Anda di halaman 1dari 16

CIDERA OLAHRAGA GANGGUAN KESADARAN

MATA KULIAH PENCEGAHAN DAN PERAWATAN CIDERA

Dosen Pembimbing :

Dr. Tri Ani Hastuti S.Pd., M.Pd.

Kelompok 3 :

Prabayu Ajeng Saputri (21601241001 )

Khodiva Izzatun Nafs ( 21601241037 )

Feryan Furqon Firmansyah ( 21601241066 )

Dwi Saputri ( 21601241108 )

Muhammad Allta Lintang P ( 21601244008 )

Hanif Cahya Prabawa ( 21601244046 )

Fachrozzi Bayu Anggara ( 21601244065 )

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2024
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Berkat limpahan karunia nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
"Cidera Olahraga Gangguan Kesadaran" dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah pencegahan dan perawatan cidera yang diampu oleh
Ibu Dr. Tri Ani Hastuti S.Pd., M.Pd.

Dalam proses penyusunannya, tak lepas dari bantuan, arahan, dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu, saya ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya
dalam menyelesaikan tugas makalah ini

Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan


kekeliruan di dalam penulisan tugas akhir ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa
maupun isi sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari
pembaca.

Yogyakarta, 25 Februari 2024

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................ 2
C. Batasan Masalah .................................................................................................. 2
D. Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
E. Tujuan ................................................................................................................... 3
F. Manfaat ................................................................................................................. 3
BAB II ........................................................................................................................... 4
KAJIAN TEORI .......................................................................................................... 4
A. Deskripsi Teori ..................................................................................................... 4
1. Pengertian Cidera ......................................................................................... 4
2. Pengertian Cidera Olahraga ........................................................................ 4
3. Macam Macam Cidera Olahraga ............................................................... 4
4. Kesadaran ...................................................................................................... 4
5. Ketidak Sadaran............................................................................................ 5
6. Jenis – Jenis Penurunan Kesadaran ............................................................ 5
7. Pingsan ........................................................................................................... 5
B. Aplikasi Teori....................................................................................................... 7
a. Penanganan Pertama Penurunan Kesadaran ............................................ 7
b. Hal – Hal Yang Dihindari Saat Penanganan Pingsan ............................... 9
c. Pemberian RJP (Resusitasi Jantung Paru) ................................................ 9

BAB III ......................................................................................................................... 11


PENUTUP .................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 11
B. Saran ..................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Cedera olahraga adalah cedera pada sistem integumen, otot dan rangka yang
disebabkan oleh kegiatan olahraga. Cedera olahraga disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain kesalahan metode latihan, kelainan struktural maupun kelemahan fisiologis
fungsi jaringan penyokong dan otot (Bahr et al. 2003).
Menurut Bahr (2003) secara umum macam-macam cedera yang mungkin terjadi
adalah: cedera memar, cedera ligamentum, cedera pada otot dan tendo, perdarahan pada
kulit, dan pingsan. Struktur jaringan di dalam tubuh yang sering terlibat dalam cedera
olahraga adalah: otot, tendo, tulang, persendian termasuk tulang rawan, ligamen, fasia,
gangguan kesadaran
Kesadaran adalah kondisi sadar terhadap diri sendiri dan lingkungan. Kesadaran
terdiri dari dua aspek yaitu bangun (wakefulness) dan ketanggapan (awareness).
(Avner,2006) Kesadaran diatur oleh kedua hemisfer otak dan ascending reticular
activating system (ARAS), yang meluas dari midpons ke hipotalamus anterior. RAS
terdiri dari beberapa jaras saraf yang menghubungkan batang otak dengan korteks
serebri. Batang otak terdiri dari medulla oblongata, pons, dan mesensefalon. Proyeksi
neuronal berlanjut dari ARAS ke talamus, dimana mereka bersinaps dan diproyeksikan
ke korteks. (Ganong,2016)
Ketidak sadaran adalah keadaan tidak sadar terhadap diri sendiri dan lingkungan
dan dapat bersifat fisiologis (tidur) ataupun patologis (koma atau keadaan vegetatif).
(Avner,2006) Penyebab kesadaran menurun beragam dengan karakteristik masing-
masing. Banyak penyebab dari penurunan kesadaran merupakan ancaman jiwa yang
membutuhkan intervensi yang cepat, karena berpotensi terhadap morbiditas dan
mortalitas yang tinggi. Perubahan fisiologis yang terjadi pada pasien dengan gangguan
kesadaran antara lain pada pemenuhan kebutuhan dasar yaitu gangguan
pernafasan, kerusakan mobilitas fisik, gangguan hidrasi, gangguan aktifitas menelan,
kemampuan berkomunikasi, gangguan eliminasi (Hudak & Gallo, 2002).
Salah satu gangguan kesadaran adalah pingsan, pingsan atau sinkop adalah
hilangnya kesadaran sementara yang terkait dengan kurangnya aliran darah ke otak.
Pada sebagian besar kasusnya, pingsan cenderung dialami oleh mereka yang berusia di

1
bawah 40 tahun. Pada umumnya, kondisi ini hanya terjadi selama beberapa detik atau
menit. Setelah itu, mereka yang pingsan akan kembali sadar atau pulih secara spontan.
Pingsan atau sinkop adalah suatu kondisi kehilangan kesadaran yang mendadak,
dan biasanya sementara, yang disebabkan oleh kurangnya aliran darah dan oksigen ke
otak. Gejala pertama yang dirasakan oleh seseorang sebelum pingsan adalah rasa
pusing, berkurangnya penglihatan, tinitus, dan rasa panas. Selanjutnya, penglihatan
orang tersebut akan menjadi gelap dan ia akan jatuh atau terkulai. Jika orang tersebut
tidak dapat berganti posisi menjadi hampir horizontal, ia dapat mati karena efek trauma
suspensi.(Retia Kartika 2019)
Umumnya, pingsan terjadi karena tekanan darah menurun secara tiba-tiba
sehingga aliran darah dan suplai oksigen ke otak berkurang. Sejumlah kondisi yang
dapat memicu pingsan adalah stres, ketakutan, cuaca yang terlalu panas, sengatan listrik
(kesetrum), dan perubahan posisi secara tiba-tiba (wulan astrid 2021).
Dalam menghadapi kejadian pingsan pada atlet, penanganan awal yang tepat
sangat krusial untuk menghindari potensi komplikasi lebih lanjut. Langkah-langkah
pertolongan pertama harus dilakukan dengan cepat dan hati-hati, termasuk penilaian
respons kesadaran, pemantauan fungsi pernapasan, dan pemberian pertolongan pertama
sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

B. Identifikasi Masalah
Cedera olahraga adalah masalah yang umum terjadi dan dapat mempengaruhi
atlet di berbagai tingkat keahlian. Dalam konteks ini, fokus pada cedera olahraga yang
menyebabkan gangguan kesadaran, terutama pingsan. Pingsan merupakan kondisi yang
serius dan dapat terjadi dalam berbagai situasi, termasuk selama aktivitas olahraga.
Oleh karena itu, identifikasi masalah utama dalam penelitian ini adalah penanganan
pingsan pada atlet setelah mengalami cedera olahraga.
C. Batasan Masalah
Batasan penelitian ini mencakup cedera olahraga yang mengakibatkan pingsan
pada atlet. Penelitian ini akan berfokus pada penanganan awal dan pertolongan pertama
yang diberikan pada saat kejadian pingsan, dengan mempertimbangkan aspek-aspek
medis dan situasional yang dapat memengaruhi proses penanganan.

2
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cedera olahraga dapat mempengaruhi gangguan kesadaran,
khususnya pingsan pada atlet?
2. Apa saja faktor penyebab pingsan yang terkait dengan aktivitas olahraga?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya pingsan pada atlet selama cedera olahraga?
4. Apa langkah-langkah penanganan pertama yang optimal untuk mengatasi
pingsan pada praktisi olahraga?
E. Tujuan
1. Menganalisis dampak cedera olahraga terhadap gangguan kesadaran, terutama
pingsan praktisi olahraga.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab pingsan yang terkait dengan aktivitas
olahraga.
3. Menjelaskan mekanisme terjadinya pingsan pada atlet selama cedera olahraga.
4. Menilai efektivitas langkah-langkah penanganan pertama untuk mengatasi
pingsan pada atlet.
G. Manfaat
1. Menyediakan informasi yang mendalam tentang cedera olahraga dan pingsan
pada pembaca.
2. Memberikan panduan praktis untuk penanganan pertama pada praktisi yang
mengalami pingsan.
3. Meningkatkan pemahaman tentang faktor penyebab pingsan yang terkait
dengan aktivitas olahraga.
4. Menyumbangkan pengetahuan baru dalam upaya mencegah dan mengatasi
cedera olahraga yang berdampak pada gangguan kesadaran.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Cidera
Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja pada tubuh atau
sebagian daripada tubuh dimana melampaui kemampuan tubuh untuk
mengatasinya, gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan cepat atau jangka lama.
Dapat dipertegas bahwa hasil suatu tenaga atau kekuatan yang berlebihan
dilimpahkan pada tubuh atau sebagian tubuh sehingga tubuh atau bagian tubuh
tersebut tidak dapat menahan dan tidak dapat menyesuaikan diri. Harus diingat
bahwa setiap orang dapat terkena celaka yang bukan karena kegiatan olahraga,
biarpun kita telah berhati-hati tetapi masih juga celaka, tetapi bila kita berhati-hati
kita akan bisa mengurangi risiko celaka tersebut.
2. Pengertian Cidera Olahraga
Cidera Olahraga adalah hasil suatu tenaga atau kekuatan yang berlebihan
dilimpahkan pada tubuh atau sebagian tubuh sehingga tubuh atau bagian tubuh
tersebut tidak dapat menahan atau menyesuaikan diri. Harus diingat bahwa semua
orang dapat terkena celaka yang bukan karena kegiatan olahraga, biarpun kita telah
berhati-hati masih juga celaka, tetapi bila kita berhati-hati kita akan bisa
mengurangi risiko cedera tersebut.
3. Macam - Macam Cidera Olahraga
Menurut Bahr (2003) secara umum macam-macam cedera yang mungkin
terjadi adalah: cedera memar, cedera ligamentum, cedera pada otot dan tendo,
perdarahan pada kulit, dan pingsan. Struktur jaringan di dalam tubuh yang sering
terlibat dalam cedera olahraga adalah: otot, tendo, tulang, persendian termasuk
tulang rawan, ligamen, fasia, dan gangguan kesadaran.
4. Kesadaran
Kesadaran adalah kondisi sadar terhadap diri sendiri dan lingkungan.
Kesadaran terdiri dari dua aspek yaitu bangun (wakefulness) dan ketanggapan
(awareness). (Avner,2006) Kesadaran diatur oleh kedua hemisfer otak dan
ascending reticular activating system (ARAS), yang meluas dari midpons ke
hipotalamus anterior. RAS terdiri dari beberapa jaras saraf yang menghubungkan
batang otak dengan korteks serebri. Batang otak terdiri dari medulla oblongata,

4
pons, dan mesensefalon. Proyeksi neuronal berlanjut dari ARAS ke talamus,
dimana mereka bersinaps dan diproyeksikan ke korteks. (Ganong,2016).
5. Ketidak Sadaran
Ketidaksadaran adalah keadaan tidak sadar terhadap diri sendiri dan
lingkungan dan dapat bersifat fisiologis (tidur) ataupun patologis (koma atau
keadaan vegetatif). (Avner,2006) Penyebab kesadaran menurun beragam dengan
karakteristik masing-masing. Banyak penyebab dari penurunan kesadaran
merupakan ancaman jiwa yang membutuhkan intervensi yang cepat, karena
berpotensi terhadap morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Perubahan fisiologis
yang terjadi pada pasien dengan gangguan
kesadaran antara lain pada pemenuhan kebutuhan dasar yaitu gangguan
pernafasan, kerusakan mobilitas fisik, gangguan hidrasi, gangguan aktifitas
menelan, kemampuan berkomunikasi, gangguan eliminasi (Hudak & Gallo, 2002).
6. Jenis-Jenis Penurunan Kesadaran /Sinkop
a. Sinkop Vasovagal
Sinkop vasovagal adalah jenis sinkop yang paling umum. Ini disebabkan oleh
penurunan tekanan darah secara tiba-tiba yang menyebabkan penurunan aliran
darah ke otak.
b. Sinkop Situasional
Sinkop situasional adalah semacam sinkop vasovagal. Ini hanya terjadi dalam
situasi tertentu yang mempengaruhi sistem saraf dan menyebabkan sinkop.
c. Sinkop Postural
Sinkop postural disebabkan oleh penurunan tekanan darah secara tiba-tiba
karena perubahan posisi yang cepat seperti berbaring dan berdiri.
7. Pingsan
Pingsan atau sinkop adalah hilangnya kesadaran sementara yang terkait
dengan kurangnya aliran darah ke otak. Pada sebagian besar kasusnya, pingsan
cenderung dialami oleh mereka yang berusia di bawah 40 tahun. Pada umumnya,
kondisi ini hanya terjadi selama beberapa detik atau menit. Setelah itu, mereka yang
pingsan akan kembali sadar atau pulih secara spontan.
Pingsan atau sinkop adalah suatu kondisi kehilangan kesadaran yang
mendadak, dan biasanya sementara, yang disebabkan oleh kurangnya aliran darah
dan oksigen ke otak. Gejala pertama yang dirasakan oleh seseorang sebelum
pingsan adalah rasa pusing, berkurangnya penglihatan, tinitus, dan rasa panas.

5
Selanjutnya, penglihatan orang tersebut akan menjadi gelap dan ia akan jatuh atau
terkulai. Jika orang tersebut tidak dapat berganti posisi menjadi hampir horizontal,
ia dapat mati karena efek trauma suspensi.(Retia Kartika 2019)
Umumnya, pingsan terjadi karena tekanan darah menurun secara tiba-tiba
sehingga aliran darah dan suplai oksigen ke otak berkurang. Sejumlah kondisi yang
dapat memicu pingsan adalah stres, ketakutan, cuaca yang terlalu panas, sengatan
listrik (kesetrum), dan perubahan posisi secara tiba-tiba (wulan astrid 2021). Selain
itu, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami
pingsan, yaitu:

a. Menderita gangguan pada sistem saraf otonom


b. Memiliki penyakit jantung, seperti aritmia, penyempitan katup jantung, atau
kelainan pada struktur jantung
c. Mengalami penurunan kadar gula darah (hipoglikemia)
d. Menderita diabetes atau penyakit yang bisa memengaruhi sistem saraf, seperti
malnutrisi, kecanduan alkohol, dan amiloidosis
e. Mengalami hiperventilasi akibat bernapas terlalu cepat, karena merasa panik
atau cemas.

Sebelum pingsan, biasanya akan muncul gejala awal berupa:


a. Mengantuk
b. Menguap
c. Terlihat pucat
d. Pusing dan seperti melayang
e. Mual, cemas, bernapas dengan cepat, dan berkeringat dingin tiba-tiba
f. Pandangan kabur atau berkunang-kunang
g. Pendengaran terganggu atau mendengar dengan samar-samar
h. Linglung dan tubuh limbung, terutama ketika berdiri
i. Tubuh terasa lemah
j. Telinga berdenging
k. Jantung berdebar
l. Sakit kepala

6
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko sinkop adalah:
a. Terlalu lama berdiri
b. Keletihan
c. Dehidrasi
d. Memiliki penyakit jantung
e. Jantung berdetak sebentar dan tiba-tiba kehilangan kesadaran
f. Beraktivitas terlalu berat
g. Pemeriksaan jantung abnormal
h. Memiliki riwayat keluarga yang bisa mewarisi penyakit

B. Aplikasi Teori
a. Penanganan Pertama Penurunan Kesadaran
1. Cek Kondisi Pernafasan

Langkah pertama dalam menolong orang pingsan adalah segera cek


pernafasannya dengan memeriksa denyut nadi dan melihat pergerakan dada
serta perut. Jika tidak ada tanda-tanda pernapasan, segera hubungi ambulans
atau bawa orang yang pingsan ke Unit Gawat Darurat(UGD) atau fasilitas
layanan kesehatan terdekat. Kondisi pingsan dan dalam keadaan tidak bernapas
biasanya terjadi akibat kondisi serius, seperti serangan jantung, kecelakaan lalu
lintas, atau cedera kepala. Bila terdapat perdarahan luar, Anda bisa mencari kain
steril dan menekan bagian luka untuk menghentikan perdarahan selama
menunggu bantuan medis. Pastikan keadaan pernafasan pasien.

2. Baringkan Tubuh Pasien

Jika pasien sudah dipastikan bernapas, bawa ke tempat teduh dan segera
baringkan tubuhnya pada tempat datar dan dalam posisi pemulihan atau
recovery position.

3. Coba bangunkan

Setelah membaringkan dan memastikan kemudahan pernapasan pasien,


cobalah untuk menyadarkannya. Lakukan dengan menepuknya, memberikan
sedikit guncangan pada tubuhnya, atau memanggilnya dengan kencang. Hal ini

7
untuk mempercepat pemulihan kesadaran pasien, bila memang yang dialaminya
hanyalah pingsan sederhana.

4. Pantau Pernapasan dan Kerja Jantung

Anda juga harus terus waspada terkait dengan kerja organ jantung dan paru
pasien. Ketika menemukan bahwa pasien tidak bernapas atau tidak ada denyut
jantung di nadi karotis (di samping leher), segera mulai resusitasi jantung paru
(RJP). Panggil bantuan medis sembari meneruskan siklus RJP. Lakukan RJP
dengan cara kompresi dada sebanyak 30 kali, dilanjutkan pernapasan buatan
sebanyak 2 kali. Terus ulangi siklus sampai bantuan datang.

5. Pantau Tanda Kegawatan

Penanganan orang pingsan selanjutnya adalah memantau tanda-tanda


kegawatdaruratan. Beberapa tanda penurunan kesadaran mungkin disebabkan
oleh hal yang lebih serius dan membahayakan jiwa seperti berikut adalah:

a. Bibir dan wajah pasien membiru


b. Detak jantung sangat lemah
c. Ada keluhan nyeri dada sebelumnya
d. Napas terlihat sesak
e. Sulit dibangunkan

6. Hubungi Petugas Kesehatan

Saat pasien tidak kembali memperoleh kesadarannya setelah melakukan hal-


hal di atas, segeralah panggil ambulans atau petugas kesehatan. Pada kasus
sederhana, pasien akan dengan segera memperoleh kesadarannya kembali. Bila
sudah terjaga, Anda dapat memberikan minuman mengandung gula, terutama
bila ada riwayat terlambat makan atau memiliki diabetes. Pasien diabetes rentan
mengalami penurunan gula darah akibat konsumsi obat-obatan. Pastikan Anda
terus bersama dengan pasien hingga dirinya pulih penuh.

Setelah sukses melakukan pertolongan pertama pada orang pingsan, hal


yang juga tidak kalah penting adalah tindakan yang harus dilakukan setelah
pingsan. Sarankan pada pasien untuk mengunjungi tenaga kesehatan bila terjadi
benturan kepala ketika pingsan, atau memiliki riwayat pingsan lebih dari sekali

8
dalam 1 bulan. Kondisi pingsan bisa bersifat ringan hingga berat. Apabila Anda
melihat orang pingsan, lakukanlah pertolongan pertama yang sudah dijelaskan di
atas. Pastikan untuk selalu bersama pasien selagi menunggu bantuan medis datang.

b. Hal – Hal Yang Dihindari Saat Penanganan Pingsan


1. Jangan berikan air minum
Pada pasien pingsan tidak boleh memberikan minum, tindakan ini
berbahaya bisa menyebabkan tersedaknya pasien tidak sadar karena saat pasien
tidak sadar tidak bisa mempertahankan jalan napasnya sehingga bisa tersedak
dan saluran napasnya dan membahayakan pasien.
2. Jangan di berikan posisi duduk
Posisikan kepala lebih rendah, jangan memangku kepalanya atau
memberikan posisi duduk yang bisa jadi membuatnya tersedak ataupun
menghambat jalannya sirkulasi udaranya. Memosisikan kepala lebih rendah
dilakukan supaya sirkulasi darah dan laju oksigen di area otak bisa lancar. Aliran
oksigen yang lancar ke otak dapat membuat seseorang segera sadar dari
pingsannya. Selain itu, pastikan posisi badan dalam keadaan netral, longgarkan
pakaiannya sembari memberikan tepukan-tepukan ringan di pipi untuk
menyadarkannya.
3. Jangan di mengguncang badan terlalu kuat
Kebanyakan yang dilakukan ketika menghadapi orang yang pingsan adalah
dengan mengguncang-guncang atau memaksanya untuk bangun. Bahkan,
mengangkat badannya sehingga dalam posisi setengah duduk. Masalahnya,
kamu tidak tahu pasti penyebab pingsannya apa, misalnya terjad

c. Pemberian RJP ( Resusitasi Jantung Paru )


Resusitasi jantung paru-paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama
Bantuan Hidup Dasar pada orang yang mengalami henti napas karena sebab - sebab
tertentu. CPR bertujuan untuk membuka kembali jalan napas yang menyempit atau
tertutup sama sekali dengan melakukan beberapa Teknik pemijatan atau penekanan
pada dada. Indikasi dilakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) pada pasien yaitu:
Penyumbatan jalan napas. Tidak ditemukan pernapasan (henti napas) Tidak
ditemukan denyut nadi (henti jantung).Teknik resusitasi jantung paru terbagi
menjadi tiga tahapan yang dikenal dengan istilah C-A-B (compression, airways,
breathing).

9
Berikut ini adalah langkah untuk melakukannya:
1. Memberikan tekanan atau kompresi dada (compression)

Kompresi dada dilakukan dengan meletakkan salah satu telapak tangan di


bagian tengah dada korban dan tangan lainnya di atas tangan pertama. Berikan
tekanan di dada korban sebanyak 100–120 kali per menit, dengan kecepatan 1–
2 tekanan per detik hingga pertolongan medis datang atau hingga korban
menunjukkan respons.

2. Membuka jalur napas (airways)

Tahap ini dilakukan saat korban tidak kunjung menunjukkan respons


setelah diberikan kompresi dada. Untuk membuka jalur napas, Anda bisa
mendongakkan kepala korban dengan meletakkan tangan Anda di dahinya,
kemudian angkat dagu korban secara perlahan.

3. Memberi bantuan napas (breathing)

Bila korban tetap tidak menunjukkan tanda-tanda pernapasan, langkah


selanjutnya adalah pemberian napas buatan dari mulut ke mulut atau mulut ke
hidung bila mulut korban terluka parah atau sulit dibuka. Langkah pertama
pemberian napas buatan adalah dengan menjepit hidung korban, kemudian
posisikan mulut Anda di mulut korban. Berikan napas atau udara dari mulut
Anda sebanyak dua kali sambal memperhatikan apakah dada korban terlihat
mengembang dan mengempis layaknya orang yang bernapas. Jika korban belum
menunjukkan tanda bernapas, coba perbaiki posisi lehernya atau periksa
kembali apakah ada sumbatan di jalan napasnya. Selanjutnya, lakukan kembali
kompresi dada sebanyak 30 kali yang diselingi dengan dua kali pemberian napas
buatan.

Apabila Anda belum mendapatkan pelatihan bantuan hidup dasar atau


belum menguasai cara melakukan resusitasi jantung paru, Anda disarankan
untuk melakukan pertolongan dengan kompresi dada saja (hands only CPR)
tanpa memberikan napas bantuan. Kompresi dada terus dilakukan hingga
bantuan medis datang atau dihentikan saat korban mulai bernapas dan
menunjukkan pergerakan.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Cedera merupakan rusaknya jaringan yang disebabkan adanya kesalahan teknis,


benturan, atau aktivitas fisik yang melebihi batas beban latihan, yang dapat menimbulkan
rasa sakit akibat dari kelebihan latihan melalui pembebanan latihan yang terlalu berat
sehingga otot dan tulang tidak lagi dalam keadaan anatomis. Ada beberapa penyebab
cedera, yaitu faktor dari dalam (intern) seperti kelelahan, kelalaian, ketrampilan yang
kurang, dan kurangnya pemanasan dan peregangan saat akan melakukan olahraga atau
pembelajaran. Kemudian faktor dari luar (ekstern) seperti alat dan fasilitas yang kurang
baik, cuaca yang buruk, dan pemberian materi oleh guru yang salah.

Secara umum penanganan cedera olahraga disesuaikan dengan jenis cedera dan
proses patofisiologi cedera yang mendasari. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk
mencegah terjadinya cedera olahraga antara lain adalah perlu dilakukan kegiatan
pemanasan dengan melibatkan latihan dinamis maupun statis dan perlu dilakukan
pengaturan progresi latihan yang baik agar latihan dapat diadaptasi dengan baik oleh
tubuh.

Penurunan kesadaran atau biasa disebut pingsan yang dapat dialami oleh siapapun
dan kapan saja. Penurunan kesadaran / sinkop terjadi ketika otak kekurangan pasokan
darah, sehingga asupan oksigen dan gula darah ke otak juga berkurang. Pingsan adalah
keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan singkat, di sebabkan oleh
berkurangnya aliran darah, oksigen, dan glukosa. Hal merupakan akibat dari (1) Aktivitas
fisik yang berat sehingga meyebabkan deposit oksigen sementara. (2) Pengaliran darah
atau tekanan darah yang menurun karena pendarahan hebat. (3) Karena jatuh dan benturan.

B. Saran

Sebelum olahraga, wajib mengawalinya dengan pemanasan. Pemanasan dapat


membantu menyesuaikan tubuh secara perlahan sebelum mulai berolahraga. Lakukan
pemanasan dengan meniru gerakan yang sama seperti rencana olahraga yang akan dijalani,
tetapi dalam gerakan yang lebih lambat. Apabila Anda mengalami nyeri di dada, gangguan

11
pernapasan, atau pusing, segera hentikan olahraga dan beri tahu dokter tentang gejala
tersebut.

Setelah berolahraga untuk kesehatan jantung, jangan lupa pendinginan atau


pelemasan otot. Gerakan ini dilakukan perlahan dengan memperlambat gerakan. Hindari
untuk langsung berhenti dan duduk setelah olahraga. Duduk, berdiri diam, atau berbaring
setelah berolahraga dapat mengakibatkan pusing, kepala berkunang-kunang, bahkan
palpitasi pada jantung.

Menurut Stevenson (200), beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya cedera olahraga antara lain adalah:
1. Pemeriksaan awal sebelum melakukan olahraga untuk menentukan ada tidaknya kontra
indikasi dalam berolahraga
2. Melakukan olahraga sesuai dengan kaidah baik, benar, terukur dan teratur
3. Menggunakan sarana yang sesuai dengan olahraga yang dipilih
4. Memperhatikan kondisi prasarana olahraga
5. Memperhatikan lingkungan fisik seperti suhu dan kelembaban udara sekelilingnya

Penanganan Kehilangan Kesadaran (Pingsan) diantaranya:


1. Mengeluarkan atau membawa olahragawan ke tempat yang tenang dengan posisi
terlentang dan kepala tanpa bantal.
2. Melakukan pemeriksaan dengan lebih teliti lagi mengenai refleks pupil. Jika ditemukan
antara pupil mata kanan dan kiri (anisokur) ini berarti bukan semata-mata gegar ringan
tetapi dalam keadaan gawat.

12
DAFTAR PUTSAKA

Febrina, Vita, dkk. 2017. Hubungan Pengetahuan siswa palang merah dengan tindakan
pertolongan pertama penderita sinkop di Madrasah
Kemala, Fidhia. 2021. Tak Perlu Panik, Begini Cara Tepat Menolong Orang yang
Pingsan. Dari https://www.hellodokter.com Diunduh tanggal 25 Mei 2022
Kementrian Kesehatan RI 2020.Riset Gawat Darurat.Jakarta :Kemenkes RI
Retia Kartika Dewi. 2019.Jurnal Tingkat Kesadaran. (4th ed.). Jakarta: EGC.
Amalia, R.F dan Afnuhazi, R. (2023). Pertolongan Pertama Pada Penurunan Kesadaran/
Sinkop Di SMP N 5 Padang Panjang. Jurnal Abdimas Saintika. 5(2), 86 - 92

13

Anda mungkin juga menyukai