Abstrak
Penelitian ini mengeksplorasi potensi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Ciwidey, Bandung,
dengan kecepatan angin 6,5-12,5 m/s dan luas wilayah 56.660 hektar. Keunggulan Ciwidey melibatkan
variabilitas kecepatan angin yang tinggi, mendukung PLTB dibandingkan daerah lain. Studi ini mengatasi
tantangan implementasi PLTB melalui teknologi adaptif, manajemen sumber daya alam, dan strategi
investasi. Dasar teori mencakup Hukum Betz, jenis kincir angin, dan prinsip generator. Metodologi
melibatkan pemahaman material konstruksi PLTB. Penelitian ini memberikan kontribusi pada
pemahaman faktor-faktor keberhasilan PLTB di Ciwidey, mendukung pengembangan energi terbarukan
yang berkelanjutan. Dengan rentang kecepatan angin yang optimal dan luas wilayah yang besar, Ciwidey
menjanjikan sebagai lokasi strategis pengembangan PLTB. Implikasi penelitian ini dapat mendorong
investasi dan pengembangan energi terbarukan di wilayah tersebut, memberikan wawasan bagi
pengembangan PLTB dan implementasi energi bersih di Ciwidey.
Kata kunci : PLTB, energi terbarukan, Ciwidey, kecepatan angin, teknologi adaptif, manajemen sumber
daya alam, investasi.
Abstract
This research explores the potential of a Wind Power Plant (PLTB) in Ciwidey, Bandung, with wind speeds
of 6.5-12.5 m/s and an area of 56,660 hectares. Ciwidey's advantages involve high wind speed variability,
favoring PLTB compared to other areas. This study addresses the challenges of implementing PLTB
through adaptive technology, natural resource management, and investment strategies. Basic theory
includes Betz's Law, types of windmills, and generator principles. The methodology involves understanding
PLTB construction materials. This research contributes to the understanding of the success factors of PLTB
in Ciwidey, supporting the development of sustainable renewable energy. With an optimal wind speed range
and large area, Ciwidey is promising as a strategic location for PLTB development. The implications of this
research can encourage investment and development of renewable energy in the region, providing insight
into the development of PLTB and the implementation of clean energy in Ciwidey.
Keywords : PLTB, renewable energy, Ciwidey, wind speed, adaptive technology, natural resource
management, investment.
1. Pendahuluan
Dalam era industri modern yang didorong oleh kemajuan teknologi, tantangan terkait kebutuhan energi
menjadi semakin mendesak. Ketergantungan pada sumber energi konvensional, seperti batu bara dan minyak
bumi, memunculkan keprihatinan akan dampak serius terhadap lingkungan. Sejalan dengan kesadaran global akan
pentingnya beralih ke sumber energi terbarukan, pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) menjadi opsi yang
menjanjikan untuk menyediakan energi bersih dan berkelanjutan. Potensi energi angin di Indonesia cukup
memadai, karena kecepatan angin rata-rata berkisar 3,5 hingga 7 m/s. Hasil pemetaan Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (LAPAN) pada 120 lokasi menunjukkan, beberapa wilayah memiliki kecepatan angin di atas
5 m/s, masing-masing Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Pantai Selatan Jawa.
Ciwidey terkenal dengan kecepatan angin yang tinggi, berkisar antara 6,5-12,5 m/s, menurut data dari Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), memastikan potensi energi angin yang signifikan.
Dibandingkan dengan daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) yang memiliki kecepatan angin rata-rata 6,1 m/s dan
Selawesi Selatan dengan kecepatan angin rata-rata 7,96 m/s, Ciwidey memiliki keunggulan dalam tingkat
kecepatan angin. Selain itu, luas wilayah Ciwidey yang mencapai 56.660 hektar memberikan ruang yang cukup
untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dengan kapasitas besar. Keunggulan ini ditunjang
oleh aksesibilitas yang baik, baik melalui jalan darat maupun udara, yang memudahkan proses pembangunan dan
pengoperasian PLTB. Dengan potensi tersebut, PLTB di Ciwidey mampu menghasilkan listrik hingga 100
megawatt (MW), mencukupi kebutuhan listrik di wilayah Bandung dan sekitarnya, bahkan dapat dijual ke wilayah
lain, menjadikan Ciwidey sebagai potensi yang signifikan dalam kontribusi energi bersih dan berkelanjutan.
Meskipun PLTB menawarkan potensi yang besar, masih terdapat sejumlah tantangan yang perlu diatasi.
Variabilitas kecepatan angin, ketersediaan lahan yang sesuai, dan aspek teknis lainnya dapat menjadi hambatan
dalam implementasi PLTB. Penelitian ini akan secara implisit menggali aspek-aspek ini untuk mengidentifikasi
masalah yang mungkin memengaruhi keberhasilan PLTB.
Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Ciwidey, Bandung, menghadapi beberapa
permasalahan yang perlu diatasi. Variabilitas kecepatan angin antara 6,5 hingga 12,5 m/s menuntut pengembangan
teknologi turbin angin yang adaptif untuk menjaga efisiensi operasional dalam kondisi angin yang fluktuatif.
Pengelolaan sumber daya alam juga menjadi perhatian utama, dengan perlunya kajian dampak lingkungan yang
komprehensif untuk meminimalkan dampak negatif terhadap ekosistem setempat. Permasalahan terkait investasi
dan biaya pembangunan memerlukan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga keuangan untuk
mengurangi beban investasi dan mendorong skema pendanaan berkelanjutan. Selain itu, meningkatkan
pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai keuntungan PLTB serta mengatasi resistensi melalui program
edukasi menjadi kunci. Investasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi PLTB yang lebih efisien dan
ramah lingkungan juga menjadi solusi untuk meningkatkan daya saing dan mengurangi dampak lingkungan dari
proyek ini. Dengan menggabungkan teknologi adaptif, pendekatan keberlanjutan, kerja sama investasi, edukasi
masyarakat, dan penelitian berkelanjutan, pembangunan PLTB di Ciwidey dapat menjadi solusi yang
berkelanjutan dan berhasil mengatasi tantangan yang dihadapi.
gambar 2 Generator
• Beberapa material yang umum digunakan untuk generator melibatkan logam seperti tembaga
atau aluminium.
C. Tower:
• Struktur penyangga yang menopang turbin angin dan memposisikannya pada ketinggian yang
optimal.
• Bahan yang kuat dan tahan terhadap beban bekerja seperti baja atau beton.
D. Sistem Pengendali:
gambar 4 Baterai
• Menyimpan energi yang dihasilkan untuk digunakan ketika angin tidak bertiup.
• Sel baterai lithium-ion atau teknologi penyimpanan energi lainnya
F. Inverter:
• Mengubah arus searah yang dihasilkan oleh generator menjadi arus bolak-balik yang sesuai
untuk distribusi listrik.
• Elektronik daya dan perangkat pengonversi energi.
G. Kabel dan jaringan listrik:
• Menghubungkan turbin, generator, inverter, dan baterai ke sistem distribusi listrik.
• Kabel tembaga atau aluminium yang tahan terhadap beban listrik.
2.3 Pengambilan Data
2.3.1 Potensi Energi Angin
Energi angin merupakan energi alternatif yang memiliki prospek baik karena selalu tersedia di
alam dan merupakan sumber energi yang bersih serta terbarukan. Proses pemanfaatan energi angin
melibatkan dua tahapan konversi, yaitu :
1. Aliran angin akan menggerakkan rotor (baling-baling), menyebabkan rotor berputar selaras
dengan arah angin yang bertiup.
Dengan demikian, energi angin merupakan energi kinetik atau energi yang disebabkan oleh
kecepatan angin untuk dimanfaatkan dalam memutar sudu-sudu kincir angin. Untuk memanfaatkan
energi angin menjadi energi listrik, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung
energi angin dengan formula (Sam; 2005) :
1
E = mv².......................................................(2.1)
2
Dimana :
Untuk mendapatkan daya efektif dari angin yang mungkin dihasilkan dari suatu kincir angin adalah :
1 3
Ea = .𝜌. v .A.Cp .........................................(2.2)
2
Dimana :
• Ea = Daya efektif yang dihasilkan kincir angin (watt)
• Cp = Efisiensi Blade
• A = Luas Penampang
• V = Kecepatan Angin (m/s)
• 𝜌 = Kerapatan Udara (kg/m3)
Salah satu persamaan matematika yang sering digunakan dalam konteks pembangkit listrik
tenaga bayu (PLTB) adalah persamaan daya kinetik angin yang dapat diubah menjadi daya listrik
oleh turbin angin. Persamaan ini dapat direpresentasikan sebagai berikut:
1
Ρ = ..V3.Cp
2
Dimana :
• Ρ adalah daya listrik yang dihasilkan oleh turbin angin (dalam watt),
• adalah massa jenis udara (dalam kg/m³),
• adalah luas penampang melintang dari aliran angin yang dihadapi oleh turbin (dalam
m²),
• V adalah kecepatan angin (dalam m/s), dan
• Cp adalah koefisien daya (dimensi).
2.3.2 Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu sistem pembangkit listrik yang menggunakan
angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi listrik. Untuk menentukan turbin angin
atau kapasitas turbin yang akan digunakan, pemilihan pembangkit dapat dijelaskan dengan
persamaan :
100
P = Ptpem X ................................................(2.3)
𝑥
Dimana :
• P = Kapasitas Turbin
• Ptpem = Kapasitas Turbin Pemasok
• X = Efisiensi Kecepatan Angin
2.4 Flowchart
4. Kesimpulan
Dalam melakukan analisis pada tugas besar ini, dapat disimpulkan bahwa Ciwidey memiliki
potensi angin yang sangat baik untuk mendukung pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Angin
(PLTA). Rentang kecepatan angin yang tercatat berkisar antara 6,5 hingga 12,5 m/s, menunjukkan
kondisi yang sangat optimal untuk pemanfaatan energi angin. Selain itu, luas wilayah Ciwidey yang
mencapai 566,6 km² memberikan peluang yang signifikan untuk pengembangan infrastruktur PLTA
dengan kapasitas yang cukup besar. Analisis ini secara kumulatif menunjukkan kelayakan pembangunan
PLTA di Ciwidey, dengan faktor-faktor seperti kecepatan angin yang optimal dan luas wilayah yang besar
memberikan dasar yang kuat untuk mendukung operasional PLTA di masa depan. Dengan demikian,
Ciwidey dapat dianggap sebagai lokasi yang sangat menjanjikan untuk investasi dan pengembangan
energi angin sebagai sumber daya energi terbarukan.
Daftar Pustaka :
[1] R. Syahputra, K. Purwanto, and I. Soesanti, “Performance investigation of standalone wind power
system equipped with sinusoidal PWM power inverter for household consumer in rural areas of
Indonesia,” Energy Reports, vol. 8, pp. 4553–4569, Nov. 2022, doi: 10.1016/j.egyr.2022.03.145.
[2] T. Alvayer, A. Sunardi, S. Restuasih, and A. N. Hardiyanti, “Perancangan Blade Pembangkit Listrik
Tenaga Angin Berkapasitas 400 Watt.”
[3] R. Sary, A. Syuhada, and T. Zulfadli, “Analisis Potensi Energi Angin Tahunan sebagai Pembangkit
Listrik Tenaga Hybrid di Banda Aceh dan Sekitarnya.”
[4] M. Iqbal and R. M. S. Adinandra, “Pembuatan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin Berkapasitas
100 Watt,” Skripsi, pp. 1–30, 2018.
[5] F. Zukhrufiana et al., “JEPIN (Jurnal Edukasi dan Penelitian Informatika) Performance of Wind Power
Plant in West Kalimantan, Indonesia Student in Electrical Engineering”.
[6] S. Elektro and S. I. Haryudo, “Rancang Bangun Prototype Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Menggunakan Turbin Angin Savonius RANCANG BANGUN PROTOTYPE PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA ANGIN MENGGUNAKAN TURBIN ANGIN SAVONIUS Agus Nurdiyanto.”
[8] S. Sudarti and F. A. Dani, “Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Angin di Pantai Blimbingsari Kabupaten
Banyuwangi,” CIRCUIT: Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro, vol. 5, no. 2, p. 93, Sep. 2021, doi:
10.22373/crc.v5i2.9565.
[9] A. Bachtiar and W. Hayyatul, “Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Angin PT. Lentera Angin
Nusantara (LAN) Ciheras,” Jurnal Teknik Elektro ITP, vol. 7, no. 1, pp. 34–45, Jan. 2018, doi:
10.21063/JTE.2018.3133706.
[10] M. Padmika, I. Made Satriya Wibawa, and N. Luh Putu Trisnawati, “PERANCANGAN
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN DENGAN TURBIN VENTILATOR SEBAGAI
PENGGERAK GENERATOR,” Agustus, vol. 18, no. 2, pp. 68–73, 2017.