Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu penyebab dari timbulnya permasalahan ini adalah apabila

perawatan penderita glaukoma tidak tertangani dengan baik dan sampai

mengalamai kebutaan dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari serta

aktivitasnya dapat terganggu. Kendala dalam pengobatan glaukoma adalah

kurangnya kepatuhan dari penderita glaukoma untuk penggunaan obat,

penyebabnya yaitu motivasi dari para penderita yang masih kurang. Penyebab

lainnya yaitu kurangnya dukungan dari keluarga dan orang terdekat penderita.

Fenomena yang terjadi di Rumah Sakit Mata Masyarakat Jawa Timur adanya

penderita yang kurang patuh dalam penggunaan obat yang direkomendasikan oleh

petugas kesehatan di Rumah Sakit Mata Masyarakat Jawa Timur. Ketidakpatuhan

terhadap pengobatan adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat terbesar dan

dianggap sebagai penyebab utama dari glaukoma. Dalam hal ini dukungan

keluarga juga dibutuhkan oleh pasien glaukoma untuk mengingatkan dalam

penggunaan obat yang sudah direkomendasikan oleh petugas kesehatan (Nessy,

2022).

Menurut World Health Organization (WHO) memprediksi jumlah

penderita Glaukoma di dunia mencapai sekitar 60,7 juta orang di tahun 2010 dan

akan menjadi 79,4 juta di tahun 2020. Di Indonesia, sebesar 1,8 juta penduduk

mengalami kebutaan akibat Glaukoma (Infodatin, 2022). Pusat Data dan

Informasi Kementerian Kesehatan RI melalui laporan “Situasi Glaukoma di

Indonesia” (2019) 2 mengemukakan perkiraan jumlah penderita glaukoma secara

1
2

global mencapai 76 juta pada 2020 – atau meningkat sekitar 25,6% dari angka

satu dekade lalu yang masih 60,5 juta orang. Sementara di Indonesia, data yang

sempat dirilis secara resmi barulah prevalensi glaukoma sebesar 0,46% (setiap 4

sampai 5 orang per 1.000 penduduk) (Kemenkes, 2021). Prevalensi glaukoma

menurut hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018 menunjukkan hasil bahwa

prevalensi nasional glaukoma sebesar 0,5%. Terdapat 10 provinsi di Indonesia

yang memiliki prevalensi diatas prevalensi nasional, yaitu DKI Jakarta (1,85%),

Nanggroe Aceh Darussalam (1,28%), Kepulauan Riau (1,26%), Sulawesi Tengah

(1,21%), Sumatera Barat (1,14%), Kalimantan Selatan (1,05%), Nusa Tenggara

Barat (0,73%), Sumatera Selatan (0,72%), Gorontalo (0,67%), dan Jawa Timur

(0,55%) (Depkes RI, 2020). Pada bulan Januari – Agustus 2021 kasus kejadian

glaukoma berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya

terdapat 291 kasus yang keseluruhan tersebar di puskesmas Kota Surabaya

(Dinkes Porv. Jawa Timr (2022). Berdasarkan hasil survey di Rumah Sakit Mata

Masyarakat Jawa Timur pada bulan Maret 2023 sebanyak 256 orang, bulan April

2023 sebanyak 237 orang, sedangkan di bulan Mei 2023 sebanyak 243 orang yang

terkena penyakit glaukoma.

Glaukoma ditandai dengan mengalami peningkatan tekanan intraokular

(TIO), sehingga terjadi peningkatan produksi aqueus humor atau obstruksi cairan

(Black dan Hawks, 2019). Tekanan intraokuler yang tinggi akan menyebabkan

terjadinya peningkatan tekanan suplai darah dan terhambatnya aliran darah

menuju saraf optik dan retina sehingga mengakibatkan terjadinya iskemia yang

dampaknya terjadi penurunan fungsi mata secara bertahap (Black dan Hawks,

2019). Penyakit glaukoma hanya bisa dikontrol dan tidak dapat disembuhkan,
3

maka dari itu keterlibatan keluarga dalam proses perawatan sangat diperlukan

(Brunner dan Suddart, 2013). Penatalaksanaan awal diperlukan pemeriksaan mata

secara teratur agar dapat mengontrol sejauh mana penyakit glaukoma pasien,

setelah itu dapat dilakukan perawatan lebih lanjut.

Dukungan keluarga merupakan salah satu yang menentukan tingkat

kepatuhan pasien dalam menjalankan proses perawatan. Dukungan keluarga

adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota

keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap

memberikan pertolongan dengan benar jika diperlukan (Susanti, 2020). Dukungan

keluarga sangat berpengaruh pada pasien dalam menghadapi penyakitnya, berupa

perhatian emosional dan informasional sehari-hari seperti mengingatkan makanan

yang bisa memperburuk penyakitnya dan juga berupa dukungan instrumental serta

dukungan penghargaan. Dalam hal ini keluarga harus dilibatkan dalam program

pendidikan sehingga keluarga dapat memenuhi kebutuhan pasien, mengetahui

kapan keluarga harus mencari pertolongan dan mendukung kepatuhan terhadap

pengobatan (Taringan, 2018)

Dukungan keluarga sangat penting diberikan sebagai salah satu upaya

peningkatan kualitas hidup pasien glaukoma. Bentuk dukungan itu dapat berupa

menemani pasien saat hendak ke pusat pelayanan kesehatan, memberikan

informasi tentang perawatan glaukoma, ditunjang dengan biaya perawatan,

memberikan perhatian penuh, membantu aktivitas pasien, dan lain-lain (Hapsaari,

2022). Selain itu, dukungan keluarga perlu diberikan dalam proses perawatan

yang membutuhkan waktu cukup lama atau bahkan seumur hidup. Pasien yang

mengalami penyakit glaukoma sangat membutuhkan dukungan keluarga dalam


4

proses perawatannya. Dukungan keluarga seperti menasehati, mendampingi

kepelayanan kesehatan dan mengingatkan jadwal penggunaan obat sangat

berpengaruh terhadap kepatuhan penggunaan obat. Berdasarkan penjelasan di

atas, maka penelitian tertarik untuk mengambil judul tentang hubungan dukungan

keluarga dengan kepatuhan penggunaan obat pada pasien glaukoma di Klinik

Glaukoma Rumah Sakit Mata Masyarakat Jawa Timur.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan masalah diatas, dukungan keluarga merupakan factor

terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah, dukungan keluarga

dapat menambah rasa percaya diri dan motivasi untuk menghadapi masalah dan

meningkatkan kepuasan hidup, untuk hal ini keluarga harus dilibatkan dalam

program pendidikan sehingga keluarga dapat memenuhi kebuthan pasien.

Mengetahui kapan keluarga harus menolong dan mendukung kepatuhan terhadap

pengobatan. Maka pada penelitian ini dibatasi dengan judul “Hubungan

Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien

Glaukoma Di Klinik Glaukoma Rumah Sakit Mata Masyarakat Jawa Timur.”

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam Penelitian ini adalah: Adakah hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan penggunaan obat pada pasien glaukoma di

Klinik Glaukoma Rumah Sakit Mata Masyarakat Jawa Timur?


5

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan penggunaan

obat pada pasien glaukoma di Klinik Glaukoma Rumah Sakit Mata Masyarakat

Jawa Timur

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada pasien glaukoma di Klinik

Glaukoma Rumah Sakit Mata Masyarakat Jawa Timur

b. Mengidentifikais kepatuhan penggunaan obat pada pasien glaukoma di Klinik

Glaukoma Rumah Sakit Mata Masyarakat Jawa Timur

c. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan penggunaan

obat pada pasien glaukoma di Klinik Glaukoma Rumah Sakit Mata

Masyarakat Jawa Timur

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar dan kelengkapan

literature bagi perkembangan institusi pendidikan keperawatan khususnya

mengenai hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan penggunaan obat pada

pasien glaukoma di Klinik Glaukoma Rumah Sakit Mata Masyarakat Jawa

Timur.

2. Manfaat Praktis

a. Meningkatnya wawasan ilmu kesehatan, khususnya mengenai hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan penggunaan obat pada penderita

galukoma di Klinik Glaukoma Rumah Sakit Mata Masyarakat Jawa Timur


6

serta menambahkan pengalaman dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang

diterapkan diperkuliahan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan peningkatan terhadap

kualitas asuhan keperawatan khususnya pada keperawatan mata mengenai

hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan penggunaan obat pada

penderita galukoma

c. Diharapkan bagian bahan informasi kepada petugas kesehatan ataupun rumah

sakit tentang pentingnya dukungan keluarga sebagai modal meningkatkan

kepatuhan penggunaan obat pada penderita glaukoma


7

Anda mungkin juga menyukai