Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENYULUHAN KESEHATAN

HIPERTENSI PADA LANSIA DI UPTD GRIYA WREDA


JAMBANGAN SURABAYA

Disusun Oleh :
1. Arwanda Sita Melyana, S.Kep (2330016)
2. Dewi Ayu Pristiwahyuni, S.Kep (2330025)
3. Esthi Ika Wulandari, S.Kep (2330037)
4. Lailatus Sohifah, S.Kep (2330094)
5. Mellynia Fitria Rahmi,S.Kep (2330058)
6. Messias Daniela Yuniar, S.Kep (2330095)
7. Muhammad Rizki Firmansyah,S.Kep (2330063)
8. Natasya Raditya Rini, S.Kep (2330065)
9. Naufal Hafizh Afrianto, S.Kep (2330097)
10. Rindi Widyaningrum, S.Kep (2330098)
11. Setya Budi Nuryanti, S.Kep (2330080)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Penyuluhan Kesehatan Hipertensi Pada Lansia di UPTD Griya Wreda Jambangan
Surabaya

Disusun Oleh :
1. Arwanda Sita Melyana, S.Kep (2330016)
2. Dewi Ayu Pristiwahyuni, S.Kep (2330025)
3. Esthi Ika Wulandari, S.Kep (2330037)
4. Lailatus Sohifah, S.Kep (2330094)
5. Mellynia Fitria Rahmi,S.Kep (2330058)
6. Messias Daniela Yuniar, S.Kep (2330095)
7. Muhammad Rizki Firmansyah,S.Kep (2330063)
8. Natasya Raditya Rini, S.Kep (2330065)
9. Naufal Hafizh Afrianto, S.Kep (2330097)
10. Rindi Widyaningrum, S.Kep (2330098)
11. Setya Budi Nuryanti, S.Kep (2330080)

Surabaya, 13 Januari 2024


Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Dr. Hidayatus S, S.Kep., Ns., M.Kep Nisa Arfianti Wahyudi, S.Kep., Ns


NIP. 03009

Kepala
UPTD Griya Wreda Jambangan

Didik Dwi Winarno, S.Kep., Ns., M.KKK


NIP. 19870712201001008

2
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr.Wb

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah Promosi Kesehatan ini tepat
pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
“KEPERAWATAN GERONTIK”

Adapun makalah ini membahas mengenai Promosi Kesehatan Tentang Hipertensi.


Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan
memberikan bimbingan dalam penyusunan Makalah ini. Penyusun menyadari bahwa dalam
penulisan Makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan
pengetahuan penyusun, maka penyusun dengan senang hati menerima kritikan serta saran-
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga hasil dari penyusunan Makalah ini dapat dimanfaatkan bagi generasi
mendatang, khususnya mahasiswa PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES HANG TUAH

Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak terima
kasih.

Wassalammu’alaikum Wr.Wb

Surabaya, 13 Januari 2024

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. 3


DAFTAR ISI ................................................................................................ 4
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 5
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 5
1.2 Tujuan Umum.................................................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 7


2.1 Konsep Hipertensi ............................................................................. 7
2.2 Konsep Senam Hipertensi .................................................................. 14
2.3 Konsep Aromaterapi .......................................................................... 16

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 18


DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 19

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas nilai normal.


Menurut Nurarif A.H. & Kusuma H. (2016), hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah sistolik sekitar 140 mmHg atau tekanan diastolik sekitar 90
mmHg. Hipertensi merupakan masalah yang perlu diwaspadai, karena tidak
ada tanda gejala khusus pada penyakit hipertensi dan beberapa orang masih
merasa sehat untuk beraktivitas seperti biasanya. Hal ini yang membuat
hipertensi sebagai silent killer (Kemenkes, 2018), orang-orang akan tersadar
memiliki penyakit hipertensi ketika gejala yang dirasakan semakin parah dan
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.

Gejala yang sering dikeluhkan penderita hipertensi adalah sakit kepala,


pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah, epitaksis, dan
kesadaran menurun (Nurarif A.H. & Kusuma H., 2016). Hipertensi terjadi
karena dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko. Faktor-faktor risiko yang
menyebabkan hipertensi adalah umur, jenis kelamin, obesitas, alkohol,
genetik, stres, asupan garam, merokok, pola aktivitas fisik, penyakit ginjal
dan diabetes melitus (Sinubu R.B., 2015).

Hipertensi pada lansia merupakan hal yang sering ditemukan dikarena


sebagian besar orang-orang paruh baya atau lansia berisiko terkena
hipertensi. Hipertensi pada lansia disebabkan oleh penurunan elastisitas
dinding aorta, penebalan katub jantung yang membuat kaku katub,
menurunnya kemampuan memompa jantung, kehilangan elastisitas pembuluh
darah perifer, dan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Nurarif
A.H. & Kusuma H., 2016). Penyebab lansia menderita hipertensi diatas
karena kemunduran fungsi kerja tubuh.

Faktor lain yang menyebabkan terjadinya hipertensi pada lansia adalah


gaya hidup, seperti konsumsi junkfood, rokok, alkohol, dan olahraga yang
kurang. Pada makanan junkfood yang tinggi kalori, tinggi lemak, rendah
serat, dan tinggi natrium atau garam (Ridwan & Nurwanti, 2013). Tinggi

5
lemak dan natrium atau garam merupakan salah satu faktor penyebab
hipertensi, kemudian pada rokok terdapat kandungan nikotin yang memicu
kelenjar adrenal melepaskan epinefrin atau adrenalin menyebabkan
terjadinya penyempitan pembuluh darah dan membuat jantung memompa
lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi (Murni dalam Andrea G.Y.,
2013). Konsumsi alkohol dapat meningkatkan keasaman darah yang
membuat darah menjadi lebih kental dan jantung menjadi lebih berat dalam
memompa (Komaling J.K., Suba B., Wongkar D., 2013), sedangkan olahraga
yang kurang merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan
secara keseluruhan yang diperkirakan dapat menyebabkan kematian secara
global (Iswahyuni S., 2017)

Merubah gaya hidup pada lansia tentu saja tidak dapat dilakukan
sendiri. Keluarga memiliki peran penting dalam mengubah gaya hidup lansia.
Menurut Friedman, keluarga sangat dibutuhkan dalam perawatan lansia,
sedangkan menurut Setiadi keluarga bertugas untuk memberikan perawatan
kepada lansia (dalam Suwandi Y.D., 2016). Keluarga merupakan perawat
primer bagi anggotanya (Bakri M.H., 2015). Sikap keluarga dalam perawatan
lansia berperan pada kesehatan lansia.

1.2 Tujuan Umum

Tujuan umum dilaksanakannya program promosi kesehatan ini adalah untuk mengurangi
kejadian penyakit hipertensi pada lansia di UPTD Griya Wreda Jambang Surabaya

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi


2.1.1 Pengertian

Menurut WHO, Hipertensi adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah


memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan
darah diastolik ≥ 90 mmHg) (Sunarwinadi, 2017). Hipertensi sering dijuluki
sebagai silent killer atau pembunuh diam-diam karena dapat menyerang siapa saja
secara tiba-tiba serta merupakan salah satu penyakit yang dapat mengakibatkan
kematian. Hipertensi juga beresiko menimbulkan berbagai macam penyakit
lainnya yaitu seperti gagal jantung, jantung koroner, penyakit ginjal dan stroke,
sehingga penanganannya harus segera dilakukan sebelum komplikasi dan akibat
buruk lainnya terjadi seperti dapat menurunkan umur harapan hidup penderitanya
(Sulastri, Elmatris, and Ramadhani, 2012).

Hipertensi pada lansia dibedakan atas hipertensi dimana tekanan sistolik


sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih
besar dari 90 mmHg, serta hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik
lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg
(NOC, 2015)

2.1.2 Klasifikasi

Hipertensi sering dijuluki pembunuh diam-diam karena dapat menyerang


siapa saja secara tiba-tiba serta merupakan salah satu penyakit yang dapat
mengakibatkan kematian. Hipertensi diklasifikasikan menjadi beberapa bagian,
yaitu :

a. Klasifikasi hipertensi Menurut WHO – ISH

Klasifikasi hipertensi menurut WHO-ISH dibedakan menjadi 9 kategori.

7
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO-ISH

Kategori Tekanan Darah Sistol Tekanan Darah Diastol


(mmHg) (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Grade 1 (Hipertensi 140-159 90-99
ringan)
Sub-group: 140-149 90-94
perbatasan
Grade 2 (hipertensi 160-179 100-109
sedang)
Grade 3 (hipertensi >180 >110
berat)
Hipertensi sistolik ≥140 <90
terisolasi
Sub-group: 140-149 <90
perbatasan
Sumber : (Artiyaningrum, 2016)
b. Klasifikasi Hipertensi menurut JNC – VII 2003
Klasifikasi hipertensi menurut JNC-VII 2003 dibedakan menjadi 4
kategori

Klasifikasi Hipertensi menurut JNC-VII 2003

Klasifikasi TDS (mmHg) TDD (mmHg)


Normal <120 <80
Pra-Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Tingkat 1 140-159 90-99
Hipertensi Tingkat 2 >160 ≥100
Sumber : (Fitri, 2007)

8
2.1.3 Jenis

Hipertensi apabila dilihat berdasarkan penyebabnya, dikelompokkan


menjadi 2 kelompok (Artiyaningrum, 2016), yaitu :

a. Hipertensi Esensial atau Primer


Hipertensi Esensial sering juga disebut dengan hipertensi primer adalah
hipertensi yang belum jelas penyebabnya. Hipertensi esensial biasanya ditandai
dengan terjadinya peningkatan kerja jantung akibat penyempitan pembuluh
darah.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat ditentukan
antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme).
2.1.4 Faktor Penyebab

Faktor penyebab penyakit hipertensi yaitu faktor demografi seperti umur,


jenis kelamin, keturunan dan etnis, faktor perilaku seperti obesitas, stress,
kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol, serta asupan yang salah

a. Faktor Demografi
1) Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi. Tekanan darah akan naik dengan bertambahnya umur terutama
setelah umur 40 tahun. Hal ini disebabkan oleh perubahan struktur pada
pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding
pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibat dari peningkatan tekanan
darah sistolik (Anggi K, 2008).
2) Jenis Kelamin
Jenis kelamin sangat berpengaruh pada terjadinya hipertensi. Pada
umumnya pria lebih rentan terkena penyakit hipertensi dibandingkan dengan
wanita. Seorang ahli mengatakan bahwa pria lebih banyak menderita hipertensi
dibandingkan wanita dengan rasio 2.29 mmHg untuk peningkatan darah
sistolik. Hal ini dipengaruhi oleh hormon estrogen pada wanita yang
meningkatkan kadar HDL sehingga melindungi wanita dari hipertensi
(Kartikasari, 2012). Namun apabila wanita memasuki masa menopause maka

9
resiko hipertensi meningkat sehingga prevalensinya lebih tinggi dibandingkan
dengan pria. Hal ini disebabkan oleh produksi hormon estrogen menurun pada
saat menopause sehingga menyebabkan meningkatnya tekanan darah
(Artiyaningrum, 2016).
3) Keturunan (Genetik)
Salah satu faktor hipertensi adalah tingginya peranan faktor keturunan
yang mempegaruhi. Faktor genetik berkaitan dengan metabolisme pengaturan
garam dan renin membran sel. Menurut Davidson bila kedua orang tuanya
menderita hipertensi maka sekitar 45% akan diturunkan kepada anak-anaknya
dan bila salah satu orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 30% akan
turun kepada anak-anaknya (Artiyaningrum, 2016).
b. Faktor Perilaku
1) Obesitas
Obesitas merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi. Obesitas
akan menambah kerja jantung, keadaan ini meningkatkan resiko terjadinya
tekanan darah tinggi dan kolesterol (Anggi K, 2008). Obesitas dapat memicu
terjadinya hipertensi melalui berbagai mekanisme baik secara langsung dan
tidak langsung. Secara langsung obesitas dapat menyebabkan peningkatan
cardiac output karena makin besar massa tubuh makin banyak pula jumlah
darah yang beredar sehingga curah jantung ikut meningkat. Dan secara tidak
langsung yaitu melalui perangsangan aktivitas sistem saraf simpatis dan Renin
Angiotensin Aldosteron System (RAAS) oleh mediator seperti hormon
aldosteron yang terkait erat dengan retensi air dan natrium sehingga volume
darah meningkat (Sulastri, Elmatris, and Ramadhani, 2012).
2) Stress
Stress dapat memicu terjadinya tekanan darah meningkat hal ini karena
stress dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan
memicu jantung berdenyut lebih cepat sehingga menyebabkan tekanan darah
naik. Menurut Sutanto (2010), apabila stress berlangsung lama dapat
mengakibatkan peninggian tekanan darah menetap (Artiyaningrum, 2016).
3) Merokok
Rokok mengandung berbagai macam zat kimia yang dapat
membahayakan tubuh diantaranya nikotin, karbomonoksida, dan bahan yang

10
lainnya. Kandungan kimia dalam rokok dapat menyebabkan timbulnya
hipertensi dan penyakit lainnya seperti serangan jantung dan kanker (Intan,
2012).
4) Konsumsi Alkohol
Mengonsumsi alkohol dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam
penyakit salah satunya yaitu hipertensi, karena zat-zat yang terkandung dalam
alkohol sangat berbahaya bagi tubuh sehingga dapat memicu timbulnya
berbagai macam penyakit (Intan, 2012).
c. Asupan
Asupan yang salah dapat mengakibatkan hipertensi. Berikut merupakan
contoh asupan yang dapat menyebabkan hipertensi.
1) Konsumsi Garam Berlebih
Garam sebenarnya diperlukan tubuh, apabila dikonsumsi dalam batas
yang normal. Mengkonsumsi garam yang banyak akan menyebabkan banyak
cairan tubuh yang tertahan, hal itu dapat meningkatkan volume darah seseorang.
Hal inilah yang menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra karena adanya
peningkatan tekanan darah dalam dinding pembuluh darah sehingga
menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi (Intan, 2012).
2) Konsumsi Lemak dan Kolesterol
Konsumsi lemak dan kolesterol dapat mengakibatkan penimbunan
lemak pada tubuh apalagi bila aktifitas seseorang kurang maka akan
mengakibatkan resiko obesitas. Obesitas merupakan salah satu faktor resiko
hipertensi. Selain itu konsumsi kolesterol dapat meningkatkan kadar kolesterol
dalam tubuh. Karena semakin tinggi kadar kolesterol total maka akan semakin
tinggi kemungkinan terjadinya hipertensi (Maryati, 2017).
2.1.5 Tanda dan Gejala

Menurut Lemone, Burke & Bauldoff. (2015). Hipertensi pada tahap awal
biasanya asimtomatik, biasanya ditandai dengan kenaikan tekanan darah. Pada awalnya
terjadi kenaikan tekanan darah sementara, tetapi lama kelamaan akan menjadi
permanen. Gejala yang biasanya muncul pusing, berat ditengkuk, cepat merasa lelah,
tekanan darah meningkat dan muncul saat bangun tidur. Gejala lain yang biasanya
muncul akibat kerusakan organ seperti bingung, mual, muntah, telinga berdengung dan
gangguan penglihatan.

11
2.1.6 Patofisilogi
Menurut Muttaqin (2009) Hipertensi terjadi karena adanya gangguan dalam
sistem peredaran darah. Pengaturan tekanan darah arteri meliputi kontrol sistem
persarafan yang komplek dan hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam
mempengaruhi curah jantung dan tahanan vaskuler perifer. Sistem kardiovaskuler
banyak dipersyarafi oleh serabut-serabut sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom
menimbulkan sistem saraf simpatis dan saraf parasimpatis, efek yang saling
berlawanan, dan bekerja bertolak belakang dan mempengaruhi perubahan pada denyut
jantung dan pembuluh darah.

Curah jantung ditentukan oleh volume sekuncup dan frekuensi jantung.


Tahanan perifer ditentukan oleh diameter arteriol. Bila diameternya menurun
(vasokonstriksi), tahanan perifer meningkat, bila diameternya meningkat (vasodilatasi),
tahanan perifer akan menurun. Pengaturan primer tekanan arteri dipengaruhi oleh
baroreseptor sinus kortikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan impuls kepusat
saraf simpatis di medula oblongata. Sistem saraf simpatis akan dihambat oleh impuls
tersebut. Apabila tekanan arteri meningkat, maka ujung-ujung baroreseptor akan
teregang. Hal ini dapat menurunkan tegangan pusat simpatis, yang berakibat frekuensi
jantung menurun, arteriol mengalami dilatasi dan tekanan arteri kembali kelevel awal
.Hal sebaliknya bisa terjadi bila ada penurunan tekanan arteri baroreseptor mengontrol
perubahan tekanan darah untuk sementara.

2.1.7 Komplikasi

Hipertensi yang menetap dapat mempengaruhi sistem kardiovaskuler, saraf dan


ginjal (Lemone, Burke, Bauldoff, 2015). Komplikasi yang biasa terjadi berupa
gangguan pada mata, jantung, ginjal dan otak. Klien hipertensi yang tidak melakukan
pengontrolan yang teratur dapat mengalami gangguan penglihatan, oklusi koroner,
gagal ginjal dan stroke. Jantung juga akan membesar karena dipaksa meningkatkan
beban kerja pada saat memompa guna melawan tahanan pembuluh darah yang tinggi.
(Saputra, 2014).
2.1.8 Penatalaksanaan
Menurut williams (2007), aspiani (2016) tujuan deteksi dan penatalaksanaan
hipertensi adalah menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas serta
morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan

12
tekanan sistolik di bawah 140 mmhg dan sistolik di bawah 90 mmhg dan mengontrol
faktor resiko. Penatalaksanaan yang dapat di lakukan antara lain:
a. Penatalaksanaan non framakologi
Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan memodifikasi dengan gaya hidup sangat
penting dalam mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan hipertensi dengan
nonfarmakologis terdiri dari berbagai macam cara memodifikasi gaya hidup untuk
menurunkan tekanan darah yaitu:
1. Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan ideal sesuai body massa index (BMI)
dengan rentang 18,5-24,9 kg/m2. BMI dapat di ketahui dengan memebagi berat
badan anda dengan tinggi badan anda yang telah di kuadratkan dalam satuan
meter. Mengatasi obesitas (kegemukan) juga dapat di lakukan dengan
melakukan diet rendah kolesterol namun dengan kaya serat dan protein, dan jika
berhasil menurunkan berat badan 2,5-5 kg maka tekanan darah diastolic dapat
di turunkan sebanyak 5 mmHg.
2. Kurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan natrium dapat di lakukan dengan cara diet rendah
garam yaitu tidak lebih 100 mmol/perhari (kira-kira 6 gr NaCL atau 2,4 gram
garam/perhari). Jumlah lain dengan mengurangi asupan garam sampai kurang
dari 2300 mg (1 sendok teh) setiap hari. Pengurangan konsumsi garam menjadi
½ sendok teh/hari, dapat menurunkan sistolik sebanyak 5 mmHg dan diastolik
sekitar 2,5 mmHg.
3. Membatasi konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol harus di batasi karena konsumsi alkohol berlebihan
dapat menungkatkan tekanan darah. Pada preminum berat mempunyai resiko
mengalami hipetensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak
minum-minuman beralkohol.
4. Menghindari merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan
timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat meningkatkan resiko komplikasi
pada psien hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu di hindari
mengkonsumsi tembakau (rokok) karena dapat memperberat hipertensi nikotin
dalam tembakau membuat jantung bekerja lebih keras karena menyempitkan

13
pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekaan darah,
maka pada penderita hipertensi di anjurkan untuk menghentikan kebiasaan
merokok.
2.2 Konsep Senam Hipertensi
2.2.1 Pengertian Senam Hipertensi
Senam hipertensi merupakan olah raga yang salah satunya bertujuan
untuk meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen kedalam otot-otot
dan rangka yang aktif khususnya terhadap otot jantung (Totok & Rosyid,
2017)
Senam hipertensi merupakan olah raga yang salah satunya bertujuan
untuk meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen kedalam otot-otot
dan rangka yang aktif khususnya terhadap otot jantung. Mahardani (2010)
mengatakan dengan senam atau berolah raga kebutuhan oksigen dalam sel
akan meningkat untuk proses pembentukan energi, sehingga terjadi
peningkatan denyut jantung, sehingga curah jantung dan isi sekuncup
bertambah. Dengan demikian tekanan darah akan meningkat. Setelah
berisitirahat pembuluh darah akan berdilatasi atau meregang, dan aliran
darah akan turun sementara waktu, sekitar 30-120 menit kemudian akan
kembali pada tekanan darah sebelum senam. Jika melakukan olahraga
secara rutin dan terus menerus, maka penurunan tekanan darah akan
berlangsung lebih lama dan pembuluh darah akan lebih elastis. Mekanisnme
penurunan tekanan darah setelah berolah raga adalah karena olahraga dapat
merilekskan pembuluh pembuluh darah. Sehingga dengan melebarnya
pembuluh darah tekanan darah akan turun.
2.2.2 Manfaat Senam Hipertensi
Untuk meningkatkan daya tahan jantung dan paru-paru serta
membakar lemak yang berlebihan ditubuh karena aktifitas gerak untuk
menguatkan dan membentuk otot dan beberapa bagian tubuh lainya seperti :
pinggang, paha, pinggul, perut dan lain lain. Meningkatkan kelenturan,
keseimbangan koordinasi, kelincahan, daya tahan dan sanggup melakukan
kegiatan-kegiatan dan olahraga lainnya.
Olahraga seperti senam hipertensi mampu mendorong jantung bekerja
secara optimal, dimana olahraga mampu meningkatkan kebutuhan energi

14
oleh sel, jaringan dan organ tubuh, dimana akibatnya dapat meningkatkan
aliran balik vena sehingga menyebabkan volume sekuncup yang akan
langsung meningkatkan curah jantung sehingga menyebabkan tekanan darah
arteri meningkat, setelah tekanan darah arteri meningkat akan terlebih
dahulu, dampak dari fase ini mampu menurunkan aktivitas pernafasan dan
otot rangka yang menyebabkan aktivitas saraf simpatis menurun, setelah itu
akan menyebabkan kecepatan denyut jantung menurun, volume sekuncup
menurun, vasodilatasi arteriol vena, karena menurunan ini mengakibatkan
penurunan curah jantung dan penurunan resistensi perifer total, sehingga
terjadinya penurunan tekanan darah (Sherwood, 2005).
2.2.3 Pelaksanaan Senam Hipertensi
Pada umumnya semua tahapan senam sama- sama mempunyai 3 gerakan utama
yaitu pemanasan, latihan inti, dan pendinginan, sebagai berikut:
1. Pemanasan sangat penting dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan
menyiapkan fungsi organ tubuh agar mampu menerima pembebanan yang
lebih berat pada saat latihan sebenarnya. Gerakan umum pada pemanasan
(yang dilibatkan sebanyak-banyaknya otot dan sendi) dilakukan secara
lambat dan hati-hati. Dilakukan bersama dengan peregangan (stretching).
Lamanya kira-kira 8-10 menit. Pada 5 menit terakhir pemanasan dilakukan
lebih cepat. Pemanasan dimaksud untuk mengurangi cedera dan
mempersiapkan sel-sel tubuh agar dapat turut serta dalam proses
metabolisme yang meningkat (PERKI, 2015).
2. Latihan inti bergantung pada komponen/faktor yang dilatih. Latihan
tergantung pada faktor fisik yang paling buruk. Gerakan senam dilakukan
berurutan dan disesuaikan juga bisa diiringi dengan musik untuk
mencocokkan setiap ketukan gerakan senam dan lebih rileks (Hariyanti,
2020).
3. Pendinginan bertujuan mengembalikan kondisi tubuh seperti sebelum
berlatih dengan melakukan serangkaian gerakan berupa stretching.
Pendinginan dilakukan secara aktif artinya setelah melakukan latihan inti
perlu dilakukan gerakan umum yang ringan sampai suhu tubuh kembali
normal yang ditandai dengan pulihnya denyut nadi dan terhentinya keringat.

15
Pendinginan dilakukan seperti pemanasan yaitu selama 8-10 menit
(Hariyanti, 2020).
2.3 Konsep Aromaterapi
2.3.1 Pengertian Aromaterapi
Aromaterapi adalah terapi atau pengobatan denan menggukanan wangi-
wangian yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, bunga, pohon yang digunakan sebagai
bahan essensial tanaman untuk tujuan terapeutik (Craig Hospital, 2022; Posadzki et
al., 2012). Aromaterapi dalam praktik keperawatan merupakan terapi komplementer
yang menggunakan atau melibatkan penggunaan media berupa wewangian dari
minyakessensial yang diperoleh dari tumbuhan, dan mampu dikombinasikan dengan
minyak campuran obat (base oil) yang dapat dihirup maupun dibalurkan pada kulit
(Saraswati, 2019). Aromaterapi juga dapat memberikan sensasi positif sehingga dapat
menenangkan diri maupun otak serta stres yang dialami (Safaah et al., 2019).
Jenis-jenis aromaterapi yang biasa digunakan :
1. Minyak essensial eucaliptus
2. Minyak essensial lavender
3. Minyak essensial mawar
4. Minyak essensial peppermint
5. Minyak essensial chamomile
2.3.2 Aromaterapi Lavender
Lavender sering dianggap yang paling bermandaat dari semua minyak
astiri. Lavender dapat membantu meringankan rasa nyeri, insomna, juga
ketegangan ataupun stres yang dikarenakan kelelahan. Aromaterapi lavender
dapat digunakan saat relaksasi juga dapat menambahkan relaks pada tubuh.
Aromaterapi lavender juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh (Putra, 2015).
Cara kerja aromaterapi lavender adalah dengan mempengaruhi sistem limbik yang
berada di otak yang merupakan pusat dari memori, emosi maupun suasana hati dan
mampu menghasilkan bahan neuro hormon endorfin serta enkefalin yang bersifat
menghilangkan rasa nyeri, dan serotonin yang mampu menghilangkan ketegangan
atau stres maupun rasa cemas berlebihan (Safaah et al., 2019). Dewi (2018)
menuliskan secara farmakologi sifat dari minyak lavender dipengaruhi oleh linalool
asetat dan juga sedikit kandungan geraniolnya dalam menimbulkan efek relaksasi

16
2.4 Review Jurnal
Dalam jurnal tentang “PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI” menyimpulkan bahwa
aromaterapi dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Terapi aromaterapi
dapat dilakukan sebagai intervensi mandiri maupun dapat dilakukan dengan kombinasi
intervensi lain seperti terapi musik, terapi napas dalam dan meditasi. Kombinasi
aromaterapi dengan intervensi lain tersebut juga mendapatkan hasil penelitian bahwa
kombinasi intervensi tersebut dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi lebih
efektif dan cepat

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah tinggi
(tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg). Faktor
penyebab penyakit hipertensi yaitu ada faktor demografi dan faktor perilaku. Faktor
demografi itu seperto umur, jenis kelamin, keturunan. Sedangkan untuk faktor perilaku itu
seperti obesitas, stres, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol. Tanda dan gejala yang
sering muncul pada penyakit hipertensi adalah pusing, cepat merasa lelah. Cara untuk
mencegah hipertensi yaitu dengan merubah gaya hidup seperti mempertahankan berat
badan ideal, kurangi asupan natrium (sodium), membatasi konsumsi alkohol, dan
menghindari merokok. Senam hipertensi merupakan olah raga yang salah satunya
bertujuan untuk meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen kedalam otot-otot
dan rangka yang aktif khususnya terhadap otot jantung. Aromaterapi adalah terapi atau
pengobatan denan menggukanan wangi-wangian yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,
bunga, pohon yang digunakan sebagai bahan essensial tanaman untuk tujuan terapeutik
3.2 Saran
Materi untuk promosi kesehatan sebaiknya tidak hanya di fokuskan kepada para
penderita hipertensi saja, namun kepada orang di sekitarnya pun sebaiknya diberi
pengetahuan agar mereka bisa turut mengawasi

18
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Muttaqin., 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular
dan hematologi. Salemba Medika, Jakarta.
Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban Patria.
Craig Hospital. (2022). Aromatherapy.
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media.
Emdat Surayitno (2020). Gambaran Status Tekanan Darah Pederita Hipertensi Didesa
Karanganyar Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep
(https://ejournalwiraraja.com/index.php/JIK/article/view/799)
Fauzi, Isma. 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Ginjal, Dan Pengobatan Asam Urat, Diabetes,
& Hipertensi. Yogyakarta : Araska
Hariyanti, U. (2020). IMPLEMENTASI KEGIATAN SENAM IRAMA DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI
DI RAUDLOTUL ATHFAL (RA).
Irwan. (2016) Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta : Depublish
LeMone, Burke, & Bauldoff, (2015). Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa. Jakarta: EGC.
PERKI. (2015). Pedoman_TataLaksna_hipertensi_pada_penyakit_Kardiovaskular_2015 (1st
ed.). PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS KARDIOVASKULAR
INDONESIA.
Prisilia Alva Seke, (2016). Hubungan Kejadian Stres Dengan Penyakit Hipertensi Pada
Lansia Dibalai Penyantunan Lanjut Usia Senja Cerah Kecamatan Mapanget Kota
Manado (https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/12880)
Safaah, S., Purnawan, I., & Sari, Y. (2019). Perbedaan Efektivitas Aromaterapi
Lavender dan Aromaterapi Peppermint terhadap Nyeri pada Pasien PostSectio
Caesarea di RSUD Ajibarang. Journal of Bionursing, 1(1), 47–65.
Saputra, Lyndon. 2014. Buku Saku Keperawatan Pasien dengan Gangguan Fungsi
Kardiovaskuler. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher
Saraswati, R. U. (2019). PENGARUH BRISK WALKING EXERCISE TERHADAP
DENYUT NADI ISTIRAHAT PADA LANSIA HIPERTENSI RINGAN DI
POSYANDU LANSIA RAMPAL CELAKET. Univeritas Muhammadiyah
Malang.
Smeltzer, S.C. (2013) Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth. Edisi 12. Jakarta :
Kedokteran EGC
Statement by the American Society of Hypertension and the International Society of
Hypertension 2013 .
WHO. World Health Statistics 2015: World Health Organization; 2015.

19
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori
dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

20

Anda mungkin juga menyukai