FARMASIKOMUNITAS(PUSKESMAS)
DIPUSKESMASTANJUNGREJO
isusunoleh:
D
AlliciaPutriAndaruqmi,S.Farm. ( 42023200025)
DestinShintiaFalashifa,S.Farm. (42023200004)
NovaAriPrasetyo,S.Farm. (42023200012)
PROGRAMSTUDIPROFESIAPOTEKER
FAKULTASFARMASI
NIVERSITASMUHAMMADIYAHKUDUS2023
U
J alanGanesha1PurwosariKudusJawaTengahKodePos59316
Website:www.umkudus.ac.id Email:prodiapoteker@umku.ac.id
Telp/fax.(0291)437218
KATAPENGANTAR
PujisyukurpenulispanjatkankepadaAllahSWT.yangtelahmemberikan
ridho dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan LAPORAN
PRAKTEK KERJA PROFESIAPOTEKERDIPUSKESMASTANJUNGREJO.
Padakesempatanini,izinkanpenulismengucapkanterimakasihkepada:
1. Dr. Edy Soesanto, SKp., M.Kes selaku Rektor Universitas
MuhammadiyahKudus.
2. Dr. apt. Endang Setyowati, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Farmasi
UniversitasMuhammadiyahKudus.
3. apt M. Nurul Fadel, M. Farm. selaku ketua Program Studi Profesi
ApotekerUniversitasMuhammadiyahKudus.
4. apt. Ulviani Yulia Husna, M. Farm. Selaku dosen pembimbing dan
penanggung jawab atas bimbingan, masukan, dukungan, dan
bantuannyaselamamenjalaniPKPAdiPuskesmas.
5. apt. Soraya,S.Farm.SelakuApotekerPenanggungJawabdiInstalasi
Farmasi Puskesmas Tanjungrejo atas ilmu, kesempatan dan
bantuannya
6. SeluruhkaryawanPuskesmasTanjungrejo.
7. Seluruh dosen pengajar Program Studi Profesi Apoteker Universitas
MuhammadiyahKudus.
8. Teman-temanProgramStudiProfesiApotekerangkatan8atasbantuan
dandukungannya.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan initerdapatkekurangan,maka
dari itu saran dan masukan sangat penulis harapkan sehingga dapat menjadi
perbaikan kedepannya. Semoga laporan ini dapat menambah wawasan pembaca
danbermanfaat.
Kudus,25November2023
Penulis
A,LAMANPERSETUJUAN
H
APORANPRAKTEKKERJAPROFESIAPOTEKER(PKPA)
L
FARMASIKOMUNITAS(PUSKESMAS)
DIPUSKESMASTANJUNGREJO
Kudus,2Desember2023
Menyetujui,
DosenPembimbing, Preceptor,
apt.UlvianiYuliaHusna,M.Farm. apt.Soraya,S.Farm.
NIDN:0624079501 NIP:198901052022212002
DosenPenanggungJawab,
apt.ZaenalFanani,M.Sc.
NIDN:0603028602
HALAMANPENGESAHAN
LAPORANPRAKTEKKERJAPROFESIAPOTEKER(PKPA)
FARMASIKOMUNITAS(PUSKESMAS)
DIPUSKESMASTANJUNGREJO
Kudus,2Desember2023
Menyetujui,
DosenPembimbing, Preceptor,
apt.UlvianiYuliaHusna,M.Farm. apt.Soraya,S.Farm.
NIDN:0624079501 NIP:198901052022212002
Mengesahkan,
DosenPenanggungJawab, KepalaUPTDPuskesmasTanjungrejo,
apt.ZaenalFanani,M.Sc. dr.TitaJunainiesti
NIDN:0603028602 NIP:197106162010012001
engetahui,
M
etuaProgramStudiProfesiApoteker
K
apt.MuhammadNurulFadel,M.Farm.
NIDN:0611049302
LAPORANPRAKTEKKERJAPROFESIAPOTEKER(PKPA)
FARMASIKOMUNITAS(PUSKESMAS)
DIPUSKESMASTANJUNGREJO
ompetensi
K
PelayananResep
isusunoleh:
D
AlliciaPutriAndaruqmi,S.Farm. ( 42023200025)
DestinShintiaFalashifa,S.Farm. (42023200004)
NovaAriPrasetyo,S.Farm. (42023200012)
PROGRAMSTUDIPROFESIAPOTEKER
FAKULTASFARMASI
NIVERSITASMUHAMMADIYAHKUDUS2023
U
J alanGanesha1PurwosariKudusJawaTengahKodePos59316
Website:www.umkudus.ac.id Email:prodiapoteker@umku.ac.id
Telp/fax.(0291)437218
ALAMANPERSETUJUAN
H
APORANPRAKTEKKERJAPROFESIAPOTEKER(PKPA)
L
FARMASIKOMUNITAS(PUSKESMAS)
DIPUSKESMASTANJUNGREJO
ompetensi
K
PelayananResep
Kudus,2Desember2023
Menyetujui,
DosenPembimbing, Preceptor,
apt.UlvianiYuliaHusna,M.Farm. apt.Soraya,S.Farm.
NIDN:0624079501 NIP:198901052022212002
DosenPenanggungJawab,
apt.ZaenalFanani,M.Sc.
NIDN:0603028602
1
DAFTAR ISI
i
BAB I
URAIAN KEGIATAN
1.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep
1.1.1 Skrining Resep
Apoteker melakukan skrining resep meliputi persyaratan administratif
(nama,SIP dan alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan/paraf
dokter penulis resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan
pasien), kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian), pertimbangan klinis (adanya
alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat dan lain-
lain).
1.1.2 Kalkulasi dosis
Dosis obat merupakan takaran obat yang menimbulkan efek
farmakologi (khasiat) yang tepat dan aman bila dikonsumsi oleh pasien.
Adapun jenis-jenis dosis, antara lain dosis maksimum, dosis lazim, dosis
terapi, dosis minimum, dosis toksik, dosis letalis.
1.1.3 Penyiapan dan Penyerahan Obat
Penyiapan obat terdiri dari peracikan, penulisan etiket, pengemasan,
serta penyerahan obat. Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan,
menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah.
Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan
memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.
Penulisan etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan
rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Sebelum obat
diserahkan pada pasien, harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap
kesesuaian antara obat dengan resep.
1.1.4 Pemberian Informasi Obat/KIE (Konseling, Informasi, dan Edukasi)
Pada pelayanan PIO ataupun KIE seorang apoteker harus
menyampaikan informasi yang jelas, benar dan mudah dimengerti. Dalam
memberikan informasi obat sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian
1
obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas dan makanan
yang harus dihindari pada waktu menjalankan terapi.
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Apoteker pada waktu konseling harus memberikan informasi mengenai
sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat
memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari
bahaya penyalahgunaan atau penggunaan yang salah sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan yang lain. Pada pasien tertentu seperti pediatri, geriatri,
gangguan fungsi hati atau ginjal, Diabetes Militus, AIDS, Tuberculosis,
epilepsi. Apoteker harus memberikan informasi secara berlanjut.
1.2 Pelayanan Alkes dan Vaksin
Permenkes No. 74 Tahun 2016 tentang standart Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas telah dijelaskan bahwa pengelolaan sediaan farmasi di Puskesmas
harus melalui sistem satu pintu dan menjadi tugas dan tanggung jawab Apoteker
sebagai penanggung jawab sediaan farmasi dan alat kesehatan di Puskesmas.
Apoteker bertanggung jawab dalam menjaga keamanan, mutu dan khasiat vaksin
hingga saat digunakan. Penyelenggaraan dalam hal ini juga mencakup proses
perencanaan, pengadaan, pendistribusian, penerimaan, penyimpanan hingga
evaluasi dan monitoring. Hal yang paling mendapat perhatian adalah menjaga
kualitas vaksin tetap sesuai standar hingga pada saat penggunaan.
Dalam hal penyelenggaraan imunisasi program, penanggung jawab program
imunisasi bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pengelolaan program
imunisasi di Puskesmas. Apoteker dan penanggung jawab program imunisasi
diharapkan dapar berkolaborasi dalam pengelolaan vaksin sehingga pasien
mendapatkan manfaat penuh dari vaksin yang diterima.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pelayanan Resep
Perhitungan Bahan
Nama Obat Jumlah obat
yang dibutuhkan
Betahistin tab 6 tab
Vitamin B6 5 tab
Etiket Resep
Nama Obat Warna Etiket
Betahistin tab Putih
Vitamin B6 Putih
3
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS
DINAS KESEHATAN DINAS KESEHATAN DINAS KESEHATAN DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS TANJUNGREJO UPT PUSKESMAS TANJUNGREJO UPT PUSKESMAS TANJUNGREJO UPT PUSKESMAS TANJUNGREJO
Jl. Raya Bareng-Colo Km2, Desa Jl. Raya Bareng-Colo Km2, Desa Jl. Raya Bareng-Colo Km2, Desa Jl. Raya Bareng-Colo Km2, Desa
Tanjungrejo, Jekulo, Kudus Tanjungrejo, Jekulo, Kudus Tanjungrejo, Jekulo, Kudus Tanjungrejo, Jekulo, Kudus
Nama Pasien : Bp. Kasmani Nama Pasien : Bp. Kasmani Nama Pasien : Bp. Kasmani Nama Pasien : Bp. Kasmani
Nama Obat : Betahistin Tab Nama Obat : Vitamin B6 Nama Obat : Amoxillin 500mg Nama Obat : Asam
Mefenamat 500mg
Sehari 3 x 1 tab Sehari 1 x 1 tab Sehari 3 x 1 tab
SESUDAH MAKAN SESUDAH MAKAN SESUDAH MAKAN Sehari 3 x 1 tab
DIHABISKAN SESUDAH MAKAN
SEMOGA LEKAS SEMBUH SEMOGA LEKAS SEMBUH
SEMOGA LEKAS SEMBUH SEMOGA LEKAS SEMBUH
Perhitungan Dosis
1 Betahistin tab Dosis awal 16 mg tiga kali sehari, Dosis untuk dewasa 24-48 mg per 3 x 1 tab sehari Sesuai
hari dalam 3 dosis terbagi
2 Vitamin Untuk mengatasi kekurangan vitamin B6, dosisnya adalah 2,5–10 1 x 1 tab sehari Sesuai
B6 mg per hari
3 Amoxillin Dewasa dan anak ≥20 kg: 250‒500 mg setiap 8 jam (3 kali/hari), atau 3 x 1 tablet sehari Sesuai
500mg 500‒1.000 mg setiap 12 jam (2 kali/hari). Anak <20 kg: 20‒40 (sediaan 500mg)
mg/kgBB setiap 8 jam
4 Asam Dosis obat ini pada orang dewasa dan anak usia di atas 14 tahun 3 x 1 tablet sehari Sesuai
Mefenamat adalah 500 mg, 3 kali sehari. (sediaan 500mg)
4
Skrining Resep
Kriteria Ya Tidak Keterangan
pemeriksaan
Nama dokter Konfirmasi di sistem unit puskesmas
SIP Konfirmasi di sistem unit puskesmas
Alamat dokter Alamat praktek dokter berada dipuskesmas
Tanggal penulisan
resep
Tanda tangan/paraf
Kelengkapan penulis resep
Nama pasien
administrasi
Alamat pasien
Umur pasien
Berat badan
Nama obat
Signa
Bentuk sediaan
Dosis obat
Potensi obat
Kesesuaian
Stabilitas
farmasetik
Cara dan lama
pemberian
Inkompatibilitas
Alergi obat
Efek samping Anti vertigo : mual, pruritus
Kesesuaian
Amoxillin : mual muntah
klinis Interaksi
Tepat dosis
Reaksi obat yang
merugikan
(ADR/Adverse
Drug Reaction)
5
DOKUMENTASI PELAYANAN INFORMASI OBAT
6
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS
DINAS KESEHATAN UPTD
PUSKESMAS TANJUNGREJO
Jl. Raya Bareng-Colo Km2, Desa Tanjungrejo, Jekulo, Kudus
Email: puskesmastanjungrejo@gmail.com
Tindak lanjut
Memantau kepatuhan minum obat
Memberi KIE penggunaan obat
Memantau agar pasien mengurangi konsumsi garam berlebih
Memberikan edukasi mengenai pola hidup yang sehat tidak merokok
Pasien Apoteker
7
B. Pelayanan Alkes dan Vaksin
1. Perencanaan
Hal pertama yang dilakukan Instalasi Farmasi Puskesmas Tanjungrejo
dalam pengelolaan vaksin adalah melakukan perencanaan. Perencanaan
dimaksudkan untuk menjamin ketersediaan vaksin terutama untuk vaksin
yang dalam pemberiannya dilakukan secara berkelanjutan. Dengan
melakukan perencanaan yang baik dapat diketahui jumlah dan jenis vaksin
yang dibutuhkan dan memastikan terpenuhinya kondisi penyimpanan yang
dipersyaratkan. Instalasi Farmasi Puskesmas Tanjungrejo menyediakan
vaksin, perlu melaksanakan perencanaan pengadaan vaksin dengan
melakukan perhitungan kebutuhan. Data yang diperlukan untuk
merencanakan kebutuhan vaksin meliputi jumlah sasaran, jumlah pemberian,
target cakupan100% dan indeks pemakaian vaksin dengan memperhitungkan
sisa vaksin (stok) sebelumnya.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan yaitu
menentukan jumlah sasaran imunisasi dan jumlah kebutuhan logistik.
Logistik imunisasi yang harus direncanakan secara bersamaan terdiri dari
vaksin, Auto Disable Syringe (ADS) dan safety box. Ketiga kebutuhan
tersebut harus direncanakan dalam jumlah yang berimbang
a. Perencanaan vaksin serta logistik untuk imunisasi program
Perencanaan dan penyediaan vaksin serta logistik untuk imunisasi
program dilaksanakan oleh pemerintah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Perencanaan harus disusun secara berjenjang dan
terkoordinir mulai dari puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas
kesehatan provinsi dan Kementerian Kesehatan (bottom up).
Logistik yang dibutuhkan Instalasi Farmasi Puskesmas Tanjungrejo
dalam penyelenggaraan Imunisasi Program meliputi :
1. Vaksin
2. ADS (Auto Disable Syringe)
3. Safety Box
8
4. Peralatan Anafilaktik
Peralatan anafilaktik terdiri dari 1 ampul epinefrin 1:1000, spuit 1
ml, infus set, jarum infus untuk bayi dan balita, 1 kantong NaCl
0,9%.
5. Peralatan cold chain, terdiri atas :
Alat penyimpan vaksin meliputi cold room, freezer room, vaccine
refrigerator, cold box, vaccine carrier, cool pack, dan freezer
Alat pemantau suhu, meliputi termometr, termograf, alat pemantau
suhu secara terus menerus.
b. Perencanaan vaksin serta logistik untuk imunisasi pilihan
Perencanaan dan penyediaan vaksin serta logistik untuk imunisasi
pilihan dilakukan oleh fasilitas pelayanan kesehatan yakni Puskesmas
Tanjungrejo yang menyediakan vaksin pilihan atau menyelenggarakan
imunisasi pilihan sesuai peraturan perundang-undangan. Sebelum
menentukan kebutuhan vaksin, Instalasi Farmasi Puskesmas Tanjungrejo
yang menyelenggarakan imunisasi pilihan perlu mengetahui perkiraan
sasaranatau target imunisasi. Sasaran imunisasi pilihan adalah bayi, anak
dan dewasa. Perkiraan jumlah sasaran didapatkan dari jumlah pemakaian
vaksin periode sebelumnya. Kebutuhan logistik untuk imunisasi pilihan
sama dengan imunisasi program.
2. Pengadaan
Pengadaan vaksin di Instalasi Farmasi Puskesmas Tanjungrejo dilakukan
dengan pemintaan kepada dinas kesehatan Kabupaten Kudus. Proses
pengadaan dan pembiayaan pembelian vaksin untuk imunisasi program
dilaksanakan oleh pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan. Vaksin
dan logistik untuk imunisasi program di puskesmas Tanjungrejo disediakan
oleh pemerintah Kudus. Puskesmas Tanjungrejo mengajukan permintaan
vaksin kepada dinas kesehatan Kabupaten Kudus.
9
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
surat pesanan dan atau dokumen penerimaan (Berita Acara Serah
Terima/Surat Bukti Barang Keluar/Faktur) dengan kondisi fisik yang
diterima. Proses penerimaan bertujuan untuk memastikan bahwa kiriman
vaksin yang diterima benar, berasal dari pemasok yang disetujui. Keluar
masuknya vaksin terperinci menurut jumlah nomor batch, kondisi VVM (bila
ada) dan tanggal kedaluwarsa harus dicatat ke dalam laporan penerimaan
vaksin atau kartu stok. Sisa atau stok vaksin harus selalu dihitung pada setiap
kali penerimaan dan pengeluaran
vaksin. Kondisi VVM (Vaccine Vial Monitor) sewaktu menerima dan
mengeluarkan vaksin perlu dicatat pada dokumen penerimaan (Berita Acara
Serah Terima/Surat Bukti Barang Keluar/Faktur). VVM membantu tenaga
kesehatan dalam mengidentifikasivaksin yang prioritas untuk dikeluarkan
dan digunakan terlebih dahulu, serta melihat kondisi vaksin apakah masih
bisa digunakan. Selain itu perlu memperhatikan tanggal kedaluwarsa vaksin.
4. Penyimpanan
Penyimpanan vaksin merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap
vaksin yang diterima agar aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia
dan mutunya dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
hingga pada saat digunakan. Vaksin merupakan bahan biologis yang mudah
rusak sehingga harus disimpan pada suhu tertentu (pada suhu 2oC – 8oC) pada
cold room atau Vaccine Refrigerator. Ada dua bentuk pintu vaccine
refrigerator yaitu bentuk pintu buka atas (top opening) dan buka dari depan
(front opening). Instalasi Farmasi Puskesmas Tanjungrejo mengunakan
Vaccine Refrgerator jenis pintu buka atas (top opening).
10
Gambar 1. Vaccine Refrigerator pada di Puskesmas Tanjungrejo
Vaksin memerlukan kondisi penyimpanan yang berbeda sesuai dengan
sifatnya. Karena itu penting untuk mengetahui penyimpanan yang benar
sesuai dengan kondisi setiap vaksin. Pelarut vaksin disimpan pada suhu 2oC
– 8oC atau pada suhu ruang terhindar dari sinar matahari langsung. Suhu
vaksin harus selalu dipantau dan dicatat pada kartu suhu yang letaknya
berdekatan dengan tempat penyimpanan vaksin. Setiap vaksin memiliki
tanggal kedaluwarsa yang menunjukkan tanggal akhir vaksin boleh
digunakan. Tanggal kedaluwarsa dicetak pada semua botol dan paket selama
pembuatan. Harus diambil langkah-langkah untuk memastikan rotasi stok
sesuai dengan Vaccine Vial Monitor (VVM) dan tanggal kedaluwarsa vaksin
(First Expired First Out / FEFO).
11
Gambar 2. Suhu penyimpanan vaksin (rekomendasi WHO. 2015)
5. Pendistribusian
Pendistribusian vaksin merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan
vaksin dari fasilitas Pendistribusian vaksin di Instalasi Farmasi di Puskesmas
Tanjungrejo dilakukan sesuai standar untuk menjamin kualitas, keamanan
dan khasiat vaksin hingga ke pasien. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam proses distribusi vaksin dari Instalasi Farmasi Di Puskesmas
Tanjungrejo ke unit pelayanan yaitu:
12
3. Jika vaksin langsung digunakan di unit pelayanan pada hari yang sama
dengan hari distribusi, maka pelarut didistribusikan sesuai dengan rantai
dingin vaksin.
5. Pelarut harus diberikan satu paket dengan vaksin, dan harus berasal dari
jenis yang sesuai dan dari pabrik yang sama dengan vaksin.
13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
A. Pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang peran fungsi dan tanggung
Tanjungrejo yakni mahasiswa dapat mengkaji resep seperti dispensing dan juga
pelayanan terhadap resep baik resep rawat jalan maupun resep rawat inap,
3.2 Saran
14
DAFTAR ISI
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri
Republik Indonesia
Republik Indonesia
15
16
LAPORANPRAKTEKKERJAPROFESIAPOTEKER(PKPA)
FARMASIKOMUNITAS(PUSKESMAS)
DIPUSKESMASTANJUNGREJO
ompetensi
K
rinsipPengelolaanSediaanFarmasi
P
isusunoleh:
D
AlliciaPutriAndaruqmi,S.Farm. ( 42023200025)
DestinShintiaFalashifa,S.Farm. (42023200004)
NovaAriPrasetyo,S.Farm. (42023200012)
PROGRAMSTUDIPROFESIAPOTEKER
FAKULTASFARMASI
NIVERSITASMUHAMMADIYAHKUDUS2023
U
J alanGanesha1PurwosariKudusJawaTengahKodePos59316
Website:www.umkudus.ac.id Email:prodiapoteker@umku.ac.id
Telp/fax.(0291)437218
ALAMANPERSETUJUAN
H
APORANPRAKTEKKERJAPROFESIAPOTEKER(PKPA)
L
FARMASIKOMUNITAS(PUSKESMAS)
DIPUSKESMASTANJUNGREJO
ompetensi
K
rinsipPengelolaanSediaanFarmasi
P
Kudus,2Desember2023
Menyetujui,
DosenPembimbing, Preceptor,
apt.UlvianiYuliaHusna,M.Farm. apt.Soraya,S.Farm.
NIDN:0624079501 NIP:198901052022212002
DosenPenanggungJawab,
apt.ZaenalFanani,M.Sc.
NIDN:0603028602
1
DAFTARISI
HALAMANPERSETUJUAN...............................................................................1
DAFTARISI...........................................................................................................2
BABIURAIANKEGIATAN................................................................................3
1.1.PengelolaanSediaan....................................................................................3
1.2.Perencanaan.................................................................................................3
1.3.Pengadaan...................................................................................................4
1.4.Penerimaan..................................................................................................4
1.5.Penyimpanan...............................................................................................5
1.6.Distribusi.....................................................................................................5
1.7.PengawasanInventory................................................................................6
1.8.PengawasanObatKadaluwarsadanRusak.................................................7
1.9.Pemusnahan.................................................................................................7
BABIIPEMBAHASAN........................................................................................8
2.1.Perencanaan.................................................................................................8
2.2.Pengadaan...................................................................................................8
2.3.Penerimaan..................................................................................................9
2.4.Penyimpanan...............................................................................................9
2.5.Distribusi...................................................................................................10
2.6.PengawasanInventory..............................................................................10
2.7.PengawasanObatKadaluwarsadanRusak...............................................11
BABIIIKESIMPULANDANSARAN.............................................................12
3.1.Kesimpulan...............................................................................................12
3.2.Saran..........................................................................................................12
DAFTARPUSTAKA............................................................................................13
2
ABI
B
URAIANKEGIATAN
1.1. engelolaanSediaan
P
Sistem pengelolaan obat di puskesmas merupakan rangkaian
kegiatan yang meliputi aspek perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan,hinggapenyerahanobatyangdikelola(Amandadkk,2021).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan obat adalah
tersedianyavariasidanjumlahobatyangcukup,sistempenyimpananyang
baik untuk mencegah kerusakan dan kehilangan obat, sesuai dengan
kebutuhan atau pola penyakit yang ada, sistem distribusi yang dapat
menjamin mutu dan keamanannya, penggunaan obat yang tepat,
pencatatandanpelaporanrutin(KemenkesRI,2016).
1.2. erencanaan
P
Salah satu program pokok yang ada di puskesmas adalah program
pengobatan. Program pengobatan di puskesmas merupakan bentuk.
pelayanan kesehatan dasar yang bersifat kuratif. Masyarakat
memanfaatkan pelayanan puskesmas hanya untuk mendapatkan
pelayanan pengobatan, oleh karena ituobatharustersediadipuskesmas
setiap waktu dan untuk menjamin ketersediaan obat maka perlu
perencanaan yang baik di puskesmas. Kegiatan perencanaan kebutuhan
obatinimenjadidasardariimplementasipengelolaanobatdipuskesmas.
Perencanaan kebutuhan obat yang tepat akan menghasilkan jumlah dan
jenis obat yang tepat sesuai dengan kebutuhan, mencegah terjadinya
kekosongan stok obat, meningkatkan penggunaan obat secara rasional,
dan meningkatkan efisiensi penggunaan obat (aditama, 2003).
Kekuranganobatdisaranakesehatandapatberdampakpadamenurunnya
kepercayaan masyarakat terhadap institusi kesehatan serta dapat
menurunkan semangatkerjastafpelayanankesehatan(Rismalawatidkk,
2015).
Proses perencanaan kebutuhan obat per tahun dilakukan secara
berjenjang(bottomup).Puskesmasdimintamenyediakandatapemakaian
obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian danLembarPermintaan
Obat (LPLPO). Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan
3
melakukan kompilasi dan anlisa terhadap kebutuhan obat Puskesmasdi
wilayah kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia akan
memperhitungkan waktu kekosongan obat, buffer stock, serta
menghindari stok berlebih. (Kandou et al., 2016). Perencanaan
pengadaan obat memiliki 2 metode,yaitumetodekonsumsidanmetode
epidemiologi. Metode konsumsi merupakan metode perencanaan
berdasarkan atas analisis konsumsi logistik periode sebelumnya
sedangkan metode epidemiologi merupakan metode perencanaan
berdasarkanatasanalisisjumlahkasuspenyakitpadaperiodesebelumnya
(RahmawatieandSantosa,2015).
1.3. engadaan
P
Pengadaan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk memenuhi
kebutuhanoprasioanalyangtelahditetapkandidalamfungsiperencanaan.
Proses pelaksanaan rencana pengadaan dari fungsi perencanaan dan
penentuan kebutuhan, serta rencana pembiayaan dari fungsi
penganggaran. Tujuan pengadaan obat untuk memenuhikebutuhanobat
disetiapunitpelayanankesehatansesuaidenganpolapenyakitdiwilayah
kerjapuskesmas(RosmaniaandSupriyanto,2015).
Sistem pengadaan obat ada tiga macam yaitu sistem sentralisasi,
sistem desentralisasi dan sistem kombinasi. Untuk otonomi daerah saat
ini, pengadaan obat dilakukan secara desentralisasi. Adapun alur
pengadaan obat era desentralisasi menurut Prahasto (2008) yaitu
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) direkap di
tingkat Kota, kota melakukan perencanaan dan kontrak dengan
perusahaanfarmasi/PBFuntukpengadaan.Obatlalusiapdidistribusikan
ketingkatpuskesmas.
1.4. enerimaan
P
Pengadaan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk memenuhi
kebutuhanoprasioanalyangtelahditetapkandidalamfungsiperencanaan.
Proses pelaksanaan rencana pengadaan dari fungsi perencanaan dan
penentuan kebutuhan, serta rencana pembiayaan dari fungsi
penganggaran. Tujuan pengadaan obat untuk memenuhikebutuhanobat
4
disetiapunitpelayanankesehatansesuaidenganpolapenyakitdiwilayah
kerjapuskesmas(RosmaniaandSupriyanto,2015).
Sistem pengadaan obat ada tiga macam yaitu sistem sentralisasi,
sistem desentralisasi dan sistem kombinasi. Untuk otonomi daerah saat
ini, pengadaan obat dilakukan secara desentralisasi. Adapun alur
pengadaan obat era desentralisasi menurut Prahasto (2008) yaitu
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) direkap di
tingkat Kota, kota melakukan perencanaan dan kontrak dengan
perusahaanfarmasi/PBFuntukpengadaan.Obatlalusiapdidistribusikan
ketingkatpuskesmas.
1.5. enyimpanan
P
Pengadaan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk memenuhi
kebutuhanoprasioanalyangtelahditetapkandidalamfungsiperencanaan.
Proses pelaksanaan rencana pengadaan dari fungsi perencanaan dan
penentuan kebutuhan, serta rencana pembiayaan dari fungsi
penganggaran. Tujuan pengadaan obat untuk memenuhikebutuhanobat
disetiapunitpelayanankesehatansesuaidenganpolapenyakitdiwilayah
kerjapuskesmas(RosmaniaandSupriyanto,2015).
Sistem pengadaan obat ada tiga macam yaitu sistem sentralisasi,
sistem desentralisasi dan sistem kombinasi. Untuk otonomi daerah saat
ini, pengadaan obat dilakukan secara desentralisasi. Adapun alur
pengadaan obat era desentralisasi menurut Prahasto (2008) yaitu
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) direkap di
tingkat Kota, kota melakukan perencanaan dan kontrak dengan
perusahaanfarmasi/PBFuntukpengadaan.Obatlalusiapdidistribusikan
ketingkatpuskesmas.
1.6. Distribusi
Distribusi obat adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat
secara teratur dan merata untuk memenuhi kebutuhan sub unit farmasi
puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Sistem
distribusi yang baik harus : menjamin kesinambungan
penyaluran/penyerahan, mempertahankan mutu, meminimalkan
kehilangan, kerusakan, dan kadaluarasa, menjaga tetelitian pencatatan,
5
menggunakan metode distribusi yang efisien, dengan memperhatikan
peraturan perundangan dan ketentuan lain yang berlaku, menggunakan
sistem informasi manajemen. Kegiatan distribusi obat yang perlu
dilakukan di Puskesmas, yaitu menentukan frekuensi distribusi,
menentukan jumlah jenis obat yang diberikan, dan melaksanakan
penyerahan obat. Pengelola obat mendistribusikan ke unit-unit lain dan
harusdicatatdalamkartustokobatuntukmengetahuiberapajumlahobat
yangmasuk,obatyangkeluardansisaobatyangada.
Kegiatan yang dilakukan saat pengeluaran obat dimulai dari
pemeriksaan surat permintaan obat dari unit atau bagian yang
membutuhkan.Kemudiandilakukanpemeriksaanterhadapstokobatdan
tanggal kadaluarsa obat yang dibutuhkan sebelum diserahkan ke
unit/bagian yang membutuhkan. Setelah itu petugas membuat laporan
penyerahan obat dan mencatat jumlahobatyangdikeluarkanpadakartu
stokdanterakhirmenyiapkanobatyangdibutuhkandanmenyerahkannya
kepadaunityangmembutuhkan.
1.7. PengawasanInventory
Pengawasan dan pengendalian suatu persediaan barang sangat
dibutuhkan untuk menjaga ketersediaan barang yang ada di ruang
farmasi, agar tercipta keseimbangan antara permintaandanketersediaan
di ruang farmasi dan dapat digunakan seefektif dan seefisien mungkin
(Bayboetal.,2022).Prosedurpencatatandanpelaporanobatmerupakan
pedoman bagi pimpinan puskesmas dan petugas pelayanan obat
mengenai ketersediaan obat di puskesmas yang dapat digunakan oleh
koordinator sub unit farmasi untuk menjamin terlaksananya pelayanan
obatsecaraoptimal.Tujuandilakukannyapencatatandanpelaporanyaitu
sebagai dokumentasi mengenai kegiatan yang telah dilakukan, serta
sebagai bahan untukpengendalianpersediaan.Pencatatandanpelaporan
dibuat dalambentukLPLPOyangdatanyaberasaldaridatapenggunaan
sertakartustok.
6
1.8. PengawasanObatKadaluwarsadanRusak
Penghapusanobatdilakukanapabilaterjadikerusakanobat,terjadi
kadaluarsa,terjadikelebihanobat,obatditarikdariperedaran,danterjadi
ketidaksesuaianobatdengankebutuhanyangadadiPuskesmas.Salahsatu
akibatyangditimbulkanjikasuatuinstansimengalamistokberlebihmaka
akanadanyaobatdeadstock(stokmati)atauobatyangtidakterdapat
transaksiselama3bulanyangakanmeningkatkansuatupemborosandan
kemungkinanobatakanmengalamirusakataukadaluwarsa.Indikator
persentaseobatdeadstock,obatrusakdanobatkadaluwarsaadalah<1%
(Satibi,2016).
1.9. Pemusnahan
Kegiatan pemusnahan obat merupakan salahsatustandarpelayanan
kefarmasiannon-klinikyangwajibditerapkandirumahsakit,puskesmas,
dan apotek. Pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang tidak dapat digunakan lagi harus dilakukan
dengan tata cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (tercantum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan No. 72-74 Tahun 2016). Menurut standar pelayanan
kefarmasiandipuskesmasbahwasediaanfarmasikadaluwarsaataurusak
harusdimusnahkansesuaidenganjenisdanbentuksediaan.Pemusnahan
dan penarikan Sediaan Farmasi dan BMHP yangtidakdapatdigunakan
harus dilaksanakan dengan carayangsesuaidenganketentuanperaturan
perundangundangan.
Ada dua macam limbah obat yang harus dimusnahkan di semua
sarana farmasi, yaitu obat rusak danobatkadaluarsa.Obatrusakadalah
obat-obat yang sudah tidak dikenali lagi karena labelnya sudah rusak.
Obat tersebut bisa saja disalahgunakan kembali sehingga dapat
menimbulkan bahaya dan menimbulkanresikokesehatanpadabeberapa
golongan obat. Sedangkan obat kadaluarsa adalah obat yang telah
melewati masa gunanya. Kekuatan dan kadar obat tersebut sudah
menurun lebih kecil dari yang dipersyaratkan olehFarmakopesehingga
efektivitasnyaberkurang.
7
ABII
B
EMBAHASAN
P
2.1. P
erencanaan
Kegiatan perencanaan kebutuhan obat dan BMHP menjadidasar
dari implementasi pengelolaan obat di puskesmas. Kegiatanperencanaan
diPuskesmasTanjungrejodilakukansetiapperiode 1tahunsekalidengan
menggunakan metode kombinasi (mempertimbangkan pola konsumsi 3
bulan sebelumnya dan pola penyakit) serta data mutasi sediaan farmasi
dan BMHP yang telah tercatat pada data penggunaan obat perbulan
maupun pertahun. Sediaan farmasi di Puskesmas Tanjungrejo meliputi
obat jadi diantaranya obat yang termasuk dalam Fasilitas Kesehatan
Tingkat 1, mengacu pada Formularium Nasional, Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN), Pedoman Pelayanan Klinis (PPK) Tingkat 1, serta
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Perhitungan jumlah obat yang
diperlukan selamasatutahundihitungberdasarkanpadapemakaianbulan
lalu, buffer stock dan sisa stok yang masih terdapat di gudang farmasi
Puskesmas Tanjungrejo.Kegiatanperencanaanperbekalankefarmasiandi
Puskesmas Tanjungrejo telah sesuai dengan Permenkes RI No.74 tahun
2016 yang menyatakan dalam membuat perencanaan pengadaan
perbekalan kefarmasian perlu memperhatikan pola penyakit, pola
konsumsi, sertadatamutasesediaanfarmasiperiodesebelumnya.Berikut
adalah rumus yang digunakan dalam perencanaan di Puskesmas
Tanjungrejo:(2xpenggunaansebelumnya–Sisastok).
2.2. P
engadaan
Pengadaan di Puskesmas Tanjungrejo dilakukan perbulan melalui
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang berisi
pemakaian obat bulan lalu dan sisa stok obat dan BMHP yang ada di
gudangfarmasipuskesmasyangkemudiandiajukankepadaKepalaDinas
Kesehatan melalui UPT Gudang Farmasi Kabupaten Kudus. Bila terjadi
kekosonganobat,ApotekerPuskesmasTanjungrejomelakukanpemesanan
dengan sistem obat di luar LPLPOyaitumemesandenganSuratPesanan
(SP) melalui PBF dengan menggunakan dana puskesmas. Hal ini
8
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sediaan farmasi dan BMHP yang
sebelumnya sudah dilakukan pada perencanaan tetapi masih belum
memenuhi kebutuhan akibat adanya penyakit endemik atau jumlah
kunjungan kasus tertentu yang meningkat. Berikut merupakan alur
kegiatan pengadaan di Puskesmas Tanjungrejo :
9
2.6. PengawasanInventory
PengawasaninventorydiPuskesmasTanjungrejodilakukandengan
adanya pencatatan dan pelaporan. Pencatatan, pelaporan, pengarsipan
merupakan rangkaian kegiatan penatalaksanaan obat secara tertib, yang
diterima, disimpan, didistribusikan, dan digunakan di puskesmas.
Adapun tujuan dari pencatatan, pelaporan, pengarsipan yaitu bukti
pengelolaan telah dilakukan, sumber data untuk pembuatan laporan,
sumber data unutk melakukan pengaturandanpengendalian.Pencatatan
dan pelaporan dibuat dalam bentuk LPLPO yang datanya berasal dari
datapenggunaansertakartustok.
KegiatanpencatatandiPuskesmasTanjungrejomeliputipencatatan
jumlah resep harian, pengamatan langsung kemudian dilakukan
pencatatan pada kartu stok di gudang farmasi.Pengarsipanresepharian
di Puskesmas Tanjungrejo diurutkan berdasarkan nomordandipisahkan
sesuai bulan dituliskannya resep. Resep tersebut juga disusun
berdasarkan cara pembayaran pasien yaitu dengan jaminan (BPJS
dan/atau Jamkesmas), gratisataupunpembayaransendiribarukemudian
disimpandandiarsipkan.
Pencatatan pemakaian obat narkotikdanpsikotropikdiPuskesmas
Tanjungrejo dilakukan setiap hari. Format pencatatannya sama seperti
obat golongan lainnya, hanya saja dicatat dalam buku yang berbeda.
Instalasi Farmasi Puskesmas Tanjungrejo memiliki beberapa jenis
laporanyangdilakukansetiapbulannyayaitu:
1)LaporanPemakaiandanLembarPermuntaanObat(LPLPO)
2)Ketersediaanobatyangwajibada
3)Laporanformulariumnasional
4)LaporanPelayananInformasiObat(PIO)
5)LaporanKonseling
6)Obatpsikotropikadannarkotika
7)Jumlahkunjunganpasienperbulan
11
2.7. PengawasanObatKadaluwarsadanRusak
Pengontrolan obat rusak dan kadaluarsa di Instalasi Farmasi
Puskesmas Tanjungrejo dilakukan perbulan. Obat kadarluarsa dipisahkan
dari obat lainnya. Obat yang mendekati waktu kadarluarsa akan
dikeluarkanterlebihdahulu.Obatrusakdankadarluarsadimusnahkandan
disaksikan kepala Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, Apoteker, tenaga
kesehatan puskesmas lainnya. Laporan dibuat tiga rangkap yang terdiri
dari lembar satu dikirim ke Dinas kesehatan Kota/Kabupaten melalui
Instalasi Farmasi, lembar duanya diberikan kepada BPOM dan lembar
tiganyasebagaiarsippuskesmas.
12
BABIII
KESIMPULANDANSARAN
3.1.Kesimpulan
1) PeranApotekerdiPuskesmasTanjungrejoberadadiapotek
puskesmasatauRuangobatmeliputipenyiapanobatsesuaidengan
resepdokteryangmasuk,peracikan,pemberianlayananKIE,PIO,
danpengendalianpersediaanobatdipuskesmas
2) KegiatanPerencanaan,Pengadaan,Penerimaan,Penyimpanan,
Distribusi,PengawasanInventory,danPemusnahanyangdilakukan
olehmahasiswaPraktikKerjaProfesiApoteker(PKPA)di
PuskesmasTanjungrejomenjadipengalamandanmampu
meningkatkanpemahamantugassertatanggungjawabapotekerdi
Puskesmas.
3.2.Saran
Untukmeningkatkanpelayananperluadanyapenataankembaliuntuk
keberadaanobatpadalemariataurakobatdigudangfarmasiPuskesmas
Tanjungrejo.
13
DAFTARPUSTAKA
14
LAPORANPRAKTEKKERJAPROFESIAPOTEKER(PKPA)
FARMASIKOMUNITAS(PUSKESMAS)
DIPUSKESMASTANJUNGREJO
ompetensi
K
romosiKesehatandanPengaplikasianPTO
P
isusunoleh:
D
AlliciaPutriAndaruqmi,S.Farm. ( 42023200025)
DestinShintiaFalashifa,S.Farm. (42023200004)
NovaAriPrasetyo,S.Farm. (42023200012)
PROGRAMSTUDIPROFESIAPOTEKER
FAKULTASFARMASI
NIVERSITASMUHAMMADIYAHKUDUS2023
U
J alanGanesha1PurwosariKudusJawaTengahKodePos59316
Website:www.umkudus.ac.id Email:prodiapoteker@umku.ac.id
Telp/fax.(0291)437218
ALAMANPERSETUJUAN
H
APORANPRAKTEKKERJAPROFESIAPOTEKER(PKPA)
L
FARMASIKOMUNITAS(PUSKESMAS)
DIPUSKESMASTANJUNGREJO
ompetensi
K
romosiKesehatandanPengaplikasianPTO
P
Kudus,2Desember2023
Menyetujui,
DosenPembimbing, Preceptor,
apt.UlvianiYuliaHusna,M.Farm. apt.Soraya,S.Farm.
NIDN:0624079501 NIP:198901052022212002
DosenPenanggungJawab,
apt.ZaenalFanani,M.Sc.
NIDN:0603028602
1
DAFTARISI
HALAMANPERSETUJUAN.................................................................................1
DAFTARISI............................................................................................................2
BABIURAIANKEGIATAN..................................................................................3
1.1.PenyuluhanTerapiObat/SediaanFarmasi.................................................3
1.2.DRP(DrugRelatedProblems)....................................................................3
BABIIPEMBAHASAN.........................................................................................5
2.1.PenyuluhanTerapiObat/SediaanFarmasi.................................................5
2.2.AnalisaDRP................................................................................................7
BABIIISIMPULANDANSARAN.....................................................................10
3.1Kesimpulan................................................................................................10
3.2Saran...........................................................................................................10
DAFTARPUSTAKA.............................................................................................11
2
ABI
B
URAIANKEGIATAN
1.1. PenyuluhanTerapiObat/SediaanFarmasi
Upaya penyuluhan kesehatan dilaksanakan oleh semua program yang
dilaksanakan Puskesmas. Jenis upaya promosi kesehatan adalah advokasi,
penggalangan kemitraan, bersumberdaya masyarakat (UKBM), yang didukung
oleh KIE, penyuluhan atau penyebarluasan informasi. Beberapa metode
penyebarluasaninformasiantaralainpenyuluhan,konseling,bimbingan,seminar,
diskusi,media(cetak,elektronik,sosial,tradisional,dll).Mediadalampenyaluran
informasi obat melalui penyuluhan dapat berupa : leafleat, Elektronik
(video,ppt,dll),alatperaga.
Pengetahuan masyarakat mengenai duniakesehatan,terutamaobatmasih
sangat terbatas, padahal obat merupakan bahan yang mudah kita temukan
disekitarkita.Obatharusselaludigunakansecarabenaragarmemberikanmanfaat
klinik yang optimal. Salah satu elemen yang memeiliki keahlian dan dapat
menjadi sumber informasi mengenaiobatadalahfarmasis.Peranfarmasisdalam
bidang kesehatan yaitu memberikan konsultasi, informasi dan edukasi (KIE),
mengarahkan pasien untuk melakukan pola hidup sehat, dan melakukan
monitoring.Tujuanpemberianinformasiadalah:
a. Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang
diberikandokter.
b. Tujuanterapidapatdicapaidenganmaksimal.
c. Efektifitasdanefisiensibiayapengobatan.
1.2. DRP(D
rugRelatedProblems)
DrugRelatedProblems(DRPs)merupakankeadaanyangtidakdiinginkan
pasienterkaitdenganterapiobatsertahal-halyangmengganggutercapainyahasil
akhir yang sesuai dan dikehendaki untuk pasien. Tujuh penggolongan DRPs
menurut Cipolle adalah penggunaanobatyangtidakdiperlukan,kebutuhanakan
terapiobattambahan,obatyangtidakefektif,dosisterapiyangdigunakanterlalu
rendah, adverse drug reactoin, dosis terapi yang terlalu tinggi, dan
ketidakpatuhan. Hal-hal yang terkait dengan DRPseharusnyadapatdicegahdan
3
dikurangi keberadaannya melalui pengenalan secara awal terhadap adanya DRP
olehseorangfarmasis.
Pemberian informasi obat memiliki peranan penting dalam rangka
memperbaiki kualitas hidup pasien dan menyediakan pelayanan bermutu bagi
pasien. Kualitas hidup dan pelayanan bermutu dapat menurun akibat adanya
ketidakpatuhan terhadap programpengobatan.Penyebabketidakpatuhantersebut
salah satunya disebabkan kurangnya informasi tentang obat. Selain itu,regimen
pengobatan yang kompleks dan kesulitan mengikuti regimen pengobatan yang
diresepkan merupakan masalah yang mengakibatkan ketidakpatuhan terhadap
pengobatan. Selain masalah kepatuhan, pasien juga dapat mengalami efek yang
tidak diinginkan dari penggunaan obat. Dengan diberikannya informasi obat
kepadapasienmakamasalahterkaitobatsepertipenggunaanobattanpaindikasi,
indikasi yang tidak terobati, dosis obat terlalu tinggi, dosis subterapi, serta
interaksiobatdapatdihindari.
Jenisinformasiyangdiberikanapotekerpadapasienyangmendapatresep
baru meliputi nama dan gambaran obat, tujuan pengobatan, cara dan waktu
penggunaan, saran ketaatan dan pemantauan sendiri, efek samping dan efek
merugikan, tindakan pencegahan. kontraindikasi, dan interaksi, petunjuk
penyimpanan, informasi pengulangan resep dan rencana pemantauan lanjutan.
Selain itu, diskusi penutup juga diperlukan untuk mengulang kembali dan
menekankanhal-halterpentingterkaitpemberianinformasimengenaiobat.
4
BABII
PEMBAHASAN
2.1.PenyuluhanTerapiObat/SediaanFarmasi
Penyuluhankesehatanadalahkegiatanyangdilakukanuntukpenambahan
pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui tehnik praktik belajar atau
instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara
individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam
mencapai tujuan hidup sehat. Penyuluhan Kesehatan merupakan upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran bersama
masyarakat. Penyuluhan kesehatan ini dilakukan agar mereka dapat menolong
dirinyasendiri,sertamengembangkankegiatanyangbersumberpadamasyarakat,
sesuaidengankondisisosialbudayasetempatdandidukungolehkebijakansecara
internal maupun lingkungannya yang berwawasan kesehatan. Dalam konteks
menolong diri sendiri dimaksudkan bahwa Masyarakat mampu berperilaku
mencegah timbulnyamasalah-masalahkesehatan,memeliharadanmeningkatkan
derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah
kesehatantersebutterlanjurterjadidilingkunganmereka.
Obatpadadasarnyamerupakanbahanyanghanyadengantakarantertentu
dan dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa,
mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan (Depkes RI,
2008).Obatadalahracunyangjikatidakdigunakansebagaimanamestinyadapat
membahayakan penggunanya, tetapi jikaobatdigunakandengantepatdanbenar
maka diharapkan efek positifnya akan maksimal dan efek negatifnya menjadi
seminimal mungkin (ISFI, 2008). Oleh karena itu sebelum menggunakan obat,
harus diketahui sifat dan cara pemakaian obat agar penggunaannya tepat dan
aman(DepkesRI,2008).Ketidakpahamanpasienkarenakurangnyapengetahuan
terhadap terapi yang sedang dijalaninya akan meningkatkan ketidakpatuhan
pasien dalam mengkonsumsi obatnya (Perwitasari, 2010). Faktor tersebut
biasanya karena kurangnya informasi mengenai pengobatan dan hal-hal tentang
obat, maka pasien melakukan self-regulation terhadap terapi obat yang
diterimanya (Depkes RI , 2007). Penyuluhan kesehatanterkaitobatharusbenar,
5
jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, dan terkini sangat diperlukan
dalamupayapenggunaanobatyangrasionalolehpasien(Vinkeretal,2007).
Penyuluhankesehatanadalahkegiatanyangdilakukanuntukpenambahan
pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui tehnik praktik belajar atau
instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara
individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam
mencapai tujuan hidup sehat. Penyuluhan Kesehatan merupakan upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran bersama
masyarakat. Penyuluhan kesehatan ini dilakukan agar mereka dapat menolong
dirinyasendiri,sertamengembangkankegiatanyangbersumberpadamasyarakat,
sesuaidengankondisisosialbudayasetempatdandidukungolehkebijakansecara
internal maupun lingkungannya yang berwawasan kesehatan. Dalam konteks
menolong diri sendiri dimaksudkan bahwa Masyarakat mampu berperilaku
mencegah timbulnyamasalah-masalahkesehatan,memeliharadanmeningkatkan
derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah
kesehatantersebutterlanjurterjadidilingkunganmereka.
Obatpadadasarnyamerupakanbahanyanghanyadengantakarantertentu
dan dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa,
mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan (Depkes RI,
2008).Obatadalahracunyangjikatidakdigunakansebagaimanamestinyadapat
membahayakan penggunanya, tetapi jikaobatdigunakandengantepatdanbenar
maka diharapkan efek positifnya akan maksimal dan efek negatifnya menjadi
seminimal mungkin (ISFI, 2008). Oleh karena itu sebelum menggunakan obat,
harus diketahui sifat dan cara pemakaian obat agar penggunaannya tepat dan
aman(DepkesRI,2008).Ketidakpahamanpasienkarenakurangnyapengetahuan
terhadap terapi yang sedang dijalaninya akan meningkatkan ketidakpatuhan
pasien dalam mengkonsumsi obatnya (Perwitasari, 2010). Faktor tersebut
biasanya karena kurangnya informasi mengenai pengobatan dan hal-hal tentang
obat, maka pasien melakukan self-regulation terhadap terapi obat yang
diterimanya (Depkes RI , 2007). Penyuluhan kesehatanterkaitobatharusbenar,
jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, dan terkini sangat diperlukan
dalamupayapenggunaanobatyangrasionalolehpasien(Vinkeretal,2007).
6
2.2.AnalisaDRP
DaripengobatanpadapasienrawatjalanPuskesmasTanjungrejomemiliki
riwayat penyakit TBC yangmasihmengonsumsiobatantituberkulosismemiliki
interaksi obat yang diresepkan. Interaksi obat potensial seringkali terjadi pada
pasienrawatinap yangdiresepkanbanyakpengobatan.Prevalensiinteraksiobat
meningkatsecaralinearseiringdenganpeningkatanjumlahobatyangdiresepkan,
jumlah kelas obat dalam terapi,jeniskelamindanusiapasien(MaraandCarlos,
2006). Interaksi obat yang paling banyak adalah interaksi antara rifampicin
dengan isoniazide. Kombinasi keduanya dapat menyebabkan meningkatnya
metabolismdariisoniazidsehinggaterjadipeningkatanhepatotoksisitas,daripada
ketikakeduaobattersebutdiberikanterpisah(Ballard,2002).
Interaksiobatlainnyaseperti:
a. RifampisindanPirazinamid
Pada penggunaan rifampisin dengan pirazinamid dapat meningkatkan
oksisitasyanglaindengansinergismefarmakodinamikdenganmenurunkan
kadarrifampisisndalamserum.
b. IsoniaziddanAcetaminophen
Penggunaan bersama antara isoniazid dan acetaminophen, isoniazid akan
meningkatkan kadar atau efek acetaminophen (parasetamol) dengan
mempengaruhi metabolisme enzim CYP2E1 di hati. Isoniazid juga dapat
meningkatkan toksisitas acetaminophen dengan mekanisme yang tidak
diketahui.Kecil/signifikansitidakdiketahui.
c. Rifampisindanacetaminophen
Penggunaan rifampisin dengan acetaminophen, rifampisin dapat
menurunkan kadar asetaminophen dengan meningkatkan metabolisme.
Peningkatanmetabolismetermasuktingkatmetabolithepatotoksik.
d. Isoniaziddanpirazinamid
Penggunaan bersamaan isoniazid dan pirazinamid dapat meningkatkan
toksisitas yang lain dengan sinergisme farmakodinamik. Hepatotoksisitas
adiktif.
StudiKasusDRP
7
AnalisisKasusdenganMetodeSOAP
a. Subjektif
● Pasienberusia61tahun
● Pasienmengeluhkansakitpergelangankaki,lututsakit
● Riwayatpenyakitdahuluadalahhipertensi
b. Obyektif
● Pasiendidiagnosishipertensiesensial/hipertensiprimer
● TB/BB:160cm/59kg
● Pasiendiresepkan:Amlodipine1x10mgperhari,Vitamin
B121xsehari,NatriumDiklofenac2x50mgperhari
● Tandavital
c. Assesment
● Kontraindikasi
atrium diklofenak adalah antiinflamasi golongan non steroid
N
8
( NSAID). obat golongan NSAID dapat beresiko meningkatkan tekanan
darahtinggi.
● Obattepatindikasi
Berdasarkan tekanan darah pasien dianjurkan pemberian
antihipertensi secarakombinasiuntukterapihipertensi,akantetapidalam
kasus ini memberikan obat antihipertensi tunggal CCBs (amlodipine
10mg)melihatdarifaktorusiapasien.Untukterapinyerirematik,natrium
diklofenac 50mg. Selain itu, peresepkan vitamin B 12 untukpemenuhan
vitaminBbagipasien.
. Planning
d
● Farmakologi
enyarankanNatriumDiklofenakdenganParacetamol3x1atau
M
antinyeritopikal.
● non-farmakologi
○ Menerapkanpolahidupyangtepatdenganpengaturandiet
rendahnatrium.Kadarnatriumyangtinggidapat
meningkatkankadarairyangmenyebabkanvolumedarah
menjadimeningkatsehinggatekanandarahpunikut
meningkat.
○ Kompreshangatuntukareayangterasakencangdan
bengkakpadakaki
○ Rutinberolahragasekitar30menitperhari,minimal3kali
seminggu
○ Mengurangistres
9
ABIII
B
SIMPULANDANSARAN
3.1Kesimpulan
1) Penyuluhan kesehatan dapat meningkatkan peengetahuan
masyarakatmengenaiduniakesehatan,terutamaobatmasihsangat
terbatas,padahalobatmerupakanbahanyangmudahkitatemukan
disekitar kita. Obat harus selalu digunakan secara benar agar
memberikanmanfaatklinikyangoptimal.
2) Drug Related Problems (DRPs) merupakan keadaan yang tidak
diinginkan pasien terkait dengan terapi obat serta hal-hal yang
mengganggu tercapainya hasil akhir yang sesuai dan dikehendaki
untukpasien.
3.2Saran
Sebelum melaksanakan PKPA di Puskesmas, calon apoteker
diharapkandapatmembekalidirinyaterlebihdahuludengan;
a. Meningkatkanpengetahuantentangpenggunaanobatdanindikasi,
aturanpakai,interaksi,kontraindikasi,efeksamping,dosisobat,
alatkesehatandanvaksin.
b. Meningkatkanpengetahuantentangstandarkefarmasiandi
PuskesmassepertiyangtertuangpadaPermenkesNo.74tahun
2016.
c. Perlunyakoordinasidankerjasamaantartenagakesehatan
puskesmasterutamakepalapuskesmas,dokterpoliumumdan
penanggungjawabfarmasiagartercapainyapenggunaanobat
rasionaldiPuskesmasTanjungrejo.
10
DAFTARPUSTAKA
DepartemenKesehatanRI.Undang–UndangRepublikIndonesiaNomor36tahun
2009tentangKesehatan.Jakarta:KementeriaKesehatanRI.2009.
Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor82Tahun2013.Jakarta:MenteriKesehatIndones.2013;9.
Sari. Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat Ditinjau Dari IndikatorPeresepan
Menurut World Health Organization (WHO) Di Seluruh Puskesmas
Kecamatan Kota Depok Pada Tahun 2010. Depok Universitas Indonesia.
2011;5(1).1-2.
Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.
02.02/Menkes/52/2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun2015-2019.KementerianKesehatanRIJakarta:2015;3.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Pedoman Pemantauan Terapi
Obat. Jakarta : Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen
KesehatanRI.2009.
Presiden RI. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012
TentangSistemKesehatanNasional.LembaranNegaraRITahun.2012;193.
Widoyono, MPH. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, Dan
Pemberantasannya.Jakarta:PenerbitErlangga.2008;8
Ihsan, S. Sabarudin, S. Leorita, M. Syukriadi, ASZ. Ibrahim, MH. Evaluasi
Rasionalitas Penggunaan Obat Ditinjau Dari Indikator Peresepan Menurut
World Health Organization (WHO) Di Seluruh Puskesmas Kota Kendari
Tahun2016.Medula.2018;5(1).
11
LAMPIRAN
Visi,Misi,MaklumatPelayanan,danTataNilaiUPTDPuskesmasTanjungrejo
CopyResep FakturBarang
ObatDenganStikerLASAdanHigh ObatHampirKadaluarsa
Alert
KartuStokGudang BeritaAcaraSerahTerimaBarang
PengembalianObatKadaluarsa BeritaAcaraPemusnahan
aporanPemakaiandanLembar
L LampiranObatKadaluarsa
PermintaanObat(LPLPO)
SuratPesanan
PemusnahanObatKadaluarsa
DispensingObat
PenerimaanBarang