Anda di halaman 1dari 8

Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu di Daerah Ciwidey Bandung

1 Muhammad Asyrawi, 2 Baso Syarif Muhadzdzib, 3 Hendrik David Pandapotan[10 pts]


1 ProdiS1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom
2 Prodi S1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom
3 Prodi S1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom
1asyrawi@student.telkomuniversity.ac.id, 2basosyarif@student.telkomuniversity.ac.id,
3hendrikdprba@student.telkomuniversity.ac.id

Abstrak

Penelitian ini mengeksplorasi potensi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Ciwidey, Bandung,
dengan kecepatan angin 6,5-12,5 m/s dan luas wilayah 56.660 hektar. Keunggulan Ciwidey melibatkan
variabilitas kecepatan angin yang tinggi, mendukung PLTB dibandingkan daerah lain. Studi ini mengatasi
tantangan implementasi PLTB melalui teknologi adaptif, manajemen sumber daya alam, dan strategi
investasi. Dasar teori mencakup Hukum Betz, jenis kincir angin, dan prinsip generator. Metodologi
melibatkan pemahaman material konstruksi PLTB. Penelitian ini memberikan kontribusi pada
pemahaman faktor-faktor keberhasilan PLTB di Ciwidey, mendukung pengembangan energi terbarukan
yang berkelanjutan. Dengan rentang kecepatan angin yang optimal dan luas wilayah yang besar, Ciwidey
menjanjikan sebagai lokasi strategis pengembangan PLTB. Implikasi penelitian ini dapat mendorong
investasi dan pengembangan energi terbarukan di wilayah tersebut, memberikan wawasan bagi
pengembangan PLTB dan implementasi energi bersih di Ciwidey.

Kata kunci : PLTB, energi terbarukan, Ciwidey, kecepatan angin, teknologi adaptif, manajemen sumber
daya alam, investasi.

Abstract

This research explores the potential of a Wind Power Plant (PLTB) in Ciwidey, Bandung, with wind speeds
of 6.5-12.5 m/s and an area of 56,660 hectares. Ciwidey's advantages involve high wind speed variability,
favoring PLTB compared to other areas. This study addresses the challenges of implementing PLTB
through adaptive technology, natural resource management, and investment strategies. Basic theory
includes Betz's Law, types of windmills, and generator principles. The methodology involves understanding
PLTB construction materials. This research contributes to the understanding of the success factors of PLTB
in Ciwidey, supporting the development of sustainable renewable energy. With an optimal wind speed range
and large area, Ciwidey is promising as a strategic location for PLTB development. The implications of this
research can encourage investment and development of renewable energy in the region, providing insight
into the development of PLTB and the implementation of clean energy in Ciwidey.

Keywords : PLTB, renewable energy, Ciwidey, wind speed, adaptive technology, natural resource
management, investment.

1. Pendahuluan
Dalam era industri modern yang didorong oleh kemajuan teknologi, tantangan terkait kebutuhan energi
menjadi semakin mendesak. Ketergantungan pada sumber energi konvensional, seperti batu bara dan minyak
bumi, memunculkan keprihatinan akan dampak serius terhadap lingkungan. Sejalan dengan kesadaran global akan
pentingnya beralih ke sumber energi terbarukan, pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) menjadi opsi yang
menjanjikan untuk menyediakan energi bersih dan berkelanjutan. Potensi energi angin di Indonesia cukup
memadai, karena kecepatan angin rata-rata berkisar 3,5 hingga 7 m/s. Hasil pemetaan Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (LAPAN) pada 120 lokasi menunjukkan, beberapa wilayah memiliki kecepatan angin di atas
5 m/s, masing-masing Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Pantai Selatan Jawa.
Ciwidey terkenal dengan kecepatan angin yang tinggi, berkisar antara 6,5-12,5 m/s, menurut data dari Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), memastikan potensi energi angin yang signifikan.
Dibandingkan dengan daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) yang memiliki kecepatan angin rata-rata 6,1 m/s dan
Selawesi Selatan dengan kecepatan angin rata-rata 7,96 m/s, Ciwidey memiliki keunggulan dalam tingkat
kecepatan angin. Selain itu, luas wilayah Ciwidey yang mencapai 56.660 hektar memberikan ruang yang cukup
untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dengan kapasitas besar. Keunggulan ini ditunjang
oleh aksesibilitas yang baik, baik melalui jalan darat maupun udara, yang memudahkan proses pembangunan dan
pengoperasian PLTB. Dengan potensi tersebut, PLTB di Ciwidey mampu menghasilkan listrik hingga 100
megawatt (MW), mencukupi kebutuhan listrik di wilayah Bandung dan sekitarnya, bahkan dapat dijual ke wilayah
lain, menjadikan Ciwidey sebagai potensi yang signifikan dalam kontribusi energi bersih dan berkelanjutan.
Meskipun PLTB menawarkan potensi yang besar, masih terdapat sejumlah tantangan yang perlu diatasi.
Variabilitas kecepatan angin, ketersediaan lahan yang sesuai, dan aspek teknis lainnya dapat menjadi hambatan
dalam implementasi PLTB. Penelitian ini akan secara implisit menggali aspek-aspek ini untuk mengidentifikasi
masalah yang mungkin memengaruhi keberhasilan PLTB.
Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Ciwidey, Bandung, menghadapi beberapa
permasalahan yang perlu diatasi. Variabilitas kecepatan angin antara 6,5 hingga 12,5 m/s menuntut pengembangan
teknologi turbin angin yang adaptif untuk menjaga efisiensi operasional dalam kondisi angin yang fluktuatif.
Pengelolaan sumber daya alam juga menjadi perhatian utama, dengan perlunya kajian dampak lingkungan yang
komprehensif untuk meminimalkan dampak negatif terhadap ekosistem setempat. Permasalahan terkait investasi
dan biaya pembangunan memerlukan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga keuangan untuk
mengurangi beban investasi dan mendorong skema pendanaan berkelanjutan. Selain itu, meningkatkan
pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai keuntungan PLTB serta mengatasi resistensi melalui program
edukasi menjadi kunci. Investasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi PLTB yang lebih efisien dan
ramah lingkungan juga menjadi solusi untuk meningkatkan daya saing dan mengurangi dampak lingkungan dari
proyek ini. Dengan menggabungkan teknologi adaptif, pendekatan keberlanjutan, kerja sama investasi, edukasi
masyarakat, dan penelitian berkelanjutan, pembangunan PLTB di Ciwidey dapat menjadi solusi yang
berkelanjutan dan berhasil mengatasi tantangan yang dihadapi.

2. Dasar Teori /Material dan Metodologi/perancangan

2.1 Dasar Teori


Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) adalah suatu sistem teknis yang melibatkan berbagai
aspek yang krusial dalam perancangannya dan pengoperasiannya. Salah satu prinsip utama yang
memandu perancangan PLTB adalah Hukum Betz, yang menetapkan batasan efisiensi maksimum sekitar
59.3% dalam mengonversi energi kinetik angin menjadi energi mekanik melalui rotor baling-baling
(turbine). Prinsip ini menunjukkan bahwa tidak mungkin untuk sepenuhnya mengubah seluruh energi
kinetik angin menjadi energi mekanik, sehingga perancangan PLTB harus mempertimbangkan batasan
ini dengan teliti.
Jenis kincir angin menjadi faktor penting dalam perancangan PLTB. Kincir angin tipe multi-
blade dan Savonius lebih sesuai untuk kecepatan angin rendah, sementara kincir angin tipe Propeller
umum digunakan karena fleksibilitasnya pada berbagai kecepatan angin. Pemilihan kincir angin yang
tepat merupakan pertimbangan esensial untuk memaksimalkan konversi energi kinetik angin menjadi
energi mekanik dengan efektif.
Berbagai perangkat tambahan diperlukan untuk memastikan operasi yang efisien. Gear Box,
sebagai contoh, diperlukan untuk mengubah putaran rendah menjadi putaran tinggi, sedangkan Brake
System menjaga agar putaran poros berada pada tingkat keamanan yang ditentukan. Generator, baik
serempak maupun tak-serempak, memainkan peran utama dalam menghasilkan energi listrik maksimal
dari energi mekanik yang dihasilkan oleh rotor baling-baling.
Selain itu, elemen-elemen seperti Penyimpan Energi, Box Kontrol Turbin Angin, Dummy Load,
dan Data Logger juga ikut berperan dalam mendukung optimalisasi kinerja dan manajemen efisien energi
yang dihasilkan oleh PLTB. Penyimpan Energi berguna untuk menangani kelebihan energi pada
kecepatan angin tinggi, sementara Box Kontrol Turbin Angin berfungsi sebagai pusat kendali untuk
mengatur kinerja turbin angin secara optimal.
Dalam konteks penggunaan, Dummy Load digunakan untuk menyerap energi berlebih yang
tidak diperlukan untuk penggunaan langsung, dan Data Logger digunakan untuk memantau dan merekam
kinerja PLTB secara terus-menerus, memberikan informasi yang berharga untuk pemeliharaan dan
pengembangan lebih lanjut.
Dengan menggabungkan semua elemen ini secara sinergis, PLTB dapat dioperasikan dengan
efisiensi maksimum, menghasilkan energi listrik secara berkelanjutan. Pemahaman mendalam terhadap
dasar teori dan komponen-komponen ini bukan hanya penting dalam merancang sistem PLTB yang
efektif, tetapi juga untuk memastikan keberlanjutan operasional yang handal dan berkelanjutan sesuai
dengan perkembangan teknologi energi terbarukan.
2.2 Material dan Metodologi
A. Turbin Angin:

gambar 1 Kincir Angin

• Terdiri dari bilah-bilah atau sayap-sayap yang menangkap energi angin.


• Bilah turbin angin yang besar dan berukuran hingga belasan meter atau lebih menggunakan
bahan komposit karbon fiber, sedangkan bilah turbin angin dengan ukuran kecil menggunakan
bahan fiberglass
• Bahan yang ringan dan tahan terhadap korosi, seperti serat kaca atau serat karbon untuk bilah-
bilah.
B. Generator:

gambar 2 Generator

• Beberapa material yang umum digunakan untuk generator melibatkan logam seperti tembaga
atau aluminium.
C. Tower:
• Struktur penyangga yang menopang turbin angin dan memposisikannya pada ketinggian yang
optimal.
• Bahan yang kuat dan tahan terhadap beban bekerja seperti baja atau beton.
D. Sistem Pengendali:

gambar 3 Sistem Kendali

• Mengelola operasi turbin angin dan mengoptimalkan kinerja.


• Komponen semikonduktor dan perangkat keras khusus.
E. Baterai penyimpan energi:

gambar 4 Baterai
• Menyimpan energi yang dihasilkan untuk digunakan ketika angin tidak bertiup.
• Sel baterai lithium-ion atau teknologi penyimpanan energi lainnya
F. Inverter:
• Mengubah arus searah yang dihasilkan oleh generator menjadi arus bolak-balik yang sesuai
untuk distribusi listrik.
• Elektronik daya dan perangkat pengonversi energi.
G. Kabel dan jaringan listrik:
• Menghubungkan turbin, generator, inverter, dan baterai ke sistem distribusi listrik.
• Kabel tembaga atau aluminium yang tahan terhadap beban listrik.
2.3 Pengambilan Data
2.3.1 Potensi Energi Angin
Energi angin merupakan energi alternatif yang memiliki prospek baik karena selalu tersedia di
alam dan merupakan sumber energi yang bersih serta terbarukan. Proses pemanfaatan energi angin
melibatkan dua tahapan konversi, yaitu :
1. Aliran angin akan menggerakkan rotor (baling-baling), menyebabkan rotor berputar selaras
dengan arah angin yang bertiup.

2. Putaran rotor dihubungkan dengan generator sehingga dapat dihasilkan listrik.

gambar 5 sistem kerja turbine

Dengan demikian, energi angin merupakan energi kinetik atau energi yang disebabkan oleh
kecepatan angin untuk dimanfaatkan dalam memutar sudu-sudu kincir angin. Untuk memanfaatkan
energi angin menjadi energi listrik, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung
energi angin dengan formula (Sam; 2005) :
1
E = mv².......................................................(2.1)
2

Dimana :

• E = Energi Kinetik (joule)


• M = Massa Udara (kg)
• V = Kecepatan Angin (m/s)

Untuk mendapatkan daya efektif dari angin yang mungkin dihasilkan dari suatu kincir angin adalah :

1 3
Ea = .𝜌. v .A.Cp .........................................(2.2)
2

Dimana :
• Ea = Daya efektif yang dihasilkan kincir angin (watt)
• Cp = Efisiensi Blade
• A = Luas Penampang
• V = Kecepatan Angin (m/s)
• 𝜌 = Kerapatan Udara (kg/m3)

Salah satu persamaan matematika yang sering digunakan dalam konteks pembangkit listrik
tenaga bayu (PLTB) adalah persamaan daya kinetik angin yang dapat diubah menjadi daya listrik
oleh turbin angin. Persamaan ini dapat direpresentasikan sebagai berikut:
1
Ρ = ..V3.Cp
2
Dimana :

• Ρ adalah daya listrik yang dihasilkan oleh turbin angin (dalam watt),
•  adalah massa jenis udara (dalam kg/m³),
•  adalah luas penampang melintang dari aliran angin yang dihadapi oleh turbin (dalam
m²),
• V adalah kecepatan angin (dalam m/s), dan
• Cp adalah koefisien daya (dimensi).
2.3.2 Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu sistem pembangkit listrik yang menggunakan
angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi listrik. Untuk menentukan turbin angin
atau kapasitas turbin yang akan digunakan, pemilihan pembangkit dapat dijelaskan dengan
persamaan :
100
P = Ptpem X ................................................(2.3)
𝑥
Dimana :
• P = Kapasitas Turbin
• Ptpem = Kapasitas Turbin Pemasok
• X = Efisiensi Kecepatan Angin

Efisiensi kecepatan angin diformulakan sebagai berikut :


𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑥 100%
X= .............(2.4)
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

2.4 Flowchart

gambar 6 flowchart prosedur penelitian


3. Pembahasan

3.1 Analisis Lokasi


1. Topografi dan Elevasi:
• Topografi dataran tinggi di Ciwidey memberikan elevasi yang signifikan.
• Elevasi yang tinggi dapat meningkatkan potensi energi angin karena kecepatan angin
cenderung lebih tinggi di ketinggian.
2. Pola Angin:
• Pengumpulan data pola angin selama beberapa tahun terakhir untuk menentukan
kecepatan dan konsistensi angin.
3. Analisis menunjukkan pola angin yang cukup stabil, terutama pada musim tertentu.
Survei Lapangan:
• Dilakukan survei lapangan untuk mengidentifikasi topografi, elevasi, dan pola angin
di sekitar Ciwidey.
• Hasil survei menunjukkan adanya elevasi yang cukup tinggi, terutama di daerah
dataran tinggi, yang mendukung potensi angin yang signifikan.
4. Indeks Kesesuaian Lahan (IKL):
• Penerapan IKL untuk menilai kesesuaian lahan untuk pembangunan PLTB.
• Faktor-faktor seperti elevasi, arah angin, dan kemiringan lahan menjadi parameter
penilaian.
5. Simulasi Teknis:
• Simulasi teknis menggunakan perangkat lunak khusus untuk memodelkan performa
turbin angin.
• Variabel yang dimasukkan melibatkan kecepatan angin, kapasitas turbin, dan efisiensi
konversi energi.
6. Dampak Lingkungan:
• Survei dampak lingkungan untuk mengevaluasi potensi dampak pembangunan PLTB
terhadap ekosistem setempat.
• Identifikasi langkah-langkah mitigasi untuk meminimalkan dampak negatif.
7. Aspek Ekonomi:
• Analisis biaya investasi dan operasional untuk menilai keberlanjutan ekonomi proyek
PLTB.
• Memperhitungkan potensi pengembalian investasi dan kontribusi terhadap
perekonomian lokal.
3.2 Data

Tabel 1 Rata-rata kecepetan angin tahun 2021

Kecepatan rata-rata angin


Bulan
(m/s)
Januari 8,5
Februari 8,5
Maret 8,5
April 11,1
Mei 11,1
Juni 7,4
Juli 11,1
Agustus 11,1
September 11,1
Oktober 7,4
November 7,4
Desember 7,4

Tabel 2 Potensi Angin di beberapa daerah

Kecepatan rata-rata angin


Daerah
(m/s)
Ciwidey (Bandung) 6,5-12,5
Mollo Tengah (NTT) 6,1-8
Sidrap (Sulsel) 7,96
Saumlaki (Maluku) 8

Tabel 3 Luas wilayah di beberapa daerah

Luas wilayah daerah


Daerah
(km²)
Ciwidey (Bandung) 566,6
Mollo Tengah (NTT) 99,69
Sidrap (Sulsel) 188325
Saumlaki (Maluku) 11,34

4. Kesimpulan
Dalam melakukan analisis pada tugas besar ini, dapat disimpulkan bahwa Ciwidey memiliki
potensi angin yang sangat baik untuk mendukung pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Angin
(PLTA). Rentang kecepatan angin yang tercatat berkisar antara 6,5 hingga 12,5 m/s, menunjukkan
kondisi yang sangat optimal untuk pemanfaatan energi angin. Selain itu, luas wilayah Ciwidey yang
mencapai 566,6 km² memberikan peluang yang signifikan untuk pengembangan infrastruktur PLTA
dengan kapasitas yang cukup besar. Analisis ini secara kumulatif menunjukkan kelayakan pembangunan
PLTA di Ciwidey, dengan faktor-faktor seperti kecepatan angin yang optimal dan luas wilayah yang besar
memberikan dasar yang kuat untuk mendukung operasional PLTA di masa depan. Dengan demikian,
Ciwidey dapat dianggap sebagai lokasi yang sangat menjanjikan untuk investasi dan pengembangan
energi angin sebagai sumber daya energi terbarukan.

Daftar Pustaka :

[1] R. Syahputra, K. Purwanto, and I. Soesanti, “Performance investigation of standalone wind power
system equipped with sinusoidal PWM power inverter for household consumer in rural areas of
Indonesia,” Energy Reports, vol. 8, pp. 4553–4569, Nov. 2022, doi: 10.1016/j.egyr.2022.03.145.

[2] T. Alvayer, A. Sunardi, S. Restuasih, and A. N. Hardiyanti, “Perancangan Blade Pembangkit Listrik
Tenaga Angin Berkapasitas 400 Watt.”

[3] R. Sary, A. Syuhada, and T. Zulfadli, “Analisis Potensi Energi Angin Tahunan sebagai Pembangkit
Listrik Tenaga Hybrid di Banda Aceh dan Sekitarnya.”

[4] M. Iqbal and R. M. S. Adinandra, “Pembuatan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin Berkapasitas
100 Watt,” Skripsi, pp. 1–30, 2018.

[5] F. Zukhrufiana et al., “JEPIN (Jurnal Edukasi dan Penelitian Informatika) Performance of Wind Power
Plant in West Kalimantan, Indonesia Student in Electrical Engineering”.
[6] S. Elektro and S. I. Haryudo, “Rancang Bangun Prototype Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Menggunakan Turbin Angin Savonius RANCANG BANGUN PROTOTYPE PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA ANGIN MENGGUNAKAN TURBIN ANGIN SAVONIUS Agus Nurdiyanto.”

[7] J. E. Elektrik, M. I. Manishe, A. Hasibuan, and R. Putri, “PERANCANGAN RADIAL FLUX


PERMANENT MAGNET SYNCHRONOUS GENERATOR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA ANGIN MENGGUNAKAN FINITE ELEMENT METHOD (FEM)”.

[8] S. Sudarti and F. A. Dani, “Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Angin di Pantai Blimbingsari Kabupaten
Banyuwangi,” CIRCUIT: Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro, vol. 5, no. 2, p. 93, Sep. 2021, doi:
10.22373/crc.v5i2.9565.

[9] A. Bachtiar and W. Hayyatul, “Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Angin PT. Lentera Angin
Nusantara (LAN) Ciheras,” Jurnal Teknik Elektro ITP, vol. 7, no. 1, pp. 34–45, Jan. 2018, doi:
10.21063/JTE.2018.3133706.

[10] M. Padmika, I. Made Satriya Wibawa, and N. Luh Putu Trisnawati, “PERANCANGAN
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN DENGAN TURBIN VENTILATOR SEBAGAI
PENGGERAK GENERATOR,” Agustus, vol. 18, no. 2, pp. 68–73, 2017.

Anda mungkin juga menyukai