I. INFORMASI UMUM.
A. Identitas Modul
Nama : Adi A. Banunaek, S.Pd. Jenjang/Kelas/ : SMP / 7.1
Penyusun 198308252009031008 Tahun Pelj. 2023/2024
B. Kompetensi Awal
Peserta didik diharapkan telah memahami Proses Perumusan Dasar Negara
B. PEMAHAMAN BERMAKNA
1. Pernahkan kamu mengajak temanmu untuk melakukan suatu permainan (misalnya
sepak bola) ?
2. Apakah kamu pernah mendiskusikan aturan sebelum kalin melakukan pertandingan itu?
3. Apakah ada perbedaan pendapat diantara kalian saat mendiskusikan peraturan
permainan kalian ?
4. Apa yang kalian lakukan jika terjadi perbedaan pendapat mengenai peraturan dalam
pertandingan kalian ?
5. Bagaimana kalian menyikapi perbedaan pendapat diantara kalian ?
6. Apa yang akan terjadi jika salah satu diantara kalian memaksakan kehendaknya?
7. Dalam materi ini, kita akan belajar tentang proses perumusan Dasar Negara Indonesia
oleh para pendiri negara perumus dasar negara dalam menyikapi perbedaan pendapat di
antara mereka saat hendak merumuskan Dasar Negara Indonesia yang saat ini kita
kenal dengan nama Pancasila.
C. PERTANYAAN PEMANTIK.
1. Mengapa kita perlu mempelajari tentang proses perumusan Pancasila sebagai Dasar
Negara Indonesia ?
2. Ada berapa usulan rumusan dasar negara yang dihasilkan pada Sidang BPUPKI tanggal
29 Mei s/d 01 Juni 1945 ?
3. Apakah yang akan terjadi jika generasi penerus bangsa kita tidak mengetahui sejarah
perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara.
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Kegiatan Awal (10 menit)
Guru membuka kegiatan dengan mengucapkan salam, absensi, dan pengecekan
sarana penunjuang penbelajaran.
Guru menyampaikan arahan terkait penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Guru bersama peserta didik menyerukan yel-yel PPKn.
Guru menyampaikan dan bersama perserta didik melakukan tanya-jawab tentang
pemahaman bermakna dan pertanyaan pemantik.
Guru menyampaikan materi tentang kronologi Perumusan Pancasila Sebagai Dasar
Negara oleh Panitia Sembilan.
Guru menyampaikan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran.
b. Instrumen
ASSESMENT PENILAIAN DIRI PROFIL PANCASILA
Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Bernalar kritis, dan Kreatif
FORMAT PENILAIAN SIKAP
Kriteria Sikap
Nilai
NO NAMA PESERTA DIDIK Bernalar
Kreatif Mandiri Rata – Rata
Kritis (1+2+3)/3
4.
Dst
Kriteria penskoran.
Nilai 4 = (Sangat Baik)
Nilai 3 = (Baik)
Nilai 2 = (Cukup Baik)
Nilai 1 = (Kurang Baik)
(Peserta didik dinyatakan tuntas jika memiliki nilai minimal Baik (3))
2. Asesmen Kognitif
a. Kisi-kisi
Butir Soa
No Tujuan Level Bentuk
(lnstrumen)
1) Apa nama panitia yang
Peserta didik mampu dibentuk oleh BPUPKI untuk
menjelaskan Panitia yang merumuskan kembali usulan
dibentuk BPUPKI untuk dasar negara pada Sidang
1. C1 Uraian
membahas ususlan rumusan tanggal 29 Mei s/d 01 Juni
Dasar Negara dalam Sidang 1945
BPUPKI. 2) Kemukakan apa tugas Panitia
Sembilan
2. Peserta didik mampu 3) Kemukakan kelompok-
mendeskripsikan kelompok yang berbeda
dinamika perbedaan pendapat pada Panitia Sembilan
pendapat anggota- dalam perumusan Dasar Negara
C3 Uraian
anggota Panitia 4) Kemukakan apa perbedaan
Sembilan dalam pendapat di antara kedua
perumusan Dasar kelompok perumus dasar
Negara. negara tersebut.
3. Peserta didik mampu 5) Apa keputusan bersama yang
menjelaskan keputusan disepakati antara kedua
bersama yang disepakati kelompok itu dalam
C3 Uraian
panitia perumus dasar negara menghasilkan rumusan Dasar
dalam merumuskan Dasar negara.
Negara Indonesia.
Peserta didik mampu 6) Apa nama dokumen yang
mengidentifikasi rumusan dihasilkan oleh Panitia
dasar negara yang dihasilkan Sembilan yang didalamnya
oleh Panitia Sembilan terdapat rumusan Dasar Negara
Indonesia.
7) Kemukakan rumusan dasar
negara Indonesia yang
dihasilkan oleh Panitia
Sembilan.
b. Rubrik.
No. Soal Kunci Jawaban Skor
1. Panitia Sembilan 4 3 2 1
2. Menerima dan menampung usulan/aspirasi Anggota BPPKI
tentang Pembentukan Dasar Negara Indonesia Merdeka.
3. Ada 2 kelompok yang berbeda pendapat dalam Panitia Sembilan
terkait Rumusan Dasar Negara yaitu : 1) Kelompok
Rohaniawan, dan 2) Kelompok Kebangsaan.
4. Kelompok rohaniawan menghendaki negara didasarkan atas
paham Ketuhanan, serdangkan kelompok kebangsaan
menghendaki agar negara berdasar atas paham kebangsaan.
5. Kesepakatan bersama yang diambil terkait perbedaan pendapat
anatara kelompok rohaniawan dan kelompok kebangsaan adalah
negara berdasar atas paham kebangsaan dengan paham
Ketuhanan menjadi sila pertama.
6. Dokumen berupa Pembukaan Hukum Dasar yang diberi nama
PIAGAM DJAKARTA atau DJAKARTA CHARTER.
7. Rumusan Dasar Negara Indonesia hasil kerja Panitia Sembilan
dalam Piagam Djakarta adalah :
1) Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya.
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia,
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan
dalam permusyawaratan/perwakilan,
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pedoman penskoran.
- 4), jika jawaban benar, lengkap, disertai penjelasan logis.
- 3), jika jawaban benar, penjelasan tidak lengkap.
- 2), jika jawaban benar tanpa penjelasan.
- 1), jika jawaban tidak benar/tidak lengkap.
- Total skor maksimal = 28,
Pedoman penilaian.
LKPD I.
Nama Kelompok :
Nama Anggota Kelompok :
1. ………
2. ………
3. ………
4. ………
5. ……….
Kelas :
Hari / Tanggal :
Petujuk : Uraikanlah informasi yang anda peroleh tentang Panitia Perumus Dasar
Negara yang dibentuk oleh BPUPKI.
Kelas : …………………………
Hari / Tanggal : …………………………
Petunjuk : Uraikanlah dinamika perbedaan pendapat dalam Panitia Perumus Dasar
Negara pada saat merumuskan Dasar Negara.
1. Kemukakan kelompok-kelompok
yang berbeda pendapat dalam
Panitia Perumusa Dasar Negara
ketika merumuskan Dasar Negara.
Ir. Soekarno
(Ketua)
Abdul Kahar Muzakir H. Agus Salim K.H. Wachid Hasyim Mr. Achmad Soebardjo
Soekarno ditunjuk menjadi ketua dan Hatta sebagai wakilnya. Karena jumlah
anggotanya sembilan orang, maka panitia itu dinamai Panitia Sembilan. Walaupun BPUPK
pun reses atau beristirahat setelah menyelesaikan sidang pertamanya, panitia ini segera
bekerja.
Sembilan tokoh nasional itu berasal dari berbagai kalangan berbeda, mulai Hatta yang
berasal dari wilayah barat Indonesia hingga Maramis yang mewakili para tokoh dari
kawasan timur Indonesia. Pada bulan Juni tersebut anggota saling berdiskusi, hingga
mencapai rumusan akhirnya pada tanggal 22 Juni 1945.
Perumusan Pancasila dilakukan melalui diskusi seru. Anggota Panitia Sembilan
berbineka atau berlatar belakang dari berbagai kalangan berbeda. Mereka memiliki
pendapat yang berbeda-beda pula.
Mereka semua berdialog mempertemukan pendapat masing-masing, agar dapat
membuat rumusan dasar negara yang kuat. Sebagian mereka menyampaikan pendapat dari
pendekatan keagamaan. Sebagian yang lain menyampaikan pendapat dari pendekatan
kebangsaan.
Wahid Hasyim dan beberapa anggota berpendapat bahwa negara Indonesia yang akan
dibentuk harus berdasarkan agama. Tanpa didasarkan agama, negara akan rusak karena
mengabaikan nilai ketuhanan. Karena itu, Indonesia tidak boleh menjadi negara sekuler
atau negara yang mengabaikan nilai ketuhanan.
Soekarno, Hatta, dan beberapa anggota lain mengingatkan bahwa negara Indonesia
sebaiknya tidak berdasarkan keagamaan. Kalau negara Indonesia berdasar agama, dasar
agamanya tentu Islam karena sebagian besar penduduk beragama Islam. Kelompok
penganut kebangsaan khawatir hal itu akan membuat umat lain merasa tidak nyaman.
Semua sependapat bahwa nilai ketuhanan sangat penting untuk menjadi bagian dasar
negara Indonesia. Lalu disepakati Indonesia menjadi negara kebangsaan, bukan negara
agama, dengan sila ketuhanan menjadi sila yang pertama.
Musyawarah Panitia Sembilan pun dilanjutkan hingga malam tanggal 22 Juni 1945.
Semua perlu menyepakati urutan dan rumusan lima sila. Semula Soekarno mengusulkan
sila kebangsaan, kemanusiaan, demokrasi, kesejahteraan, dan ketuhanan. Panitia Sembilan
sepakat mengubah urutan itu dan membuat rumusannya.
Ketuhanan dijadikan sila pertama. Kemanusiaan tetap menjadi sila kedua. Persatuan
yang mencakup kebangsaan menjadi sila ketiga. Kerakyatan yang mencakup musyawarah
atau demokrasi menjadi sila keempat. Keadilan atau kesejahteraan menjadi sila kelima.
Selanjutnya semua pun sepakat dengan rumusan Pancasila saat itu. “Ketuhanan, dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya; Kemanusiaan yang adil
dan beradab; Persatuan Indonesia. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Rumusan Pancasila itu dimasukkan ke dalam naskah mukadimah atau pembukaan
dasar hukum tertulis negara. Yamin memberi nama naskah itu Piagam Jakarta atau Jakarta
Charter. Rancangan dasar negara berhasil diselesaikan di rumah Soekarno di Jakarta.
Bangsa Indonesia kini punya pondasi kuat untuk mendirikan negara.
C. GLOSARIUM.
D. DAFTAR PUSTAKA.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016. Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan SMP/MTs Kelas 7. Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Salikun, dkk. 2017. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: pusat
kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Kaelan, 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma
Bahar, Safrodin, Ananda B. Kusuma, dkk. 1995. Risalah Sidang Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Jakarta: Sekretariat
Negara republik Indonesia
Soegito, A.T. 2000.Pendidikan Pancasila. Semarang: IKIP Semarang Press
E. Contoh Soal Tes.
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jawaban yang benar
1. Sebutkan 2 contoh peninggalan purba yang berkaitan dengan nilai ketuhanan di
wilayah Indonesia!
2. Sebutkan 2 daerah di Indonesia yang terdapat lukisan di dinding gua peninggalan
zaman purba!
3. Sebutkan 2 candi yang merupakan peninggalan zaman kerajaan di Indonesia!
4. Sebutkan 4 wilayah negara lain yang dahulunya merupakan wilayah kerajaan
Majapahit!
5. Sebutkan 2 kerajaan islam yang berkembang di Indonesia!
6. Sebutkan 2 tokoh pahlawan revolusi yang berjuang melawan penjajahan di daerah-
daerah di Indonesia!
7. Siapakah tokoh yang menjadi pemrakarsa lahirnya organisasi Budi Utomo?
8. Siapakah tokoh yang menjadi pemrakarsa lahirnya organisasi Sarekat Islam?
9. Siapakah tokoh yang menjadi pemrakarsa lahirnya organisasi Muhammadiyah?
10. Siapakah tokoh yang menjadi pemrakarsa lahirnya organisasi Nahdhatul Ulama?