara.
2) Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman.
3) Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
4) Gemar membantu sesama warga negara yang mengalami kesulitan.
5) Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan negaranya tidak sia-
sia.
e. Indikator kemampuan awal Bela Negara. Ditunjukkannya dengan adanya sikap:
1) Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelijensia.
2) Senantiasa memelihara jiwa dan ragaSenantiasa bersyukur dan berdoa atas
kenikmatan yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa.
3) Gemar berolahraga.
4) Senantiasa menjaga kesehatannya.
6. Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia

Batang tubuh UUD 1945 merupakan tataran pertama dan utama dari penjabaran 5
(lima) norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-norma dasar
lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang
memberi kerangka dasar hukum sistem administrasi negara Republik Indonesia pada
umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan pemerintahan negara yang
mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya
manusianya.

4
B. Analisis Isu Kontemporer
Perubahan adalah sesuatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari, menjadi bagian yang
selalu menyertai perjalanan peradaban manusia. Cara kita menyikapi terhadap perubahan
adalah hal yang menjadi faktor pembeda yang akan menentukan seberapa dekat kita
dengan perubahan tersebut, baik pada perubahan lingkungan individu, keluarga (family),
Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan
Dunia (Global). Dengan memahami penjelasan tersebut, maka yang perlu menjadi fokus
perhatian adalah mulai membenahi diri dengan segala kemampuan, kemudian
mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki dengan memperhatikan modal insani
(manusia) yang merupakan suatu bentuk modal (modal intelektual, emosional, sosial,
ketabahan, etika/moral, dan modal kesehatan (kekuatan) fisik/jasmani) yang tercermin
dalam bentuk pengetahuan, gagasan, kreativitas, keterampilan, dan produktivitas kerja.
Perubahan lingkungan stratejik yang begitu cepat, massif, dan complicated saat ini menjadi
tantangan bagi bangsa Indonesia dalam percaturan global untuk meningatkan daya saing
sekaligus mensejahterakan kehidupan bangsa. Pada perubahan ini perlu disadari bahwa
globalisasi baik dari sisi positif apalagi sisi negative sebenarnya adalah sesuatu yang tidak
terhindarkan dan bentuk dari konsekuensi logis dari interaksi peradaban antar bangsa.
Terdapat beberapa isu-isu strategis kontemporer yang telah menyita ruang publik harus
dipahami dan diwaspadai serta menunjukan sikap perlawanan terhadap isu-isu tersebut.
Isu-isu strategis kontemporer yang dimaksud yaitu: korupsi, narkoba, terorisme dan
radikalisasi, tindak pencucian uang (money laundring), dan proxy war dan isu Mass
Communication dalam bentuk Cyber Crime, Hate Speech, dan Hoax.
Strategi bersikap yang harus ditunjukan adalah dengan cara-cara objektif dan dapat
dipertanggungjawabkan serta terintegrasi/komprehensif. Oleh karena itu dibutuhkan
kemampuan berpikir kritis, analitis, dan objektif terhadap satu persoalan, sehingga dapat
merumuskan alternatif pemecahan masalah yang lebih baik dengan dasar analisa yang
matang.

5
C. Kesiapsiagaan Bela Negara
Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh
seseorang baik secara fisik, mental, maupun social dalam menghadapi situasi kerja yang
beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar
disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD
Tahun1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsadan
bernegara.
Ruang lingkup Nilai-Nilai Dasar Bela Negara mencakup:
1. Cinta Tanah Air;
2. Kesadaran Berbangsa dan bernegara;
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara;
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
5. Memiliki kemampuan awal bela negara.
6. Semangat untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil dan makmur. Manfaat
kesiapan bela negara yaitu:
1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain;
2. Menbentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan;
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh;
4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotism sesuai dengan kemampuan
diri;
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri dan maupun kelompok;
6. Membentuk iman dan taqwa pada agama yang dianutnya;
7. Berbakti pada orang tua, bangsa, dan agama;
8. Melatih kecepatan, ketangkasan, dan ketepatan individu dalam melaksanakan
kegiatan;
9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, tidak disiplin dan egois; dan
10. Membentuk perilaku jujut, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesame.

6
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari hari di zaman sekarang di
berbagai lingkungan:
1. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan
keluarga).
2. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).
3. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan) Kesadaran untuk
menaati tata tertib pelatihan (lingkungan kampus/lembaga pelatihan).
4. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan
masyarakat).
5. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan masyarakat).
6. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).
7. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).

7
AGENDA II
A. Berorientasi Pelayanan
Berorientasi Pelayanan merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values
ASN BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan
pelayanan prima demi kepuasan masyarakat. Materi modul ini diharapkan dapat
memberikan gambaran bagaimana panduan perilaku Berorientasi Pelayanan yang
semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh setiap ASN di instansi tempatnya
bertugas, yang terdiri dari:
1. memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
2. ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan; dan
3. melakukan perbaikan tiada henti.
Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta memenangkan persaingan di era
digital yang dinamis, diperlukan akselerasi dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas
dan business as usual) agar tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu perubahan
tradisi, pola, dan cara dalam pemberian pelayanan publik. Terobosan itulah yang
disebut dengan inovasi pelayanan publik. Konteks atau permasalahan publik yang
dihadapi instansi pemerintah dalam memberikan layanannya menjadi akar dari lahirnya
suatu inovasi pelayanan publik.
1. Panduan Perilaku Berorientasi Pelayanan
Sebagaimana kita ketahui, ASN sebagai suatu profesi berlandaskan pada prinsip
sebagai berikut:
a. nilai dasar;
b. kode etik dan kode perilaku;
c. komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik;
d. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. kualifikasi akademik;
f. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan
g. profesionalitas jabatan.
2. Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat
Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku Berorientasi
Pelayanan yang pertama ini diantaranya:
1) mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
2) menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
3) membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian; dan
4) menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.

8
3. Ramah, Cekatan, Solutif, dan Dapat Diandalkan
Adapun beberapa Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan
perilaku Berorientasi Pelayanan yang kedua ini diantaranya:
1) memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
2) memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah;
3) memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.

4. Melakukan Perbaikan Tiada Henti


Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku Berorientasi
Pelayanan yang ketiga ini diantaranya:
1) mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik; dan
2) mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.

9
B. Akuntabel
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk dipahami.
Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu yang sangat
penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak hal, kata
akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada
dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan
akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi
yang memberikan amanat.
Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang
sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku
tersebut adalah:
1. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi
2. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien
3. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi

Aspek-aspek akuntabilitas meliputi:


1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan. Hubungan antara dua pihak, antar individu,
kelompok dengan negara dan masyarakat.
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil. Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah
perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif.
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan. Laporan kinerja adalah perwujudan dari
akuntabilitas. Dengan memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan
terhadap tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta
mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan.
4. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi. Akuntabilitas menunjukkan tanggungjawab,
dan tanggungjawab menghasilkan konsekuensi.
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja. Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk
memperbaiki kinerja ASN dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

10
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak menjadi
landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara (Matsiliza dan Zonke, 2017).
Kedua prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh semua unsur pemerintahan dalam
memberikan layanang kepada masyarakat. Aulich (2011) bahkan mengatakan bahwa
sebuah sistem yang memiliki integritas yang baik akan mendorong terciptanya
Akuntabilitas, Integritas itu sendiri, dan Transparansi. Integritas adalah konsepnya telah
disebut filsuf Yunani kuno, Plato, dalam The Republic sekitar 25 abad silam, adalah tiang
utama dalam kehidupan bernegara. Semua elemen bangsa harus memiliki integritas tinggi,
termasuk para penyelenggara negara, pihak swasta, dan masyarakat pada umumnya.
Akuntabilitas dan Integritas Personal seorang ASN akan memberikan dampak sistemik bila
bisa dipegang teguh oleh semua unsur. Melalui Kepemimpinan, Transparansi, Integritas,
Tanggung Jawab, Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, dan Konsistensi,
dapat membangun lingkungan kerja ASN yang akuntabel.

Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas


individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau
tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas
adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Aspek - Aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal berikut yaitu akuntabilitas adalah
sebuah hubungan, akuntabilitas berorientasi pada hasil, akuntabilitas membutuhkan adanya
laporan, akuntabilitas memerlukan konsekuensi, serta akuntabilitas memperbaiki kinerja.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu pertama, untuk
menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); kedua, untuk mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); ketiga, untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
akuntabilitas vertical (vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal
accountability). Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas
personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan
akuntabilitas stakeholder.

11
C. Kompeten
Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma (1998) dan standar kompetensi dari
International Labor Organization (ILO), memiliki tiga aspek penting berkaitan dengan
perilaku kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
Pengertian yang sama juga digunakan dalam konteks ASN, kompetensi adalah deskripsi
pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas
jabatan (Pasal 1 PermenpanRB Nomor 38 Tahun 2017), dan kompetensi menjadi faktor
penting untuk mewujudkan pegawai profesional dan kompetitif. Dalam hal ini ASN
sebagai profesi memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan kompetensi dirinya,
termasuk mewujudkannya dalam kinerja.
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi
ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan
dengan bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk
memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3) Kompetensi Sosial Kultural adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan
dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam
hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral,
emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi setiap pemegang Jabatan, untuk memperoleh hasil
kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.

Panduan perilaku ASN yang kompeten meliputi:


1. Meningkatkan kompetensi diri:

• Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah adalah
keniscayaan.
• Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut juga
sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan berbasis pada sumber
pembelajaran utama dari Internet.
• Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online
network.

12
• Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian para
pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN bekerja
atau tempat lain.
• Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang mengatur diri
sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar organisasi.
2. Membantu Orang Lain Belajar:

• Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor termasuk


morning tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.
• Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar
pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums).
• Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam dokumen kerja
seperti laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan memasukkannya ke dalam
repositori di mana ia dapat dengan mudah disimpan dan diambil (Knowledge
Repositories).
• Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer), dalam
bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari refleksi
pengalaman (lessons learned).

3. Melakukan kerja terbaik:

• Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi, baik


instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang melalui
berbagai perubahan lingkungan dan karya manusia.
• Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan dengan apa
yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang.

13
D. Harmoni
Sikap atau perilaku yang harus ditunjukan oleh seorang ASN yang memegang teguh nilai
dasar Harmonis yaitu:
a. Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya;

b. Suka mendorong orang lain;


c. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.

Penerapan sikap perilaku dan bertika yang menunjukkan ciri-ciri sikap harmonis. Tidak
hanya saja berlaku untuk sesama ASN (lingkup kerja) namun juga berlaku bagi
stakeholders eksternal. Sikap perilaku ini bisa ditunjukkan dengan:
a. Toleransi
b. Empati
c. Keterbukaan terhadap perbedaan.
Sebagian besar pejabat publik, baik di pusat maupun di daerah, masih mewarisi kultur
kolonial yang memandang birokrasi hanya sebagai sarana untuk melanggengkan
kekuasaan dengan cara memuaskan pimpinan.
Berbagai cara dilakukan hanya sekedar untuk melayani dan menyenangkan pimpinan.
Loyalitas hanya diartikan sebatas menyenangkan pimpinan, atau berusaha memenuhi
kebutuhan peribadi pimpinannya. Kalau itu yang dilakukan oleh para pejabat publik,
peningkatan kinerja organisasi tidak mungkin dapat terwujud.
Oleh karena itu perlu ada perubahan mindset dari seluruh pejabat publik. Perubahan
mindset ini merupakan reformasi birokrasi yang paling penting, setidaknya mencakup tiga
aspek penting yakni:
a. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
b. Kedua, merubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’;
c. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah,
Sebagai pelayan, tentu saja pejabat publik harus memahami keinginan dan harapan
masyarakat yang harus dilayaninya. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat
akan hak-haknya sebagai dampak globalisasi yang ditandai revolusi dibidang
telekomunikasi, teknologi informasi, transportasi telah mendorong munculnya tuntutan
gencar yang dilakukan masyarakat kepada pejabat publik untuk segera merealisasikan
penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

14
Untuk mewujudkan efektifitas dan efisiensi pembangunan dan pelayanan publik, para
pejabat publik dan seluruh ASN harus dapat merealisasikan prinsip-prinsip akuntabilitas,
transparansi, kesetaraan, profesionalitas, supremasi hukum, kesetaraan, dan lain-lain.
Realitasnya, hambatan utama dalam merealisasikan prinsip-prinsip tersebut adalah aspek
”moralitas”, antara lain munculnya fenomena baru dalam masyarakat berupa lahirnya
kebudayaan indrawi yang materialistik dan sekularistik. Sementara itu perkembangan
moral dan spiritual mengalami pelemahan, kalaupun masih tumbuh, ia tidak seimbang atau
bahkan tertinggal jauh dari perkembangan yang bersifat fisik, materi dan rasio. Orientasi
materialistik ini menyebabkan ukuran atau indikator keberhasilan para pejabat publik
hanya dilihat dari faktor fisik semata, dengan mengabaikan moralitas dalam proses
pencapaiannya. Implikasinya, para pejabat publik hanya peduli terhadap pembangunan
fisik saja dengan mengabaikan aspek-aspek moralitas dan spiritualitas, sehingga semakin
sulit mewujudkan prinsip-prinsip ’good governance’.
Dalam mewujudkan suasana harmoni maka ASN harus memiliki pengetahuan tentang
historisitas ke-Indonesia-an sejak awal Indonesia berdiri, sejarah proses perjuangan dalam
mewujudkan persatuan bangsa termasuk pula berbagai macam gerakan gerakan separatism
dan berbagai potensi yang menimbulkan perpecahaan dan menjadi ancaman bagi persatuan
bangsa. Secara umum, menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11 tentang ASN,
tugas pegawai ASN adalah sebagai berikut.
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia

15
E. Loyal
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB)
menyelenggarakan Peluncuran Core Values dan Employer Branding Aparatur Sipil Negara
(ASN), di Kantor Kementerian PANRB, Jakarta pada hari Selasa tanggal 27 Juli Tahun
2021. Pada kesempatan tersebut Presiden Joko Widodo meluncurkan Core Values dan
Employer Branding ASN. Peluncuran ini bertepatan dengan Hari Jadi Kementerian
PANRB ke-62. Core Values ASN yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang
merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal,
Adaptif, Kolaboratif. Core Values tersebut harus diimplementasikan oleh seluruh ASN di
Instansi Pemerintah sebagaimana diamanatkan dalam Surat Edaran Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 tentang
Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatus Sipil Negara.
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang artinya
mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai
sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat
digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
1. Taat pada Peraturan.

2. Bekerja dengan Integritas

3. Tanggung Jawab pada Organisasi

4. Kemauan untuk Bekerja Sama.

5. Rasa Memiliki yang Tinggi


6. Hubungan Antar Pribadi

7. Kesukaan Terhadap Pekerjaan

8. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan

9. Menjadi teladan bagi Pegawai lain

Values ASN yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan perilaku:
a) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
b) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
c) Menjaga rahasia jabatan dan negara.

16
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku
loyal tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Komitmen yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu atau
hubungan keterikatan dan rasa tanggung jawab akan sesuatu.
b) Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan
suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa juga berarti pengabdian
untuk melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan adanya sebuah keyakinan yang
teguh.
c) Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang diberikan
dalam berbagai bentuk, baik berupa pemikiran, kepemimpinan, kinerja, profesionalisme,
finansial atau, tenaga yang diberikan kepada pihak lain untuk mencapai sesuatu yang lebih
baik dan efisien.

d) Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan


keyakinan bahwa kesetiaan terbesar mesti diberikan untuk negara atau suatu sikap cinta
tanah air atau bangsa dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan tujuan yang diikat sikap-
sikap politik, ekonomi, sosial, dan budaya sebagai wujud persatuan atau kemerdekaan
nasional dengan prinsip kebebasan dan kesamarataan kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
e) Pengabdian yang bermakna perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat, ataupun
tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan
semua itu dilakukan dengan ikhlas.
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai terhadap
organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
1. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki

2. Meningkatkan Kesejahteraan

3. Memenuhi Kebutuhan Rohani

4. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir

5. Melakukan Evaluasi secara Berkala

17
F. Adaptif

Nilai dasar Adaptif secara umum dapat dikatualisasikan dengan cara:


a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b. Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
c. Bertindak proaktif.
Dalam KBBI diuraikan definisi adaptif adalah mudah menyesuaikan (diri) dengan
keadaan. Kebutuhan kemampuan beradaptasi ini berlaku bagi individu dan organisasi
dalam menjalankan fungsinya. Dalam hal ini organisasi maupun individu menghadapi
permasalahan yang sama, yaitu perubahan lingkungan yang konstan, sehingga karakteristik
adaptif dibutuhkan, baik sebagai bentuk mentalitas kolektif maupun individual.
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN memiliki
kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang berkelanjutan
dengan lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang berkesinambungan.
Di sektor publik, budaya adaptif dalam pemerintahan ini dapat diaplikasikan dengan tujuan
untuk memastikan serta meningkatkan kinerja pelayanan publik. Adapun ciri-ciri
penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara lain sebagai berikut:
1. Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
Bentuk antisipasi dan kemampuan adaptasi ini diwujudkan dalam praktek kebijakan
yang merespon isu atau permasalahan publik sesuai dengan tuntutan dan kebutuhannya.
2. Mendorong jiwa kewirausahaan
Jiwa kewirausahaan merupakan salah satu gagasan penting dari konsep reinventing
government yang dipraktekkan di Amerika Serikat. Dengan jiwa kewirausahaan ini
maka pemerintah dan birokrasi secara khusus melakukan pengelolaan sumber daya
organisasi secara efisien dan efektif layaknya organisasi bisnis memaksimalkan tata
kelola aset dan modalnya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya.
3. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
Pemerintah dalam memaksimalkan kinerja pelayanan publik maupun fungsi-fungsi
lainnya seyogyanya mampu memahami dan memaksimalkan peluang yang ada.
4. Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra,
masyarakat dan sebagainya.
Beradaptasi juga berarti kemampuan untuk memasukan pertimbangan kepentingan dari
mitra kerja maupun masyarakat. Dalam hal ini tujuan organisasi pemerintah harus
dikembalikan pada fungsi melayani, yang berarti mengedepankan kepentingan mitra
dan masyarakat.

18
5. Terkait dengan kinerja instansi.
Budaya adaptif seyogyanya diinternalisasi dan diwujudkan ke dalam organisasi sebagai
upaya meningkatkan kinerja instansi. Budaya adaptif tidak dilakukan untuk menyerah
pada tuntutan lingkungan, tetapi justru untuk merespon dan bereaksi dengan baik
kepada perubahan lingkungan, dengan tujuan untuk mempertahankan atau bahkan
meningkatkan kinerja instansinya.
Selain berlaku pada lembaga/organisasi, perilaku adaptif juga berlaku dan dituntut
terjadi pada individu. Individu atau sumber daya manusia (SDM) yang adaptif dan
terampil kian dibutuhkan dunia kerja ataupun industri yang juga semakin kompetitif.
Karenanya, memiliki soft skill dan kualifikasi mumpuni pada spesifikasi bidang tertentu,
serta mampu mentransformasikan teknologi menjadi produk nyata dengan nilai
ekonomi tinggi menjadi syarat SDM unggul tersebut.
Menurut Mendikbud Nadiem Makarim, revolusi industri 4.0 menciptakan permintaan
jutaan pekerjaan baru untuk memenuhi potensi dan aspirasi masyarakat. Namun, pada
saat bersamaan, perkembangan ini juga mengubah peta pekerjaan dan kebutuhan
kompetensi (2020).
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon
perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel.
Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam organisasi sehingga
efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat dan
dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi telah disepakati
sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk
meningkatkan kinerja. Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

19
G. Kolaboratif
Kolaboratif merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN
BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen untuk selalu
berkolaboratif. Materi modul ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana
panduan perilaku kolaboratif yang semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh setiap
ASN di instansi tempatnya bertugas, yang terdiri dari:
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama nilai tambah;

c. Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama.

Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu:
1) forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga;

2) peserta dalam forum termasuk aktor nonstate;

3) peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya


'‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik;
4) forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;

5) forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika
konsensus tidak tercapai dalam praktik), dan
6) fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.

Ratner (2012) mengungkapkan terdapat mengungkapkan tiga tahapan yang dapat


dilakukan dalam melakukan assessment terhadap tata kelola kolaborasi yaitu :
1) mengidentifikasi permasalahan dan peluang;

2) merencanakan aksi kolaborasi; dan

3) mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.

Menurut Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018), organisasi yang memiliki
collaborative culture indikatornya sebagai berikut:
1) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;

20
2) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya
yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka;
3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan
mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika terjadi
kesalahan);
4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas) Setiap
kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;

6) Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan

7) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang
diberikan.
Esteve et al (2013 p 20) mengungkapkan beberapa aktivitas kolaborasi antar organisasi
yaitu:
(1) Kerjasama Informal;
(2) Perjanjian Bantuan Bersama;
(3) Memberikan Pelatihan;
(4) Menerima Pelatihan;
(5) Perencanaan Bersama;
(6) Menyediakan Peralatan;
(7) Menerima Peralatan;
(8) Memberikan Bantuan Teknis;
(9) Menerima Bantuan Teknis;
(10) Memberikan Pengelolaan Hibah; dan
(11) Menerima Pengelolaan Hibah.

21
AGENDA III

A. SMART ASN

Setiap ASN harus dapat merespons dan menyesuaikan perkembangan teknologi dan
informasi dengan positif agar kinerja pelayanan menjadi lebih cepat, akurat, dan efisien.
Untuk mengatasi hal tersebut, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia (Kementerian PAN dan RB) telah mencanangkan
Kebijakan Manajemen ASN Menuju Smart ASN 2024. Melalui kebijakan ini, diharapkan
dapat terbentuk sebuah birokrasi yang berkualitas dunia.

Dalam usaha untuk membentuk birokrasi yang berkualitas dunia, diharapkan setiap
pegawai memiliki profil sebagai Smart ASN, yang terdiri dari nasionalisme, integritas,
wawasan global, hospitality, networking, penguasaan teknologi informasi, bahasa asing
dan entrepreneurship. Seorang ASN yang ‘Smart’ juga diharapkan dapat berperan sebagai
digital talent dan digital leader yang mendukung transformasi birokrasi di Indonesia.

Nasionalisme
Sebagai aparatur negara, memiliki sikap nasionalisme adalah suatu kewajiban. Seorang
ASN harus memiliki sikap nasionalisme Pancasila, yang dapat diartikan sebagai cinta
terhadap bangsa dan tanah air Indonesia yang didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila.
Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, setiap ASN harus dapat menerapkan nilai-nilai
Pancasila, seperti Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.

Integritas
Menurut Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 60 Tahun 2020 Tentang Pembangunan
Integritas Pegawai Aparatur Sipil Negara, integritas diartikan sebagai konsistensi dalam
berperilaku yang sesuai dengan nilai, norma dan/atau etika organisasi, dan jujur dalam
hubungan dengan atasan, rekan kerja, bawahan langsung, dan pemangku kepentingan, serta
mampu mendorong terciptanya budaya etika yang tinggi, bertanggung jawab atas tindakan
atau keputusan beserta risiko yang menyertainya. Pengembangan integritas ASN diukur
melalui kejujuran, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kemampuan
bekerja sama; dan pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan negara.

Wawasan Global
Upaya untuk membentuk ASN yang memiliki wawasan global merupakan bagian penting
dari pengembangan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk mewujudkan visi
Presiden yaitu terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian
berlandaskan gotong royong. Dengan memiliki wawasan global, diharapkan ASN dapat
membangun pola pikir yang adaptif dan mendukung fleksibilitas dan inovasi dalam
melakukan tugasnya.

22
Hospitality (Keramahan)
ASN merupakan pelayan masyarakat, oleh karena itu keramahan merupakan faktor penting
yang harus dimilikinya. Hospitality atau keramahan adalah sifat yang baik hati dan
menarik budi bahasanya, serta manis dalam tutur katanya dan sikapnya dalam melakukan
tugas, khususnya dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.

Networking (Jaringan)
Membangun dan menjalin jaringan dengan orang atau organisasi lain sangat penting
dilakukan. Hal ini karena sinergi dengan instansi atau orang lain akan mempermudah
aparat negara dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

Penguasaan Teknologi
ASN harus dapat menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi yang semakin
berkembang dalam melakukan tugasnya. Pada saat ini, penguasaan aplikasi perkantoran
seperti Word, Excel, dan Powerpoint sudah menjadi hal yang wajar bagi seorang aparat
negara. Namun, penguasaan teknologi informasi yang lebih canggih seperti Cloud
Computing dan pengelolaan Big Data menjadi hal yang penting dan harus dikuasai oleh
seorang ASN, karena kedua teknologi ini merupakan pilar utama dari revolusi industri 4.0.

Menguasai Bahasa Asing


Sebagai aparat negara, seorang ASN harus dapat menguasai Bahasa Inggris minimal. Hal
ini ditegaskan oleh Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM)
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Selain itu, menguasai bahasa asing lain seperti
Mandarin, Korea, atau Jepang dapat menjadi nilai tambah, karena Indonesia berada dalam
kerjasama internasional ASEAN Plus Three yang terdiri dari negara-negara Asia Tenggara
dan tiga negara Asia Timur.
Entrepreneurship
Secara ringkas, jiwa kewirausahaan yang harus dimiliki oleh ASN adalah sikap yang
berani, kreatif, inovatif, tidak mudah menyerah, dan cerdas dalam menciptakan peluang.
Hal ini juga harus diterapkan dalam pemikiran tentang masa depan masyarakat dan
membawa kesejahteraan bagi masyarakat.

Dalam upaya membentuk Aparatur Sipil Negara (ASN) yang berkualitas dan siap
menghadapi era revolusi industri 4.0, diperlukan kompetensi yang mencakup nasionalisme,
integritas, wawasan global, keramahan, networking, penguasaan teknologi informasi,
bahasa asing dan kewirausahaan. Pengembangan kompetensi ini diharapkan dapat
membantu ASN dalam memberikan pelayanan yang cepat, akurat dan efisien serta mampu
menciptakan budaya etika tinggi dalam organisasi.

23
B. Manajemen ASN
1. Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK
2. Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat
dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan
hari tua, dan perlindungan
3. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja;
penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan;
disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan.
4. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan
lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka
dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta
persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
5. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2
(dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat
Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan
tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
6. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya
dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun
7. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian
memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan
pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang
disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri
8. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat
menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan
status sebagai PNS. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai
ASN Republik Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki
tujuan: menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan
mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
9. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam
Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN
diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar-Instansi Pemerintah.
10. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif
terdiri dari keberatan dan banding administrative

24
PENUTUP

Setiap ASN harus dapat merespons dan menyesuaikan perkembangan teknologi dan
informasi dengan positif agar kinerja pelayanan menjadi lebih cepat, akurat, dan efisien.
Untuk mengatasi hal tersebut, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia (Kementerian PAN dan RB) telah mencanangkan
Kebijakan Manajemen ASN Menuju Smart ASN 2024. Melalui kebijakan ini, diharapkan
dapat terbentuk sebuah birokrasi yang berkualitas dunia.

Dalam usaha untuk membentuk birokrasi yang berkualitas dunia, diharapkan setiap
pegawai memiliki profil sebagai Smart ASN, yang terdiri dari nasionalisme, integritas,
wawasan global, hospitality, networking, penguasaan teknologi informasi, bahasa asing
dan entrepreneurship. Seorang ASN yang ‘Smart’ juga diharapkan dapat berperan sebagai
digital talent dan digital leader yang mendukung transformasi birokrasi di Indonesia.

Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut:


1. Berorientasi Pelayanan:
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;

b. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;


c. Melakukan perbaikan tiada henti.
2. Akuntabel:
a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi;
b. Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efesien.
3. Kompeten:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu berubah;
b. Membantu orang lain belajar;

c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.


4. Harmonis:
a. Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;

b. Suka mendorong orang lain;


c. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.
5. Loyal:
a. Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
pemerintahan yang sah;
b. Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan negara;
25
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
6. Adaptif:
a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;

b. Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;


b. Bertindak proaktif.
7. Kolaboratif:
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama nilai tambah;

c. Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama.

Sesuai dengan kebijakan Undang Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014, prinsip dasar dalam
pengelolaan ASN yaitu berbasis merit. Dalam hal ini seluruh aspek pengelolaan ASN harus
memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja. Termasuk dalam pelaksanaanya
tidak boleh ada perlakuan diskriminatif, seperti karena hubungan agama, kesukuan atau aspek-
aspek primodial lainnya yang bersifat subyektif.
Perlakuan yang adil dan objektif tersebut di atas meliputi seluruh unsur dalam siklus
manajemen ASN, yaitu:
a. Melakukan perencanaan, rekrutmen, seleksi, berdasarkan kesesuaian kualifikasi dan
kompetensi yang bersifat terbuka dan kompetitif;

b. Memperlakukan ASN secara adil dan setara untuk seluruh kegiatan pengelolaan ASN
lainnya; dan

c. Memberikan remunerasi setara untuk pekerjaan-pekerjaan yang juga setara, dengan


menghargai kinerja yang tinggi.

26

Anda mungkin juga menyukai