(PAUD4104)
MAKALAH
MODUL 5. PERKEMBANGAN MORAL DAN AGAMA PADA
ANAK USIA 4 – 6 TAHUN
&
MODUL 6. TEORI – TEORI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
KOGNITIF
DOSEN PENGAMPU: IBU RIZKI NOOR HAIDA, S. Pd, M. Pd
Di Susun Oleh:
KELOMPOK IV
ADHIMAH NIM 858294247
BATINAH NIM 858294222
DEFI DAHLIANI NIM 858295073
MUHSINAH NIM 858294469
QOLYUBI NIM 858294254
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah swt atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Modul 5
Perkembangan Moral Dan Agama Pada Anak Usia 4 – 6 Tahun” dan Modul 6
Teori – Teori Psikologi Perkembangan Kognitif”. Penulis sangat berharap makalah
ini memberikan manfaat didalam perkuliahan Program Studi Pendidikan Anak Usia
Dini Universitas Terbuka.
Makalah ini disusun sedemikian agar mudah dibaca dan dimengerti serta
makalah ini dikutip dari sumber utama bahan perkuliaan Psikologi Perkembangan
Anak yang membahas mengenai Perkembangan Moral Dan Agama Pada Anak
Usia 4 – 6 Tahun” dan Teori – Teori Psikologi Perkembangan Kognitif. Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
Modul 5 Perkembangan Moral Dan Agama Pada Anak Usia 4- 3
6 Tahun
Kb 1 Perkembangan Moral Dan Agama Anak Usia 4-6 3
Tahun
Kb 2 Karakteristik Dan Kompetensi Anak Usia 4-6 Tahun 7
Berdasarkan Perkembangan Moral
Modul 6 Teori-Teori Psikologi Perkembangan Kognitif 9
Kb 1 Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dan Vygotsky 9
Kb 2 Perkembangan Dan Kegiatan Pembelajaran yang 15
Menunjang Aspek Kognitif Anak Berusia 4 – 6 Tahun
Daftar Pustaka 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan nilai agama dan moral anak usia 4 – 6 tahun?
2. Bagaimana karakteristik dan kompetensi anak usia 4 – 6 tahun berdasarkan
perkembangan moral?
3. Bagaimana teori perkembangan kognitif menurut Piaget dan Vygotsky?
4. Bagaimana perkembangan dan kegiatan pembelajaran yang menunjang
aspek kognitif anak usia 4 – 6 tahun?
C. Tujuan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Perkembangan Anak yang akan disajikan dalam bentuk diskusi dan presentasi
kelompok. Diharapkan dari diskusi yang dilakukan mahasiswa mendapat lebih
banyak informasi yang diperlukan melalui bertukar wawasan dan pengalaman
baik dari sesama mahasiswa maupun dari saran dan masukan yang diberikan
oleh dosen pengampu. Selain itu, dalam penyusunan makalah ini diharapkan
dapat:
1. Menjelaskan perkembangan nilai agama dan moral anak usia 4 – 6 tahun
2. Menjelaskan karakteristik dan kompetensi anak usia 4-6 tahun berdasarkan
perkembangan moral
3. Menjelaskan tentang teori kognitif oleh Piaget dan Vygotsky
4. Menjelaskan tentang perkembangan dan kegiatan pembelajran yang
menunjang aspek kognitif anak usia 4-6 tahun
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
merupakan interaksi sosial yang dialami oleh anak dengan orang tua dan
anggota masyarakat.
2. Kognisi
Pada pendekatan kongnisi, perkembangan moral pada diri anak lebih
banyak ditekankan pada perilaku bertanggungjawab terhadap diri sendiri
dalam menghadapi berbagai situasi, sehingga anak dapat membuat
kepercayaan moral dan nilai mereka sendiri.
3. Emosi
Anak cenderung bertingkah laku sesuai dengan norma, terutama
untuk menghilangkan rasa cemas yang timbul. Ada emosi yang
memunculkan rasa menyenangkan–seperti rasa sayang, kedekatan,
simpati, dan empati dan tidak menyenangkan–seperti malu, rasa bersalah,
dan cemas. Emosi-emosi ini membantu anak untuk berperilaku sesuai
aturan. Menurut ahli, perkembangan dan perilaku moral melibatkan
kognisi, sosial dan emosi sehingga membentuk perilaku moral pada anak
yang dapat digambarkan melalui diagram dibawah ini:
Perilaku anak terbentuk
melalui pengamatan dan
meniru suatu perilaku yang
dilakukan sebelumnya. Sikap
yang ditampilkan individu
merupakan hasil interaksi dari
kemampuan berpikir dan
pengetahuan (kognisi), Diagram Teori Sosiokognitif
4
penghargaan dan hukuman yang akan mereka terima, serta menunda
pemuasan atau keinginan perasaannnya sendiri. Teori perkembagan moral
usia 4-6 tahun dicetuskan oleh Lawrence Kolberg. Menurut Kolberg,
individu mengalami tahapan perkembangan moral yang terjadi secara
berurutan. Setiap tahap akan menjadi landasan terhadap tahapan
selanjutnya, dengan keadaan yg terintegrasi dan aturan moral yang
terbentuk lebih logis dibanding tahap sebelumnya. Kolberng
mengelompokkan tahapan-tahapan menjadi tiga tingkatan moral yaitu:
siswa SD
Orientation
tingkat akhir,
Orientasi berdasarkan otoritas,
sejumlah
aturan pasti, dan pemeliharaan
siswa SMP, Authority and
aturan social. Perilaku benar terdiri
dan banyak Social Order
atas tugas yang telah dilaksanakan,
siswa SMU Maintaining
menunjukkan rasa hormat pada
Orientation
otoritas, dan mempertahankan aturan
sosial.
The Social- Perilaku benar cenderung
Contract didefinisikan sebagai hak umum dan
Post-konvensiional
5
2. Perkembangan Agama
Pada anak usia dini, perkembangan agama identik dengan
pemahamannya akan Tuhan, yaitu bagaimana mereka memahami
keberadaanTuhannya. Secara umum bayangan anak terhadap Tuhan
berubah mulai dari yang bersifat fisik, semi-fisik sampai akhirnya abstrak.
a. Tahap 1; Berlangsung dalam 2 tahun kehidupan. Pada masa ini,
pemahaman anak akan Tuhan masih belum jelas.
b. Tahap 2; Berlangsung pada 10 tahun pertama kehidupan. Menurut
anak-anak Tuhan memiliki karakter yang menyenangkan.
6
4. Isu – Isu Dan Dilema Moral;
Dimana anak mengembangkan kemampuan moral ketika mereka
dihadapkan pada dilema moral yang tidak dapat diatasi sesuai dengan
perkembangan moral mereka. Oleh karena itu dibutuhkan penalaran dan
pemahaman sehingga mereka mendapatkan kemampuan untuk bertingkah
laku sesuai dengan perkembangan moral yang lebih tinggi.
7
4. Emosi yang berkaitan dengan perilaku moral yang berkembang di masa
usia dini;
Dimana emosi yang memperkuat pemahaman anak mengenai aturan benar
dan salah.
5. Secara bertahap anak mulai memperhatikan variabel–variabel
‘kesempatan’ dalam evaluasi perilaku mereka;
Dimana anak mulai dapat bernalar secara fleksibel dan abstrak mengenai
isu moral sejalan dengan perkembangan usia mereka.
8
MODUL 6 TEORI – TEORI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN KOGNITIF
9
disebut sebagai operasi (operation). Skema tersebut akan mengarahkan
anak menuju cara berpikir yang lebih canggih dan logis.
Perolehan pengetahuan anak akan semakin bertambah karena
melakukan percobaan, penemuan baru, dan modifikasi cara berpikir yang
sudah mereka miliki. Bagaimana cara anak untuk memperlakukan
informasi baru dengan mempertimbangkan apa yang telah mereka ketahui
disebut sebagai adaptasi (Adaptation). Adaptasi dapat dibedakan menjadi:
a. Asimilasi (Assimilation), merupakan istilah yang merujuk pada
peleburan informasi baru kedalam struktur kognitif yang sudah ada.
Seseorang dikatakan melakukan proses adaptasi melalui asimilasi,
jika menggabungkan informasi baru yang di terima ke dalam
pengetahuan yang telah ada. Contoh asimilasi kognitif: Nabil
mengetahui bahwa binatang berkaki empat itu kucing, maka pada saat
melihat binatnag lain yang berkaki empat, Nabil akan menyebutnya
sebagai kucing juga.
b. Akomodasi (Accomodation), merupakan istilah yang merujuk pada
perubahan yang terjadi pada sebuah struktur kognitif dalam rangka
menampung informasi baru. Jadi, dikatakan akomodasi jika individu
menyesuaikan diri dengan informasi baru. Melalui akomodasi ini,
struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang mengalami
perubahan sesuai dengan rangsangan-rangsangan dari objeknya.
Contoh: Ketika Nabil melihat hewan berkaki empat yang disebut
sebagai kucing, ibu Nabil melihat dan memperbaiki pengetahuan yang
dimiliki Nabil dengan mengatakan, “bukan nak … itu anjing. Lihat
badannya dan dengarkan suaranya …”
Anak membutuhkan adanya pengalaman baru agar terjadi proses
modifikasi skema sehingga kemampuan individu mempertahankan
keseimbangan antara pemahaman dan pengalaman baru sehingga mampu
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya disebut sebagai ekulibrasi
(equilibrium). Untuk mencapai ekulibrasi, anak mengalami kondisi
disekulibrium (disequilibrium), dimana anak mencocokkan pengalaman
baru berdasarkan pengamatan baru sehingga masuk akal.
10
Menurut Piaget, perkembangan kognitif terdiri atas stages/tahapan.
Tahapan ini merupakan suatu periode waktu, dimana cara berpikir dan
perilaku anak dalam situasi yang beragam untuk menggambarkan strukstur
mental tertentu yang mendasari. Tahapan ini memiliki karakteristik antara
lain:
a. Tahapan merupakan keseluruhan yang terstruktur dalam keadaan
ekuilibrium. Perpindahan antara satu tahap ke tahap berikutnya
mencakup perubahan structural yang bersifat kualitatif
b. Setiap stage diperoleh, ditambahkan dan ditransformasikan dari tahap
sebelumnya dan menuju ke tahap berikutnya.
c. Setiap stage mengikuti urutan yang tidak berubah dengan kata lain
tidak ada satu tahapan yang terlompati.
d. Setiap stage bersifat universal yang artinya semua anak memiliki
tahapan yang sama
e. Tiap – tiap stage mencakup a coming into being and a being. Ada
masa persiapan dan masa akhir yang akan dicapai dalam setiap
tahapan.
11
B. Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky
1. Orientasi Umum Teori Vygotsky
Menurut Vygotsky perkembangan kognitif tergantung pada
pengetahuan anak, gagasan, sikap, dan nilai yang terjadi melalui interaksi
lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang disebut sebagai
sociocultural perspective atau sociohistorical. Dia juga percaya bahwa
orang dewasa dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak dengan
melibatkan mereka ke dalam kegiatan-kegiatan yang menantang dan
memiliki arti.
Vygotsky berpendapat jika proses berpikir berakar dari hubungan
social yang dilalui anak dengan orang-orang lain. Saat proses aktifitas
sosial berkembang, maka aktifitas mental internal terjadi, hal ini disebut
sebagai internalisasi.
Sejalan dengan perkembangannya, anak akan menginternalisasi
proses yang digunakan dalam konteks sosial secara independent yang
dikenal sebagai intramental atau within minds. Vygotsky juga mengakui
adanya faktor–faktor biologis yang memainkan peranan dalam
perkembangan individu karena setiap anak membawa karakter dan
kecenderungan tertentu.
Selain itu, bahasa juga turut berperan dalam perkembangan kognitif
anak. Dimana saat berpikir dan berbahasa dimulai, maka akan muncul
kemampuan berbahasa. Hal ini dikenal sebagai self–talk/private speech.
Berbicara sendiri/self–talk pada akhirnya akan mengembangkan
kemampuan bicara dalam hati/inner speech yaitu secara mental bicara
pada diri sendiri yang tidak didengarkan orang lain dengan tujuan
mengarahkan diri sendiri secara verbal untuk menyelesaikan tugas – tugas
dan aktifitas. Dua hal tersebut diatas merupakan bagian dari internalisasi.
2. Interaksi Sosial Dan Belajar Pada Anak Usia 4 – 6 Tahun.
Dalam interaksi antara anak – anak dan orang dewasa, mereka saling
berbagi pengertian berkaitan dengan objek, kejadian ataupun pengalaman.
Beberapa pengertian disampaikan melalui cara yang beragam, seperti
melalui lisan dan tulisan, seni dan teknologi, dan sebagainya. Ini berarti
12
anak secara bertahap melakukan internalisasi budaya yang ada dalam
bentuk kata – kata, konsep, simbol, dan bentuk representasi lainnya.
Selain itu, pendidikan formal juga merupakan tempat bagi guru
untuk menanamkan ide–ide, konsep, istilah berdasarkan disiplin akademik
yang dilakukan secara sistematis kepada anak.
Vygotsky menekankan pentingnya anak menemukan sendiri
pengetahuan (informasi) yang ada di lingkungannya. Selain itu, dia juga
melihat pentingnya orang dewasa yang membantu menerangkan temua-
temuan yang diperoleh anak. Dengan bantuan orang lain, dapat
memberikan gambaran keakuratan mengenai kemampuan anak
berbanding jika anak melakukannya sendiri. Bekerjasama dengan orang
lain akan memberikan kesempatan bagi anak untuk merespon terhadap
contoh – contoh, saran – saran, komentar, pertanyaan dan tindakan orang
lain.
Untuk membedakan kemampuan atau perolehan yang dimiliki anak,
maka dapat dibedakan menjadi dua yaitu: (1) tingkat kemampuan aktual;
yakni kemampuan yang mengacu pada batas kemampuan yang dapat
dicapai anak dalam melakukan tugas atau memecahkan masalah tanpa
dibantu orang lain / dilakukan secara mendiri, dan (2) tingkat kemampuan
potensial; yakni mengacu pada batas kemampuan tertinggi yang dapat
dicapai anak saat memecahkan masalah dan melakukan tugas dengan
dibantu orang lain yang lebih kompeten.
Dengan melihat dua kemampuan tersebut, maka dapat dilihat selisih
hasil atau jarak yang dicapai ketika anak menyelesaikan tugas sendiri
dengan ketika dia mendapatkan bantuan dari orang lain, hal ini disebut
sebagai daerah perkembangan terdekat (zone of proximal development).
Vygotsky yakin bahwa pembelajaran terjadi apabila anak belajar
atau bekerja pada daerah perkembangan terdekat (zone of proximal
development) mereka. Tugas yang berada pada daerah perkembangan
terdekat (zone of proximal development) merupakan tugas–tugas, yang
mana anak belum dapat memahami sendiri tetapi dapat menangani tugas –
tugas itu dengan bantuan teman atau orang dewasa.
13
Dalam proses membangun dan meniti pengetahuan, ketika anak
mengalami kesulitan dan orang dewasa membantu, maka proses ini
disebut scaffolding. Dengan kata lain, scaffold merupakan suatu bentuk
struktur kognitif dimana anak memanjat secara perlahan-lahan dari satu
zona (ZPD) ke arah yang lebih tinggi. Keterampilan scaffolding dapat
dilatih oleh guru dengan mempertajam dan meningkatkan kemampuan
dalam mengobservasi anak, memahami kemampuan belajar anak, dan
mampu mempertimbangkan tingkat pencapaian yang ingin diberikan
kepada anak.
Kegiatan bermain dapat meningkatkan kemampuan anak, oleh
karena itu, proses pembelajaran di dalam kelas dapat dilakukan melalui
kegiatan bermain agar anak memperoleh pengetahuan. Dalam proses
bermain, anak belajar menggunakan pikirannya. Mereka mulai
membedakan objek dalam konteks representasi internal dan objek
eksternal. Selain itu, dalam kegiatan bermain anak juga mempraktikkan
keterampilan-keterampilan yang diperlukan, yang ditiru dari perilaku
orang dewasa disekitarnya. Permainan disekolah sebaiknya dilakukan
sebagai berikut:
a. Ruang kelas dibagi dalam area – area kecil, misalnya sudut boneka,
sudut main peran, sudut seni, dll
b. Menggunakan mainan yang ada di kehidupan nyata dan mainan yang
dapat memancing kemampuan imajinasi anak, seperti mobil-mobilan,
boneka, balok, lego, dan lain-lain.
c. Mainan disediakan dalam jumlah yang cukup yakni tidak terlalu
sedikit agar tidak berebut, dan tidak terlalu banyak agar terjadi proses
saling berbagi dan bermain bersama
14
yang ekuilibrum. Saat proses ini terjadi, terbentuklah hubungan baru pada saraf
(sinap) antara otak kiri dan otak kanan. Jadi, faktor kematangan berpengaruh
pada perkembangan seorang anak, dimana anak mampu mengkonstruk
pengetahuan yang ada di lingkungan. Dengan kata lain, otak manusia tumbuh
dari hasil belajar dan pangalaman. Oleh karena itu, anak harus banyak diberi
kesempatan untuk mengalami hal-hal baru
Pada tahap ini, cara berpikir anak lebih representasional, dimana mereka
berpikir lebih cepat dan fleksibel, sehingga anak lebih mudah dalam
mengkonstruksi ide-ide yang dimiliki. Dengan kata lain, dalam proses berpikir
dapat diekspresikan dengan menggunakan bahasa. Meskipun begitu, pada
tahap praoperasional ini, ada beberapa karakteristik yang menunjukkan
keterbatasan anak antara lain:
15
2. Rasa bingung antara kejadian fisik dan psikologis (semilogical reasoning),
dimana anak mencoba untuk menerangkan kejadian alam dengan kejadian
manusia.
3. Ketidakmampuan melakukan konservasi (lack of conservation), dimana
anak percaya bahwa perubahan jumlah akan terjadi bila mengalami
perubahan bentuk
4. Ketidakmampuan untuk mempbalikkan kejadian (irreversibility), dimana
anak tidak mampu membalikkan secara mental serangkaian kejadian,
transformasi, atau Langkah-langkah penalaran
5. Lebih mempercayai persepsi dibandingkan logika, dimana anak lebih
melihat pada apa yang Nampak saat mengambil kesimpulan
6. Centration, dimana anak hanya akan meliahta satu sisi / ciri, pada saat ada
dua tau lebih dimensi yang berbeda.
7. Klasifikasi tunggal (single classification), dimana anak mampu
mengelompokkan objek dalam satu sudut pandang saja
8. Berpikir Transduktif (transductive reasoning), yaitu penalaran yang
melibatkan kombinasi fakta – fakta yang tidak saling berhubungan.
16
prinsip dasar yang dapat dikembangkan untuk mengenalkan anak kepada
konsep berhitung sebagai berikut:
1. The One – One Principle; dalam mengembangkan kemampuan berhitung
pada anak, angka yang hendak diajarkan disebutkan semua satu persatu,
tanpa pengulangan, pengurangan atau perhentian. Misalnya menghitung
dari satu sampai lima maka disebutkan semua angka: satu, dua, tiga, empat,
lima
2. The Stable – Order Principle; berdasarkan prinsip ini, hendaknya
mengajarkan anak menghitung jumlah maka urutan satu, dua, tiga, dan
seterusnya harus diucapkan dengan benar sesuai dengan urutannya.
3. The Cardinal Principle; guru harus ingat selalu mengulang angka terakhir
atau jumlah benda yang dihitung. Misalnya menghitung 3 apel maka satu,
dua, tiga apel. Prinsip ini menekankan pada angka 3 tersebut.
4. The Order Irrelevance Principle; membiasakan anak dalam perhitungan
menggunakan benda tidak terpaku pada bendanya, melainkan terbiasa
dengan angka 1. Misalnya menghitung buah apel, jeruk, mangga atau
urutan lainnya
17
3. Konsep Waktu; pada usia ini, anak sudah harus dikenalkan pada konsep
waktu dan keteraturan, seperti waktu konsisten atau jadwal yang
digunakan di sekolah contohnya hari ini, besok, kemaren, sebelum ia
berangkat sekolah dan sebagainya.
4. Konsep Spasial; konsep spasial menghubungkan antara orang dan benda,
saat mereka bergerak dan menggunakan ruangan yang ada di sekitarnya.
Misalnya berdiri di depan meja, berlari mengelilingi karpet.
18
BAB III
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20