Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BENTUK-BENTUK PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

Dosen Pengampu: Dr. Heryati, S.T., M.T.

DISUSUN OLEH
Kelompok 5
1.Yusril Bagus Pangestu (551422014)
2.Windra Bati (551422024)
3.Sulaiman Bathin (551422034)
4.Amilatul Istiqosah Yasano (551422044)

PRODI S1 TEKNIK ARSITEKTUR


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita haturkan kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “BENTUK-BENTUK PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH”.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah turut memberikan
konstribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya kami tidak akan bisa maksimal jika tidak
mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, 22 November 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI
MAKALAH....................................................................................................................................1
PRODI S1 TEKNIK ARSITEKTUR...........................................................................................1
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK....................................................1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1.Latar Belakang.....................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
KAJIAN PUSTAKA......................................................................................................................2
2.1 Kajian Pustaka.....................................................................................................................2
BAB III...........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
3.1.Penanganan Permukiman Kumuh di Kecamatan Medan Danai....................................3
3.2. Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Melalui Pemugaran Kawasan
Permukiman Kumuh di Kecamatan Semarang Utara...........................................................4
3.3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pemugaran Kawasan Permukiman Kumuh di
Kecamatan Semarang Utara.....................................................................................................5
3.4. Pelaksanaan Strategi Penanganan Penataan Lingkungan Perumahan dan
Permukiman Kumuh di Kelurahan Miroto............................................................................5
3.5.Faktor Penghambat Pelaksanaan Strategi Penanganan Penataan Lingkungan
Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kelurahan Miroto................................................6
3.6. Perbandingan Tiga Artikel Strategi Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh......6
BAB IV............................................................................................................................................9
PENUTUP......................................................................................................................................9
4.1.Kesimpulan...........................................................................................................................9
4.2. Kelebihan.............................................................................................................................9
4.3. kekurangannya....................................................................................................................9
4.4. Saran....................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Masalah permukiman kumuh merupakan masalah tanpa akhir (the endless problems) yang
setiap tahunnya termasuk dalam program pemerintah. sesuai dengan UU No.1 Tahun 2011
Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang
merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang sangat strategis dalam
pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia
Indonesia seutuhnya, berjati diri mandiri dan produktif. Namun, masalah ini dari tahun ke tahun
masih menjadi masalah yang tak terpecahkan (Hariyanto, 2017).

Kawasan permukiman kumuh menjadi tantangan serius dalam konteks urbanisasi global,
menimbulkan sejumlah permasalahan kompleks yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial,
ekonomi, dan lingkungan. Fenomena ini mencerminkan ketidaksetaraan dalam pembangunan
perkotaan, di mana sebagian penduduk terpinggirkan dan terpaksa hidup dalam kondisi yang
seringkali tidak layak. Kondisi kumuh mencakup ketidaktersediaan infrastruktur dasar, akses
yang terbatas terhadap pendidikan dan layanan kesehatan, serta rendahnya kondisi perumahan.

Identifikasi permasalahan kekumuhan merupakan tahap identifikasi untuk menentukan


permasalahan kekumuhan. pada objek kajian yang difokuskan pada aspek kualitas fisik
bangunan dan. infrastruktur keciptakaryaan pada suatu lokasi. Identifikasi permasalahan
kekumuhan dilakukan. berdasarkan pertimbangan pengertian perumahan kumuh dan
permukiman kumuh dengan persyaratan teknis yang berlaku serta standar pelayanan minimal
yang diprasyaratkan secara nasional. Upaya untuk menentukan tingkat kekumuhan. pada suatu
permukiman dengan menemukenali dari setiap lokasi disebut identifikasi kondisi kekumuhan
yang meliputi berbagai aspek seperti kondisi bangunan gedung. kondisi jalan lingkungan,
kondisi penyediaan air minum, kondisi drainase lingkungan, kondisi pengelolaan air limbah,
kondisi pengelolaan persampahan dan proteksi kebakaran. Identifikasi kondisi kekumuhan
dilakukan berdasarkan beberapa aspek dan kriteria seperti yang telah dirumuskan pada Permen
PUPR RI Nomor 14 Tahun 2018 Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh

1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
1.Administrasi Publik

Chandler dan Plano dalam Keban (2004) (dalam Pasolong, 2014: 7) menyebutkan bahwa,
administrasi Publik adalah proses dimana sumber daya dan personel publik diorganisir dan
dikoordinasikan untuk memformulasikan, mengimplementasikan dan mengelola (manage)
keputusan- keputusan dalam kebijakan publik.

2. Kebijakan Publik

Menurut Thomas Dye (1981) "public policy is whatever governments choose to do or not to do"
yang berarti bahwa kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau
tidak melakukan.

3. Implementasi Kebijakan

Van Meter dan Van Horn dalam Agustino (2014: 139) mengemukakan bahwa implementasi
kebijakan merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau
pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada
tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.

4. Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 02/PRT/M/2016 sebagai


pedoman pelaksanaan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang salah satunya dilakukan
dengan pola penanganan dalam bentuk pemugaran menyebutka bahwa pemugaran dilakukan
dengan merehabilitasi bangunan gedung, jalan lingkungan, penyediaan air minum, drainase
lingkungan, pengelolaan air limbah, pengelolaan sampah, serta proteksi kebakaran.

2
BAB III
PEMBAHASAN
Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni yang ditandai dengan
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta
sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. (UU No.1 Tahun 2011 tentang PKP). Untuk
melakukan identifikasi kawasan permukiman kumuh digunakan kriteria. Penentuan kriteria
kawasan permukiman kumuh dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek atau dimensi
seperti kesesuaian peruntukan lokasi dengan rencana tata ruang, status kepemilikan) tanah,
letak/kedudukan lokasi, tingkat kepadatan penduduk, tingkat kepadatan bangunan, kondisi fisik,
sosial, ekonomi dan budaya masyarakat lokal.

Dalam pencegahan dan peningkatan kawasan kumuh di Indonesia sudah diinisiasi sejak tahun
1974 melalui program KIP (Kampung Improvement Program). Pada perjalanannya, program-
program dalam pencegahan dan peningkatan kualitas kawasan kumuh terus berkembang. Saat ini
program nasional dalam pencegahan dan peningkatan kualitas kawasan kumuh dikenal dengan
istilah Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU). KOTAKU adalah satu dari sejumlah upaya
strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
untuk mempercepat penanganan permukiman kumuh di Indonesia dan mendukung “Gerakan
100-0-100”, yaitu 100 persen akses universal air minum, 0 persen permukiman kumuh, dan 100
persen akses sanitasi layak. Arah kebijakan pembangunan Dirjen Cipta Karya adalah
membangun sistem, memfasilitasi pemerintah daerah, dan memfasilitasi komunitas (berbasis
komunitas). Program KOTAKU menangani kumuh dengan membangun platform kolaborasi
melalui peningkatan peran pemerintah daerah dan partisipasi masyarakat.

Berdasarkan kasus-kasus permukiman kumuh yang ada di Indonesia, kami memilih tiga kasus
permukiman kumuh dari berbagai wilayah di Indonesia yaitu di Kecamatan Medan Denai, di
Kota Semarang Utara, dan di Kelurahan Miroto, Semarang Tengah. Dari tiga kasus tersebut
masing-masing memiliki strategi penanganan kawasan permukiman kumuh.

3.1.Penanganan Permukiman Kumuh di Kecamatan Medan Danai

3
1. Kondisi Bangunan Gedung

kepadatan bangunan dan kualitas bangunan masing-masing berada. pada kriteria 25%-50%.
Artinya, lebih dari setengah permukiman di lingkungan yang tergolong kumuh memiliki
keteraturan bangunan yang baik. kepadatan bangunan yang tidak terlalu padat serta kualitas
bangunan yang layak huni. Pola penanganan yang dilakukan untuk bangunan yang tergolong
kumuh adalah rehabilitasi fungsi dan massa bangunan sesuai kondisi saat awal dibangun.

2. Kondisi Penyediaan Air Minum

Kondisi penyediaan air minum di Kecamatan Medan Denai sudah tersedia dan aman, Akses
aman air minum didapatkan masyarakat dari Perusahaan. Air Minum (PAM). Namun, sebagian
besar masyarakat juga memperoleh air untuk minum dari Air Minum Isi Ulang dikarenakan ada
juga masyarakat yang memperoleh air untuk keperluan sehari- hari dari sumur galian.

3. Kondisi Drainase Lingkungan

Kondisi ketersediaan drainase lingkungan di Kecamatan Medan Denai tersedia dengan baik di
setiap lingkungan yang tergolong kumuh. Sedangkan kondisi dimana jaringan drainase
lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air terdapat di 6 lingkungan. Hal ini terjadi
dikarenakan kondisi drainase yang telah penuh sehingga tidak mampu menerima debit air.

3.2. Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Melalui Pemugaran Kawasan


Permukiman Kumuh di Kecamatan Semarang Utara
Kesesuaian pendelegasian dalam sebuah kebijakan merupakan hal yang penting sehingga
kebijakan dapat dilaksanakan memang oleh lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan
yang sesuai dengan karakter kebijakan. Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman telah
memiliki tugas yaitu melaksanakan urusan pemerintahan bidang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, bidang Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang sub urusan permukiman.
Sehingga penyediaan permukiman yang layak baik dari rumahnya dan juga sarana prasarana
dan utilitas umumnya telah menjadi tanggung jawab yang diemban. Telah diketahui oleh
pegawai Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Semarang bahwa sebagai
Pegawai Negeri Sipil merupakan sebuah kewajiban untuk melaksanakan tugas pokok dan
fungsi yang telah didelegasikan. Sebuah pelaksanaan kebijakan tentu saja diharapkan dapat
konsisten sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya sehingga pelaksanaan

4
kebijakan dapat mencapai tujuan kebijakan dan memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Pada penanganan permukiman kumuh di Kecamatan Semarang Utara, pelaksanaan
disesuikan dengan perencanaan baseline atau dokumen RPLP (Rencana Penataan Lingkungan
Permukiman) yang kemudian dibandingkan dengan hasil perhitungan tingkat kekumuhan
akhir pada LPJ yang disusun oleh BKM Kelurahan didampingi oleh fasilitator untuk
mengukur pencapaian pelaksanaan kebijakan.

3.3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pemugaran Kawasan Permukiman Kumuh di


Kecamatan Semarang Utara
-Kondisi Lingkungan

Dilihat dari kondisi lingkungan terkait kondisi perekonomian tidak memungkinkan apabila
masyarakat harus mengeluarkan swadaya dalam bentuk dana sehingga swadaya dilakukan
dengan pemberian makanan dan minuman atau dalam bentuk tenaga.

-Hubungan Antar Organisasi

NUSP dan KOTAKU saling berkolaborasi dimana NUSP lebih kuat pada pelaksanaan
teknisnya sedangkan KOTAKU lebih unggul pada perencanaan dan pendataan, sehingga
wilayah yang telah ditangani oleh NUSP dibantu masalah pendataannya oleh KOTAKU.

-Sumberdaya Organisasi

Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman memiliki sumberdaya manusia yang


berkompetensi untuk melaksanakan tugasnya.

-Karakteristik dan Kemampuan Agen Pelaksana

Struktur organisasi yang proporsional dan sesuai dengan kebutuhan tugasnya akan
mendukung kelancaran dari implementasi kebijakan.

3.4. Pelaksanaan Strategi Penanganan Penataan Lingkungan Perumahan dan


Permukiman Kumuh di Kelurahan Miroto
Hal pertama yang dilakukan dalam menjalankan sebuah strategimelalui program yakni
dengan memenuhi kebutuhan sumberdaya manusia yang akan berfungsi sebagai pelaksana
strategi. Memadainya kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki dapat dilihat dari kinerja yang
diberikan dalam menghadapi dan melayani masyarakat untuk menjawab setiap personalan yang

5
menyangkut pelaksanaan program perbaikan rumah. Hal kedua adalah program rumah tidak
layak huni terhadap visi misi Kota Semarang dan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
Kota Semarang. Strategi yang dilakukan melalui program rumah tidak layak huni yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas rumah dan kehidupan masyarakat menjadi lebih baik lagi
dilaksanakan untuk menjawab misi ketiga dari Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
Kumuh. Hal yang ketiga adalah perencanaan dan pendataan program rumah tidak layak huni.
Hal keempat adalah adanya pengadaan barang dan jasa. Pelayanann barang dan jasa yang
diberikan oleh pemerintah dalam bentuk pemberian bahan material bangunan dan juga tenaga
tukang untuk melakukan perbaikan rumah.

3.5.Faktor Penghambat Pelaksanaan Strategi Penanganan Penataan Lingkungan


Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kelurahan Miroto
Penanganan penataan lingkungan perumahan dan permukiman kumuh di Kelurahan Miroto
dapat ditemui beberapa faktor penghambat diantaranya:

-Kuantitas sumberdaya manusia

Terbatasnya jumlah sumberdaya manusia ini dapat dilihat dari belum mampunya dinas untuk
menyelesaikan permasalahan permukiman kumuh secara keseluruhan sehingga perbaikan yang
dilakukan dengan cara bertahap pada setiap lokasi yang masuk kedalam kategori kumuh.

-Anggaran.

Anggaran yang digunakan dalam pelaksanaan program rumah tidak layak huni masih minim.
Hal ini dapat dilihat dari perbaikan yang dilakukan hanya pada beberapa bagian rumah.
Minimnya anggaran akan memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan program. Jika anggaran
yang digunakan tidak dapat menangani permasalahan maka pelaksanaan program tidak
maksimal sehingga tujuan yang diinginkan akan sulit untuk dicapai.

-Gangguan keamanan

Adanya gangguan keamanan berupa premanisme dari masyarakat lingkungan sekitar yang
dilakukan kepada para pekerja tukang akan memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan
program sehingga perbaikan rumah akan tertunda dan juga tidak dapat dilaksanakan.

3.6. Perbandingan Tiga Artikel Strategi Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh

6
Aspek Strategi Medan Danai Semarang Utara Kelurahan Miroto,
Semarang Tengah
Program Utama Program dalam Pemerintah Kota Menentukan dan
penanganan Semarang menetapkan
permukiman kumuh menetapkan lokasi tujuan jangka
di Kecamatan Medan prioritas penanganan panjang organisasi
Denai melalui kumuh Kota dan menyusun
program KOTAKU Semarang beberapa cara-cara
(Kota Tanpa Kumuh) berdasarkan Surat lain untuk mengatasi
(Dirjen Cipta Karya, Keputusan Walikota permasalahan.
2016) Semarang No
050/801/2014
Tujuan Utama Mengetahui tingkat mengetahui Menganalisis
kekumuhan di penaganan kawasan pelaksanaan strategi
Kecamatan Medan permukiman kumuh penanganan penataan
Denai dan pola melalui pemugaran lingkungan
penanganan kawasan perumahan dan
permukiman kumuh. permukiman kumuh permuiman di
di Kecamatan Kelurahan Miroto
Semarang Utara serta
mengetahui faktor—
faktor yang
mempengaruhi dalam
pelaksanaan
penanganan tersebut.
Fokus Penanganan
Partisipasi Yes Yes Yes
Masyarakat
Kolaborasi Yes Yes Yes
Stakeholder
Sumber Pembiayaan Pemerintah kota Pemerintah Kota Pemerintah Kota

7
Keterpaduan Sarana prasarana Bangunan Gedung, Peningkatan kualitas
Program kondisi jalan permukiman kumuh.
lingkungan,
penyediaan air
minum, drainase
lingkungan,
pengelolaan air
limbah, dan
pengelolaan
persampahan.
Peningkatan Melalui edukasi, Pelatihan Melalui edukasi.
Kapasitas maupun pembinaan. keterampilan, atau
Masyarakat pembinaan.
Pemberdayaan Yes Yes Yes
Kelurahan/Desa

8
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penanganan kawasan permukiman
kumuh di medan denai, kota Semarang Utara, Kelurahan Miroto, Kecamatan Semarang Tengah,
Untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintah melakukan pelaksanaan strategi peningkatan
jumlah rumah tidak layak huni melalui Program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) untuk
mengurangi jumlah permukiman kumuh yang ada.

Program KOTAKU menerapkan pendekatan partisipatif dengan keterlibatan aktif masyarakat.


Program KOTAKU menjadi salah satu pendekatan yang digunakan di berbagai wilayah,
termasuk Medan Denai, dengan fokus pada peningkatan kualitas permukiman dan pencegahan
permukiman kumuh. Penanganan permukiman kumuh membutuhkan kolaborasi dari berbagai
sektor dan pihak, termasuk pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, swasta, perguruan tinggi,
dan kelompok peduli. Adanya upaya dalam memberikan edukasi, pemberian modal usaha, dan
pelatihan keterampilan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4.2. Kelebihan
Kelebihan dari program penanganan ini yaitu adopsi program dan strategi yang beragam
menunjukkan respons yang holistik terhadap permasalahan permukiman kumuh. Partisipasi aktif
masyarakat dalam proses pengambilan keputusan di tingkat kelurahan/desa meningkatkan
efektivitas program. Kolaborasi antar sektor dan pihak menjadi kekuatan dalam mobilisasi
sumber daya dan dana.

4.3. kekurangannya
Yaitu implementasi program memerlukan koordinasi yang intensif dan pemantauan ketat
untuk memastikan pencapaian target. Tantangan dalam menjaga keberlanjutan program setelah
periode target selesai. Perlu pemantauan lebih lanjut terkait dampak lingkungan dan sosial dari
pembangunan infrastruktur.

4.4. Saran

9
Perlu adanya kesesuaian perbaikan. yang dilakukan oleh dinas dengan yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Sehingga pelaksanaan program ini dapat memberikan hasil yang lebih maksimal
karena dapat memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat.

Dalam pelaksanaan program rumah tidak layak huni pemerintah perlu mengkaji lagi besaran
anggaran yang digunakan dalam memperbaiki rumah warga. Selain anggaran, pemerintah juga
harus memilih jasa tukang yang lebih berkompeten agar perbaikan yang dilakukan memberikan
hasil yang optimal.

Pemerintah perlu meningkatkan pengawasan dalam pelaksanaan program rumah tidak layak huni
agar kerusakan-kerusakan setelah perbaikan tidak ada lagi dan juga gangguan keamanan seperti
premanisme tidak dialami oleh para pekerja tukang.

10
DAFTAR PUSTAKA
Doloksaribu, E. (2019). Pelaksanaan Strategi Penanganan Penataan Lingkungan Perumahan Dan
Permukiman Kumuh di Kelurahan Miroto, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang.
Departemen Administrasi Publik, 1-12.

Akbar, M. (2019). Analisis Penanganan Pemukiman Kumuh di Kecamatan Medan Denai. Tunas Geografi,
59-68.

Rosellasari, S. (2014). Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh (Studi Mengenai Pemugaran Kawasan
Permukiman Kumuh di Kecamatan Semarang Utara) . Departemen Administrasi Publik, 2-8.

11

Anda mungkin juga menyukai