CPMK-5 Mahasiswa mampu merangkum konsep-konsep tentang perkembangan jiwa keagamaan pada anak, remaja, dewasa dan
lansia, pengaruh kebudayaan terhadap jiwa keagamaan, pengaruh pendidikan terhadap pendidikan keagamaan
CPMK-1 Mahasiswa mampu menerangkan kesehatan mental serta penyebab terjadinya penyimpangan sikap keagamaan
CPMK-4 Mahasiswa mampu memahami pengaruh pendidikan terhadap jiwa keagamaan, bentuk-bentuk pendidikan terhadap
pembentukan jiwa keagamaan serta hubungan masalah sosial dengan agama
Sub-CPMK1 Mampu menerangkan tentang pengertian, ruang lingkup dan sejarah perkembangan psikologi agama.
Sub-CPMK2
Mampu merangkum konsep-konsep tentang perkembangan jiwa keagamaan pada anak, remaja, dewasa dan lansia,
pengaruh kebudayaan terhadap jiwa keagamaan, pengaruh pendidikan terhadap pendidikan keagamaan
Sub-CPMK3
Sub-CPMK4
Mampu menerangkan kesehatan mental serta penyebab terjadinya penyimpangan sikap keagamaan
Sub-CPMK5 Menguasai memahami pengaruh pendidikan terhadap jiwa keagamaan, bentuk-bentuk pendidikan terhadap pembentukan
jiwa keagamaan serta hubungan masalah sosial dengan agama
1. Surawan, Surawan, and Mazrur Mazrur. "Psikologi Perkembangan Agama: Sebuah Tahapan
Perkembangan Agama Manusia." (2020).
2. Hamdanah, Hamdanah, and Surawan Surawan. "Remaja dan dinamika: tinjauan psikologi dan
pendidikan." (2022).
3. Surawan, Surawan. "Dinamika Dalam Belajar (Sebuah Kajian Psikologi Pendidikan)." (2020).
Pendukung :
1. Jalaluddin. Psikologi Agama. RajaGrafindo Persada. 2005
2. Jalaluddin Rahmat. Psikologi Agama (Sebuah Pengantar). Bandung : Mizan. 2003
3. Ramayulis. Psikologi Agama. Jakarta : Kalam Mulia. 2002
4. Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama. Jakarta :Bulan Bintang. 1970
5. Ramayulis. Psikologi Agama. Jakarta : Kalam Mulia. 2002
Nama Dosen
Surawan, M.S.I
Pengampu
Mata kuliah -
prasyarat (Jika
ada)
A. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemu Kemampuan Akhir Bahan Bentuk & Metode Alokasi Pengalaman Penilaian
an ke yang Diharapkan Kajian Pembelajaran Waktu Belajar (Indikator & Jenis)
1 2 3 4 5 6 7
1 Mahasiswa mampu Introduksi: diskusi kelompok, 2 x 50 Tugas Indikator:
mendeskripsikan Orientasi MK Tanya Jawab, dan menit terstruktur 1. Mahasiswa dapat
matakuliah psikologi matakuliah resitasi Memahami p roses
agama secara umum psikologi agama kegiatan perkuliahan;
dan khusus selama secara umum dan 2. Mahasiswa dapat
satu semester. khusus selama satu Menyebutkan tujuan
semester. pembelajaran
Psikologi Agama
2 Mahasiswa mampu pengertian diskusi kelompok, 2 x 50 Tugas Indikator:
memahami psikologi Agama, Tanya Jawab, dan menit terstruktur Mahasiswa dapat
pengertian ruang lingkup resitasi menjelaskan :
psikologi Agama, psikologi agama 1. Pengertian psikologi
ruang serta peranan agama
lingkup psikologi psikologi agama 2. Ruang lingkup
agama serta peranan dalam kehidupan psikologi agama
psikologi agama 3. Peranan psikologi
dalam agama dalam
kehidupan kehidupan
Jenis tes:
Non tes (Menyusun
makalah)
3 Mahasiswa mampu menerangkan diskusi kelompok, 2 x 50 Tugas Indikator:
menerangkan tentang tentang sejarah Tanya Jawab, dan menit terstruktur Mahasiswa dapat:
sejarah psikologi psikologi agama, resitasi menjelaskan :
agama, metode-metode metode-metode 1. Sejarah Psikologi
dalam psikologi agama dalam psikologi Agama
serta hubungan antara agama serta 2. Metode-metode dalam
psikologi agama dengan hubungan psikologi agama
agama Islam. antara psikologi 3. Hubungan antara
agama dengan psikologi agama
agama Islam. dengan agama Islam
Jenis Tes:
Non tes (Menyusun
makalah)
4 Mahasiswa mampu menganalisis diskusi kelompok, 2 x 50 Tugas Indikator:
menganalisis tentang tentangperkembang Tanya Jawab, dan menit terstruktur Mahasiswadapat
perkembangan jiwa an jiwa keagamaan resitasi menjelaskan :
keagamaan pada anak pada anak dan Perkembangan jiwa
dan remaja, tahapan- remaja, tahapan- keagamaan pada anak
tahapan perkembangan tahapan dan remaja
jiwa keagamaan pada perkembangan jiwa tahapan-tahapan
anak dan remaja serta keagamaan pada perkembangan jiwa
sifat keagamaan pada anak dan remaja keagamaan pada anak
anak dan remaja serta sifat dan remaja
keagamaan pada Sifat keagamaan pada
anak dan remaja anak dan remaja
Jenis Tes:
Non tes (Menyusun
makalah)
5 Mahasiswa mampu menganalisis diskusi kelompok, 2 x 50 Tugas Indikator:
menganalisis perkembangan Tanya Jawab, dan menit terstruktur Mahasiswadapat
perkembangan jiwa jiwa keagamaan resitasi menjelaskan :
keagamaan pada dewasa dan Perkembangan jiwa
pada dewasa dan lansia, sikap keagamaan pada
lansia, sikap keagamaan pada dewasa dan lansia
keagamaan pada dewasa dan Sikap keagamaan
dewasa dan lansia serta pada dewasa dan
lansia serta pandangan lansia
pandangan Islam mengenai Pandangan Islam
Islam mengenai mengenai lansia
Lansia
Jenis Tes:
Non tes (Menyusun
makalah)
6 Mahasiswa mampu Mendiagnosis diskusi kelompok, 2 x 50 Tugas Indikator:
Mendiagnosis pengaruh budaya Tanya Jawab, dan menit terstruktur Mahasiswa dapat
pengaruh budaya terhadap jiwa resitasi menjelaskan :
terhadap jiwa Keagamaan, Pengaruh budaya
Keagamaan, hubungan terhadap jiwa
hubungan antara antara budaya keagamaan
budaya dengan tradisi dengan tradisi Hubungan antara
keagamaan serta keagamaan serta budaya dengan
pengaruh pengaruh tradisi keagamaan
globalisasi dengan globalisasi Pengaruh
sikap keagamaan dengan sikap globalisasi dengan
keagamaan sikap keagamaan
Jenis Tes:
Non tes (Menyusun
makalah)
7 Mahasiswa mampu memahami sikap diskusi kelompok, 2 x 50 Tugas Indikator:
memahami sikap Keagamaan serta Tanya Jawab, dan menit terstruktur Mahasiswa dapat
Keagamaan serta memahami aspek resitasi menguraikan :
memahami aspek dan dan dinamika Definisi sikap
dinamika kepribadian kepribadian dalam keagamaan
dalam sikap keagamaan sikap keagamaan Aspek dan dinamika
kepriadian dalam
pembentukan sikap
keagamaan
Jenis Tes:
Non tes (Menyusun
makalah)
8
UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)
9 Mahasiswa mampu memahami tentang diskusi kelompok, 2 x 50 Tugas Indikator:
memahami tentang hubungan agama Tanya Jawab, dan menit terstruktur Mahasiswa dapat
hubungan agama dengan kesehatan resitasi Tugas mandiri menunjukkan pembagian
dengan kesehatan mental, definisi hadits:
mental, definisi kesehatan mental,
kesehatan mental, pendapat para ahli Definisi kesehatan
pendapat para ahli mengenai agama mental
mengenai agama dan dan kesehatan Hubungan agama
kesehatan mental, serta mental, serta dengan kesehatan
faktor-faktor penyebab faktor-faktor mental
terjadinya penyebab Faktor penyebab
penyimpangan sikap terjadinya terjadinya
keagamaan penyimpangan penyimpangan sikap
sikap keagamaan keagamaan
Jenis Tes:
Non tes (Menyusun
makalah)
10 Mahasiswa mampu 1. Kaidah Kuliah luring, 2 x 50 Tugas Indikator:
memahami definisi dari otentitas hadits diskusi kelompok, menit terstruktur Mahasiswa dapat
terorisme-konflik (sanad Hadits) Tanya Jawab, dan menjelaskan :
agama, penyebab 2. Kaidah resitasi Definisi terorisme-
terjadinya kasus validitas Hadits konflik agama
terjadinya (matan Hadits) Penyebab
terorisme-konflik 3. Prinsip-prinsip Terjadinya kasus
agama serta memahami dalam terorisme-konflik
kasus terorisme-konflik memahami agama
agama dari pandangan Hadits Kasus terorisme-
sudut psikologi agama konflik agama dari
pandangan sudut
psikologi agama
Jenis Tes:
Non tes (Menyusun
makalah)
11 Mahasiswa mampu memahami diskusi kelompok, 2 x 50 Tugas Indikator:
memahami definisi dari definisi dari Tanya Jawab, dan menit terstruktur Mahasiswa dapat
fatalisme, penyebab fatalisme, resitasi memahami:
terjadinya kasus penyebab Definisi fatalisme
terjadinya Fatalisme, terjadinya kasus Penyebab
serta mampu terjadinya Terjadinya kasus
memahami kasus Fatalisme, serta fatalisme
fatalisme dari mampu asus fatalisme
pandangan sudut memahami kasus agama dari
psikologi agama fatalisme dari pandangan sudut
pandangan sudut psikologi agama
psikologi agama
Jenis Tes:
Non tes (Menyusun
makalah)
12 Mahasiswa mampu menjelaskan diskusi kelompok, 100 Tugas Indikator:
menjelaskan konsep konsep dari Tanya Jawab, dan menit terstruktur Mahasiswa dapat
dari klenik, penyebab klenik, penyebab resitasi menjelaskan:
terjadinya kasus terjadinya kasus Definisi klenik
klenik serta kasus klenik serta kasus Penyebab
klenik dari klenik dari terjadinya kasus
pandangan sudut pandangan sudut klenik
psikologi psikologi agama Kasus klenik dari
agam sudut pandang
psikologi agama
Jenis Tes:
Non tes (Menyusun
makalah)
13 Mahasiswa mampu memahami diskusi kelompok, 2 x 50 Tugas Indikator:
mampu memahami definisi dari Tanya Jawab, dan menit terstruktur Mahasiswa dapat
definisi dari konversi konversi agama, resitasi memahami:
agama, penyebab penyebab Definisi konversi
terjadinya kasus terjadinya kasus agama
konversi agama serta konversi agama Penyebab
kasus konversi agama serta kasus terjadinya kasus
dari sudut pandang konversi agama konversi agama
psikologi agama dari sudut Kasus Konversi
pandang psikologi agama dari sudut
agama pandang psikologi
agama
Jenis Tes:
Non tes (Menyusun
makalah)
14 Mahasiswa mampu memahami diskusi kelompok, 2 x 50 Tugas Indikator:
memahami definisi dari definisi dari Tanya Jawab, dan menit terstruktur Mahasiswa dapat
sekularisme, penyebab sekularisme, resitasi memahami :
terjadinya kasus penyebab Definisi sekularisme
sekularisme, serta terjadinya kasus Penyebab
memahami kasus sekularisme, serta terjadinya kasus
sekularisme dari sudut memahami kasus sekularisme
pandang psikologi sekularisme dari Kasus sekularisme
agam sudut pandang dari sudut pandang
psikologi agama psikologi agama
Jenis Tes:
Non tes (Menyusun
makalah)
15 Mahasiswa mampu mendiagnosis diskusi kelompok, 2 x 50 Tugas Indikator:
mendiagnosis tentang tentang Tanya Jawab, dan menit terstruktur Mahasiswa dapat
pengaruh pendidikan pengaruh resitasi Tugas mandiri mendeskripsikan:
terhadap pendidikan Mini riset Pengaruh
jiwa keagamaan, terhadap pendidikan
bentuk-bentuk jiwa keagamaan, terhadap jiwa
pendidikan terhadap bentuk-bentuk keagamaan
pembentukan jiwa pendidikan Bentuk-bentuk
keagamaan, hubungan terhadap pendidikan
masalah sosial dengan pembentukan jiwa (keluarga, lembaga,
agama keagamaan, masyarakat)
hubungan masalah terhadap
sosial dengan pembentukan jiwa
agama keagamaan
Hubungan masalah
sosial dengan
agama
Jenis Tes:
Non tes (Menyusun
makalah)
16 UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
Catatan:
1. Capaian Pembelajaran Lulusan PRODI (CPL-PRODI) adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap lulusan PRODI yang merupakan internalisasi dari
sikap, penguasaan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan jenjang prodinya yang diperoleh melalui proses pembelajaran.
2. CPL yang dibebankan pada mata kuliah adalah beberapa capaian pembelajaran lulusan program studi (CPL-PRODI) yang digunakan untuk
pembentukan/pengembangan sebuah mata kuliah yang terdiri dari aspek sikap, ketrampulan umum, ketrampilan khusus dan pengetahuan.
3. CP Mata kuliah (CPMK) adalah kemampuan yang dijabarkan secara spesifik dari CPL yang dibebankan pada mata kuliah, dan bersifat spesifik terhadap
bahan kajian atau materi pembelajaran mata kuliah tersebut.
4. Sub-CP Mata kuliah (Sub-CPMK) adalah kemampuan yang dijabarkan secara spesifik dari CPMK yang dapat diukur atau diamati dan merupakan
kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap tahap pembelajaran, dan bersifat spesifik terhadap materi pembelajaran mata kuliah tersebut.
5. Kriteria Penilaian adalah patokan yang digunakan sebagai ukuran atau tolok ukur ketercapaian pembelajaran dalam penilaian berdasarkan indikator-
indikator yang telah ditetapkan. Kriteria penilaian merupakan pedoman bagi penilai agar penilaian konsisten dan tidak bias. Kriteria dapat berupa kuantitatif
ataupun kualitatif.
6. Indikator penilaian kemampuan dalam proses maupun hasil belajar mahasiswa adalah pernyataan spesifik dan terukur yang mengidentifikasi kemampuan
atau kinerja hasil belajar mahasiswa yang disertai bukti-bukti.
RUBRIK PENILAIAN
No Penilaian Nilai
1 Ketepatan Pembahasan 30
2 Ketepatan pembuatan makalah 40
3 Kerapian penulisan 30
MIDLE TEST
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALANGKA RAYA
JURUSAN TARBIYAH FTIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA SLAM
SOAL UTS
1. Jelaskan bahwasanya ide tentang tuhan dalam diri manusia bersifat naluriahatau (instinctive)!
2. Jelaskan definisi emosi dalam perspektif al-qur’an
Jelaskan metode yang anda pandang paling tepat untuk menyampaikan ajaran
agama (dakwah) bagi:
a. Anak-anak
b. Remaja
c. Dewasa
d. Lansia
3. Jelaskan metode yang anda pandang paling tepat untuk menyampaikan ajaranagama (dakwah) bagi:
a. Anak-anak
b. Remaja
c. Dewasa
d. Lansia
4. Dapatkah agama menjadi pilihan untuk permasalahan-permasalahankejiwaan? Jelaskan jawaban anda.
Kunci Jawaban :
1. Potensi dasar manusia yang disebut dengan fitrah dalam Al-Qurantersebar dibeberapa ayat, dari
bereberapa ayat terdapat satu ayat yangmenunjukkan bentuk fitrah secara jelas yaitu dalam QS. Ar-Rum
30: 30, katafitrah dalam ayat ini diartikan dengan naluri (pembawaan).1Manusia diciptakan Allah mempunyai
naluri atau mempunyai rasa,rasa pengabdian kepada Tuhan yang Maha Esa, itu sudah serasi dengan
budinurani manusia. Adapun manusia yang tidak mempunyai naluri tentangketuhanan maka ia telah
menyalahi kodrat kejiwaanya sendir
2. seperti diketahui, kecerdasan emosional secara garis besar dapatdikelompokkan pada setiap kegiatan
atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu;setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap yang
meliputi: amarah,kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu.
Jikadikelompokkan lebih mengerucut lagi, hanya ada empat emosi dasar yang hampirdiekspresikan sama di
seluruh dunia: takut, marah, sedih, dan senang.Dalam pembahasan emosi atau amarah dalam ayat al-quran yang
berbunyi“dan apabila seseorang dari emeka diberi kabar dengan (kelahiran) anaperempuan, hitamlah
(merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah”.Emosi marah yang dijelaskan Al-Qur’an pada ayat tersebut,
berdampak padafisik ekpresi emosi marah terlihat raut muka, perkataan, dan tindakan. Dan secarapsikis akan
berpengaruh terhadapat temperature mental. Emosi marah cenderung negatif apabila tidak di dasari keimanan
yang kuatterpatri dan keyakinan yang teguh pada sebuah kebenaran. Al-Qur’an memberikasolusi dan
mengarahkan agar emosi marah berada pada tataran syar’i.“Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir
dan orang-orang munafikitu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Danitu
adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya”.Dari situ dapat kita simpulkan bahwa Al-Qur’an menempatkan
emosi marahhendaknya selalu berorientasi pad aupaya menegakkan dan mempertahankankeimanan
dan keyakinan serta nilai-nilai martabat manusia. Namun disisi lainAllah mengingatkan kepada hambanya
bahwa emosi marah membutuhkanpengendalian agar tidak tejebak pada situasi konfrontatif atau
pun dekadensimoralitas.“yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu
lapangmaupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan(kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan
3. A. Anak-anakUntuk penyampaian ajaran agama atau dakwah kepada usia Anak-anak ialah tidakboleh
dilakukan dengan pemaksaan namun sesuaikan dengan perkembangan kognitif.Anak usia dini adalah anak yang
sedang dalam tahap perkembangan pra operasionalkongkrit, sedangkan materi dakwah bersifat nilai-nilai
ketuhanan, moral merupakan konsep-konsep abstrak, sehingga dalam hal ini anak belum dapat dengan serta
mertamenerima apa yang diajarkan guru atau orang ta yang sifatnya abstrak secara cepat.Beberapa upaya yang
diperlukan anak usia dini dalam mengenal dakwah :1. Belajar Al-Qur’an mulai dari Iqrak2. Menanamkan
pendidikan ma’rifaturrasul (mengenal rasulullah) sejak diniagar anak memiliki teladan yang mampu
menjadi pemandu dalamhidupnya.3. Menanamkan tarbiyah akhlaqiyah wa sulukiyah4. Mengajarkan anak
untuk selalu berdoa dalam setiap aktivitas sehari hariB. RemajaBeberapa upaya yang diperlukan remaja dalam
ajaran dakwah:1. Mengenal karakterisktik remaja secara umum dan keunikan remaja secarakhusu sebagai
individu.2. Memahami dan mendengar keluh kesah dari mereka untuk mendapatkansolusi atas upaya dalam
berdakwah.3. Berdialog bertukar pikiran dan perasaan, guna mendorong mereka untukemnggunakan akal dan
hati secara sehat.C. DewasaBeberapa upaya yang diperlukan dewasa dalam ajaran dakwah :1. Dilibatkan
dengan pengajian atau ceramah2. Diajak diskusi agar pengetahuan seorang dewasa dapat dicakupi
dandisesuaikan dalam praktek kehidupannya.D. Lanjut UsiaBeberapa upaya yang diperlukan lanjut usia dalam
ajaran dakwah:1. Bimbingan mental spiritual2. Majlis Ta’lim / Sarwaan
4. Dalam psikologis, agama lahir sebagai refleksi jiwa manusia yang lemahdalam menghadapi
tantangan hidup, sementara agama menyediakan simtempenyembahan kepada kekuatan yang lebih
agung daripada manusia, yang bisamengatur dan menguasai jalannya alam semesta. Dengan demikian
dapat dipahamibahwa agama merupakan suatu pengakuan manusia tehadap suatu kekuatan yanglebih
tinggi dan berkuasa daripa dirinya sendiri yang menguasai alam semesta sebagaipediman hidup dan kehidupan
di dunia dan di akhirat.Jadi agama merupakan pembinaan mental pada diri seseorang, sulit mencapaihasil
tanpa menanamkan jiwa keagamaan pada diri sesorang, karena agamamerupakan nilai yang akan
mampu mengontrol dan mengendalikan diri seseorang.Mental ang sehat merupakan cerminan dari keimanan
dan ketakwaan kapada AllahSWT, dan mental yang seperti inilah yang akan membawa perbaikan hidup
dalammasyarakat dan bangsa
SOAL UAS
1. Jelaskan pengetian psikologi dan agama? Bagaimana keduanya bisa memiliki hubungan
dalam konteks keilmuan?
2. Ada lima aspek utama pembentuk Mental/ Kepribadian seseorang. Salah satu dari lima
aspek tersebut adalah Agama. Jelaskan bagaimana peran Agama dalam pembentukan
mental/ kepribadian seseorang.
3. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang Psikologi Do’a serta manfaat dalam
mempelajarinya?
4. Jelaskan sejarah singkat lahirnya psikologi agama di barat, dan di indonesia?
Kunci jawaban :
1. Psikologi agama merupakan cabang ilmu psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam
hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan pengaruh
usia masing-masing.[1][2] Upaya untuk mempelajari tingkah laku keagamaan tersebut dilakukan melalui
pendekatan Psikologi.[1][2] Tegasnya psikologi agama mempelajari dan meneliti fungsi-fungsi jiwa yang memantul
dan memperlihatkan diri dalam prilaku dan kaitannya dengan kesadaran dan pengalaman agama manusia.
[1]
Psikologi agama berbeda dari cabang-cabang psikologi yang lainya, karena dihubungkan dengan dua bidang
pengetahuan yang berlainan.[3] Sebagian harus tunduk kepada agama dan sebagian lainnya tunduk kepada ilmu
jiwa (psikologi).[3] Sebagaimana telah diketahui bahwa psikologi agama sebagai salah-satu cabang dari psikologi,
merupakan ilmu terapan
2. . Agama sebagai kebutuhan fitrah manusia Secara naturalisatik manusia membutuhkan Allah sebagai Tuhan atau
beragama. Fitrah agama ini menjadi kebutuhan dasar manusia, karena fitrah ini yang membedakan manusia
dengan hewan. Agamalah yang telah mencetak manusia menjadi beretika dan berada. Agamalah yang yang telah
mendidik manusia menjadi berilmu sehingga meletakkan manusia dalam derajat yang tinggi. Tanpa agama
manusia dapat bertindak seperti hewan. 2. Kemerdekaan manusia Manusia adalah makhluk sosial yang
membutuhkan kemerdekaan dalam berinteraksi dalam lingkungannya. Kemerdekaan disini dimaksudkan bahwa
manusia dalam membina hubungan sesama manusia harus diwujudkan dengan memperhatikan kepentingan orang
lain, dengan cara megikuti aturan-aturan demi kepentingan bersama. Agama memberikan kebebasan kepada
manusia untuk berinteraksi dengan sesama manusia selama tidak melanggar koridor agama. Agama 4 Clifford
Greertz, Religion and as a Cultural System in M. Banton (ed) Antropologycal Approaches to the Study of
Religion, (London, Ravistock, 1966). 5 Fadloli dkk, Penddikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum,
(Malang: Aditya Media Publishing, 2014), 6 Fauzan Peran Agama dalam Pembentukan Karakter Manusia pada
Lembaga Pendidikan 1107 berfungsi sebagai pengendali yang mengarahkan manusia ke arah kebaikan. Adanya
peraturan yang tertuang dalam bingkai agama bukan mempersempit ruang gerak manusia, tetapi untuk
memudahkan langkah manusia dalam langkahnya. 3. Agama sebagai obat kegelisahan hati Manusia senantiasa
bergejolak dengan perkembangan zaman yang menuntut banyak hal dalam hidupnya. Gejolak hidup itu
dirangsang oleh kekuatan hawa nafsu dengan pelbagai keinginan yang ingin dicapai secara logika. Kekuatan
hawa nafsu dapat mengantarkan manusia pada dataran kebimbangan yang memungkinkan manusia mengambil
jalan pintas ketika dihadapkan dengan persoalan hidup. Nah, agama dapat menjadi piranti kekuatan yang dapat
membendung manusia dalam situasi kegelisahan seperti ini. 4. Untuk mendapatkan kebahagiaan (ridla Allah)
Orientasi hidup manusia pasti menuju kepada kebahagiaan. Kebagaiaan itu tidak memiliki standar tertentu karena
substansi kebahagiaan dapat melahirkan makna yang berbeda antara satu orang dengan lainnya. Ada yang
beranggapan bahwa materi menjadi salah satu standar kebahagian hidup. Ada pula yang dapat menikamati hidup
dengan penuh tenang, damai dan sejahtera walau hidup dalam keterbatasan karena mereka yang hidup dalam
kondisi demikian dapat menikmati keterbasan tersebut sebagai sebuah nikmat. Sementara ada pihak lain yang
tidak mendapat kebahagiaan walaupun bergelimang materi karena materi tidak dapat memberikan jaminan
kesenagan hidup. Agama memberikan ruang tersendiri bagi semua pihak untuk meraih kebahagiaan baik yang
miskin, yang kaya, yang berpangkat, atau lainnya karena agma memberikan etika untuk menjalani hidup ini
dengan penuh tanggung jawab. Mematuhi koridor agama pastinya akan memberikan kebahagian dalam diri
manusia. 5. Mempertahankan martabat manusia Manusia adalah makhluk cipataan Allah yang paling sempurna.
Salah satu keistimewaan manusia adalah dengan dianugerahi akal yang membedakan manusia dengan makhluk
lainnya. Tanpa agama, manusia akan terjerembab ke dalam jurang kenistaan, karena manusia akan mudah
terpengaruh oleh kekuatan hawa nafsu yang senantiasa mengajaknya ke lorong kehinaan. Agama yang membekali
manusia FIKROTUNA; Jurnal Pendidikan dan Manajemen Islam Volume. 9, Nomor. 1, Juli 2019 1108 dengan
kekuatan iman dan amal shaleh dapat mengangkat martabat manusia mejadi pribadi yang dihormati dan
dimulyakan baik oleh sesama maupun oleh Allah.
3. Psikologi merupakan sebuah disiplin ilmu dan terapan yang mempelajari mental dan perilaku secara ilmiah.
Psikologi memiliki tujuan langsung untuk memahami individu dan kelompok dengan memperhatikan prinsip
pribadi dan meneliti kasus spesifik.
4. Menurut sejarah perkembangan ilmu Psikologi, munculnya psikologi agama sebagai salah satu cabang dari ilmu
Psikologi didahului dengan lahirnya ilmu Psikologi itu sendiri. Sementara itu lahirnya ilmu Psikologi sebagai
suatu ilmu yang mandiri terjadi pada abad ke-19, yaitu pada tahun 1879 yang ditandai dengan berdirinya
laboratorium Psikologi yang pertama di dunia. Laboratorium psikologi tersebut didirikan oleh Whiliam Wundt
(1832-1920) dari Universitas Leipzig, Jerman. Wundt mendirikan laboratorium psikologi untuk merancang dan
memanfaatkan metode eksperimental yang disesuaikan untuk studi tentang Modul Psikologi Agama 14 berbagai
perilaku manusia. Dan setelah laboratorium psikologi dinyatakan berhasil melakukan penelitian eksperimental
tentang berbagai perilaku manusia, maka segera menyusul pendirian laboratorium serupa diberbagai negara. Pada
akhir abad ke-19 ilmu psikologi dinyatakan sebagai ilmu yang mandiri dan siap berkembang bersama dengan
bidang keilmuan yang lainnya. Sementara itu di dunia Barat ketika ilmu Psikologi terus berkembang dan semakin
mendapatkan pengakuan dari berbagai kalangan ilmuwan dan masyarakat dunia, agama tidak mendapatkan
perhatian secara khusus sebagai suatu cabang ilmu yang dapat dikaji secara ilmiah. Lemahnya perhatian para
ilmuwan terhadap kajian agama disebabkan oleh adanya pembatasan dari kaum agamawan tentang perbedaan
wilayah kajian ilmu dan agama. Selain itu, kebanyakan orang masih memandang agama sebagai sesuatu yang
dapat mengatasi masalah atau berada diatas teknik psikologi. Tepatnya, agama dipandang sebagai bidang suci
yang tabu untuk dikaji secara ilmiah. Untuk itu, menurut mereka penjelasan dan penyelesaian tentang agama
seharusnya dicari dari sumber-sumber adikodrati (kitab suci). Kondisi semacam ini menyebabkan psikologi
agama tidak berkembang, atau bahkan tidak dikenal sama sekali. Sedangkan pengkajian Psikologi Agama di
dunia Timur (Islam) telah dikenal sebelum dunia barat mengkajinya. Hal ini, bisa dilihat dari beberapa buah karya
para ilmuan Islam yang membahas tentang dinamika kegamaan dan psikologis seseorang. Seperti buah karya Ibnu
Tufail (1110-1185 M) dan juga Al-Ghazali (1059-1111 M) dalam tulisan-tulisannya telah membahas tentang
Psikologi yang dibahas di dunia Barat. Buku Hay Ibn Yazan karya Ibnu Tufail membahas masalah proses
pertumbuhan dan perasaan agama dari seorang anak yang dilahirkan di pulau terpencil. Demikian juga Imam Al-
Ghazali dalam karyanya yang berjudul Al-Munqiz Mina Al- Dholal (penyelamat dari kesesatan) yang banyak
membahas tentang dimensi psikologis dan keagamaan seseorang. Pada era yang sama, kebebasan pemikiran di
dunia Timur (Islam) lebih berkembang daripada di dunia Barat, namun dalam perkembangannya Sejarah
Psikologi Agama 15 kemudian dunia Islam mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan karena sulitnya mencari
kitab-kitab klasik setelah Daulah Islamiyah di Baghdad dikalahkan dan kitab-kitab klasiknya banyak yang
dimusnahkan. Selain itu, para pemikir Islam banyak yang disibukkan dengan urusan politik dan pembebasan diri
dari belenggu penjajahan. Setelah negara-negara Islam banyak yang merdeka, baru kemudian diketahui bahwa
buku-buku (kitab-kitab) klasik yang ditulis para pemikir Islam telah berpindah ke dunia Barat.