Anda di halaman 1dari 5

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penggunaan Media Flashcard untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman


Peserta Didik Kelas III SDN Tegalayu No. 96 Surakarta Tahun Ajaran 2019/2020

W E Lestari1*, Hartono2, dan Karsono2


1
Mahasiswa PGSD, Universitas Sebelas Maret, Jl. Brigjend Slamet Riyadi No. 449,
Pajang, Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, 57146, Indonesia
2
Dosen PGSD, Universitas Sebelas Maret, Jl. Brigjend Slamet Riyadi No. 449, Pajang,
Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, 57146, Indonesia
*
wastutieni98@gmail.com

Abstract. The purpose of this to improve the reading comprehension skill by applying
flashcard. This research is Classroom Action Research with three cycles. The subjects
of this research were students of the 3th students at SDN Tegalayu No. 96 Surakarta in
the 2019/2020 academic year, totalling 15 students. This research used four technic of
collecting the data, there were interview, observation, tests, and documentation. The
Writer used two data analysis there were content validity and triangulation. The
analysis of the data used interactive analysis model of Miles-Huberman. The first
cycle resulting in a percentage of 20% and in the second cycle 40% and than in the
third cycle 71,42% terms. Based on the result of the research, it can be conclude that
the reading comprehensions skill on 3th students of SDN Tegalayu No. 96 Surakarta in
the 2019/2020 academic year can be improved through the flashcard.
Keywords: reading comprehension skill, flashcard, learning language at
elementary school

1. Pendahuluan
Menurut Kadek (2016), Bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa formal yang digunakan dalam
pembelajaran di sekolah di Indonesia. Bahasa Indonesia juga bahasa pergaulan nasional di
Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan media seseorang untuk menuangkan ide, gagasan,
ekspresi, pendapat, dan perasaan seseorang [1]. Menurut Intan (2018), Pembelajaran bahasa
Indonesia mengarahkan peserta didik dapat berkomunikasi secara lisan maupun tertulis. Tujuan
utama pembelajaran bahasa Indonesia adalah membiasakan peserta didik agar merasa bangga
dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional [2]. Ani (2016), dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa aspek dalam bahasa ada empat yaitu berbicara, menyimak, menulis, dan
membaca. [3]. Salah satu jenis membaca dalam bahasa Indonesia adalah membaca pemahaman.
Menurut Herlina (2016), dalam penelitiannya mengemukakan bahwa membaca pemahaman
sebagai keterampilan yang melibatkan kemampuan seseorang untuk memperoleh makna dan isi
suatu teks atau bacaan. Landasan dalam memahami beberapa ilmu pengetahuan yaitu dengan
membaca pemahaman. Membaca pemahaman yaitu bagian dalam mencapai sasaran dari
pembelajaran membaca di sekolah dasar. Keterampilan membaca pemahaman sebagai cara inovatif
yang terdiri dari wacana, isi, dan pembaca. Herlina dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa
proses membaca pemahaman diperlukan keterampilan dalam mencari makna secara tertulis.
Aspek-aspek keterampilan membaca pemahaman antara lain: a) Menangkap makna tersurat, b)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menangkap makna tersirat c) Menangkap isi d) Menceritakan kembali [4]. Wening (2016),
menyatakan bahwa kterampilan membaca pemahaman tidak dimiliki peserta didik secara langsung.
Peserta didik memerlukan pembiasaan untuk dapat memiliki keterampilan membaca pemahaman
secara baik. Pembiasaan dilakukan seperti memberi tugas peserta didik untuk menelaah isi wacana
dan menceritakan kembali isi wanana [5].
Permasalahan yang ditemukan peneliti di salah satu SD di Kecamatan Laweyan Kota
Surakart yaitu sebagian besar peserta didik tidak semangat, ada anak yang bicara sendiri,
mengantuk saat pembelajaran, dan belum antusias saat mengikuti pembelajaran. Peserta didik
merasa kurang tertarik dengan pembelajaran Bahasa Indonesia yang sudah berjalan selama ini.
Ternyata beberapa permasalahan yang dialami peserta didik terjadi karena beberapa faktor, yaitu 1)
Guru belum menerapkan metode tertentu dalam pembelajaran. 2) Guru menggunakan metode
ceramah dan meminta peserta didik mendengarkan wacana yang dibaca guru. 3) Penyampaian
materi belum menggunakan media yang menarik untuk peserta didik.
Pembiasaan dalam membaca pemahaman dapat dibantu dengan media flashcard. Flashcard
sebagai media gambar menarik dapat mendorong motivasi belajar peserta didik Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Padrul Janna (2018), bahwa Flashcard berperan dalam
pembelajaran untuk menyajikan materi dan motivasi peningkatan hasil belajar peserta didik.
Flashcard memiliki dua bagian, salah satu bagian memuat gambar atau simbol dan bagian lainnya
memuat keterangan gambar atau uraian yang dapat mengingatkan peserta didik dengan sesuatu
yang berkaitan dengan gambar pada kartu. Flashcard dapat digunakan untuk latihan membaca, dan
akan merangsang peserta didik untuk belajar membaca. Pembelajaran dengan media flashcard
lebih efisien waktu, biaya relatif murah, tempat dan akan lebih efektif dalam mewujudkan tujuan
pembelajaran (Kadek,2016; Rima, Primiani, & Hartini, 2018; Brigitta, 2016) [1] [6] [7]
Media flashcard memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan flashcard 1) Mudah dibawa
karena memiliki ukuran kecil, tidak membutuhkan tempat luas dan dapat digunakan di mana saja.
2) Praktis, dalam penggunaan flashcard tidak perlu menggunakan listrik dan tidak perlu memiliki
keahlian khusus. 3) Mudah diingat, gambar yang dilengkapi teks memudahkan peserta didik
mengingat pesan yang diterima. 4) Menyenangkan, flashcard dapat diterapkan dengan permainan
seperti mencari benda, nama tertentu yang diletakkan disuatu tempat secara acak. 5) Menarik dan
memotivasi semangat peserta didik. Selain kelebihan, flashcard tentu memiliki kekurangan yaitu 1)
Hanya gambar yang semi kongkret. 2) Untuk kelompok besar ukuran flashcard sering kali kurang
tepat untuk pembelajaran 3) Untuk dapat memanfaatkan media flashcard diperlukan ketrampilan
dalam efisien waktu, dan kejelian guru dalam penggunaannya (Milla, 2018; Budi & Haryanto,
2014) [8] [9]
Penelitian yang relevan telah membuktikan adanya peningkatan hasil belajar setelah
diterapkannya media flashcard meskipun peningkatannya tidak signifikan dan masih ada beberapa
kekurangan. Hasil penelitian yang dilakukan Felisia & Fajar (2019) menyatakan bahwa penelitian
yang dilakukan terbukti membantu peserta didik memahami subtopik dengan benar dan mendorong
peningkatan nilai peserta didik [10]. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Robert, dkk (2018)
dengan simpulan bahwa hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada
peserta didik yang memiliki kosakata rendah. [11]
Berdasarkan beberapa penelitian yang relevan, peneliti tertarik mengkaji lebih mendalam
mengenai penggunaan flashcard sebagai upaya meningkatkan keterampilan membaca pemahaman,
di salah satu Sekolah Dasar di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.

2. Metode Penelitian
Peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pelaksanaan PTK dalam
penelitian ini yaitu tiga siklus, masing-masing siklus yaitu satu pertemuan. Setiap siklus dalam
penelitian ini mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek
penelitian ini yaitu guru dan peserta didik kelas III disebuah SD di Surakarta, tepatnya di wilayah
Kecamatan Laweyan yang berjumlah 15 peserta didik. Peneliti memilih teknik pengumpulan data
wawancara, observasi, catatan lapangan, dokumentasi, dan tes. Penelitian ini menggunakan uji
validitas isi dan triangulasi. Validitas isi dilakukan untuk mengukur ketepatan instrumen penelitian
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dengan materi yang telah diajarkan dengan cara meminta pendapat beberapa ahli (judgment
experts) [12]. Analisis data kualitatif menggunakan model interaktif Miles-Huberman. Kategori
penilaian keterampilan membaca pemahaman dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Kategori penilaian keterampilan membaca pemahaman


Nilai Kategori
93-100 Sangat Baik
83-92 Baik
75-82 Cukup
<75 Kurang

Indikator kinerja pada penelitian ini yaitu bahwa penelitian ini dinyatakan berhasil jika
70% peserta didik mampu mendapat nilai minimal (KKM) yang sudah ditentukan yaitu sebesar
≥75.

3. Hasil dan Pembahasan


Tindakan penelitian sudah dilaksanakan, dimulai siklus dilaksanakan pada hari Selasa, 19
November 2019 hingga siklus III pada hari Kamis, 21 November 2019. Dari tindakan tersebut
dapat dibandingkan hasil belajar peserta didik sebagai indikator ketercapaian kompetensi membaca
pemahaman. Perbandingan hasil penilaian keterampilan membaca pemahaman dari data kondisi
awal, siklus I, II, dan III tertulis pada tabel berikut
Tabel 2. Perbandingan hasil penilaian
Interval Kategori Kondisi Awal Siklus I Siklus II Siklus III Ket
Nilai Jml % Jml % Jml % Jml %
93-100 Sangat 0 0 0 0 0 0 0 0 Tuntas
Baik
83-92 Baik 0 0 0 0 3 20% 5 35,72%
75-82 Cukup 3 21,43 % 3 20% 3 20% 5 35,72%
<75 Kurang 11 78,57% 12 80% 9 60% 4 28,56% Tidak
Tuntas
Jumlah 14 100% 15 100% 15 100% 14 100%
Nilai Tertinggi 81,25 75 87,5 87,5
Nilai Terendah 20 37,5 56,25 56,25

Berdasarkan sajian data tabel 2, dijelaskan bahwa kondisi awal, siklus I, II, dan III ada
peningkatan. Sebenarnya jumlah peserta didik di SDN Tegalayu No. 96 Surakarta sebanyak 15 anak,
namun pada saat kondisi awal dan siklus III ada 1 peserta didik yang tidak masuk. Tindakan awal
peserta didik yang mencapai ketuntasan hanya 3 atau 21,43% dari 14 peserta didik. Selanjutnya
peneliti melaksankan tindakan berawal dari siklus I. Perbandingan siklus I ke siklus II mangalami
peningkatan cukup baik, seperti yang terlihat pada tabel 2. Siklus II persentase mencapai 40% dengan
jumlah peserta didik yang “tuntas” yaitu 6 anak. Sisa peserta didik “belum tuntas” yaitu 9 dari 15
anak. Meskipun peningkatan tidak tinggi, setidaknya sudah ada paningkatan dari siklus I ke siklus II.
Siklus II ke siklus III meningkat cukup baik. Persentase ketuntasan dari siklus II yaitu 40% meningkat
pada siklus III yaitu mencapai 71,42%. Siklus II peserta didik yang “tuntas” berjumlah 6 peserta didik
kemudian meningkat pada siklus III yang “tuntas” mencapai 10 peserta didik. Berdasarkan penjelasan
hasil pada tabel 2, ada peningkatan cukup baik dari siklus II ke siklus III.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Persentase hasil kondisi awal ke siklus I mengalami sedikit penurunan, terlihat pada tabel 2
persentase ketuntasan pada siklus I hanya mencapai 20%. Artinya hanya 3 dari 15 anak yang mecapai
(KKM). Sebenarnya hasil siklus I tidak sepenuhnya menurun dibandingkan persentase hasil kondisi
awal. Dilihat dari jumlah keseluruhan peserta didik pada kondisi awal dan siklus I berbeda, meskipun
jumlah peserta didik yang “tuntas” sama yaitu 3. Kondisi awal hanya diikuti oleh 14 peserta didik, dan
siklus I diikuti oleh 15 peserta didik. Kesimpulannya, jika jumlah peserta didik yang mengikuti
kondisi awal dan siklus I sama, dapat diprediksi bahwa persentasenya tetap, atau tidak menurun dari
kondisi awal ke siklus I.
Kekurangan siklus I guru kurang mengaplikasikan media flashcard dengan model pembelajaran
yang inovatif. Beberapa peserta didik tidak memperhatikan materi pembelajaran dan tidak
memperhatikan gambar pada flashcard. Hal tersebut memicu peserta didik lain banyak bicara dan
penggunaan flashcard tidak optimal dan sebagian besar peserta didik belum mencapai ketuntasan hasil
belajar. Siklus II dan siklus III sudah ada peningkatan yang cukup signifikan. Guru menerapkan model
pembelajaran pada siklus II dan III agar mendukung keberhasilan penggunaan flashcard. Siklus II
guru menerapkan model example non example, siklus III menerapkan model picture and picture.
Kedua model tersebut sama-sama memanfaatkan media gambar untuk mendukung jalannya
pembelajaran. Bedanya, untuk model picture and picture lebih mendorong peserta didik aktif
berpartisipasi dalam pembelajaran.
Sistim pembelajaran dengan model picture and picture yaitu peserta didik mengurutkan dan
menyusun gambar sesuai dengan keterangan secara teratur dan sistimatis. Alasan peneliti memilih
kedua model tersebut berlandaskan pada beberapa penelitian yang pernah ada. Bahwa peserta didik
usia Sekolah Dasar tertarik dengan pembelajaran menggunakan gambar dan masih menyukai hal-hal
yang bersifat kongkret. Berdasarkan teori yang sudah ada, media flashcard dapat membantu
mengkongkretkan suatu materi. Mulai dari siklus I sampai siklus III persentase ketuntasan hasil belajar
dengan bantuan flashcard semakin tinggi. Sejalan dengan teori yang ada, bahwa flashcard mudah di
ingat oleh peserta didik dan menyenangkan untuk pembelajaran tingkat Sekolah Dasar khususnya
kelas rendah.

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang sudah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa ketermpilan membaca pemahaman melalui media flashcard di SDN Tegalayu
No. 96 Surakarta tahun ajaran 2019/2020 meningkat. Terbukti adanya persentase ketuntasan dari
kondisi awal hingga siklus ketiga. Persentase ketuntasan kondisi awal sebesar 21,42% menurun
menjadi 20% pada siklus I dan kembali meningkat sebesar 40% pada siklus II dan lebih meningat
mencapai 71,42 % pada siklus III. Implikasi teoretis pada penelitian ini yakni menambah
pengetahuan dan sebagai referensi untuk penelitian sejenis yang akan datang. Selain itu, implikasi
praktis dari hasil penelitian ini bagi kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu meningkatkan
keterampilan membaca pemahaman melalui media flashcard.

5. Referensi

[1] K. Suartini, I. N. Jampel and P. A. Antara, "Penerapan Metode Bermain Flashcard untuk
Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia di TK Negeri Desa Tigawasa," e-journal
pendidikan anak usia dini universitas pendidikan ganesha, vol. iv, no. 2, 2016.
[2] I. I. Pinasti, M. Rohmadi and A. Rakhmawati, "PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
BERBASIS KURIKULUM 2013," Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan
Pengajarannya, vol. VI, 2018.
[3] A. Subekti, J. Indrastoeti and Matsuri, "PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA
PEMAHAMAN," Jurnal Didaktika Dwija Indria, 2016.
[4] Herlina, "MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN BAHASA
INGGRIS MELALUI METODE SQ4R," Visi Pptk Paudni, vol. XI, no. 1, 2016.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

[5] W. Nadzifah, "Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Menggunakan Metode Sq3R


Siswa Kelas Iv SDN Katongan I Improving the Reading Comprehension Skill Using Sq3R
Method in Fourth," Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, vol. V, no. 28, 2016.
[6] R. W. Safitri, C. N. Primiani and H. Hartini, "Pengembangan media flashcard tematik berbasis
permainan tradisional untuk kelas IV sub tema lingkungan tempat tinggalku," Premiere
Educandum: Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran, vol. VIII, 2018.
[7] B. S. Rahmasari, "THE USE OF FLASHCARDS IN TEACHING VOCABULARY AT FOURTH
GRADE STUDENTS OF SDN SUKOSARI 02 DAGANGAN MADIUN," JURNAL EDUTAMA,,
vol. III, no. 1, 2016.
[8] M. N. Ulwiya, "Penggunaan Media Flashcard untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis
Deskripsi Siswa di Sekolah Dasar," JPSD, vol. VI, no. 4, 2018.
[9] B. Rahman and Haryanto, "PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN,"
Jurnal Prima Edukasia,, vol. II, no. 2, 2014.
[10] F. F. Ristianti and F. Arianto, "FLASH CARD MEDIA UTILIZATION TO IMPROVE,"
GEOSFERA INDONESIA, vol. IV, no. 2, pp. 90-104, 2019.
[11] R. J. Ashcroft, R. Cvitkovic and M. Praver, "Digital flashcard L2 Vocabulary learning out-
performs traditional flashcards at lower proficiency levels: A mixed-methods study of 139
Japanese university," The EUROCALL Review,, vol. XXVI, no. 1, 2018.
[12] Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi Mixed Methods, Bandung: Alfabeta, 2017.

Anda mungkin juga menyukai