Untuk pertama kalinya proyek pembangkit listrik tenaga gas metana batubara (Coal
Bed Methane/CBM) di Indonesia dikembangkan untuk membantu negara ini
memenuhi kebutuhan listrik yang terus tumbuh
Jakarta, 5 November 2010 -- Perusahaan pengelola gas metana batubara atau coal bed
methane (CBM) terkemuka di Indonesia, Ephindo pada hari ini mengumumkan
penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan GE (NYSE: GE) yang telah
dilaksanakan bulan lalu untuk bersama mengembangkan sebuah proyek percontohan
pembangkit listrik. Proyek yang akan menggunakan cadangan CBM negara yang
besar dalam menghasilkan listrik ini akan menggunakan generasi teknologi
pembangkit listrik yang lebih bersih. Melalui proyek baru ini, diharapkan dapat
membantu mengakhiri pengunaan bahan bakar diesel sebagi bahan bakar utama dalam
mengoperasikan pembangkit listrik di daerah tersebut. Proyek ini untuk pertama
kalinya dilakukan di Indonesia dan merupakan bagian dari strategi GE untuk
berinvestasi di daerah-daerah kaya sumberdaya di Indonesia untuk dapat lebih cepat
memenuhi kebutuhan pelanggan. Melalui kerjasama dengan Ephindo, dalam
pembangunan proyek percontohan 1-megawatt (MW) pembangkit listrik tenaga
CBM, GE akan menggunakan teknologi mesin gas Jenbacher dalam mendukung
Indonesia mencapai tujuan lingkungan dan efisiensi energi.
Total kebutuhan energi di Indonesia tumbuh sekitar tujuh persen setiap tahunnya, dan
hingga saat ini, sebesar 40 persen pembangkit listrik di negara ini masih
menggunakan bahan bakar diesel. Dengan cadangan CBM ketiga terbesar di dunia,
pemerintah Indonesia berencana untuk lebih memfokuskan penggunaan sumber daya
ini untuk mengurangi ketergantungan negara terhadap bahan bakar bersubsidi.
"Sejak 2004, Indonesia telah menjadi negara pengimpor minyak, namun meskipun
pada saat ini Indonesia merupakan negara eksportir gas alam cair ketiga terbesar di
dunia, persediaan gas domestik konvensional diproyeksikan akan berkurang pada
2020. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia saat ini giat mendorong para investor
untuk melakukan komersialisasi CBM untuk pembangkit tenaga listrik," kata Sammy
Hamzah, CEO Ephindo. "Teknologi terdepan dan keahlian GE dalam industri ini
menjadi sangat penting untuk menentukan keberhasilan proyek ini, yang tentunya
juga akan mendukung tujuan negara dalam mengurangi ketergantungan terhadap
bahan bakar bersubsidi dan membantu mendiversifikasi lebih luas lagi kebutuhan
energi primer Indonesia, tidak hanya berupa produk bahan bakar minyak impor."
Penandatangan MoU ini disaksikan oleh Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan
dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Luluk
Sumiarso dan Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Federal Jerman, Eddy
Pratomo, di Berlin, Jerman.
Hingga saat ini, di seluruh dunia, sebanyak 200 unit GE Jenbacher, dengan total
kapasitas lebih dari 400 MW, beroperasi dengan menggunakan CBM dan
menghasilkan lebih dari 3 juta MWh per tahun - yang mampu menghemat listrik
setara dengan 830 juta meter kubik gas alam per tahunnya. Jumlah ini cukup untuk
mengaliri listrik untuk 2,2 juta rumah di Indonesia.
Program pengeboran empat tambang diperkirakan untuk dimulai bulan ini dan
beroperasi secara komersial pada kuartal ketiga 2011. Pada waktunya, proyek
pembangkit listrik bertenaga CBM ini diharapkan akan terhubung dengan jaringan
listrik PLN (Perusahaan Listrik Negara) untuk meningkatkan aliran listrik di daerah-
daerah terpencil.
Gas metana batubara atau CBM terjadi secara alami dalam cadangan batubara, dan
sebagian besar terdiri dari gas metana yang merupakan komponen utama gas alam.
Dibandingkan dengan gas alam, CBM terbakar dengan lebih efisien dan dinilai lebih
hemat dalam proses produksi. Potensi CBM di Indonesia yang tersimpan diperkirakan
mencapai 450 triliun kaki kubik (1.476 triliun meter kubik) atau hampir tiga kali lipat
jumlah simpanan gas alam Indonesia pada saat ini.
Ephindo memperoleh kontrak bagi hasil untuk produksi CBM di Indonesia yang
pertama pada Mei 2008 yang segera disusul dengan yang lainnya. Untuk Amerika dan
Australia, CBM telah menjadi bagian yang sangat penting, kini CBM akan memulai
debutnya di Indonesia dengan Ephindo sebagai pelopornya. Serupa dengan negara-
negara lainnya, seperti India dan Cina, Indonesia mulai memanfaatkan sumber energi
masa depan ini.
Pengumuman ini melanjutkan rangkaian aksi terkini dalam bisnis GE Energy selama
beberapa minggu terakhir yang bertujuan memperkuat kehadiran kami secara
menyeluruh di bidang energi global. Pada 1 Oktober, GE mengumumkan pembelian
Calnetix Power Solution, yang memperluas kemampuan GE untuk menggunakan
kembali limbah panas dari proses industri untuk pembangkit listrik. Pada 6 Oktober,
GE mengumumkan akuisisinya terhadap Dresser Inc., sebuah perusahaan penyedia
teknologi dan layanan infrastruktur energi global. Pada 19 Oktober, GE
mengumumkan pengembangan mesin J920, mesin gas pembangkit listrik yang terbaru
dan lebih besar. Dengan efisiensi energi sebesar 48,7 persen dan hasil sebesar 9,5
MW, mesin baru ini adalah yang paling efisien di kelasnya dan telah meningkatkan
kepemimpinan teknis GE di mesin gas pembangkit listrik.
Tentang GE
Sumber: https://www.genewsroom.com/press-releases/indonesia-meningkatkan-komitmennya-
untuk-pengembangan-gas-metana-batubara