PENDAHULUAN
Manajemen dalam Implementasi Moral Generasi Milenial di Era Revolusi 4.0
memegang peranan yang penting dalam menghadapi tantangan moral yang dihadapi oleh
generasi milenial saat ini. Era Revolusi 4.0 telah membawa perubahan yang signifikan dalam
berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk nilai-nilai moral dan pandangan generasi
milenial. Generasi milenial adalah kelompok masyarakat yang lahir antara tahun 1980-an
hingga awal 2000-an, mereka tumbuh dalam periode transformasi teknologi yang pesat dan
perubahan budaya yang cepat (Aisyah & Ardiningsing, 2022). Perkembangan teknologi
digital dan akses yang luas terhadap informasi melalui internet telah mempengaruhi cara
pandang dan nilai-nilai moral generasi milenial. Mereka tumbuh dalam lingkungan yang
diwarnai oleh media sosial, di mana informasi dan perspektif dapat disebarkan dengan cepat
dan luas. Hal ini telah memberikan dampak positif dan negatif pada pandangan moral
generasi milenial. Di satu sisi, generasi milenial menjadi lebih terbuka terhadap isu-isu
kebebasan individu, inklusi dan kesetaraan. Mereka juga lebih peka terhadap isu-isu
lingkungan dan perkembangan teknologi. Namun, di sisi lain, terdapat juga dampak negatif
dari perubahan ini. Ketergantungan pada teknologi dan kehidupan online dapat menyebabkan
penurunan etika dan nilai-nilai tradisional yang dianggap penting oleh generasi sebelumnya.
Generasi milenial juga dikenal dalam beberapa kasus tertentu sering menggunakan kendali
media sosial untuk memperoleh popularitas, sehingga mengorbankan moralitas dan integritas
pribadi.
Era Revolusi 4.0 telah memberikan berbagai perubahan signifikan dalam berbagai
aspek kehidupan manusia, termasuk cara generasi milenial memandang moral dan nilai-nilai.
Generasi milenial dikenal sebagai generasi yang tumbuh dalam kecanggihan teknologi dan
perubahan budaya yang cepat. Dalam konteks ini, manajemen memainkan peran penting
dalam implementasi moral di kalangan generasi milenial. Pertumbuhan teknologi yang pesat
dalam Revolusi 4.0 telah mengubah pandangan generasi milenial terhadap moral dan nilai-
nilai., manajemen moral juga harus berkembang sesuai dengan perkembangan tersebut.
Teknologi dapat digunakan sebagai alat untuk memfasilitasi implementasi dan pengawasan
moral di kalangan generasi milenial. Misalnya, dengan menggunakan platform digital,
manajer dapat mengkomunikasikan nilai-nilai moral kepada anak buahnya dan memantau
pencapaian moral dalam organisasi. Manajemen moral sangat penting dalam membentuk
karakter generasi milenial yang berkualitas (Handayani & Muliastrini, 2020). Generasi
1
milenial cenderung lebih mandiri, kritis, dan berdaya saing dalam menghadapi tantangan yang
ada. Manajemen moral yang tepat dapat membantu meningkatkan integritas, etika, dan
tanggung jawab generasi milenial dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Keterlibatan
manajemen dalam pembentukan moral generasi milenial juga bisa mencegah berbagai
masalah sosial seperti kejahatan, korupsi, dan nihilisme (Hendayani, 2019).
Manajemen moral di era Revolusi 4.0 perlu mencakup penerapan nilai-nilai moral
yang diintegrasikan dalam organisasi dan praktik manajerial. Manajer perlu menjadi teladan
bagi generasi milenial dalam menerapkan moral dalam setiap keputusan dan tindakan yang
mereka ambil. Penyusunan kode etik organisasi juga perlu dilakukan dengan melibatkan
generasi milenial agar mereka merasa memiliki dan berkomitmen terhadap nilai-nilai moral
yang dianggap penting (Sakinah & Dewi, 2021). Ada kemajuan di era kontemporer ini,
khususnya Revolusi Industri 4.0, seperti yang dilaporkan oleh Bakri (2016). Orang-orang di
seluruh dunia telah menggunakan Industri 4.0, atau internet of thinking, untuk menggerakkan
aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sejak memasuki abad ke-21, Indonesia telah
mengalami berbagai tahapan perubahan. Sebagai hasilnya, budaya asing dengan mudah
dikenali oleh masyarakat Indonesia, yang bahkan dapat menentukan tren di dalamnya.
Manajemen moral di era Revolusi 4.0 juga harus menciptakan lingkungan kerja yang
mendorong moralitas. Generasi milenial cenderung mencari tujuan yang bermakna dan
berharga dalam pekerjaan mereka. Oleh karena itu, manajemen harus memberikan ruang bagi
generasi milenial untuk mengembangkan potensi mereka secara moral. Ini dapat mencakup
pengembangan kurikulum atau program pelatihan yang fokus pada pengembangan karakter
dan moral generasi milenial. Banyak orang Indonesia yang tidak menyadari makna ideologi
kita, Pancasila, di era globalisasi dan revolusi industri keempat ini. Meskipun Pancasila
dikembangkan dalam jangka waktu yang sangat lama dan membutuhkan banyak pengorbanan
dalam kehidupan sehari-hari, namun tetap penting untuk menjunjung tinggi nilai-nilai luhur,
terutama yang terdapat dalam Pancasila, agar karakter bangsa tercermin di dalamnya. Maka
dari itu, Manajemen moral di era Revolusi 4.0 perlu memperhatikan pendidikan moral yang
diberikan kepada generasi milenial. Pendidikan moral yang komprehensif dapat membantu
generasi milenial memahami nilai-nilai moral yang penting dalam kehidupan sehari-hari
mereka.
Keterlibatan keluarga, institusi pendidikan, dan organisasi masyarakat dalam
pendidikan moral juga perlu diperhatikan dalam manajemen moral generasi milenial. Hasil
riset (Vania et al., 2021), menunjukkan bahwa manajemen dalam implementasi moral
generasi milenial di era Revolusi 4.0 membutuhkan pendekatan yang holistik dan adaptif.
Manajemen perlu memahami perubahan pandangan dan nilai-nilai moral generasi milenial
serta menciptakan lingkungan dan praktik manajerial yang mendukung perkembangan moral
mereka. Dalam meningkatkan nilai dan moralitas generasi milenial, manajemen dapat
memainkan peran penting dalam menciptakan masa depan yang lebih baik dan membangun
generasi yang bermoral di era Revolusi 4.0. Teknologi informasi berkembang dengan cepat
dalam revolusi industri keempat dan mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia.
Perkembangan internet of things yang merasuk ke berbagai aspek kehidupan manusia saat ini
menjadi salah satu penanda era revolusi industri 4.0. Salah satunya di sektor pendidikan.
2
Untuk itu, ada dua hal yang perlu dilakukan: 1) merevitalisasi kurikulum; dan 2)
menggunakan teknologi informasi secara tepat. Penetrasi Revolusi Industri 4.0 ke dalam
sistem pendidikan, menurut Muhadjir Effendy, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
menuntut adanya perbaikan kurikulum dengan meningkatkan tingkat kompetensi siswa,
termasuk (Yusnaini, 2019): 1) Menerapkan pemikiran kritis 2) Orisinalitas dan daya cipta 3)
Keterampilan komunikasi dan sosial 4) Kerja sama dan kerja tim.
Selain itu, implementasi moral juga memerlukan komunikasi yang efektif. Manajemen
harus mampu mengkomunikasikan nilai-nilai moral yang dianggap penting kepada generasi
milenial dengan cara yang relevan dan memotivasi. Hal ini dapat dilakukan melalui
penggunaan teknologi, seperti platform digital atau aplikasi khusus yang dapat menjadi alat
untuk menyampaikan nilai-nilai moral secara efektif dan memantau perubahan perilaku
generasi milenial. Tantangan lain yang dihadapi oleh manajemen dalam implementasi moral
generasi milenial adalah menciptakan lingkungan kerja yang mendorong moralitas. Generasi
milenial cenderung mencari tujuan yang bermakna dan bernilai dalam pekerjaan mereka. Oleh
karena itu, manajemen harus menciptakan lingkungan kerja yang mendorong nilai-nilai moral
dan memberikan ruang bagi generasi milenial untuk mengembangkan potensi mereka secara
moral. Maka, Ini dapat mencakup program pelatihan khusus yang fokus pada pengembangan
karakter dan moral generasi milenial. Dalam menjalankan peran mereka, manajemen juga
perlu bekerja sama dengan pihak lain seperti keluarga, institusi pendidikan, dan organisasi
masyarakat untuk memastikan pendidikan moral yang komprehensif. Keterlibatan pihak lain
ini penting karena moralitas tidak hanya terbentuk di tempat kerja, tetapi juga dalam konteks
sosial dan budaya yang lebih luas.
3
Keterlibatan adalah salah satu nilai yang penting bagi generasi milenial. Manajemen
harus memperhatikan kebutuhan mereka untuk terlibat dalam pengambilan keputusan dan
memberikan kesempatan untuk berkontribusi dalam perusahaan (Fakhriyah et al., 2021). Hal
ini dapat dilakukan dengan menerapkan pendekatan partisipatif dalam pengambilan
keputusan, seperti melibatkan generasi milenial dalam tim proyek dan menjadi mentor bagi
mereka. Dalam mengimplementasikan moral generasi milenial, manajemen juga harus
memberikan perhatian pada nilai-nilai etika dan integritas. Mereka perlu mengedukasi dan
memberikan pelatihan kepada generasi milenial mengenai pentingnya etika dalam berbisnis
dan menjunjung tinggi integritas dalam menjalankan tugas-tugas mereka. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengadakan workshop, seminar, atau program pelatihan lainnya (D.
Ramadhan et al., 2021). Dan juga, manajemen juga harus menjadi contoh yang baik dalam
menjalankan nilai-nilai moral. Mereka harus menyadari bahwa generasi milenial termotivasi
oleh pemimpin yang jujur, transparan, dan memiliki integritas. Manajemen harus
mengimplementasikan moral di semua lini perusahaan, mulai dari pimpinan hingga karyawan,
agar generasi milenial dapat melihat dan mengikuti contoh yang baik dalam menjalani
kehidupan dan karir mereka.
KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas yang sudah dijelaskan oleh penulis, maka bisa diambil kesimpulan
sebagai berikut:
a. Pendekatan fisik dalam manajemen moral mencakup pemahaman tentang dampak
teknologi terhadap gaya hidup generasi milenial. Dengan memahami perubahan gaya
hidup yang dihasilkan oleh revolusi 4.0, manajemen dapat memberikan panduan
praktis tentang penggunaan teknologi secara seimbang. Hal ini termasuk memastikan
generasi milenial dapat membangun hubungan interpersonal yang sehat, meskipun
pengaruh media sosial dan teknologi digital. Penggunaan teknologi yang bertanggung
jawab juga termasuk pemilihan sumber informasi yang dapat dipercaya dan
memahami risiko privasi yang mungkin timbul.
b. Aspek emosional juga menjadi fokus penting dalam manajemen moral holistik.
Teknologi sering kali memicu reaksi emosional yang kuat, seperti rasa iri hati, jengkel,
atau marah. Manajemen moral harus memberikan pendekatan untuk membantu
10
generasi milenial mengelola emosi mereka dengan baik. Ini dapat melibatkan latihan
pengaturan emosi, kesadaran diri, dan pemahaman mendalam tentang bagaimana
emosi dapat memengaruhi keputusan moral.
c. Pendekatan holistik juga mencakup aspek intelektual. Generasi milenial perlu
dilibatkan dalam pendidikan etika dan integritas. Manajemen dapat menyelenggarakan
workshop, seminar, atau program pelatihan lainnya untuk meningkatkan pemahaman
mereka tentang etika dalam berbisnis dan menjunjung tinggi integritas dalam tugas-
tugas mereka. Pendidikan ini harus berkelanjutan dan mencakup isu-isu etis yang
muncul dalam penggunaan teknologi.
d. Dampak revolusi 4.0 terhadap pandangan dan nilai-nilai moral generasi milenial
mencakup perubahan gaya hidup, cara memperoleh informasi, dan tantangan dalam
nilai-nilai moral. Generasi ini dihadapkan pada pertarungan antara individualisme dan
kolektivisme. Meskipun terdapat risiko, revolusi 4.0 juga menawarkan kesempatan
bagi generasi milenial untuk mengembangkan nilai-nilai moral yang inklusif dan
mengglobal.
e. Dalam mengatasi dampak tersebut, manajemen memiliki peran strategis. Mereka perlu
memahami kebutuhan generasi milenial untuk terlibat dalam pengambilan keputusan,
memberikan lingkungan kerja yang mendukung perkembangan mereka, dan
membimbing mereka dalam menghadapi dilema moral. Pendidikan nilai-nilai moral,
baik melalui workshop atau melibatkan generasi milenial dalam tim proyek, dapat
membantu membangun moral yang kuat.
f. Manajemen moral yang holistik bukan hanya tentang memberikan panduan praktis,
tetapi juga tentang membimbing generasi milenial dalam mengembangkan karakter
yang kuat, integritas yang tinggi, dan etika yang baik. Melalui pendekatan ini, generasi
milenial dapat menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, memahami dampak
teknologi dengan bijak, dan berkontribusi pada masyarakat dengan nilai-nilai moral
yang kokoh. Manajemen moral yang holistik adalah kunci untuk membentuk generasi
milenial yang siap menghadapi tantangan kompleks dalam era revolusi 4.0.
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, W. R. (2011). Faktor Penghambat Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM): Studi di Kabupaten Banyumas (Artikel web).
Aisyah, M., & Ardiningsing, T. A. (2022). Pengaruh Persepsi Risiko Dan Dukungan
Pemerintah Terhadap Minat Penggunaan Mobile Banking: Peran Pemediasi Persepsi
Kegunaan. Jurnal Fokus Manajemen Bisnis.
http://www.journal2.uad.ac.id/index.php/fokus/article/view/5987
Arsini, Y., Yoana, L., & Prastami, Y. (2023). Peranan Guru Sebagai Model dalam
Pembentukan Karakter Peserta Didik. MUDABBIR Journal Reserch and Education
Studies, 3(2), 27-35.
Asyari, F. (2019). Tantangan Guru Pai Memasuki Era Revolusi Industri 4.0 Dalam
Meningkatkan Akhlaq Siswa Di Smk Pancasila Kubu Raya Kalimantan Barat. Muslim
11
Heritage, 4(2). https://doi.org/10.21154/muslimheritage.v4i2.1779
Basrowi. 2006. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Kediri: Jenggala Pustaka Utama.
Budiman, H., Seminar, K. B., & Saptono, I. T. (2020). Formulasi Strategi Pengembangan
Digital Banking (Studi Kasus Bank Abc). Jurnal Aplikasi Bisnis Dan Manajemen, 6(3),
489–500. https://doi.org/10.17358/jabm.6.3.489
Fakhriyah, F., Rusilowati, A., & ... (2021). Mengembangkan kemampuan argumentasi ilmiah
calon guru sekolah dasar sebagai bentuk penguatan keterampilan abad 21. Prosiding
Seminar …. https://proceeding.unnes.ac.id/index.php/snpasca/article/view/847
Familia. Nata, A. (2018). Pendidikan Islam Di Era Milenial. Conciencia, 18(1), 10–28.
https://doi.org/10.19109/conciencia.v18i1.2436
Fauziatun, N. (2021). A. Implementasi Microsoft Teams for Education. Tesis Program Studi
Pendidikan Agama Islam Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Purwokerto.
Febry (2015). Konsep Diri Pengguna Aktif Jejaring Sosial Path (Studi Deskriptif Kualitatif
Terhadap Konsep Diri Siswa SMA Santo Bellarminus Bekasi Sebagai Pengguna Aktif
Jejaring Sosial Path). Ejurnal. Universitas Atma jaya Yogyakarta.
Gazali, E. (2018). Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Dunia Pendidikan Era
Revolusi Industri 4.0. Oasis, 2(2), 94–109.
Giarti, S., & Astuti, S. (2016). Implementasi Tqm Melalui Pelatihan Model in House Training
Untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Sd. Scholaria : Jurnal Pendidikan
Dan Kebudayaan, 6(2), 80. https://doi.org/10.24246/j.scholaria.2016.v6.i2.p80-91
Gunawan. (2015). Percikan Pemikiran Pendidikan Islam: Antologi Konfigurasi
Pendidikan Masa Depan (Gunawan, Ed.; Cet. I). Rajawali Pers.
12
Hairani, L. (2013). Korupsi di Kementerian Pendidikan Capai Rp 700 M. Tempo.Co, 485097.
Handayani, N. N. L., & Muliastrini, N. K. E. (2020). Pembelajaran Era Disruptif Menuju Era
Society 5.0 (Telaah Perspektif Pendidikan Dasar). Prosodong Seminar Nasional IAHN-
TP Palangka Raya, 0, 1–14. https://prosiding.iahntp.ac.id
Harahap, M. A., & Adeni, S. (2020). Tren Penggunaan Media Sosial Selama Pandemi Di
Indonesia. Jurnal Professional FIS UNIVED, 7(2), 13–23.
Harsanti, Maulana. Hubungan Kohesvitas Dan Kepercayaan Diri Pada Pria Dewasa Awal
Anggota Klub Mobil. Jurnal Gunadharma.
Harususilo, Y. E. (2019, December 4). Skor PISA Terbaru Indonesia, Ini 5 PR Besar
Pendidikan pada Era Nadiem Makarim. Kompas.id.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/12/04/13002801/skor-pisa-terbaruindonesia-ini-5-
pr-besar-pendidikan-pada-era-nadiem-makarim?page=all Hasanah, S. I. (2014). Sumber
belajar matematika dari lingkungan alam sekitar berbasis pondok pesantren. Interaksi,
9(1), 28–31.
Hendayani, M. (2019). Problematika Pengembangan Karakter Peserta Didik di Era 4.0. Jurnal
Penelitian Pendidikan Islam, 7(2), 183. https://doi.org/10.36667/jppi.v7i2.368
Jannah, D. F., & Setiawan, R. (2022). Evaluasi Implementasi Program PAUD Holistik
Integratif. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(6), 7163–7172.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i6.2970
Khoeriyah, I. N. (2019). Integrasi Islam dan Sains dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMA Sains Al-Quran Yogyakarta [UIN Sunan Kalijaga]. In UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
13
Koesoema, D. A. (2010). Pendidikan Karakter: Stategi Mendidik Anak di Zaman Global.
Jakarta: Grasindo.
Kurniawan, S. (2019). Tantangan Abad 21 bagi Madrasah di Indonesia. Intizar, 25(1), 5568.
https://doi.org/10.19109/intizar.v25i1.3242
Laoli, A. E. J., & Siahaan, E. M. (2023). Hubungan Intensitas Bermain Game Online dengan
Tingkat Stres pada Remaja Kota Medan. Innovative: Journal Of Social Science ….
http://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/view/3447
Latif, L. (2016). Pemikiran Imam Al-Ghazali Tentang Pendidikan Akhlak. Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Maghfiroh, N., & Sholeh, M. (n.d.). Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Kampus
Merdeka Dalam Menghadapi Era Disrupsi Dan Era Society 5.0. Ejournal.Unesa.Ac.Id.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/inspirasi-manajemen-pendidikan/article/view/
44137
Masruroh, N. dan Umiarso. (2011). Modernisasi Pendidikan Islam – Ala Azyumardi Azra.
Jakarta: Arruz Media.
Mulyadi, B. (2014). Model Pendidikan Karakter Dalam Masyarakat Jepang. Izumi, 3(1), 69.
https://doi.org/10.14710/izumi.3.1.69-80
Nastiti, F. E., Ni’mal ’abdu, A. R., & Kajian, J. (2022). Kesiapan Pendidikan Indonesia
Menghadapi era society 5.0. Edcomtech, 5(1), 61–66.
14
Nata, H. A. (2019). Pembaruan pendidikan islam di indonesia. Prenada Media.
Nuraini, F., & Wahjoedi, W. (2023). Pengaruh modernitas individu dan pemanfaatan teknologi
informasi terhadap minat berwirausaha generasi z pada siswa SMA di Kota Malang.
Jurnal Pendidikan Ekonomi. http://journal2.um.ac.id/index.php/jpe/article/view/32785
Palo Alto, CA: Davies-Black Mulyono, Sugeng dan Kresnaini, Enlik. (2015). Memetakan
Perubahan Organisasi dalam Desain Learning Organization pada Usaha Kecil Menengah
di Kota Malang. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 18(1): 101-118
Pratiwi, I., Moeliono, N., S1, P., Bisnis, A., Komunikasi, F., Bisnis, D., & Telkom, U. (2015).
Pengaruh Celebrity Endorser Maudy Ayunda Terhadap Minat Beli Produk Teh Javana
(Studi Pada Masyarakat Di Kota Bandung). E-Proceeding of Management, 2(3), 3576–
3585.
Priatmoko, S. (2018). Urgensi Pendidikan Islam Dalam Keluarga. Ta’lim, 11(1), 117.
https://doi.org/10.32505/at.v11i1.531
Priyanto, A. (2020). Pendidikan Islam dalam Era Revolusi Industri 4.0. J-PAI: Jurnal
Pendidikan Agama Islam, 6(2), 80–89. https://doi.org/10.18860/jpai.v6i2.9072
Rahman, A. (2019). Pendidikan Islam di Era Revolusi Industri 4.0. Komojoyo Press.
https://doi.org/10.5281/zenodo.3376797
Rahmat, N., Sepriadi, S., & Daliana, R. (2017). Pembentukan Karakter Disiplin Siswa
Melalui Guru Kelas Di Sd Negeri 3 Rejosari Kabupaten Oku Timur. JMKSP (Jurnal
Manajemen, Kepemimpinan, Dan Supervisi Pendidikan), 2(2).
https://doi.org/10.31851/jmksp.v2i2.1471
Ramadhan, D., Yahya, E. S., & ... (2021). Analisis Loyalitas Wisatawan Studio Alam PAL 16
Cikole Lembang. … Research Workshop and ….
https://jurnal.polban.ac.id/ojs-3.1.2/proceeding/article/view/2885/2236
15
Ramadhan, Y. L. (2022). Pendidikan Karakter Persepektif Thomas Lickona. 1–71.
Ridho, A., Wardhana, K. E., Yuliana, A. S., & ... (2022). Implementasi Pendidikan
Multikutural Berbasis Teknologi Dalam Menghadapi Era Society 5.0. EDUCASIA:
Jurnal …. http://educasia.or.id/index.php/educasia/article/view/131
Rivai, Veithzal. (2004). Manajemen sumber daya manusia untuk perusahaan, Cetakan
Pertama. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
Riyanto, F., Astuti, S. D., Mahmud, M., & ... (2023). Hard Skill Sebagai Faktor Dominan
Kesiapan Kerja Di Era Industri 4.0. Jurnal Nusantara ….
https://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen/article/view/18676
Sakinah, R. N., & Dewi, D. A. (2021). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Karakter
Dasar Para Generasi Muda Dalam Menghadapi Era Revolusi Industrial 4.0. Jurnal
Kewarganegaraan, 5(1), 152–167. https://doi.org/10.31316/jk.v5i1.1432
Samir, Alfin dan Larso, Dwi. (2011). Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
UKM Catering di Kota Bandung. Jurnal Manajemen Teknologi. 10 (2).
Soleh, Soemirat. (2008). Dasar-Dasar Public Relation. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.
Vania, A. S., Dewi, D. A., Robi’ah, F., Nugraha, I. F. C., & Furnamasari, Y. F. (2021).
Revitalisasi Pancasila dalam Memfilter Dampak Globalisasi dan Era Revolusi Industri
4.0. Jurnal Basicedu, 5(6), 5227–5233. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i6.1612
Yusuf, A. I. (2023). Penguatan karakter pelajar: perspektif merdeka belajar pada Era Post
Truth.
16