Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PENGGUNAAN KATEGORI FATIS PADA KANAL YOUTUBE

FADIL JAIDI YANG BERJUDUL "DILLA LAGI DILLA LAGI”

Dinda Aphrodita¹, Farhan Adib Pamuji², Soleha Syabania³, Vivi Noviasari⁴

¹Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Lampung


²Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Lampung
³Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Lampung
⁴Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Lampung

Abstract : This research is motivated by the lack of research that discusses the phatic
category in the Indonesian language. In addition, doing research on Youtube videos
can facilitate research, this is because research can be done at home, so there is no
need to do field research to get the data needed. This study aims to analyze and
describe the form, type and distribution of the phatic category in Indonesian on Fadil
Jaidi's Youtube Channel entitled "Dilla Lagi Dilla Lagi". Fatigue category is a
category whose job is to initiate, maintain or strengthen communication between the
speaker and the interlocutor. This study uses the observation method, the listening
method, the documentation method with advanced techniques, namely the note-taking
technique, the data analysis method using the extralingual equivalent method, while
the method for presenting the results of data analysis uses an informal method.
Keywords : Phatic category, form, type, distribution, syntactic
Abstrak : Penelitian ini dilatar belakangi oleh kurangnya penelitian yang membahas
mengenai kategori fatis dalam bahasa Indoneisa. Selain itu, melakukan penelitian
pada video Youtube dapat mempermudah penelitian, hal ini dikarenakan penelitian
dapat dilakukan dirumah, sehingga tidak perlu melakukan penelitian lapangan untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan
mendeskripsikan bentuk, jenis, dan distribusi kategori fatis dalam bahasa Indonesia
pada Kanal Youtube Fadil Jaidi Yang Berjudul "Dilla Lagi Dilla Lagi”. Kategori
fatis merupakan kategori yang bertugas untuk memulai, mempertahankan atau
mengukuhkan komunikasi antara pembicara dan lawan bicara. Penelitian ini
menggunakan metode observasi, metode simak, metode dokumentasi dengan tekhnik
lanjutan yaitu tekhnik catat, metode analisis data dengan menggunakan metode padan
ekstralingual. Sementara itu metode penyajian hasil analisis data menggunakan
metode informal.
Kata kunci : : kategori fatis, bentuk, jenis, distribusi, sintaksis
PENDAHULUAN

Morfologi merupakan studi gramatikal struktur intern kata. Morfologi mengenal

unsur dasar atau satuan terkecil dalam wilayah pengamatannya, satuan itu disebut

morfem. Sebagai satuan gramatikal, morfem membentuk satuan yang lebih besar dan

mempunyai makna. Sebagai satuan terkecil morfem tidak dapat dibagi-bagi menjadi

bagian yang lebih kecil yang masing-masing mengandung makna (Kushartanti, dkk

dalam Safira, 2021).

Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk

beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap

golongan dan arti kata atau denga kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi

mempelajari seluk beluk bentuk kata seperti fungsi perubahan-perubahan bentuk kata

itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik (M. Ramlan dalam Ahmad,

2019).

Kategori fatis adalah Kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau

mengukuhkan komunikasi anatara pembicara dengan kawan bicara (Safira, 2021).

Kelas kata ini terdapat dalam dialog atau wawancara bersambutan, yaitu kalimat-

kalimat yang diucapkan oleh pembicara dan kawan bicara. Sebagian besar kategori

fatis merupakan ciri ragam bahasa lisan (non-standar) sehingga kebanyakan kalimat-

kalimat non-standar banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional

(Susiati, 2020).

Bentuk dan jenis kategori fatis, dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Partikel dan Kata Fatis


a) Ah, menekankan rasa penolakan atau rasa acuh tak acuh, misalnya:

“Ayo ah kita pergi!”, “Ah yang benar saja kau!”

b) Ayo, menekankan ajakan, misalnya: “Ayo kita pergi!”, “Kita pergi yo!”

Ayo mempunyai variasi yo bila diletakkan di akhir kalimat. Ayo juga

bervariasi dengan ayuk dan ayuh.

c) Deh, digunakan untuk menekankan:

1) pemaksaan dengan membujuk, misalnya: “Makan deh, jangan

malu-malu!”

2) pemberian persetujuan, misalnya: “Boleh deh!”

3) pemberian garapan, misalnya: “Makanan dia enak deh!”

4) sekadar penekanan, misalnya: “Jadi benci deh sama dia!”

d) Dong, digunakan untuk:

1) Menghaluskan perintah, misalnya: “Bagi dong kuenya!”

2) Menekankan kesalahan lawan bicara, misalnya: “Ya jelas dong!”

e) Halo, digunakan untuk:

1) Memulai dan mengukuhkan pembicaraan di telepon, misalnya:

“Halo?”

2) Menyalami kawan bicara yang dianggap akrab, misalnya: “Halo,

lama tak jumpa?”

f) Sih, memiliki tugas:

1) Menggantikan tugas –tah dan –kah, misalnya: “Apa sih maunya itu

orang?”
2) Sebagai makna ‘memang’ atau ‘sebenarnya’, misalnya: “Bagus sih

bagus, tapi harganya selangit!”

3) Menekankan alasan, misalnya: “Abis dia nakal sih!”

g) Ya, bertugas:

1) Mengukuhkan atau membenarkan apa yang ditanyakan kawan

bicara, bila dipakai pada awal ujaran, misalnya: “Ya aku

mencintaimu.”

2) Minta persetujuan atau pendapat kawan bicara, bila dipakai pada

akhir ujaran, misalnya: ”Jangan pergi ya?”, “Ke mana ya?”

h) Lho, bila terletak di awal kalimat bersifat seperti interjeksi yang

menyatakan kekagetan, misalnya: “Lho, kok jadi gini sih?” Bila terletak

di tengah atau di akhir kalimat, maka lho bertugas menekankan

kepastian, misalnya: “Saya juga mau lho.”

i) Mari, menekankan ajakan, misalnya: “Mari makan.”

j) Nah, selalu terletak pada awal kalimat dan bertugas untuk minta

supaya kawan bicara mengalihkan perhatian ke hal lain, misalnya: “Nah,

sekarang bacalah cerpen ini!”

k) Pun, selalu terletak pada ujung konstituen pertama dan bertugas

menonjolkan bagian tersebut, misalnya: “Membaca pun ia tidak bisa.”

l) Selamat, diucapkan kepada kawan bicara yang mendapatkan atau

mengalami sesuatu yang baik, misalnya: “Selamat ya, tulisanmu dimuat

lagi di koran.”
m) Sih, memiliki tugas:

1) Menggantikan tugas –tah dan –kah, misalnya: “Apa sih maunya itu

orang?”

2) Sebagai makna ‘memang’ atau ‘sebenarnya’, misalnya: “Bagus sih

bagus, tapi harganya selangit!”

3) Menekankan alasan, misalnya: “Abis dia nakal sih!”

n) Toh, bertugas menguatkan maksud, ada kalanya memiliki arti yang

sama dengan tetapi, misalnya: “Saya toh tidak merasa bersalah.”

o) Ya, bertugas:

1) Mengukuhkan atau membenarkan apa yang ditanyakan kawan bicara,

bila dipakai pada awal ujaran, misalnya: “Ya aku mencintaimu.”

2) Minta persetujuan atau pendapat kawan bicara, bila dipakai pada

akhir ujaran, misalnya: ”Jangan pergi ya?”, “Ke mana ya?”

p) Yah, digunakan pada awal atau tengah-tengah ujaran, tapi tidak pernah

di akhir ujaran untuk mengungkapkan keragu-raguan atau

ketidakpastian terhadap apa yang diungkapkan oleh kawan bicara atau

yang tersebut dalam kalimat sebelumnya, bila dipakai pada awal

ujaran: atau keragu-raguan atau ketidakpastian atas isi konstituen

ujaran yang mendahuluinya, bila dipakai di tengah ujaran, misalnya:

“Yah, apa aku bisa melakukannya?”


2. Frase Fatis

a) frase dengan selamat digunakan untuk memulai dan mengakhiri

interaksi antara pembicara dan lawan bicara sesuai dengan keperluan

dan situasinya, misalnya:

Selamat pagi selamat malam selamat jalan

Selamat siang selamat tidur selamat makan

Selamat sore selamat jumpa selamat berulang tahun

b) Terima kasih digunakan setelah pembicara merasa mendapatkan

sesuatu dari kawan bicara.

c) Turut berduka cita digunakan sewaktu pembicara menyampaikan bela

sungkawa.

d) Assalamu’alaikum digunakan pada waktu pembicara memulai

interaksi.

e) Wa’alaikumsalam digunakan untuk membalas kawan bicara yang

mengucapkan assalamu’alaikum.

f) Insya Allah diucapkan oleh pembicara ketika menerima tawaran

mengenai sesuatu dari kawan bicara.

Selain frase fatis dalam ragam tulis, ada pula frase fatis ragam lisan,
misalnya:

a) Dengan hormat digunakan penulis pada awal surat

b) Hormat saya, salam takzim, wassalam digunakan penulis pada akhir

surat.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Data dan sumber data

penelitian ini berfokus pada Kanal Youtube Fadil Jaidi Yang Berjudul "Dilla Lagi

Dilla Lagi”. Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode

simak dan catat, metode dokumentasi. Data yang ditemukan peneliti mulai ditranskrip

agar terlihat pemakaian kategori fatis yang muncul pada sumber data. Lalu data

kategori fatis dikelompokkan sesuai dengan pemahaman tentang kategori fatis, pada

tahap ini memungkinkan muncul kategori fatis yang baru. Setelah data berkelompok,

dilakukan analisis berdasarkan jenis kalimat yang dipakai dan berdasarkan posisi

penggunaan kategori fatis. Hasil analisis dideskripsikan agar dapat teridentifikasi

sesuai degan tujuan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kategori Fatis Bahasa Indonesia pada kanal Youtube Fadil Jaidi yang

berjudul “Dilla Lagi Dilla Lagi”.


1. Distribusi di Awal Partikel Fatis Halo

Partikel fatis Halo yang berdistribusi di awal ditemukan pada detik 0:03-

0:05 dengan kalimat “Halo guys welcome back to youtube channel my”.

Partikel fatis Halo digunakan Fadil Jaidi untuk menyapa penonoton video

youtube nya.

2. Distribusi di Akhir Partikel Fatis Sih

Partikel Fatis sih yang berdistribusi di akhir ditemukan pada detik 0:20-

0:25 dengan kalimat “Kegigit bibir aku kebanyakan ngomong sih”. Partikel

Fatis sih digunakan Fadil Jaidi untuk menekankan sebuah alasan karena

kebanyakan berbicara bibirnya jadi berdarah.

3. Distribusi di akhir Partikel Fatis Ya

Partikel Fatis Ya yang berdistribusi di akhir ditemukan pada menit 2:56-

3:00 dengan kalimat “Gimana ya?”. Partikel Fatis Ya digunakan untuk

meminta persetujuan kepada penonton video tersebut karena Fadil Jaidi

bimbang apakah harus membangunkan papah dan mamahnya yang sedang

tidur atau tidak.

4. Distribusi di akhir Partikel Fatis Lho

Partikel Fatis Lho yang berdistribusi di akhir ditemukan pada menit 3:53-

3:55 dengan kalimat “Tidak Sakit Lho”. Partikel Fatis Lho digunakan untuk

menekankan kepastian karena pada malam hari bibir Fadil berdarah dan

pagi hari bibirnya sudah tidak berdarah dan tidak terasa sakit.

5. Distribusi frasa dengan selamat


Frasa fatis dengan selamat ditemukan pada menit 3:27 dengan kalimat

“Good morning guys”. Frasa fatis dengan selamat digunakan untuk

menyapa penonton di pagi hari ketika Fadil bangun tidur.

6. Distribusi di awal Partikel Fatis Ayo

Partikel fatis Ayo yang berdistribusi di awal ditemukan pada menit 5:15-5:18

dengan kalimat “mamah ayo surprise Dilla”. Partikel fatis Ayo digunakan

untuk mengajak mamah memberi surprise kepada Dilla.

SIMPULAN

Kategori Fatis adalah Kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau

mengukuhkan komunikasi anatara pembicara dengan kawan bicara. . Sebagian besar

kategori fatis merupakan ciri ragam bahasa lisan (non-standar) sehingga kebanyakan

kalimat-kalimat non-standar banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek

regional.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, M. 2019. Perbandingan Morfologi Bahasa Ternate dan Bahasa Indonesia.

Journal of Ethnic Diversity and Local Wisdom, 1(1), 17.

Lusnanto, S., Fadhilah, S. N., Robingah, S., Rizky, S., & Nurkarimah, T. 2012.

Morfologi Bahasa. Universitas Sebelas Maret Surakarta.


Safira. 2021. METABAHASA Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

METABAHASA Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 4, 1–11.

Susiati. 2020. Morfologi Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai