Anda di halaman 1dari 32

KLIPING

SEJARAH PEMINATAN

Kliping ini disusun sebagai salah satu bentuk Ujian Praktek Penugasan yang diselenggarakan

oleh Sekolah senagai salah satu persyaratan kelulusan

KONFLIK DI AFRIKA

Disusun oleh :

Nama : Ifandi Belan

NISN : 0064616231

Kelas/Program : XII-IPS.1

SMAN 1 TANJUNG BUNGA

KECAMATAN TANJUNG BUNGA

2024
i

HALAMAN PENGESAHAN

Kliping dengan judul Konflik di Afrika Sejarah Peminatan yang disusun oleh IFANDI

BELAN, NISN: 0064616231. Sudah diperiksa dan dinialai oleh:

Orang tua/Wali Peserta Ujian Praktek Penugasan

Lahnudi Ifandi Belan


NISN. 0064616231

Wakasek Kurikulum Penilaian Ujian Praktek

Bambang Irawan, S.Pd., Gr Yakobus Yosep Mamun Bahy, S.Pd


NIP. 19870909 201401 1 001 NIP. 19851128 201101 1 010

Mengetahui,
Kepala SMAN 1 Tanjung Bunga

Kornelius Eko Hayon, S.Pd


NIP. 19711011 200312 1 004

i
ii

KATA PENGKATAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang dengan limpahan

rahmat dan berkah-NYA, saya dapat menyelesaikan kliping konflik di Afrika ini dengan baik

dan tepat pada waktunya.

Konflik adalah benturan yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang disebabkan

karena adanya perbedaan kondisi sosial budaya, nilai, status, dan kekuasaan, dimana masing-

masing pihak memiliki kepentingan terhadap sumbe rdaya alam. Dalam pelaksanaan suatu

proses sosial antara dua individu atau kelompok, di mana satu di antara satu pihak berusaha

untuk menyingkirkan pihak lain, dengan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya

dengan cara yang disertai dengan ancaman dan kekerasan. Oleh karena itu ruang lingkup

bahasan dalam pembuatan kliping ini adalah konflik-konflik di Benua Afrika.

Kliping ini saya susun dengan bantuan dan dukungan berbagai pihak oleh karena itu,

saya sampaikan terima kasih atas pikirannya yang telah di berikan. Dalam menyusun kliping ini

saya menyadari bahwa hasil kliping ini masih jauh dari kata sempurna.

Dengan adanya Kliping ini, saya berharap dapat memberikan sumbangan dan

masukan-masukan dalam pengembangan konflik di Afrika. Untuk dapat lebih

menyempurnakan kliping ini, saya senantiasa mengharapkan kritikan dari berbagai pihak.

Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada guru mata pelajaran Sejarah yang telah

memberikan kesempatan kapada saya untuk membuat tugas ini.

Membuat, Maret 2024

ii
iii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul

Halaman Pengesahan .............................................................................................. i

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii

Daftar Isi ................................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 01

1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 01

1.2. Tujuan Kliping ..................................................................................... 03

BAB II. PEMBAHASAN ......................................................................................... 04

2.1. Perang Saudara Republik Afrika Tengah (2012–2014) ........................ 04

2.2. Konflik di Afrika Selatan ...................................................................... 07

2.3. Perang Ogaden, Konflik Somalia dan Ethiopia Tahun 1977-1978 ...... 10

2.4. Konflik Bersenjata Sebabkan Warga Kongo Migrasi ke Uganda ........ 15

2.5. Konflik Sudan Semakin Memanas, WNI Dihimbau Hati-hati ............. 18

2.6. Ethiopia di Ambang Perang Saudara .................................................... 20

BAB III. PENUTUP .................................................................................................. 26

A. Kesimpulan ............................................................................................ 26

B. Saran ....................................................................................................... 27

Daftar Pustaka ........................................................................................................... 28

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Afrika adalah sebuah benua yang terletak di belahan selatan bumi dan merupakan

benua terbesar ketiga di dunia. Luasnya kurang lebih 30,343,578 km2 dengan presentase

daratan 20,0%. Benua Afrika termasuk benua terbesar setelah benua Asia dan benua

Amerika. Afrika memiliki sebuah organisasi Internasional yang dinamakan Uni Afrika.

Berbicara mengenai Uni Afrika tentu tidak terlepas dari Organisasi Internasional.

Mengenai definisi dari Organisasi Internasional itu sendiri belum terdapat kesepakatan.

Bila diartikan sebagai wadah bagi negara negara untuk menyelesaikan suatu masalah

tertentu secara bersama, kita mendapatkan pengertian Organisasi Internasional yang

sempit. Jika diartikan sebagai wadah bagi negara-negara untuk mengadakan kerjasama,

dimana wadah tersebut mempunyai wewenang atas negara anggota, pengertiannya

menjadi sedikit luas. Organisasi Internasional merupakan wadah bagi negara-negara

untuk menjalankan tugas bersama, baik dalam bentuk kerja sama yang sifatnya

koordinatif maupun subordinatif, karena sulitnya mendefinisikan Organisasi

Internasional, jalan yang dapat diberikan adalah menunjukkan ciri-ciri Organisasi

Internasional. Seperti yang dikemukakan Leroy Bennet, Organisasi Internasional

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. A permanent organization to carry on a continuing set of functions;

2. Voluntary membership of eligible parties;

3. Basic instrument stating goals, structure, and methods of operation;

4. A broadly representative consultative conference organ;

5. Permanent secretariat to carry on continuous administrative, research and

information functions.

Status organisasi dalam hukum Internasional adalah:

a. Sebagai subjek hukum Internasional.

1
2

b. Membantu pembentukan hukum Internasional.

c. Sebagai forum untuk membicarakan, mencari jalan yang dihadapi oleh anggotanya.

d. Sebagai alat untuk memaksakan agar kaidah hukum Internasional ditaati.

Organisasi Internasional dibagi menjadi dua yaitu organisasi publik dan organisasi

privat, agar suatu Organisasi Internasional mempunyai status pemerintahan (publik),

organisasi itu harus dibentuk dengan suatu persetujuan internasional, mempunyai badan-

badan, dan karena mempunyai persetujuan internasional maka pembentukan itu dibawah

hukum Internasional. Organisasi organisasi Internasional yang tidak memenuhi syarat-

syarat bagi Organisasi Internasional dimasukkan dalam jenis Organisasi Internasional

privat. Hal itu menunjukkan bahwa organisasi-organisasi Internasional privat dicakup

oleh hukum privat dan bukan oleh hukum publik, karena hukum privat merupakan hukum

privat dari sesuatu negara, maka Organisasi Internasional privat tersebut dicakup oleh

hukum nasional, sedangkan Organisasi Internasional publik dicakup oleh hukum

Internasional.

Setelah mengetahui secara singkat mengenai Organisasi Internasional selanjutnya

saya akan membahas mengenai Organisasi Internasional yang bersifat publik yaitu

Organisasi Kesatuan Afrika (OAU) atau biasa dikenal dengan nama Uni-Afrika. Uni-

Afrika atau dikenal dengan Organisasi Kesatuan Afrika didirikan pada tahun 1963. Salah

satu tujuan didirikannya African Union (AU) adalah untuk memperkenalkan perdamaian,

keamanan, dan stabilitas di benua Afrika. Di dalam Pasal 3 ayat (4) Charter of The

Organization of African Unity mengenai perinsip dari African Union (AU) menyatakan

bahwa: “Peaceful settlement of disputes by negotiation, mediation, conciliation or

arbitration.” (Penyelesaian sengketa secara damai melalui negosiasi, mediasi, konsiliasi

atau arbitrase).

Dijelaskan kembali dalam Pasal 19 Charter of The Organization of African Unity

menetapkan prinsip-prinsip penyelesaian sengketa secara damai dan membentuk komisi

mediasi, konsoliasi, dan arbitrasi yang para anggotanya dan fungsinya diatur secara

khusus dalam protokol terpisah sebagai bagian integral dari Charter of The Organization
3

of African Unity. Protokol tersebut ditandatangani di Kairo pada tanggal 21 Juli 1964 dan

memuat ketentuan prosedur yang rinci bagi penyelesaian sengketa diantara para anggota

African Union (AU). Anggota komisi ini terdiri dari 21 wakil dari negara anggota dan

dipilih oleh Majelis Umum untuk periode lima tahun. Setiap sengketa dapat diajukan

kepada Komisi oleh salah satu pihak terkait atau oleh kepala negara/menteri yang

mewakili pemerintah suatu negara anggota. Komisi dapat menolak menangani suatu

kasus sengketa apabila permasalahannya dianggap berada di luar wewenang Komisi.

Persetujuan dari salah satu pihak yang bersengketa diperlukan sebelum Komisi dapat

melaksanakan fungsinya. Menurut prakteknya, Komisi juga dapat membentuk komite Ad

Hoc untuk menyelidiki suatu kasus, serta menggunakan sumber-sumber dan prosedur

lainnya seperti jasa-jasa baik para tokoh negara atau politisi dari negara-negara Afrika.

5.1. Tujuan Kliping

Tujuan yang dapat dikemukakan dalam pembuatan kliping ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui peranan UNAMID dalam mengatasi konflik bersenjata di Benua Afrika.

2. Sebagai salah satu bentuk Ujian Praktek Penugasan yang diselenggarakan oleh

Sekolah senagai salah satu persyaratan kelulusan

3. Uintuk menambah wawasan dan pengetahuan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Perang Saudara Republik Afrika Tengah (2012–2014)

Pemberontakan Republik Afrika Tengah 2012–2013 adalah sebuah konflik yang

berlangsung sejak Desember 2012 sampai Januari 2013 antara Pemerintah Republik Afrika

Tengah dan pemberontak, kebanyakan di antaranya pernah terlibat dalam Perang Semak

Republik Afrika Tengah. Pihak pemberontak menuduh pemerintahan Presiden François

Bozizé gagal mematuhi perjanjian damai yang ditandatangani tahun 2007.

Pasukan pemberontak yang bernama Koalisi Séléka (Séléka berarti "aliansi"

dalam bahasa Sango) menduduki berbagai kota besar di kawasan tengah dan timur

Republik Afrika Tengah (RAT). Aliansi ini terdiri dari dua kelompok besar yang berpusat

di RAT timur laut, UFDR dan CPJP, juga CPSK yang kurang terkenal. Dua kelompok lain

menyatakan mendukung koalisi ini, yaitu FDPC dan FPR dari Chad, keduanya berpusat di

RAT utara. Kecuali FPR dan CPSK, semua faksi wajib mematuhi perjanjian damai

dan proses pelucutan senjata. Chad, Gabon, Kamerun, Angola, Afrika

Selatan dan Republik Kongo mengirimkan tentaranya untuk membantu pemerintahan

Bozizé menahan laju pemberontak di ibu kota negara, Bangui.

4
5

Gencatan Senjata Tanggal 11 Januari 2013, sebuah perjanjian gencatan senjata

ditandatangani di Libreville, Gabon. Pihak pemberontak menarik permintaan mereka

agar Presiden François Bozizé mengundurkan diri, tetapi ia harus menunjuk perdana

menteri baru dari partai oposisi pada 18 Januari 2013.Majelis Nasional Republik Afrika

Tengah akan dibubarkan dalam kurun seminggu seiring dibentuknya pemerintahan koalisi

selama satu tahun dan pemilu legislatif akan diselenggarakan 12 bulan mendatang dan

mungkin bisa diundur lagi. Pemerintahan koalisi sementara ini akan memberlakukan

reformasi hukum, menggabungkan tentara pemberontak dengan tentara pemerintah Bozizé

dan membentuk militer nasional baru, merancang pemilu legislatif baru, serta

memperkenalkan reformasi sosial dan ekonomi. Selain itu, pemerintahan Bozizé harus

membebaskan semua tahanan politik yang dipenjara selama konflik berlangsung dan

tentara asing harus kembali ke negara asalnya. Sesuai perjanjian ini, Koalisi Séléka tidak

perlu menyerahkan kota yang telah dicaplok atau diduduki agar Bozizé tidak mengingkari

perjanjian ini. Bozizé, yang akan tetap menjadi presiden sampai pemilu 2016 mengatakan,

"...ini adalah kemenangan bagi perdamaian karena mulai sekarang penduduk Afrika

Tengah di zona-zona konflik akan terbebas dari penderitaan mereka."

Pada tanggal 13 Januari, Bozizé menandatangani dekret yang mencabut

kekuasaan Perdana Menteri Faustin-Archange Touadéra sebagai bagian dari perjanjian

dengan koalisi pemberontak. Meski nama penggantinya tidak segera diumumkan, para

pemimpin pemberontak berharap Henri Pouzere dan Nicolas Tiangaye yang menjabat

sebagai PM.
6

Republik Afrika Tengah, sebuah negara tanpa laut yang berbatasan langsung

dengan Kamerun, Chad, Sudan dan Kongo dalam beberapa dekade terakhir menghadapi

konflik berkepanjangan yang berujung perang sipil. Pertikaian antar etnis dan konflik

sektarian turut mengiringi pertumpahan darah dari 2003 sampai 2007, yang meletus

kembali sejak 2012 sampai sekarang. Para pekerja kemanusiaan juga tak luput dari

serangan. Pada Desember 2016 lalu, jawatan PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan

(OCHA) menyebutkan ada sekitar 336 serangan terhadap pekerja kemanusiaan selama

perang sipil Republik Afrika Tengah edisi 2012 sampai hari ini.

Sebanyak 56,8 persen dari mereka melakukan perampokan dan pembegalan.

Lima pekerja kemanusiaan tewas dalam tugas selama tahun 2016. Sementara sejak tahun

2013 total ada 24 orang pekerja kemanusiaan yang terbunuh. Terbaru, Stephen O’Brien,

Kepala Bantuan PBB pada Senin (7/8) kemarin melontarkan peringatan akan tanda-tanda

awal terjadinya genosida di Republik Afrika Tengah. Ia mengimbau pengiriman lebih

banyak tentara dan polisi untuk memperkuat misi pasukan penjaga perdamaian PBB.

"Tanda-tanda peringatan dini genosida sudah terlihat," ujar O'Brien pada sebuah

pertemuan PBB menyusul kunjungannya baru-baru ini ke Republik Afrika Tengah dan

Republik Demokratik Kongo seperti dilansir dari Aljazeera. "Kita harus bertindak

sekarang, tidak mengurangi usaha PBB, dan berdoa agar kita tidak menyesalinya."

Sebenarnya peristiwa genosida memang sudah terjadi di negara bekas jajahan Perancis

yang memiliki deposit sumber daya alam melimpah dari minyak mentah, uranium sampai

emas.

Perang dimulai dari para kelompok bersenjata. Pada tanggal 10 Desember 2012

di Kota Ndele sebuah pertarungan pecah yang melibatkan pasukan bersenjata dengan

pasukan militer keamanan Republik Afrika Tengah.


7

2.2. Konflik di Afrika Selatan

Perang Perbatasan Afrika Selatan, juga disebut Perang Kemerdekaan Namibia,

merujuk pada konflik yang terjadi antara tahun 1966 hingga 1989 di Afrika Barat

Daya (kini Namibia dan Angola).

Apartheid adalah sebuah sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintah

kulit putih di Afrika Selatan pada sekitar awal abad ke-20.Kata apartheid diambil dari

bahasa Afrikaans, apart yang berarti memisah dan heid yang berarti sistem atau

hukum.Menurut politik perbedaan warna kulit ini, orang kulit putih memiliki status

tertinggi, diikuti oleh orang India dan kulit berwarna, kemudian orang kulit hitam
8

Afrika.Dalam pelaksanaannya, sistem ini menyebabkan diskriminasi politik dan ekonomi

terhadap orang berkulit hitam.

Konflik Apartheid di Afrika Selatan adalah konflik yang berlangsung dari tahun

1948 hingga 1994 di mana pemerintah melakukan segregasi rasial yang mengakibatkan

diskriminasi dan pengucilan mayoritas kulit hitam. Perlawanan terhadap Apartheid,

dipimpin oleh organisasi seperti ANC dan PAC, menyebabkan konflik dan ketegangan

sosial, sanksi internasional, dan akhirnya berakhirnya Apartheid dengan pemilihan

demokratis pada tahun 1994 yang mengantarkan Nelson Mandela menjadi presiden dan

membawa masa depan inklusif dan demokratis ke Afrika Selatan.

Dalam sosiologi,konflik bisa dijelaskan melalui 3 teori.Ada Teori Individu,teori

Kelompok,dan Teori Dinamika kelompok.dalam konflik Apartheid ini bisa dijelaskan

dalam Teori Kelompok.Teori kelompok adalah individu cenderung membentuk kelompok

dengan memprioritaskan identitas berdasarkan persamaan ras, agama, atau etnis. Identitas

kelompok yang cenderung dibawa ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain ini

rawan menyebabkan benturan antara identitas kelompok yang berbeda dan kemudian

menjadi penyebab kekerasan.Konflik apartheid ini berhubungan dengan teori kelompok

karena ini adalah konflik antar kelompok kulit hitam dengan kulit putih.

Apartheid adalah sistem yang sangat kejam dan tidak manusiawi. Ini

menciptakan ketidaksetaraan rasial yang ekstrim dan memaksa jutaan orang kulit hitam di

Afrika Selatan untuk hidup dalam kondisi yang tidak manusiawi. Upaya perlawanan

terhadap Apartheid patut dihargai, dan berakhirnya sistem ini pada tahun 1994 adalah

tonggak sejarah yang positif menuju kesetaraan rasial dan perdamaian di Afrika Selatan.

Solusi dan yang dapat diterapkan dalam penyelesaian konflik serupa di tempat

lain meliputi,Negosiasi (Mendukung dialog dan negosiasi antara pihak-pihak yang terlibat

dalam konflik untuk mencapai kesepakatan damai dan berkeadilan.),Sanksi Internasional

(Menggunakan tekanan ekonomi dan politik dalam bentuk sanksi internasional untuk

mendesak pihak yang bersangkutan agar mengakhiri praktik yang melanggar hak asasi

manusia.),Pendidikan dan Kesadaran,Mendorong pendidikan dan kesadaran tentang hak


9

asasi manusia, kesetaraan, dan toleransi untuk mencegah terulangnya diskriminasi

rasial,Pembangunan Ekonomi,Hukum dan Keadilan,Partisipasi Politik.

Sebanyak 72 orang tewas akibat kerusuhan di Afrika Selatan yang dipicu protes

penahanan mantan presiden Yakub Zuma, Selasa (14/7). Polisi Afrika Selatan, Mayor

Jenderal Mathapelo Peters mengatakan sebagian besar korban tewas karena berdesak-

desakan saat penjarahan di Provinsi Gauteng dan KwaZulu-Natal. Para demonstran itu

menjarah makanan, peralatan listrik, minuman keras dan pakaian dari toko.

Bertambahnya jumlah korban tewas, terjadi saat pemerintah Afsel

mengumumkan akan mengerahkan ribuan tentara guna memperkuat petugas polisi yang

kewalahan di dua negara bagian. Peters menyatakan sebanyak 27 kematian sedang

diselidiki di provinsi Kwazulu, dan 45 kematian di Provinsi Gauteng. Polisi juga tengah

menyelidiki kematian karena ledakan saat orang berusaha membobol mesin ATM, serta

kasus lain akibat penembakan. Hingga kini, sebanyak 1.234 orang ditangkap sejak

demonstrasi dimulai. Di kotapraja Daveyton, lebih dari 100 orang termasuk wanita, anak-

anak dan orang tua ditangkap lantaran menjarah barang dari toko-toko di mal Mayfair

Square. Tak hanya pusat perbelanjaan, stasiun radio Alex FM juga dibobol pada Selasa

(13/7) kemarin. Pencuri menjarah $350 ribu atau sekitar Rp5 miliar dan tetap memaksa

stasiun ini mengudara. Pembawa acara dan penjaga keamanan kami keluar dengan selamat

melalui pintu belakang, kata manajer radio Alex FM, Takalane Nemangowe kepada The
10

Associated Press. Tapi para penjarah membersihkan kantor kami. Mereka mengambil

semua peralatan penyiaran kami, komputer, laptop, mikrofon, semuanya.

Meluasnya demonstrasi yang diiringi kekerasan dan penjarahan di negara itu,

membuat Presiden Afsel Cyril Ramaphosa mengecam aksi dan mendesak agar warga tetap

tenang. Jalan kekerasan, penjarahan dan anarki hanya menuju pada lebih banyak kekerasan

dan kehancuran, kata Ramaphosa. Berbeda dengan respons presiden, Yayasan Zuma

mengatakan tidak akan ada jalan damai, selama mantan pejuang anti-apartheid itu masih

mendekam dalam penjara. Perdamaian dan stabilitas di Afrika Selatan secara langsung

berkaitan dengan pembebasan Presiden Zuma sesegera mungkin, tulis yayasan itu di

Twitter. Zuma dihukum karena menolak perintah pengadilan untuk bersaksi dalam

penyelidikan yang didukung negara atas tuduhan korupsi selama sembilan tahun masa

jabatannya, dari 2009-2018. Kemudian pada Senin (12/7) Mahkamah Konstitusi

mendengar permohonan Zuma agar hukuman yang tengah menjeratnya dibatalkan.

Pengacara Zuma berpendapat bahwa pengadilan tinggi membuat kesalahan saat

menjatuhkan hukuman penjara kepada Zuma. Setelah 10 jam kesaksian, para hakim

mengatakan mereka akan mengumumkan keputusan mereka di lain hari.

2.3. Perang Ogaden, Konflik Somalia dan Ethiopia Tahun 1977-1978


11

Republik Somalia adalah negara yang didirikan pada tahun 1960 oleh persatuan

bekas koloni Italia dan protektorat Inggris. Somalia merupakan negara Afrika paling timur

di Tanduk Afrika yang membentang dari khatulistiwa selatan ke utara Teluk Aden dan

menempati posisi geopolitik penting antara Afrika Sub-Sahara dan negara-negara Arab

serta Asia Barat Daya. Ibu Kota Somalia adalah Mogadishu, yang terletak di Samudra

Hindia dan berada di utara khatulistiwa serta penduduknya didominasi oleh orang yang

beragama Islam dengan berbasis Klan.

Somalia berbatasan dengan Teluk Aden di utara, Samudera Hindia di timur,

Kenya dan Ethiopia di barat serta Djibouti di barat laut. Otoritas kolonial secara sewenang-

wenang menarik perbatasan barat Somalia dan membagi tanah yang secara tradisional

diduduki oleh orang Somalia. Akibatnya, orang Somalia juga ditemukan di Djibouti,

Ethiopia, Kenya dan perbatasan tetap menjadi sumber kontroversi. Perselisihan yang nyata

terkait perbatasan dan masyarakat asli Somalia yakni Persengketaan antara Somalia dan

Ethiopia, yang dikenal dengan sebutan Perang Ogaden. Perang Ogaden atau perang antara

Somalia dan Ethiopia pada tahun 1977-1978 adalah salah satu perang antar negara bagian

terbesar dalam sejarah Afrika kontemporer dan merupakan bentuk konflik bersenjata yang

terjadi pada masa Perang Dingin di dunia. Perang ini terjadi di wilayah Ogaden, yaitu

nama daerah di Ethiopia bagian timur yang berbatasan dengan Somalia.

Konflik ini bermula dari keinginan Somalia untuk menciptakan negara yang

akan menyatukan semua negara berbahasa Somali di Tanduk Afrika dalam satu atap.

Dengan ambisi tersebut, negara-negara di sekitar Somalia memandang Somalia sebagai

ancaman, sehingga hubungan Somalia dengan negara-negara sekitarnya tidak begitu

harmonis, terutama hubungan antara Somalia dan Ethiopia. Hal ini karena Somalia

menganggap bahwa Ogaden yang mayoritasnya suku bangsa Somali seharusnya menjadi

bagian dari kedaulatan Somalia. Namun, Inggris menyerahkan Ogaden kepada Ethiopia,

dimana Inggris merupakan pihak Sekutu yang ditugaskan untuk melindungi wilayah

Somaliland Italia dan Somaliland Inggris setelah berakhirnya Perang Dunia II. Karena

kekecewaan tersebut, suku Somali mulai melakukan pergerakan ke Ogaden, kemudian


12

menjadi gerakan separatis yang terorganisir dan membentuk organisasi yang dikenal

dengan Western Somali Liberation Front atau dikenal juga dengan WSLF.

WSLF menggunakan taktik perang gerilya untuk melawan Tentara Nasional

Ethiopia. Selain itu, pemimpin WSLF yang bernama Yusuf Dheere Mohamed Sugaal

melakukan pendekatan diplomatik terhadap Siad Barre. Yusuf meminta bantuan kepada

Somalia dalam memberikan dukungan militer kepada WSLF. Siad Barre setuju dan

memerintahkan untuk merekrut anggota, kemudian melakukan kampanye militer menuju

Ogaden. WSLF mampu memberikan perlawanan yang cukup efektif terhadap Ethiopia, di

mana WSLF memanfaatkan kondisi internal yang kacau di Ethiopia.

Pada tahun 1974, rezim militer yang disebut Derg menggulingkan Kaisar Haile

Selassie. Dengan penggulingan Haile Selassie, Kekaisaran Ethiopia berakhir dan

digantikan oleh rezim militer. Rezim militer Derg sendiri mengalami pasang surut akibat

konflik internal untuk menentukan siapa yang lebih baik dari separuh lainnya. Mengetahui

hal tersebut, Somalia kemudian memperkuat kekuatan militernya dengan didukung oleh

Uni Soviet sebagai sekutu terbesarnya. Uni Soviet tidak ragu untuk bersekutu dan

memberikan bantuan militer berupa senjata serta pelatihan kepada Tentara Nasional

Somalia, karena Somalia telah melakukan pendekatan dan cenderung berpaham sosialis-

komunisme sejak di bawah kepemimpinan Siad Barre.

Oleh karena itu, Somalia merasa siap melancarkan kampanye ke Ogaden dengan

tujuan menaklukkan wilayah Ogaden dan membantu WSLF sesuai kesepakatan antara

Yusuf Dheere dan Siad Barre. Situasi di Ethiopia mulai stabil ketika Mengistu Haile

Mariam menjadi kepala negara pada tahun 1977. Upaya Mengistu cukup efektif

memadamkan kekacauan yang terjadi setelah penggulingan Haile Selassie. Selama masa

pemerintahannya, Mengistu menjadi lebih dekat dengan Uni Soviet, di mana Ethiopia

sudah menjadi negara dengan paham Marxis-Leninis, maka dari itu Uni Soviet setuju

untuk menjalin hubungan dengan Ethiopia.

Amerika Serikat juga berusaha memasuki Tanduk Afrika, kemudian

menawarkan bantuan ke Somalia dengan syarat menolak bantuan dari Uni Soviet dan
13

meninggalkan paham sosialis-komunisme, akan tetapi hal tersebut ditolak oleh Somalia.

Uni Soviet mencoba menormalkan hubungan antara kedua sekutunya di Tanduk Afrika,

akan tetapi Somalia menolaknya dan tetap melakukan kampanye melawan Ogaden.

Tentara Nasional Somalia bergerak menuju Ogaden pada Juli 1977. WSLF yang

sebelumnya melakukan perlawanan, kemudian bergabung dengan batalion Tentara

Nasional Somalia dan melancarkan serangan ke Ethiopia.

Ethiopia tidak mampu menghentikan serangan dari Somalia, karena

persenjataannya tidak begitu modern dan tentaranya tidak terorganisir seperti Tentara

Nasional Somalia. Alhasil, Somalia mampu tampil sebagai pihak yang lebih unggul di

awal Perang Ogaden. Melihat hal tersebut, Uni Soviet bersama dengan Kuba berusaha

menenangkan situasi antara kedua sekutu tersebut, namun Somalia tetap melanjutkan

ofensifnya di wilayah Ogaden. Itulah sebabnya Uni Soviet memutuskan untuk berhenti

memberikan bantuan ke Somalia dan bersama dengan Kuba memberikan bantuan penuh

kepada Ethiopia untuk melawan Somalia.

Pada awal tahun 1978, Ethiopia melancarkan serangan balik dengan memukul

mundur Somalia dari Jijiga yang merupakan pusat militer Ethiopia di Ogaden dan serangan

ini adalah awal dari kekalahan Somalia. Mengetahui pihaknya akan kalah, maka Siad Barre

mencari sekutu yang bisa mendukung Somalia yaitu Amerika Serikat. Dan akhirnya

bantuan diberikan kepada Somalia untuk memperbaiki kondisi internal di Somalia. Dalam

perang melawan Ethiopia, Somalia kemudian dapat dipukul mundur dari Ogaden dan pada

tanggal 15 Maret 1978 semua tentara Somalia diperintahkan meninggalkan Ogaden.


14

Kekerasan, perang, dan konflik yang tak kunjung usai di wilayah Somalia

membuat negara itu memiliki predikat sebagai salah satu wilayah paling berbahaya di

bumi. Gambaran situasi di Somalia itu sudah terjadi sejak tahun 1980-an. Perang saudara

yang terus terjadi tanpa henti telah memakan korban yang sangat besar. Rezim terus

berganti, namun tidak ada yang sanggup menghentikannya, seakan kekerasan sudah

menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di negara itu. Pembantaian terhadap warga sipil

oleh pihak militer menjadi pemandangan yang sering terlihat di sana. Jumlah korban yang

tewas untuk mencapai kedamaian di Somalia mencapai ratusan ribu jiwa. Salah satu

perang sipil yang paling brutal terjadi pada 1991.

Saat itu, pertikaian tidak hanya melibatkan pihak militer dan para militan, tetapi

juga kelompok Islam garis keras ikut memanaskan suasana di Somalia. Tidak ada masa

depan bagi rakyat Somalia, perang berpotensi memecah bangsa dalam kehancuran.

Menyikapi peperangan yang tak kunjung dapat dikendalikan, pada 1992 Dewan Keamanan

PBB mengeluarkan sebuah resolusi. Akhirnya koalisi United Nations Peacekeepers, yang

dipimpin oleh Amerika, membentuk UNITAF. Mereka kemudian datang ke Somalia

dengan misi kemanusiaan dan perdamaian. Pasukan gabungan pimpinan AS itu masuk ke

wilayah Somalia untuk mengamankan suasana. Mereka memburu para militan dan pejuang

Islam yang dianggap sebagai sumber dari rusaknya perdamaian di Somalia. Namun,

apakah benar demikian?

AS mengatakan bahwa target yang mereka buru hanyalah para pemberontak

yang menganggu keamanan negara. Berbagai pihak mulai meragukan tindakan pasukan

Amerika, mereka mempertanyakan korban-korban yang tewas. Pasukan gabungan

pimpinan AS itu masuk ke wilayah Somalia untuk mengamankan suasana. Mereka

memburu para militan dan pejuang Islam yang dianggap sebagai sumber dari rusaknya

perdamaian di Somalia.

Peristiwa lain yang melibatkan pasukan Amerika di wilayah Somalia terjadi

pada bulan November 2011. Setidaknya ada 127 warga sipil yang tewas dalam serangan

pesawat tanpa awak milik Amerika di wilayah Somalia dan wilayah barat laut Pakistan
15

yang berbatasan dengan Afganistan. Serangan mematikan itu terjadi kurang lebih selama

dua hari. Pasukan Amerika melancarkan serangan di pinggiran kota Hoomboy, di wilayah

Juba Tengah, Somalia Selatan. Serangan lain dilakukan pihak Amerika di kota Jamame,

wilayah Jubbada Hoose, Somalia Selatan. Sekitar 28 orang menjadi korban, dan puluhan

lainnya terluka cukup parah. Tidak lama dari serangan di Somalia Selatan itu, pesawat

tanpa awak Amerika kembali melancarkan serangan ke wilayah Waziristan Utara, barat

laut Pakistan. Serangan itu terjadi di desa Khel Darpa, sekitar 4 km dari kota Miranshah,

distrik Waziristan Utara.

Bahkan, beberapa desa di wilayah Qeydar dan Marodile juga tak luput dari

serangan pasukan Amerika. Serangan udara itu setidaknya menewaskan 38 orang, dan

lebih dari 74 orang mengalami luka berat. Korban di wilayah Somalia banyak yang berasal

dari kalangan sipil. Mereka terdiri dari ribuan anak-anak yang kehilangan masa depannya.

Banyak dari mereka yang tewas dengan cara yang mengenaskan. Sebagaimana laporan dari

PBB, hingga bulan Mei 2011, terdapat ribuan anak yang menjadi korban perang di

Somalia. Kini, gejolak perang di wilayah Somalia mulai menurun. Pasca-perang

masyarakat mulai membangun kembali tempat tinggal mereka. Bangunan yang

sebelumnya hancur akibat serangan saat perang mulai dibangun. Bantuan dari dunia

internasional tidak henti-hentinya berdatangan untuk membantu pembangunan, terutama

untuk menghilangkan trauma yang dialami anak-anak pasca perang terjadi.

2.4. Konflik Bersenjata Sebabkan Warga Kongo Migrasi ke Uganda


16

Konflik bersenjata di Republik Demokratik Kongo nampaknya masih terus

berlanjut. Konflik internal antara Pasukan pemberontak dan Pemerintah Kongo harus

mengorbankan ketentraman warga sipil lainya. Mereka terpaksa berbondong-bondong

mengungsi ke Uganda, demi menghindari kebengisan perang. Pekerja bantuan di Uganda

mengatakan konflik bersenjata di Republik Demokratik Kongo (DRC) telah

melipatgandakan aliran pengungsi sejak Juni dan menguras dana kemanusiaan. Dalam

kegelapan dini hari, satu kapal penuh pengungsi dari Republik Demokratik Kongo tiba di

Danau Albert, Uganda. Beberapa bayi menjerit histeris. Pekerja bantuan mengatakan

jumlah pengungsi Kongo yang melarikan diri dari konflik bersenjata ke Uganda meningkat

dua kali lipat lebih sejak Juni menjadi sekitar 300 per hari. Pengungsi Gipato Margaret

mengatakan pertempuran intensif terjadi dalam dua minggu terakhir di kota DRC,

Chomya. Pengungsi Joshua Oshaki kehilangan kontak dengan istrinya selama pertempuran

di wilayah Ituri DRC tetapi berhasil melarikan diri dengan kedua anaknya.

Perebutan wilayah, kekayaan mineral, dan politik telah melanda Kongo timur

selama lebih dari dua dekade. Uganda bekerja sama dengan badan pengungsi PBB atau

UNHCR mendaftar dan mengangkut orang-orang yang baru tiba ke kamp-kamp yang telah

menampung lebih dari satu juta pengungsi, 350.000 di antaranya dari DRC.

Nationalgeographic.co.id - Konflik bersenjata di Republik Demokratik Kongo nampaknya

masih terus berlanjut. Konflik internal antara Pasukan pemberontak dan Pemerintah Kongo

harus mengorbankan ketentraman warga sipil lainya. Mereka terpaksa berbondong-

bondong mengungsi ke Uganda, demi menghindari kebengisan perang. Pekerja bantuan di

Uganda mengatakan konflik bersenjata di Republik Demokratik Kongo (DRC) telah

melipatgandakan aliran pengungsi sejak Juni dan menguras dana kemanusiaan.

Beberapa bayi menjerit histeris. Pekerja bantuan mengatakan jumlah pengungsi

Kongo yang melarikan diri dari konflik bersenjata ke Uganda meningkat dua kali lipat

lebih sejak Juni menjadi sekitar 300 per hari. Pengungsi Gipato Margaret mengatakan

pertempuran intensif terjadi dalam dua minggu terakhir di kota DRC, Chomya. Perebutan

wilayah, kekayaan mineral, dan politik telah melanda Kongo timur selama lebih dari dua
17

dekade. Uganda bekerja sama dengan badan pengungsi PBB atau UNHCR mendaftar dan

mengangkut orang-orang yang baru tiba ke kamp-kamp yang telah menampung lebih dari

satu juta pengungsi, 350.000 di antaranya dari DRC.

Sekitar 17 persen dari semua kebutuhan, perlu dipenuhi. Jadi, gelombang

kedatangan baru ini benar-benar menantang. Kita kekurangan dana untuk memberi bantuan

yang sangat mereka butuhkan. Ujar Deputi perwakilan UNCHR untuk Uganda, Kemlin

Furley. Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan sedang berupaya untuk menyediakan

bantuan bagi para pengungsi baru tetapi memperingatkan anggarannya tidak akan bertahan

lama. Sementara itu, tampaknya aliran pengungsi Kongo yang melarikan diri mencari

selamat ke Uganda tidak akan berakhir.

Konflik bersenjata antara pasukan pemerintah versus kelompok M23 di

Republik Demokratik (RD) Kongo memprihatinkan. Koordinator Kemanusiaan PBB

Moustapha Soumare mengemukakan hal itu di Kinshasa sebagaimana warta AP pada Rabu

(17/7/2013). "Konflik itu berisiko pada pelanggaran kemanusiaan," katanya. Data

menunjukkan, konflik bersenjata itu terjadi di Provinsi Kivu Utara. Lantaran konflik itu,

sekitar 967.000 warga sipil kehilangan tempat tinggal. Total, di RD Kongo ada 2,6 juta

warga yang kehilangan tempat tinggal gara-gara berbagai konflik bersenjata. Terkini, kata

Soumare, pihak badan kemanusiaan di RD Kongo membantu penyaluran kebutuhan bagi

para korban perang yang pecah kembali pada Minggu (14/7/2013). "Kami meminta semua
18

pihak bertikai untuk menyelamatkan warga sipil dari berbagai tindak kekerasan yang

bertentangan dengan hak asasi manusia," demikian Moustapha Soumare.

2.5. Konflik Sudan Semakin Memanas, WNI Diimbau Hati-hati

Salah satu negara dengan konflik yang tak kunjung adalah Sudan. Dari hari ke

hari pertikaian sesama mereka malah semakin melebar saja. Hal itu membuat mata dunia

kembali melihat ke salah satu negara di benua Afrika ini. Aksi protes rakyat Sudan

menuntut pemerintahan dipegang oleh Sipil terus berlanjut dan sudah memakan korban

ratusan jiwa. Dalam pesan broadcast yang beredar di grup whatsapp Persatuan Pelajar

Indonesia (PPI) di Sudan, Dewan PPI Sudan menyampaikan bahwa KBRI Khartoum

(ibukota Sudan) telah memberikan himbauan baik secara formal maupun informal kepada

WNI di Sudan untuk terus meningkatkan kewaspadaan. KBRI juga memfasilitasi Wifi bagi

WNI yang ingin berkomunikasi dengan keluarga di Indonesia. Dalam pesan tersebut juga

disampaikan kondisi WNI di Sudan yang dalam kondisi baik dan aman serta berada dalam

perlindungan kampus. Mereka yang tinggal di luar daerah kampus pun jauh dari sasaran

demonstrasi. Dikarenakan akses internet yang terbatas, KBRI memberikan nomor

perwakilan KBRI Khartoum di Sudan di nomor +249111673998 bagi keluarga yang ingin

mengetahui kondisi kerabat mereka di Sudan.


19

Penyebab konflik Sudan bisa dirunut sejak tahun 2021. Pasalnya di tahuyn

tersebut muncul kudeta atas pemerintahan yang sah. Kala itu Sudan diperintah oleh dewan

jenderal, yang memiliki dua pimpinan petinggi militer yakni Jenderal Abdel Fattah al-

Burhan yang mewakili angkatan bersenjata dan wakilnya Jenderal Mohamed Hamdan

Dagalo alias Hemedti yang mewakili paramiliter. Jenderal Abdel Fattah al-Burhan adalah

kepala angkatan bersenjata sekaligus presiden di negara tersebut. Sedangkan Jenderal

Mohamed Hamdan Dagalo adalah wakil presiden sekaligus pemimpin Rapid Support

Forces (RSF). Keduanya saling berbagi kekuasaan di Sudan. Hingga pada akhirnya, kedua

petinggi Sudan itu terlibat perselisian karena adanya wacana pengitegrasian pasukan RSF

ke dalam tubuh tentara reguler Sudan. Integrasi ini kemudian memicu perselisihan hingga

terjadi perang saudara yang sampai kini terjadi.

Secara umum Sudan adalah negara paling besar di Benua Afrika. Sudan

mendapat kemerdekaannya pada tahun 1956. Sedangkan sebelumnya, yakni pada tahun

1820, Sudan diserang oleh raja Mesir yang berada di bawah Kekaisaran Ottoman yakni

Muhammad Ali. Di akhir abad ke-19, Sudan diperintah di bawah kekuasaan Inggris-Mesir.

Konflik yang terjadi di Sudan setelah negara tersebut merdeka tercatat beberapa kali

terjadi. Konflik tersebut terjadi antara pemimpin Sudan utara dan Sudan. Pemimpin Sudan

utara menginginkan adanya persatuan bangsa lewat perluasan hukum dan budaya Islam ke

seluruh negara. Namun Sudan menentang wacana tersebut hingga terjadilah perang
20

saudara dari 1955 hingga 1972. Buntutnya, muncul perjanjian Addis Abba yang disepakati

tahun 1972. Sayangnya perjanjian tersebut hanya bersifat sementara. Sudan kembali

konflik pada 1983. Konflik ini kemudian memicu perselisihan antara Sudan Utara dan

Sudan Selatan hingga menjadi perang saudara Sudan kedua dari tahun 1983 hingga 2005.

Harus diketahui pula bahwa masyarakat di Sudan Utara dua pertiga warganya

beragama Islam. Sedangkan di Sudan Selatan masyarakatnya kebanyakan menganut

Kristen atau agama pribumi lainnya. Sedangkan pemimpin Sudan utara memang berupaya

melakukan islamisasi terhadap sistem hukum sudan. Kondisi ini yang kemudianbanyak

dinilai sebagai salah satu pemicu perselisihan saudara di Sudan, ditambah dengan

kesenjangan ekonomi yang ada di Sudan. Konflik tersebut kemudian diakhiri dengan

diskusi dan gencatan senjata. Di tahun 2005 dibuatlah perjanjian damai untuk mengakhiri

perang. Dalam perjanjian, Sudan Selatan mendapatkan status semi-otonom dan

menetapkan referendum kemerdekaan bagi wilayah tersebut. Dari sinilah Sudan Selatan

akhirnya memisahkan diri dan menjadi negara merdeka pada 9 Juli 2011. Artinya, Sudan

telah terbagi menjadi dua negara merdeka yang berdiri sendiri yakni Sudan Utara yang

resmi disebut dengan Republik Sudan dengan Khartoum sebagai ibu kotanya, dan Sudan

Selatan yang secara resmi dinamakan dengan Republik Sudan Selatan dengan beribukota

di Juba.

2.6. Ethiopia di Ambang Perang Saudara


21

Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, memerintahkan militer untuk

melancarkan operasi keamanan di Tigray, menyusul serangan terhadap sebuah pangkalan

militer di sana. Abiy menuduh pemerintah regional Tigray bertanggungjawab mendalangi

serangan tersebut. Serangan malam terhadap sebuah barak militer di Makele dilancarkan

oleh kelompok separatis, Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) yang bersenjata

lengkap. Kelompok tersebut bermarkas di kawasan paling sensitif di Ethiopia, yakni

kawasan perbatasan dengan Eritrea. Baru 2018 lalu kedua negara menjalin damai usai

perang perbatasan yang panjang. Bagi PM Abiy Ahmed, TPLF telah meruntuhkan

kesabaran pemerintah. Kiamat sudah dekat, ancam sang perdana menteri kepada kelompok

pemberontak.

Eskalasi kekerasan di Ethiopia memicu kekhawatiran wilayah berpenduduk

paling padat kedua di Afrika itu akan kembali terseret ke dalam peperangan tak

berkesudahan. Hal ini diyakini akan turut mengancam stabilitas keamanan di negeri jiran,

termasuk Somalia dan Sudan. Betapa gentingnya situasi di tanduk Afrika bisa dilihat pada

reaksi Amerika Serikat yang sempat memberikan peringatan di tengah sengitnya pemilihan

umum kepresidenan. Dalam sebuah pernyataan pers, Kementerian Luar Negeri mendesak

agar kedua pihak menyepakati “de-eskalasi” untuk mencegah perang terbuka.

TPLF merupakan kekuatan dominan di dalam koalisi pemerintah Ethiopia,

sebelum Abiy menjabat pada 2018. Dia melakukan langkah reformasi politik secara

menyeluruh di Addis Abeba, yang meski mendatangkan nobel perdamaian, tapi ikut

membuka perseteruan lama antaretnis di Ethiopia. TPLF, yang merasa dimarjinalkan oleh

Abiy, akhirnya keluar dari koalisi pemerintah tahun lalu. Meski demikian, pemantau asing

mewanti-wanti, kelompok tersebut tetap memiliki kekuatan militer yang tangguh.

Atas dasar itu, Rabu (4/11), Ethiopia mendeklarasikan darurat nasional selama

enam bulan di kawasan Tigray. Semua aktivitas ilegal dan tindak kekerasan di dalam

Negara Bagian Tigray mengancam konstitusi dan ketertiban, kedamaian dan keamanan

penduduk, terutama mengancam kedaulatan negara, kata sang perdana menteri. Sejauh ini

TPLF masih bungkam menyusul langkah pemerintah mencabut sambungan telepon dan
22

internet di seluruh kawasan, Stasiun televisi lokal melaporkan pemerintah juga menutup

bandar udara dan menerjunkan Komando Utara Militer Ethiopia untuk menurunkan

pemerintah Tigray.

Namun kantor perdana menteri di Addis Abeba membantah laporan tersebut,

tidak benar, tulis mereka kepada kantor berita AP. Negeri subur di timur Afrika itu

sendirinya sedang disibukkan oleh konflik dengan Mesir seputar rencana pembangunan

bendungan di sungai Nil. Kisruh berdarah antaretnis dan musim hama belalang yang

mengancam ketersediaan pangan ikut menambah derita di tengah pandemi Covid-19. Kini

Abiy menghadapi tantangan terbesar di masa pemerintahannya, tulis AP. Ketegangan

berangsur meningkat setelah pemerintahan Tigray mengabaikan perintah pusat dan tetap

menggelar pemilihan umum, September silam. TPLF mengancam setiap bentuk intervensi

oleh pemerintah pusat akan ditanggapi sebagai deklarasi perang. Sebagai balasan

pemerintah pusat memindahkan pengiriman dana anggaran, tidak lagi melewati pemerintah

regional, melainkan langsung ke tingkat lokal. Langkah itu dikabarkan membuat berang

petinggi TPLF.

Perang ini adalah skenario paling buruk dari ketegangan yang terus mendidih,”

kata WIlliam Davison, analis senior Ethiopia untuk wadah pemikir, International Crisis

Group (ICG). Mengingat kekuatan tempur Tigray yang kuat, konflik akan berlangsung

lama dan menciptakan bencana. Abiy bersikeras TPLF mendalangi serangan terhadap

miiter dengan mempersenjatai milisi-milisi tak bertuan. Perang tidak bisa dicegah oleh niat

baik dan keputusan satu pihak saja, lanjut pernyataan tersebut, menuduh TPLF memaksa

pemerintah melakukan konfrontasi militer.

Sejumlah pihak sudah mwanti-wanti terhadap meningkatknya ketegangan di

Ethiopia dan dampaknya terhadap kawasan tanduk Afrika yang rawan konflik. Laporan

Institut Perdamaian AS memprediksi fragmentasi Ethiopia akan menjadi kasus keruntuhan

negara terbesar di dalam sejarah modern. Krisis kemanusiaan dan keamanan di

persimpangan antara Afrika dan Timur Tengah, akan hadir “dalam skala yang melampaui

konflik di Sudan Selatan, Sudan, Somalia dan Yaman. Ironsinya, Abiy Ahmed dipilih
23

sebagai penerima nobel perdamaian pada 2019 lalu lantaran jasanya mendamaikan

kawasan itu. Alternatifnya, mengingat perpecahan pahit dan multilevel di negara ini,

adalah potensi perang yang akan menjadi bencana buat negara berpopulasi kedua terbesar

di Afrika, dan akan mengirimkan gelombang kejut, dan pengungsi, ke negara tanduk

Afrika lain, sebagaimana juga ke seluruh negara Laut Tengah. Hingga kini negara-negara

jiran Ethiopia belum memberikan reaksi terhadap perkembangan sengit di Tigray.

Etiopia menghadapi perang sipil antara pasukan militer pemerintah dan pasukan

sipil di bagian utara Tigray yang mengakibatkan 10.000 nyawa melayang. Konflik meletus

pada November awal, setahun setelah Perdana Menteri Ethiopia Aiby Ahmed menerima

Hadiah Nobel Perdamaian yang mengakhiri konflik perbatasan 20 tahun Ethiopia dengan

Eritrea. Berikut ini serangkaian penjelasan singkat tentang bagaimana konflik yang

menewaskan puluhan ribu orang itu terjadi serta bagaimana dampaknya bagi masyarakat

sipil dan kawasan di sekitarnya.

Pada 4 November 2020, Perdana Menteri Etiopia Aiby Ahmed mengirim

pasukan ke markas militer di bagian utara wilayah Tigray yang berbatasan dengan Eritrea

dan Sudan. Dia menuduh partai yang berkuasa di wilayah itu, Tigray People Liberation

Front (TPLF) telah menyerang markas tersebut dan mengumumkan melalui siaran televisi

beberapa hari kemudian bahwa militer Etiopia telah membom markas tersebut sebagai

bentuk pembalasan. Beberapa hari setelahnya, Amnesty International melaporkan bahwa


24

ratusan orang telah terbunuh dalam serangan pisau dan parang di kota Mai Kadra, wilayah

Tigray.

Pihak TPLF disalahkan atas serangan tersebut meski pemimpinnya menolak

bertanggungjawab. Kami telah mengonfirmasi adanya pembantaian rakyat sipil dalam

jumlah besar, yang tampaknya merupakan buruh harian dan sama sekali tak terlibat dalam

serangan militer yang tengah berlangsung. Direktur Afrika Timur dan Selatan, Amnesty

International. Sejak awal November, komunikasi di wilayah itu telah terputus sehingga

laporan sering tertunda dan orang-orang tidak bisa menghubungi keluarga mereka.

Sementara itu, diketahui pada 13 November, Tigray meluncurkan roket di 2 bandara di

Provinsi Amhara. Keesokan harinya, mereka juga menembakkan roket ke negara tetangga,

Eritrea. Presiden kawasan Tigrat, Debretsion Gebremichael mengklaim Eritrea telah

mengirim pasukan dan tank ke Tigray untuk mendukung pemerintah Ethiopia. Kepada

Reuters, mereka mengatakan bahwa roket itu adalah pembalasan, tapi dia tidak

memberikan bukti apapun untuk mendukung tuduhan tersebut. Tigray memiliki pasukan

paramiliter dan milisi lokal sekitar 250.000 orang,

Puluhan ribu warga Etiopia telah meninggalkan Tigray menuju Sudan sejak awal

November, dengan PBB memperkirakan 200.000 orang akan melarikan diri dalam enam

bulan. PBB mengatakan 6.000 pengungsi memasuki Sudan setiap hari, dengan lebih dari

31.000 orang telah menyeberang sejak 20 November. Tigray sendiri menurut badan-badan

PBB sudah menjadi rumah bagi sebanyak 200.000 pengungsi dan orang terlantar.

Kelompok bantuan mengatakan mereka dilarang membantu di Tigray dan wartawan juga

dilarang masuk untuk melaporkan apa yang terjadi. LSM telah meminta pemerintah

Etiopia untuk mengamankan akses mereka ke Tigray sehingga mereka dapat menyediakan

pasokan bagi warga sipil yang terdampar akibat pertempuran. PM Abiy mengatakan pada

16 November bahwa pemerintahannya siap untuk menerima dan menyatukan kembali

sesama warga Etiopia yang melarikan diri ke negara tetangga. Tapi, ribuan orang terus

melarikan diri dan banyak yang memiliki cerita mengerikan tentang bagaimana mereka
25

melihat teman dan keluarga mereka terbunuh sementara yang lain tidak tahu di mana

keluarga mereka karena komunikasi terputus di Tigray.

Konflik ini berisiko membuat kawasan itu tidak stabil dan dapat menyebabkan

pengungsian massal di negara terpadat kedua di Afrika, dengan 110 juta jiwa. Sebagai

sekutu dekat militer Amerika Serikat (AS), Etiopia dipandang sebagai elemen penting

dalam memelihara perdamaian di Tanduk Afrika yang rapuh. Namun hal itu bisa

dihancurkan oleh perang yang meluas ke Eritrea, dan fakta bahwa sekitar 96.000

pengungsi Eritrea yang tinggal di Tigray bisa mengungsi lagi.


BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari pembahasan yang sudah disampaikan pada bab sebelumnya, dapat ditarik

kesimpulan ada beberapa berkonflik di Benua Afrika. Penyebab pertama adalah:

1. Perang saudara yaitu Pihak pemberontak menarik permintaan mereka

agar Presiden François Bozizé mengundurkan diri.

2. Perang Sipil pertikaian antar etnis dan konflik sektarian turut mengiringi pertumpahan

darah.

3. Perang Perbatasan Afrika Selatan, juga disebut Perang Kemerdekaan Namibia, merujuk

pada konflik yang terjadi antara tahun 1966 hingga 1989 di Afrika Barat

Daya (kini Namibia dan Angola).

4. Konflik Apartheid yaiyu sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintah kulit

putih di Afrika Selatan pada sekitar awal abad ke-20.

5. Konflik yang dipicu protes penahanan mantan presiden Yakub Zuma di Afrika Selatan,

6. Perselisihan yang nyata terkait perbatasan dan masyarakat asli Somalia yakni

Persengketaan antara Somalia dan Ethiopia, yang dikenal dengan sebutan Perang

Ogaden.

7. Konflik internal antara Pasukan pemberontak dan Pemerintah Kongo harus

mengorbankan ketentraman warga sipil lainya.

8. Aksi protes rakyat Sudan menuntut pemerintahan dipegang oleh Sipil terus berlanjut

dan memakan korban ratusan jiwa.

9. Eskalasi kekerasan di Ethiopia memicu kekhawatiran wilayah berpenduduk paling padat

kedua di Afrika itu akan kembali terseret ke dalam peperangan yang tidak berakhir.

26
27

3.2. Saran

Dari kesimpulan di atas semoga hasil pembuatan kliping ini dapat menambah

pengetahuan dan pemahaman pembaca konflik-konflik di Benua Afrika dintaranya yaitu;

1. Bagi mahasiswa atau pembaca, hendaknya hasil pembuatan kliping ini dapat

menambah pengetahuan serta wawasan mahasiswa atau pun bagi pembaca mengenai

konflik di Afrika.

2. Bagi pembuatan kliping yang lain hendaknya pembuatan kliping ini dapat dijadikan

sebagai bahan perbandingan untuk pembuatan kliping selanjutnya.

3. Bagi saya sendiri hendaknya dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan

mengenai konflik di Afrika.


DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Saudara_Republik_Afrika_Tengah_%282012%E2%80%9

32014%29

https://tirto.id/darah-terus-mengalir-di-afrika-tengah-cuxP

https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Perbatasan_Afrika_Selatan

https://bpkpenabur.or.id/bekasi/smak-penabur-harapan-indah/berita/berita-lainnya/konflik-

apartheid-di-afrika-selatan

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210714083554-127-667381/kerusuhan-dan-

penjarahan-di-afrika-selatan-72-orang-tewas

https://www.netralnews.com/perang-ogaden-konflik-somalia-dan-ethiopia-tahun-1977-

1978/Sm9NejBWb2RXRHRzQnZiRGN3NHY1dz09

https://kumparan.com/potongan-nostalgia/konflik-tiada-akhir-di-somalia-sejak-tahun-1980-an-

27431110790536148

https://nationalgeographic.grid.id/read/131787507/lagi-konflik-bersenjata-sebabkan-warga-

kongo-migrasi-ke-uganda?page=all#google_vignette

https://internasional.kompas.com/read/2013/07/17/1603249/Konflik.di.Kongo.Memprihatinkan

https://www.genpi.co/berita/13293/konflik-sudan-semakin-memanas-wni-diimbau-hati-hati

https://voi.id/berita/275590/penyebab-konflik-di-sudan

https://www.dw.com/id/ethiopia-di-ambang-perang-saudara/a-55510207

https://www.kompas.com/global/read/2020/11/23/110029470/konflik-etiopia-sebuah-

ringkasan-untuk-anda?page=all

28

Anda mungkin juga menyukai