Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FIRQAH DALAM ILMU KALAM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Mata Kuliah Tauhid

Disusun Oleh Kelas PBI-B

Kelompok 6

Seli 2323030
Miftahul Jannah Safira 2323038
Husnatul Latifa Isman 2323040

Dosen pengampu
HENDRISAB

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SJECH M. DJAMIL DJAMBEK


BUKITTINGGI

2023 M /1445 H
KATA PENGANTAR

Pertama kami panjatkan puji syukur atas kehadiran Allah SWT. yang
telah memberikan hidayah-Nya sehingga kami selaku pemakalah dapat
menyelesaikan makalah Ilmu Tauhid tentang “Firqah dalam Ilmu Kalam”.
Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur
pada mata kuliah Ilmu Tauhid.

Dalam penulisan makalah ini, kami sebagai pemakalah mengalami


berbagai hambatan yang telah kami lalui. Selesainya makalah ini tentu saja
bukan karena kemampuan kami semata-mata melalinkan karena adanya
dukungan dan bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, perlu kiranya kami
dengan hati yang tulus mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini.

Dalam penyusunan makalah, kami menyadari kiranya pengetahuan dan


pengalaman kami masih terbilang terbatas. Oleh karena itu, kami selaku
pemakalah mohon maaf jika ada kesalahan baik yang sengaja maupun tidak
sengaja yang telah kami lakukan. Kami juga sangat mengharapkan kritik dan
saran yang positif untuk menjadikan makalah ini lebih baik lagi. Terimakasih

Bukittinggi, 07 Desember 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian firqah dan penyebab munculnya firkah dalam islam..........2
B. Penyebab munculnya Firqah.................................................................2
C. Macam-macam Firqah Dalam Islam.....................................................3

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................7
B. Saran.....................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomena umum masyarakat modern dengan arus globalisasi yang cenderung
pada materialism-hedonistik sering mendewa-dewakan harta, kedudukan dan
kemewahan tanpa menghiraukan norma-norma agama. Kehidupan semacam ini
dipengaruhi beberapa faktor, baik eksternal maupun internal dalam diri manusia
itu sendiri, sehingga manusia sering kehilangan pedoman hidup (dustur al-hayah).
Lebih dari itu, untuk mencapai keinginannya, manusia sering memakai media apa
saja yang kiranya memberikan harapan menggapai keinginannya. Pada zaman
sekarang ini, lebih dikenal dengan perkembangan science dan teknologi, dimana
manusia banyak berpikir ktitis dan rasional tapi masih ada yang percaya kepada
mistik, berteman dengan jin, jual beli tuyul dan seterusnya. Perilaku ini terjadi
karena masih ada sifat Jahiliyah, pengaruh animism dan dinamisme. Ironisnya,
perbuatan semacam itu dikerjakan oleh orang-orang yang mengaku dirinya
agama Islam.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu Firqah?

2. Apa saja Penyebab munculnya Firqah?

3. Apa saja macam-macam Firqah?

C. Tujuan
1. Mengerti apa itu Firqah.
2. Mengerti penyebab munculnya Firqah.
3. Mengerti apa saja macam-macam Firqah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian firqah dan penyebab munculnya firkah dalam islam

Firqah secara bahasa berarti kelompok manusia, yang bisa jadi punya
pemahaman berbeda dengan muslim lainnya. Istilah firqah biasa digunakan untuk
menyederhanakan kelompok, aliran, bahkan sekte. Kelompok manusia dalam
firqah ini merujuk pada cendekiawan yang memiliki pengetahuan tinggi. Pendapat
lainnya menjelaskan firqah adalah kelompok yang memisahkan diri dalam urusan
agama setelah ada ijma'.Dikutip dari buku Quranic Society: Menelusuri Konsep
Masyarakat Ideal dalam Al-Qur'an karya Arum TitisariNamun, pemisahan ini
justru menimbulkan permusuh wean atau fitnah1.
Bila ditelisik dari unsur penyusunan katanya, kata firqah tersusun dari tiga
huruf hijaiyah yakni fa', ra', dan qaf. Ketiganya mengandung arti dasar sebagai
pemisahan atau perbedaan antara dua hal.
Dikutip dari buku Teologi Al Banjari karya Khairil Anwar, penyebab
munculnya firqah dalam Islam dilatarbelakangi oleh perbedaan dan perselisihan
padangan tentang masalah politik dan teologi. Perbedaan pandangan inilah yang
memudahkan satu firqah mengkufurkan firqah lainnya.

B. Penyebab munculnya Firqah

Beberapa faktor lain yang menjadi penyebab munculnya firqah dalam Islam
dari buku Hubungan Penguasa-Rakyat yang ditulis oleh Yahya Ismail,

 Cenderung berpendapat menurut pikiran sendiri


 Tajamnya perselisihan dalam bidang fiqih

1
Rahma Indina Harbani, Arti Firqah secara bahasa, Jakarta, detikedu, 2021
 Perselisihan dalam masalah asma, sifat, dan perbuatan Allah SWT
 Hilangnya kekuasaan politik Islam dan runtuhnya kekhalifahan
 Berani menetapkan kedudukan sahabat Nabi SAW tanpa dasar yang kuat
 Perbedaan Ijtihad di kalangan sahabat
 Fanatisme kesukuan bangsa Arab
 Perebutan jabatan khalifah.2

C. Macam-macam Firqah Dalam Islam

Berikutnya adalah Macam-macam jenis firqah dalam Islam:

1. Jabariyah.
Jabariyah atau Bariyah adalah sebuah ideologi dan sekte bid’ah di dalam
akidah yang muncul pada abad ke-2 hijriah di Khurasan. Jabariyah memiliki
keyakinan bahwa setiap manusia terpaksa oleh takdir tanpa memiliki pilihan dan
usaha dalam perbuatannya. Tokoh utamanya adalah Ja’ad bin Dirham dan Jaham
bin Shafwan3.
Menurut Asy-Syahrastani (548 H/1153 M), Jabariyah adalah paham yang
menafikan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyerahkan perbuatan
tersebut kepada Allah. Artinya, manusia tidak punya andil sama sekali dalam
melakukan perbuatannya, Tuhanlah yang menentukan segala-galanya.
Keyakinan Jabariyah bertolak belakang dengan keyakinan Qadariyah namun
keduanya dikatakan menyimpang dari akidah Ahlussunnah yang berada
dipertengahan, karena menurut akidah Ahlussunnah mengenai takdir bahwa setiap
manusia memiliki pilihan dan kebebasan dalam menentukan kehendak, manusia
diperintahkan untuk berusaha yakni diperintah berbuat baik dan dilarang berbuat
kejahatan, dijanjikan pahala atau diancam siksa atas konsekuensi dari
perbuatannya, sementara apapun yang akan dilakukannya sudah ditetapkan (telah
tertulis) di dalam takdirnya, yang mana setiap makhluk tidak pernah mengetahui
bagaimana takdirnya (baik atau buruk) kecuali setelah terjadinya (berlakunya)
takdir itu.

2. Qodariyah.

Qadariyah atau Qidiriyah adalah sebuah ideologi dan sekte bid’ah di dalam
akidah Islam yang muncul pada pertengahan abad pertama Hijriah di Basrah, Irak.
2
Rahma Indina Harbani, Penyebab munculnya Firqah,, Jakarta, detikedu, 2021

3
Harun Nasution, Teologi Islam : Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta, 2002, hlm. 71
Kelompok ini memiliki keyakinan mengingkari takdir, yaitu bahwasanya
perbuatan makhluk berada di luar kehendak Allah dan juga bukan ciptaan Allah.
Para hamba berkehendak bebas menentukan perbuatannya sendiri dan makhluk
sendirilah yang menciptakan amal dan perbuatannya sendiri tanpa adanya andil
dari Allah.
Ideologi Qadariyah murni adalah mengingkari takdir. Yakni tidak ada takdir,
semua perkara yang ada merupakan sesuatu yang baru (terjadi seketika), di luar
takdir dan ilmu Allah. Allah baru mengetahuinya setelah perkara itu terjadi.
Namun paham Qadariyah yang murni dapat dikatakan telah punah, akan tetapi
masih bisa dijumpai derivasinya pada masa sekarang, yaitu mereka tetap meyakini
bahwa perbuatan makhluk adalah kemampuan dan ciptaan makhluk itu sendiri,
meskipun kini menetapkan bahwa Allah sudah mengetahui segala perbuatan
hamba tersebut sebelum terjadinya. Imam Al-Qurthubi berkata, “Ideologi ini telah
sirna, dan kami tidak mengetahui salah seorang dari muta’akhirin (orang
sekarang) yang berpaham dengannya. Adapun Al-Qadariyyah pada hari ini,
mereka semua sepakat bahwa Allah Maha Mengetahui segala perbuatan hamba
sebelum terjadi, tetapi mereka menyelisihi As-Salafush Shalih (yaitu) dengan
menyatakan bahwa perbuatan hamba adalah hasil kemampuan dan ciptaan hamba
itu sendiri.”
Generasi pertama dari Qadariyah menolak sifat-sifat yang telah ditetapkan
oleh Allah di dalam Al-Qur’an maupun sunnah. Pengingkaran ini mengenai
keyakinan bahwa Allah dapat dilihat pada hari kiamat dengan penglihatan
manusia. Mereka juga meyakini bahwa Al-Qur’an adalah makhluk. Pengingkaran
lainnya mengenai pendahuluan ilmu Allah sebelum segala sesuatu yang baru
belum terjadi. Sementara itu, golongan kedua dari Qadariyah meyakini bahwa
Allah bukan merupakan pencipta dari tindakan-tindakan manusia. Golongan ini
telah menetapkan keilmuan, tetapi menolak tingkatan penciptaan perbuatan
manusia4.

3. Khawarij.

Khawarij atau juga dikenal sebagai Asy-Syurah ialah istilah umum yang
mencakup sejumlah aliran dalam Islam yang muncul pada Fitnah Pertama.
Khawarij pada awalnya adalah pendukung Ali yang memberontak terhadap
penerimaan Ali atas pembicaraan arbitrase untuk menyelesaikan konflik dengan
penantangnya, Muawiyah, dalam Pertempuran Siffin pada tahun 657. Mereka
menegaskan bahwa "penghakiman hanya milik Tuhan", yang menjadi semboyan
mereka. Oleh karena itu, pemberontak seperti Muawiyah harus diperangi dan
dibasmi menurut perintah Al-Qur'an. Ali mengalahkan Khawarij di Pertempuran

4
Fatwa, Kaum Qadariyyah, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hlm.63
Nahrawan pada tahun 658 M, tetapi pemberontakan mereka tetap berlanjut.
Ali dibunuh pada tahun 661 M oleh seorang Khawarij yang membalas dendam
atas kekalahan di Nahrawan5.
Setelah pendirian Kekhalifahan Umayyah oleh Muawiyah pada tahun 661 M,
para gubernurnya Umayyah berhasil mengendalikan kaum Khawarij. Kekosongan
kekuasaan yang disebabkan oleh Fitnah Kedua (680–692) membuat dimulainya
kembali pemberontakan anti-pemerintah oleh kaum Khawarij sehingga faksi
Azariqah dan Najdat menguasai beberapa daerah di Persia dan Arab. Perselisihan
internal dan fragmentasi yang ada pada tubuh Khawarij sangat melemahkan
mereka sebelum kekalahan mereka oleh Bani Umayyah pada 696–699. Pada tahun
740-an, pemberontakan Khawarij skala besar pecah di seluruh kekhalifahan, tetapi
semuanya akhirnya dapat dipadamkan. Meskipun pemberontakan Khawarij
berlanjut hingga periode Abbasiyah (750–1258), kelompok Khawarij yang paling
militan secara bertahap menghilang dan digantikan oleh Khawarij moderat
semacam Ibadiyah, yang bertahan hingga hari ini di Oman dan beberapa bagian
Afrika Utara. Namun, para penganut Ibadi kemudian menyangkal adanya
hubungan dengan Khawarij sejak Fitnah Kedua dan mengutuk mereka sebagai
ekstremis.
Khawarij percaya bahwa setiap Muslim, terlepas dari keturunan atau etnisnya,
memenuhi syarat untuk peran khalifah, asalkan mereka tidak tercela secara moral.
Merupakan tugas umat Islam untuk memberontak dan menggulingkan khalifah
yang berdosa. Sebagian besar kelompok Khawarij memberi cap kafir kepada
muslim yang telah melakukan dosa besar, dan Khawarij yang paling militan
menyatakan bahwa membunuh orang kafir itu sah, kecuali mereka bertobat.
Banyak Khawarij adalah orator dan penyair yang terampil, dan tema utama puisi
mereka adalah kesalehan dan kesyahidan. Orang-orang Khawarij di abad
kedelapan dan kesembilan sering ikut berpartisipasi dalam perdebatan teologis
dan dalam prosesnya, mereka akhirnya berkontribusi pada teologi Islam arus
utama.
Kebanyakan sejarah Khawarij berasal dari penulis non-Khawarij pada abad
kesembilan dan kesepuluh dan sejarah-sejaran tersebut pada umumnya memiliki
tendensi untuk memusuhi sekte tersebut. Tidak adanya versi Khawarij dari sejarah
mereka sendiri membuat sulit para sejarawan untuk mengungkap motif mereka
yang sebenarnya. Sumber-sumber sejarah Muslim tradisional dan Muslim arus
utama memandang Khawarij sebagai ekstremis agama yang memisahkan diri dari
umat. Banyak kelompok ekstremis Muslim modern yang dibanding-bandingkan
dengan Khawarij karena ideologi radikal dan militansinya. Di sisi lain, beberapa
5
Rosmha Widiyani, Kaum Khawarij menurut Sejumlah Pakar, detikedu, Jakarta, 2021
sejarawan Arab modern menekankan kecenderungan egaliter dan proto-
demokratis kaum Khawarij. Sejarawan akademik modern umumnya terbagi dalam
mengaitkan fenomena Khawarij dengan motivasi agama murni, faktor ekonomi,
atau tantangan Badui (Arab nomaden) untuk pembentukan negara yang
terorganisir, dengan beberapa menolak penjelasan tradisional tentang gerakan
Khawarij yang dimulai di Siffin.

4. Ahlussunnah Wal Jamaah.

Pengertian ahlussunnah wal jamaah adalah istilah dalam Islam yang lebih
merujuk pada komunitas Muslim yang menganut ajaran berasal dari tradisi Islam.
Ajaran ahlussunnah wal jamaah ini lebih menekankan pada ajaran tauhid,
keadilan, dan kemanusiaan. Nilai-nilai tersebut diyakini memiliki peran penting
dalam membentuk pemahaman dan sikap masyarakat terhadap dunia dan Tuhan6.

Dikutip dari laman NU Online, pengertian ahlussunnah wal jamaah adalah


mayoritas umat Islam sepanjang masa dan zaman, sehingga golongan lain
menyebut mereka dengan sebutan "Al-'Āmmah (orang-orang umum) atau Al-
Jumhūr", karena lebih dari 90 persen umat Islam adalah Aswaja. Ahlussunnah wal
jamaah mentransmisikan teks wahyu dengan sangat baik, bahkan ahlussunnah wal
jamaah menafsirkannya, menjabarkan yang mujmal (global), kemudian
memanifestasikannya dalam kehidupan dunia ini, sehingga mereka memakmurkan
bumi dan semua yang berada di atasnya.

Ahlussunnah wal jamaah adalah golongan yang menjadikan hadis Jibrīl yang
diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahīh-nya, sebagai dalil pembagian pilar
agama menjadi tiga, yakni Iman, Islam dan Ihsān, untuk kemudian membagikan
ilmu kepada tiga ilmu utama, yakni akidah, fiqih dan suluk.

6
Shobirin, Ilmu Kalam, Dharma Bhakti, Jakarta, 2013, hlm. 152
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi Firqah adalah sebuah paham keagamaan yang di anut oleh orang
islam, yang memiliki kepercayaan yang berbeda tentang masalah (pandangan)
terhadap hukum islam yang kurang begitu jelas. Tapi perlu di ingat kita tidak
boleh menyalahkan begitu saja orang yang tidak sepaham dengan kita karena
semua adalah benar dan yang salah adalah orang yang menyalahkan hal-hal
tersebut.

 Jabariyah atau Bariyah adalah sebuah ideologi dan sekte bid’ah di


dalam akidah yang muncul pada abad ke-2 hijriah di Khurasan.

 Qadariyah atau Qidiriyah adalah sebuah ideologi dan sekte bid’ah di


dalam akidah Islam yang muncul pada pertengahan abad pertama
Hijriah di Basrah, Irak.

 Khawarij atau juga dikenal sebagai Asy-Syurah ialah istilah umum


yang mencakup sejumlah aliran dalam Islam yang muncul pada Fitnah
Pertama.

 Ahlussunnah wal jamaah adalah istilah dalam Islam yang lebih


merujuk pada komunitas Muslim yang menganut ajaran berasal dari
tradisi Islam.

B. Saran

Dari uraian diatas saya menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik, saran, dan masukan yang
sifatnya mambangun sangatlah saya harapkan untuk baiknya makalah ini
kedepannya. Dan semoga apa yang saya tulis di dalam makalah ini
bermanfaat bagi pembaca dan berguna untuk menambah ilmu kita.
DAFTAR PUSTAKA

Fatwa, Kaum Qadariyyah, Rineka Cipta, Jakarta, 1992

Harun Nasution, Teologi Islam : Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan,

Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 2002

Rahma Indina Harbani, Arti Firqah secara bahasa, Jakarta, detikedu, 2021

Rahma Indina Harbani, Penyebab munculnya Firqah,, Jakarta, detikedu, 2021

Rosmha Widiyani, Kaum Khawarij menurut Sejumlah Pakar, detikedu, Jakarta,

2021

Shobirin, Ilmu Kalam, Dharma Bhakti, Jakarta, 2013

Anda mungkin juga menyukai