Anda di halaman 1dari 29

CRITICAL BOOK REVIEW :

M.K METODE PENELITIAN


ANTROPOLOGI

Skor Nilai:

METODE ETNOGRAFI ( JAMES.P.SPARDLEY )

DISUSUN OLEH :

Nama : Yosie Mutiara Siahaan


Nim : 3203122023
Kelas : C Antropologi 2020
Mata Kuliah : Metode Penelitian Antropologi
Dosen.Pengampu : Drs. Ratih Baduri, M.Si

FAKULTAS ILMU SOSIAL


PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hal yang pertama kali penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmatnya lah penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas
Critical Book Report ini. Critical Book Report ini penulis buat guna menyelesaikan pada
mata kuliah “Metode Penelitian Antropologi”. Semoga Critical Book Report ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.

Penulis sangat menyadari bahwa Critical Book Report ini masih jauh dari kata
sempurna karena banyaknya kesalahan yang terdapat dalam Critical Book Report ini seperti
penggunaan bahasa yang kurang baku,tanda baca yang tidak tepat dan lain sebagainya. Oleh
karena itu,dengan kerendahan hati penulis meminta maaf. Penulis juga mengharapkan kritik
dan saran yang dapat membangun guna memperbaiki dan menyempurnakan tugas Critical
Book Report di tugas selanjutnya.

Akhir kata penulis ucapkan selamat membaca. Besar harapan penulis semoga Critical
Book Report ini dapat mempermudah pembaca memahami isi buku ini serta dapat menambah
wawasan para pembaca.

Medan 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................

BAB I.................................................................................................................................................

PENDAHULUAN.............................................................................................................................

· Rasionalisasi Pentingnya CBR...............................................................................................

· Tujuan Penulisan CBR...........................................................................................................

· Manfaat Penulisan CBR.........................................................................................................

· Identitas Buku.........................................................................................................................

BAB II...............................................................................................................................................

RINGKASAN BUKU.......................................................................................................................

BAB III..............................................................................................................................................

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU.................................................................................

A. Kelebihan Buku......................................................................................................................

B. Kekurangan Buku...................................................................................................................

BAB IV..............................................................................................................................................

PENUTUP.........................................................................................................................................

A. Kesimpulan.............................................................................................................................

B. Saran.......................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

 Rasionalisasi Pentingnya CBR


Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam meringkas dan
menganalisi sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis dengan buku yg
lain,mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya tulis yg dianalisis. Seringkali
kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami,terkadang kita hanya
memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum memuaskan misalnya dari segi
analisis bahasa dan pembahasan,oleh karena itu penulis membuat CBR Menulis Etnografi ini
untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus pada bidang
antropologi,sosiologi,sosial dan etnografi.

 Tujuan Penulisan CBR


1. Menambah kemampuan dan wawasan mahasiswa dalam memahami isi buku.
2. Mempermudah pembaca dalam mengetahui isi buku
3. Untuk memenuhi salah satu bentuk penugasan KKNI bagi mahasiswa yaitu, Critical
Book Report

 Manfaat Penulisan CBR


1. Mempermudah pembaca untuk mendapatkan inti dari setiap bab yg ada di dalam
buku.
2. Melatih penulis dalam merumuskan serta mengambil kesimpulan atas buku buku yg
ingin dianalisis

 Identitas Buku
 Judul buku : Metode Etnografi
 Penulis : James P Spradley
 Cetakan : Kedua, Januari 2007
 Penerbit : TIARA WACANA
 Kota Terbit : Yogyakarta
 Tahun Terbit : 2006
 ISBN : 979-8120-69-8
 Tebal Buku : 349 halaman
BAB II

RINGKASAN BUKU

Langkah 1: Menetapkan Seorang Informan

Tantangan terbesar etnografi adalah mengembangkan dan mempertahankan hubungan


dengan informan yang produktif. Kadang-kadang, berbagai aspek budaya informan yang
tidak diketahui mempengaruhi hubungan itu. Dalam beberapa kebudayaan, berbagai aturan
yang tersirat ternyata dianggap sebagai semacam tabu untuk ditanyakan. Interaksi
kepribadian antara informan dengan etnografer juga mempunyai pengaruh yang dalam
terhadap wawancara. Mewawancarai informan tergantung pada sejumalah keterampilan
interpersonal termasuk disini mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mendengarkan, bukan
berbicara, mengambil sikap pasif, bukan sifat tegas, menampakkan minat verbal terhadap
orang lain, dan mengajukan minat dengan kontak mata serta cara nonverbal lainnya. Ada
beberapa persyaratan untuk memilih informan yang baik diantaranya:

 Enkulturasi Penuh: Enkulturasi merupakan proses alami dalam mempelajari suatu budaya
tertentu. Kaitannya dengan penelitian adalah bagaimana kita menentukan atau menyerap
kebudayaan tersebut kedalam dirinya

 Keterlibatan Langsung: Peneliti melihat secara langsung apa yang sebenarnya terjadi.
Seorang pencari data harus melihat secara cermat keterlibatan langsung yang dialami oleh
calon informan.

 Suasana Budaya Yang Tidak Dikenal: kebanyakan etnografer memulai studi etnografinya
pada kebudayaan yang berbeda dari kebudayaan yang dimiliki sendiri.

 Cukup Waktu: Ketersediaan waktu informan juga perlu diperhatikan, karena informan yang
bersedia diwawancarai belum tentu memiliki waktu yang cukup untuk diwawancarai. Dalam
mempertimbangkan calon informan, maka prioritas yang tertinggi harus diberikan kepada
seseorang yang memiliki waktu yang cukup untuk menjadi seorang informan.
 Non Analitik: etnografer harus memiliki kemampuan analisis yang memadai, serta mampu
menemukan hubungan dan pola yang tersembunyi dari informasi tersebut. Informan yang
memberikan analisisnya kepada pewawancara menggunakan perspektif orang dalam
(persepktif orang-orang yang berada dalam ruang lingkup penelitian). Mereka merasa bahwa
analisis yang mereka berikan telah membantu etnografer. Namun, informan semacam itulah
yang kurang baik untuk etnografer, terutama etnografer pemula. Dalam langkah satu
melakukan wawancara etnografis yang harus dilakukan adalah memilih informan yang jelas,
menentukan informan yang memiliki informasi sesuai yang dibutuhkan peneliti, mencari
seseorang yang sudah tahu tentang informasi yang dibutuhkan.

Langkah 2: Mewawancarai Seorang Informan

Wawancara Etnografis merupakan jenis peristiwa percakapan (speech event) yang khusus.
Setiap percakapan antara dua orang atau lebih tidak lepas dari budaya yang berkembang di
suatu daerah. Wawancara etnografis memiliki perbedaan dengan percakapan persahabatan
atau percakapan biasa antara dua orang atau lebih. Unsur dalam percakapan persabahatan
adalah sebagai berikut:

 Sapaan untuk memulai sebuah percakapan maka biasanya diawali dengan pertanyaan
semisal “Apa kabar?”, “Senang bertemu anda”, “Halo”, dan sebagainya.

 Tidak ada tujuan yang eksplisit: di dalam percakapan persahabatan biasanya tidak memiliki
tujuan khusus arah percakapan mereka.

 Menghindari pengulangan: kedua orang yang melakukan percakapan persahabatan


berasumsi bahwa sesuatu yang pernah ditanyakan atau dinyatakan tidak perlu diulangi.

 Mengajukan pertanyaan: percakapan persahabatan memungkinkan orang yang melakukan


percakapan untuk menanyakan hal-hal yang bersifat lebih pribadi tanpa ada rasa malu.

 Menunjukkan minat, untuk menunjukkan minat dalam percakapan persahabatan sering pula
menggunakan ungkapan non verbal seperti tersenyum, mendengarkan dengan kontak mata,
dan berbagai macam gaya tubuh.

 Menunjukkan ketidaktahuan: untuk menghindari kebosanan karena lawan bicara selalu


mengulangi percakapan persahabatan maka dapat dihindari dengan menunjukkan
ketidaktahuan.
 Bergiliran: aturan budaya yang implisit dalam melakukan percakapan persahabatan.

 Penyingkatan: memberikan informasi yang bersifat parsial untuk menghemat katakata dan
menghindari percakapan yang menjelaskan secara detail tentang topik yang dibahas.

 Waktu sela: berfungsi untuk menunjukkan kedua belah pihak berharap untuk tidak
melanjutkan pembicaran, atau sedang berpikir untuk menjawab pertanyaan atau ingin untuk
mengganti topik pembicaraan.

 Penutupan : percakapan persahabatan tidak akan pernah berhenti tanpa ada beberapa ritual
verbal misalnya seperti kata “selesai”. Wawancara etnografis adalah mengaplikasikan
percakapan persahabatan di dalamnya dan menjadikanya sebagai alat untuk memudahkan
peneliti mendapat informasi yang dibutuhkan. Terdapat tiga unsur etnografis yang paling
penting:

 Tujuan yang eksplisit, seorang etnografer harus dapat menjelaskan dan mengarahkan
informan agar pembicaraan mengarah ke arah jalur-jalur yang menuju pada penemuan
pengetahuan budaya informan.

 Penjelasan etnografis, dalam melakukan wawancara sejak awal pertama seorang etnografer
harus memberikan penjelasan secara berulang-ulang kepada informan. Ada 5 kriteria
penjelasan diantaranya:

 Penjelasan proyek

 Penjelasan perekaman

 Penjelasan bahasa asli

 Penjelasan wawancara

 Penjelasan pertanyaan

 Pertanyaan etnografis Ada tiga tipe pertanyaan etnografis diantaranya:

 Pertanyaan deskriptif: Di dalamnya memungkinkan seseorang untuk melakukan sampel


yang ada dalam bahasa informan.
 Pertanyaan struktural: dengan menggunakan pertanyaan jenis ini maka etnografer dapat
menemukan domain unsur-unsur dasar dalam pengetahuan budaya seorang informan dan
menemukan bagaimana informan mengorganisir pengetahuan mereka.

 Pertanyaan kontras: tipe pertanyaan yang digunakan etnografer untuk menemukan istilah
yang digunakan informan dalam bahasa aslinya. Dalam wawancara etnografis dapat
menggunakan unsur dalam percakapan persahabatan, namun tidak semua unsur dalam
percakapan persahabatan dapat digunakan dalam wawancara etnografis.

Langkah 3: Membuat Catatan Etnografis

Frake, “Sebuah deskripsi suatu kebudayaan, sebuah etnografi, dihasilkan oleh sebuah catatan
etnografis dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam suatu masyarakat dalam suatu periode
waktu tertentu, yang tentu saja meliputi berbagai tanggapan informan terhadap etnografer
dengan berbagai pertanyaan, tes dan perlengkapannya (1964b: 111). Proses arus balik dalam
menuliskan etnografis: Hubungan timbal balik ini menegaskan bahwa masing-masing
langkah dalam studi etnografi melibatkan terjemahan dan menuntut adanya suatu
pertimbangan yang cermat terhadap proses terjemahan. Prinsip yang harus diperhatikan
dalam membuat catatan Etnografis adalah sebagai berikut:

 Prinsip Identifikasi Bahasa: Prinsip ini dapat ditegaskan secara sederhana, yaitu
mengidentifikasikan bahasa yang digunakan untuk masing-masing judul lapangan. Tujuannya
adalah agar didapat catatan etnografis yang menggambarkan berbagai perbedaan yang sama
dalam penggunaan bahasa sebagaimana situasi lapangan yang aktual.

 Prinsip Harfiah: Dalam pembuatan suatu penelitian harusnya kita membuat sebuah catatan
harfiah tentang hal-hal yang dikatakan oleh informan. Salah satu cara terbaik dalam membuat
suatu catatan harfiah adalah dengan merekam semua kegiatan wawancara. Jenis-Jenis Catatan
Lapangan. Ada beberapa catatan lapangan yang berbeda yang akan menjadi sebuah catatan
etnografis, yaitu:

 Laporan ringkas, yaitu semua catatan yang dilakukan selama wawancara actual atau
observasi lapangan yang menunjukkan sebuah versi ringkas apa yang sesungguhnya terjadi.

 Laporan yang diperluas, Secepat mungkin setelah tiap-tiap pertemuan dilapangan,


etnografer harus menuliskan secara detail dan mengingat kembali berbagai hal yang tidak
tercatat secara cepat. Transkrip wawancara merupakan contoh dari suatu laporan perluasan
yang paling lengkap.

 Jurnal Penelitian Lapangan adalah catatan yang berisi pengalaman, ide, kekuatankekuatan,
kesalahan, kebingungan, terobosan-terobosan, dan berbagai permasalahan yang muncul
dalam penalitian lapangan tersebut. Jurnal ini merupakan ungkapan apa yang peniliti rasakan
terhadap informan (perasaan).

• Analisis dan Intepretasi merupakan catatan yang berisi mengenai makna budaya, berbagai
interpretasi dan pandangan mengenai budaya yang dipelajari. Pada catatan ini merupakan
tempat peneliti untuk menuangkan buah-buah pemikiranya tentang budaya yang sedang
diteliti dapat bersumber dari perspektif teori, informan dan lainlain. Dalam langkah ketiga ini
diperlukan perekaman, catatan ringkas, agar tidak lupa informasi yang didapatkan. Penulisan
jurnal penelitian lapangan harus mencantumkan tanggal penelitian, lokasi penelitian, jam
dimulainya penelitian dan jam berakhirnya penelitian.

Langkah 4: Mengajukan Pertanyaan Deskriptif

Dalam wawancara etnografis meliputi dua proses yang berbeda namun saling melengkapi,
yaitu mengembangkan hubungan dan mencari informasi. Proses hubungan menunjuk pada
hubungan yang harmonis antara etnografer dan informan. Meskipun tidak selalu dapat
diprediksikan, hubungan terkadang berkembang secara terpola. Proses hubungan yang baik
biasanya berjalan dengan tahapan yaitu keprihatinan, penjajagan, kerjasama, dan partisipasi.

 Keprihatinan: Wawancara etnografis selalu dimulai dengan suatu ketidakpastian yang


menimbulkan keprihatinan. Hal yang paling penting dalam tahap ini bukanlah apa yang
dibahas, melainkan seberapa banyak informan bersedia berbicara dalam pertemuan pertama.

 Penjajagan merupakan suatu proses untuk mengenali suatu bidang baru yang dapat
dilakukan dengan mendengarkan, mengamati, dan menguji.

 Kerjasama harus dibangun lebih kompleks yang didasarkan atas rasa saling percaya
sehingga informan tidak lagi takut saat menjawab pertanyaan dari etnografer maupun
memberikan feed back bagi etnografer.
 Partisipasi merupakan satu dimensi dimana informan mengenal dan menerima peran
mengajari etnografer itu. Pertanyaan etnografis dapat ditanyakan dengan menemukan
permasalahan yang dapat ditemukan dengan cara sebagai berikut:

 Etnografer dapat mencatat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan orang-orang dalam


kehidupan setiap hari.

 Etnografer dapat meneliti secara langsung pertanyaan-pertanyaan yang digunakan oleh para
partisipan.

 Meminta informan untuk membicarakan suatu lingkup budaya tertentu. Pertanyaan


deskriptif bertujuan untuk memperoleh sampel ungkapan dalam jumlah besar melalui bahasa
asli informan. Prinsip kunci adalah dengan memperluas pertanyaan cenderung memperluas
jawaban. Ada 5 pertanyaan deskriptif dan sub tipe, berdasarkan pada lingkup budaya yang
dipilih untuk diteliti, yakni:

 Pertanyaan Grand Tour: Pertanyaan ini mendalihkan pengalaman etnografer ketika pertama
kali mempelajari suatu lingkup budaya.

 Grand tour tipikal

 Grand tour spesifik

 Grand tour terbimbing

 Grand tour yang berhubungan dengan tugas

 Pertanyaan Mini-Tour: Identik dengan pertanyaan grand tour, berkaitan dengan unit
pengalaman yang jauh lebih kecil.

 Pertanyaan Contoh: Pertanyaan ini mengambil beberapa tindakan atau peristiwa tunggal
yang diidentifikasikan oleh informan dan meminta sebuah contoh.

 Pertanyaan Pengalaman: Tipe pertanyaan sekedar menanyakan kepada informan mengenai


pengalaman apa pun yang mereka miliki dalam beberapa setting tertentu.

 Pertanyaan Bahasa-Asli: Pertanyaan bahasa-asli didesain untuk meminimalisir pengaruh


kemampuan informan untuk menerjemahkan.

Langkah 5: Melakukan Analisis Wawancara Etnografis


Tahap analisis penelitian etnografis:

 Memilih Masalah

 Mengumpulkan Data Kebudayaan

 Menganalisis Data Kebudayaan

 Memformulasikan Hipotesis Etnografis

Menulis Etnografi Analisis etnografis mempunyai suatu tujuan tunggal, yaitu menungkapkan
sistem makna budaya yang digunakan oleh masyarakat yang diteliti. Berikut keempat macam
analisis etnografis tersebut:

 Analisis Domain: meliputi penyelidikan terhadap unit-unit pengetahuan budaya yang lebih
besar yang disebut sebagai domain, serta mencari simbol-simbol budaya yang termasuk
dalam domain berdasar atas beberapa kemiripan.

 Analisis Taksonomi: pencarian struktural internal domain serta membentuk identifikasi


susunan yang beretentangan.

 Analisis Komponen: pencarian atribut-atribut yang menandai berbagai perbedaan antar


simbol dalam sebuah domain.

 Analisis Tema: pencarian hubungan diantara domain dan bagaimana domain-domain itu
dihubungkan dengan budaya secara keseluruhan.

Keempat tipe analisis etnografis ini mempercepat ditemukannya makna budaya dan oleh
karena itu perlulah untuk membahas sifat dasar makna secara singkat. Sebuah teori relasional
tentang makna. Dalam wawancara pertama kita terhadap seorang informan, semua kata yang
terucap dari informan dalam kegiatan wawancara adalah merupakan simbol-simbol. Simbol-
simbol ini pun bisa dalam berbagai bentuk, seperti cara berpakaian, ekspresi wajah, serta
gerak-gerik tubuhnya, dan lain sebagainya. Simbol diartikan sebagai objek atau peristiwa apa
pun yang menunjuk pada sesuatu. Simbol memliki 3 unsur yaitu simbol itu sendiri, satu
rujukan atau lebih, dan hubungan antara simbol dengan rujukan. Teori relasional tentang
makna didasarkan pada premis berikut makna simbol apapun merupakan hubungan hubungan
simbol itu dengan simbol lain. Prinsip penting dalam wawancara etnografis adalah jangan
tanya maknanya, tetapi tanyakan kegunaannya. Prinsip ini didasarkan pada teori relasional
tentang makna. Simbol budaya adalah kategori budaya. Kategori adalah suatu aturan dari
berbagai hal yang berbeda yang kita perlakukan seolah-olah ekuivalen. Ketika simbol
berfungsi sebagai kategori, maka simbol itu berperan untuk megurangi kompleksitas dalam
pengalaman manusia. Domain adalah kategori simbolik apa pun yang mencakup kategori-
kategori lain. Dalam proses penemuan domain secara khusus kita mencari berbagai kemiripan
yang ada diantara berbagai istilah.Struktur domain. Unsur pertama dalam struktur sebuah
domain adalah istilah pencakup (cover term). Pohon adalah istilah pencakup untuk satu
kategori pengetahuan yang lebih besar, kabayan dalam bahasa Tausug adalah istilah
pencakup untuk delapan macam teman yang mungkin dipunyai oleh seseorang dalam
masyarakat Tausug, sedangkan The bucket adalah sebuah istilah pencakup untuk berbagai
macam tempat di dalam the Seattle City Jail. Kedua, semua domain mempunyai istilah
tercakup atau lebih. Dalam meneliti domain, etnografer seringkali mencatat bahwa informan
menggunakan beberapa istilah yang berbeda dengan carta yang sama, dengan demikian
menegaskan istilah-istilah itu mungkin istilah tercakup. Unsur ketiga dari semua domain
adalah hubungan semantik tunggal. Contoh, seorang anak bertanya “Apakah Volkswagen
itu?” dan kita mendefinisikannya dengan mengatakan “Volkswagen adalah semacam mobil
atau “Volkswagen adalah sejenis mobil asing”. Dalam masing-masing kasus, istilah yang
harus didefinisikan (Volkswagen) dihubungkan oleh suatu hubungan semantik sejenis dengan
istilah mobil. Melakukan Pencarian Domain Pendahuluan. Prosedur analisis domain secara
detail dijelakan pada langkah-langkah berikut. Langkah pertama dalam pencarian domain
awal adalah memilih satu sampel catatan harfiah dari wawancara etnografis, yang
memungkinkan juga untuk melakukan pencarian dengan menggunakan satu paragraf tunggal
bahkan beberapa kalimat atau potongan kalimat. Langkah kedua adalah mencari nama-nama
benda, meliputi pembacaan sampel, untuk mencari istilah penduduk asli yang menyebutkan
namanama benda, biasanya yang paling mudah adalah mencari kata-kata benda yang
menyebut berbagai objek. Langkah ketiga dalam pencarian awal adalah melihat adakah
istilah-istilah penduduk asli ini yang merupakan istilah pencakup, istilah pencakup
merupakan nama-nama domain, dan karena mencakup banyak istilah penduduk asli lain
maka petunjuknya adalah menggunakan bentuk jamak. Langkah keempat dalam pencarian
awal adalah menguji hipotesis dengan membaca data wawancara tambahan. Jika diringkas
secara singkat, pelaksanaan pencatrian awal untuk domain melibtkan tugas-tugas sebagai
berikut:

 Memilih satus sampel dari catatan wawancara harfiah.


 Mencari nama-nama benda.

 Mengidentifikasi berbagai istlah pencakup serta istilah-istilah tercakup yang mungkin dari
sampel

 Mencari istilah-istilah tercakup yang lain melalui catatan wawancara tambahan.

Langkah 6: Membuat Analisis Domain

Prosedur yang lebih efisien untuk mengidentifikasikan domain adalah dengan menggunakan
hubungan semantik sebagai satu titik berangkat. Analisis domain dimulai dari penggunaan
hubungan-hubungan semantik.

Hubungan semantik dibagi ke dalam dua tipe yaitu:

 Universal: makna dari sebuah bahasa menjadi lebih mudah dipahami apabila timbul suatu
“kesepakatan” bersama tentang penggambaran dari suatu hal. Contoh:

 Atribut: X didefinisikan dengan mempertimbangkan satu atau lebih atribut Y. ex.


Kalajengking mempunyai ekor dan alat penyengat.

 Kontingensi: X didefinisikan dalam hubungannya dengan kata yang mendahului atau yang
cocok dengan Y. ex. Membasuh= jika seseorang terkena kotoran, dia membasuh dirinya

 Fungsi: X didefinisikan sebagai alat yang mempengaruhi Y ex. Gigi= alat untuk
mengunyah

 Hubungan semantic yang diekspresikan oleh informan: Kadang-kadang seorang informan


akan mengekspresikan suatu hubungan semantik dalam suatu bentuk yang identik dengan
salah satu bentuk yang ada sebelumnya. Contoh:

 Pencakupan tegas: X adalah sejenis dari Y

 Tempat: X adalah suatu tempat di Y, X adalah bagian dari Y

 Sebab akibat: X adalah salah satu penyebab dari Y, X adalah akibat dari Y

Langkah-langkah analisis domain:

 Langkah 1: Memilih satu hubungan semantik tunggal.


 Langkah 2: Mempersiapkan satu lembar kerja analisis domain.

 Langkah 3: Memilih satu sampel dari statemen informan.

 Langkah 4:Mencari istilah pencakupdan istilah tercakup yang memungkinkan dan sesuai
dengan hubungan sematik.

 Langkah 5: Memformulasikan pertanyaan-pertanyaan struktural untuk masingmasing


domain.

 Langkah 6: Membuat daftar untuk semua domain yang dihipotesiskan.Langkah

7: Mengajukan Pertanyaan Struktural

Prinsip mengajukan pertanyaan structural terdiri dari:

 Prinsip Konkuren

 Prinsip Penjelasan

 Prinsip Pengulangan

 Prinsip Konteks

 Prinsip Kerangka Kerja Budaya

Jenis-jenis pertanyaan structural sebagai berikut:

 Pertanyaan pembuktian: Pertanyaan ini meminta seorang informan untuk menegaskan atau
melemahkan hipotesis, serta meminta jawaban “ya atau “tidak”. Pertanyaan pembuktian
meliputi:

 Pertanyaan pembuktian domain: Membuktikan keberadaan sebuah domain yang telah


menghipotesiskan sebuah istilah pencakup

 Pertanyaan pembuktian istilah tercakup: Istilah tercakup adalah istilah berbeda yang
diberikan informan dengan cara yang sama dan membuktikan apakah satu istilah atau lebih
termasuk dalam sebuah domain.

 Pertanyaan pembuktian hubungan semantik: hubungan semantik menghubungkan istilah


pencakup dengan semua istilah tercakup dalam pasangannya.
 Pertanyaan pembuktian bahasa asli: pertanyaan untuk membuktikan makna sebuah istilah
yang digunakan oleh informan.

 Pertanyaan istilah pencakup: istilah umum (kategori pengetahuan yang lebih besar)

 Pertanyaan istilah tercakup: Pertanyaan ini sulit ditanyakan apabila hanya memiliki satu
istilah tercakup

 Pertanyan kerangka substitusi: Kerangka Substitusi merupakan suatu cara untuk


menanyakan pertanyaan struktural.

 Kartu untuk memilih pertanyaan struktural: Pertanyaan struktural hampir selalu


mendatangkan daftar istilah- istilah baru. Penulisan istilah - istilah pada kartu akan membantu
untuk mendapatkan, membuktikan, dan membahas sebuah domain. Pertannyaan Strukural
adalah salah satu pertanyaan yang diajukan ketika melakukan wawancara. Pertanyaan ini
bertujuan untuk mendalami data yang telah didapat, baik data berupa istilah, maupun data
terkait bahasa asli. Dengan menggunakan pertanyaan struktural, peneliti tidak perlu membuat
kategori analitis untuk mengorganisir data dari wawancara pengamatan terlibat

Langkah 8: Membuat Analisis Taksonomi

Kriteria dalam memilih fokus sementara sebagai berikut:

 Saran dari Informan

 Kepentingan Teoritis

 Etnografi Strategis

 Domain yang Mengatur

Domain yang dipilih harus menarik bagi peneliti dan infoman. Bila suatu domain yang sudah
ditentukan tidak dikuasai oleh informan, maka diubah menjadi fokus penelitian. Fokus dalam
penelitian etnografi. Menetapkan seorang informan→Melakukan wawancara terhadap
informan→Membuat catatan etnografi→Mengajukan pertanyaan deskriptif→Melakukan
analisis wawancara etnografi→Membuat analisis domain→Mengajukan pertanyaan
struktural→Membuat analisis taksonomik→Mengajukan pertanyaan kontras→Membuat
analisis komponen→Menenmukan tema budaya→Menulis etnografi.
Taksonomi bahasa penduduk asli adalah serangkaian kategori yang diorganisir atas dasar satu
hubungan semantik tunggal. Taksonomi menunjukkan hubungan diantara semua istilah
bahasa asli dalam sebuah domain. Untuk mendapatkan taksonomi dapat digunakan
pertanyaan struktural.

Analisis Taksonomik

Langkah dalam analisis taksonomik merupakan prosedur yang digunakan untuk


mengidentifikasikan subset-subset dalam sebuah domain dan berbagai hubungan diantara
berbagai subset itu. Ada 8 langkah yaitu:

 Pilih sebuah domain untuk analisis taksonomik

 Identifikasi kerangka subtitusi yang tepat untuk analisis

 Cari subset yang memungkinkan diantara beberapa istilah tercakup

 Carilah domain yang lebih besar, lebih inklusif yang dapat masuk sebagai sebuah subset
yang sedang dianalisis

 Buatlah sebuah taksonomi sementara

 Formulasikan pertanyaan struktural untuk membuktikan berbagai istilah baru

 Lakukan wawancara struktural tambahan

 Buatlah sebuah taksnomi lengkapLangkah

Langkah 9: Mengajukan Pertanyaan Kontras

Pertanyaan Kontras adalah pertanyaan yang dapat mendorong penemuan banyak hubungan
tambahan diantara objek yang diteliti. Prinsip-prinsip penemuan dalam studi makna
diantaranya:

 Prinsip relasional: prinsip ini menegaskan bahwa makna dari sebuah simbol dapat
ditemukan dengan menemukan bagaimana sebuah simbol berhubungan dengan semua simbol
yang lain.

 Prinsip kegunaan: prinsip ini menegaskan bahwa makna sebuah simbol dapat ditemukan
dengan menanyakan bagaimana simbol itu digunakan dan bukan dengan menanyakan makna.
 Prinsip kemiripan: prinsip ini menegaskan bahwa makna sebuah simbol dapat ditemukan
dengan menemukan bagaimana symbol itu mirip dengan simbol – simbol lainnya.

 Prinsip kontras: prinsip ini menegaskan bahwa makna sebuah simbol dapat ditemukan
dengan menemukan bagaimana sebuah simbol berbeda dari simbol – simbol lainnya.
Pertanyaan Kontras

 Pertanyaan pembuktian perbedaan: tipe pertanyaan ini hanya dapat diformulasikan setelah
menemukan beberapa perbedaan di antara dua istilah asli orang yang diteliti. Pertanyaan
pembuktian perbedaan seringkali dapat menegaskan perbedaan – perbedaan dan kemiripan –
kemiripan di antara sekian banyak istilah asli orang yang diteliti.

 Pertanyaan perbedaan langsung: pertanyaan perbedaan langsung dimulai dari satu


karakteristik yang telah dikenal dari satu istilah asli orang yang diteliti dalam sebuah
rangkaian kontras dan Anda menanyakan apakah ada perbedaan istilah lain dalam
karakteristik itu.

 Pertanyaan perbedaan diadik: tipe pertanyaan kontras ini berbeda dalam satu hal dengan
dua jenis yang telah diterangkan sebelumnya. Anda hanya meminta informan untuk
mengidentifikasikan perbedaan yang dapat mereka ketahui di antara berbagai istilah asli
orang yang diteliti.

 Pertanyaan perbedaan triadik tipe pertanyaan ini menyajikan tiga istilah asli informan
kepada informan dan dengan pertanyaan “mana dua istilah yang hampir sama dan mana di
antara istilah yang berbeda dari lainnya?”. Prosedur ini memberikan pengakuan yang eksplisit
mengenai kenyataan bahwa perbedaan selalu mengimplikasikan kemiripan. Ini merupakan
salah satu tipe pertanyaan perbedaan yang paling efektif.

 Pertanyaan yang memilih rangkaian kontras: tipe pertanyaan ini menggunakan semua
istilah dalam rangkaian kontras pada saat yang sama. Etnografer menuliskan masing– masing
istilah asli informan pada selembar kartu sebelumnya.

 Permainan dua-puluh pertanyaan: permainan dua puluh pertanyaan merupakan suatu


permainan dimana seseorang mengingat suatu objek dan orang lain menebak objek itu
dengan mengajukan dua puluh pertanyaan. Aturan utama yang mendasari permainan ini
adalah bahwa penanya hanya boleh mengajukan pertanyaanpertanyaan yang dapat dijawab
dengan ya atau tidak. Tugas yang diberikan kepada informan adalah mengajukan pertanyaan
ya atau tidak kepada etnografer hingga informan dapat menebak istilah apa yang dipikirkan
oleh etnografer tersebut.

 Pertanyaan rating: pertanyaan rating bertujuan untuk menemukan nilai-nilai yang ada dalam
rangkaian simbol. Pertanyaan rating harus dilakukan berkali-kali diajukan dalam bentuk
pertanyaan perbedaan langsung yang memberi satu perbedaan kepada informan, baru
kemudian menanyakan yang lain. Pertanyaan perbedaan akan menghasilkan evaluasi dan
rating.

Langkah 10: Analisis Komponen

Analisis komponen merupakan suatu pencarian sistematik berbagai atribut (komponen


makna) yang berhubungan dengan simbol-simbol budaya. Apabila seorang etnografer
menemukan berbagai kontras di antara anggita suatu katogeri maka hal yang terbaik adalah
jika kontras ini dianggap sebagai antribut komponen makna dari suatu istilah. Setiap kali
seorang etnografer menemukan perbedaan di antara anggota suatu kategori, perbedaan ini
dianggap paling baik sebagai atribut atau komponen makna untuk setiap istilah. Kita dapat
mendefinisikan atribut sebagai elemen informasi apa saja yang teratur terkait dengan symbol.
Atribut selalu terkait dengan istilah rakyat dengan hubungan semantik tambahan.

Langkah-Langkah Dalam Analisis Komponen

Analisis komponen mencakup seluruh proses pencarian kontras, memilah mereka,


mengelompokkan beberapa sebagai dimensi kontras, dan memasukkan semua informasi ini
ke dalam paradigma. Ini juga termasuk memverifikasi informasi ini dengan informan dan
mengisi informasi yang hilang. Langkah-langkah dalam penelitian analisis komponen, antara
lain:

 Pilihlah suatu rangkaian kontras untuk dianalisis

 Temukan semua kontras yang telah ditemukan sebelumnya. Banyak kontras yang mungkin
akan muncul secara langsung dari wawancara yang didalamnya anda menggunakan
pertanyaan kontras. Kontras yang lain akan ditemukan dalam wawancara yang tidak secara
khusus memusatkan pada berbagai kontras. Statement apapun mengenai anggota rangkaian
kontras manapun dapat digunakan. Statement-statement ini dapat ditemukan dan dituliskan
pada selembar kertas terpisah sehingga menampung suatu daftar kontras.
 Siapkanlah suatu kertas kerja paradigma. Suatu kertas kerja paradigma berisi suatu
paradigma kososng yang didalamnya anda memasukkan istilah-istilah asli informan dalam
kolom kiri yang berjudul “rangkaian kontras”. Kertas kerja itu harus mempunyai ruang
atribut yang cukup besar untuk menuliskan sejumlah kata dan bahasa singkat. Begitu
memulai analisis, anda akan berkeinginan untuk memasukkan lebih banyak informasi lagi ke
dalam paradigma ketimbang yang tampak. Pada kertas kerja yang lebar anda dapat membuat
catatan-catatan untuk diri anda sendiri serta menunjukkan keterkaitan antara paradigma ini
dengan domain-domain lain.

 Identifikasikan dimensi-dimensi kontras yang mempunyai nilai kembar. Suatu dimensi


kontras merupakan suatu ide atau konsep yang setidaknya memiliki dua bagian. Ketika anda
memunculkan dimensi kontras, yakinkan diri anda untuk memasukkan nilai-nilai istilah
rakyat ke dalam lembar kerja paradigma anda.

 Gabungkan demensi-dimensi kontras yang sangat terkait menjadi dimensi kontras yang
mempunyai nilai ganda

Langkah 11: Menemukan Tema Budaya

Penentuan tema budaya ini boleh dikatakan merupakan puncak analisis etnografi.
Keberhasilan seorang peneltii dalam menciptakan tema budaya, berarti keberhasilan dalam
penelitian. Tentu saja, akan lebih baik justru peneliti mampu mengungkap tema-tema yang
orisinal, dan bukan tema-tema yang telah banyak dikemukakan peneliti sebelumnya.
Beberapa etnografer menyampaikan suatu pengertian tentang keseluruhan budaya atau
suasana budaya dengan menggunakan pendekatan inventarisir (inventory approach)
kemudian mengidentifikasikan dan membaginya ke dalam kategori-kategori seperti
kekerabatan, kebudayaan material, dan hubungan sosial. Dalam hal ini, perlu menemukan
tema-tema konseptual yang digunakan oleh anggota masyarakat dalam menghubungkan
domain-domain ini.

Tema–Tema Budaya

Konsep tentang tema memiliki akar dalam gagasan yang umum, yakni bahwa kebudayaan
adalah lebih dari potonga-potongan kebiasaan. Untuk tujuan penelitian etnografi, tema
budaya didefinisikan sebagai prinsip kognitif yang bersifat tersirat maupun tersurat, berulang
dalam sejumlah domain dan berperan sebagai suatu hubungan diantara berbagai subsistem
makna budaya.
Prinsip Kognitif

Tema-tema budaya merupakan unsur-unsur dalam peta kognitif yang membentuk suatu
kebudayaan. Parinsip kognitif adalah suatu yang dipercaya oleh masyarakat, dan diterima
sebagai sesuatu yang sah dan benar. Prinsip kognitif juga sebagai suatu asumsi umum
mengenai pengalaman mereka.

Tersirat atau Tersurat

Tema-tema budaya kadang kala tampak seperti peribahasa rakyat, pepatah, atau ekspresi
yang berulang. Kebanyakan tema budaya masih berada dalam level pengetahuan yang
tersirat. Dalam hal ini etmografer harus membuat kesimpulan mengenai berbagai prinsip
yang ada.

Tema sebagai hubungan

Tema berperan sebagai hubungan semantik umum diantara berbagai domain. Salah satu
syarat untuk menemukan domain adalah dengan mencari hubungan diantara berbagai domain
itu. Pada bab terdahulu saya mengaskan bahwa analisi etnografis terdiri atas pencarian: (a)
bagianbagian suatu kebudayaan (b) hubungan diantara berbagai bagian itu. (c) hubungan dari
bagianbagian itu dan keseluruhannya. Pada bab in saya akan menyajikan sejumlah strategi
untuk melaksanakan analisis tema.

Beberapa Strategi Untuk Membuat Suatu Analisi Tema

Teknik pembuatan suatu analisis tema kurang berkembang secara baik dibandingkan dengan
teknik yang digunakan pada tipe-tipe analisis lain yang disajikan dalam buku ini. Hal berikut
adalah beberapa strategi yang telah saya peroleh dari penelitian saya sendiri, dari karya para
etnografer lain, serta berbagai saran dari mahasiswa saya. Bidang analisis budaya ini
membutuhkan sangat banyak eksperimentasi daari para etnografer.

 MeleburStrategi ini yakni dengan memutuskan diri kita dari kepentingan dan perhatian
yang lain, dengan mendengarkan informan bejam-jam sampai selesai, dengan berpartisipasi
dalam suasana budaya dan dengan membiarakan kehidupan kita dialihkan oleh kebudayaan
bariu itu, tema-tema seringkali akan muncul. Strategi berikutnya adalah strategi yang
dirancang untuk melaksanakan suatu peleburan total di dalam data anda. Jika mungkin,
adalah ide yang baik untuk melaksanakan strategi berikutnya tanpa memutus waktu yang
dibutuhkan untuk kegiatan lain.
 Membuat Inventarisasi Budaya Pada titik ini, penelitian terhadap catatan etnografis anda
telah berkembang menjadi demikian besar. Pada saat ini, inilah waktunya untuk membuat
suatu inventarisasi berperan besar untuk meninjau kembali pada hal-hal yang telah anda
punyai, menunjukkan kesenjangan dalam data, serta membantu dalam pelaksanaan peleburan
secara lebih mendalam yang amat dibutuhkan dalam menemukan tema-tema budaya. Hal-hal
berikut adalah beberpa cara khusus untuk menginventarisasikan data anda, dan anda pun
dapat menambahkan hal lain ke dalam daftar ini:  Buatlah daftar berbagai domain budaya 
Buatlah suatu daftar berbagai domain yang mungkin tidak teridentifikasikan  Kumpulkan
sket peta-peta  Buatlah daftar contoh-contoh  Inventarisir data yang beraneka macam

 Membuat Suatu Analisis Komponen untuk Berbagai Domain Bahasa Asli Informan Setelah
melakukan inventarisasi, anda telah mempunyai dasar untuk melakukan analisis komponen
dengan menggunakan semua istilah pencakup sebagai suatu rangkaian kontras. Domain
makro ini dapat dirujuk sebagai sesuatu yang diketahui oleh informan.

 Mencari Kemiripan diantara Berbagai Dimensi Kontras Strategi lain untuk menemukan
tema-tema budaya adalah dengan mempelajari berbagai dimensi kontras dari semua domain
yang telah anda analisis secara detail.

 Mengidentifikasi domain-domain yang mengatur Beberapa domain dalam suatu suasana


budaya akan mengorganisir berbagai macam informasi secara dinamis secara khusus, hal ini
terjadi pada domain-domain yang didasarkan pada hubungan “X merupakan tahapan Y”.
Salah satu strategi yang paling penting untuk menemukan tema-tema budaya adalah dengan
memilih satu domain yang mengorganisir untuk analisis intensif. Jadi, kini anda dapat
mengujinya dalam hubungannya dengan yang lain untuk menemukan tema-tema budaya.

 Membuat diagram skematis suasana budaya Strategi lain untuk menemukan tema-tema
budaya adalah dengan memvisualisasikan hubungan-hubungan antara berbagai domain.

 Mencari tema-tema universal Jika dalam hubungan semantik universal tampak beberapa
tema budaya universal maka akan semakin besar pula hubungan antara berbagai domain.
Daftar berikut merupakan suatu kumpulan data yang bersifat sementara dan parsial dari
berberapa tema universal atau mendekati universal yang telah diidentifikasi oleh etnografer.
Daftar ini sekedar tema-tema yang bersifat usulan yang dapat anda temukan dalam suasana
yang anda pelajari.
 Konflik Sosial: Sering muncul ditengah-tengah penduduk. Konflik seringkali masuk ke
dalam tema-tema budaya dnegan cara mengorganisir sistem makna budaya. Salah satu
strateginya, dalam mempelajari masyarakat manapun adalah dengan mencari konflik yang
terjadi diantara penduduknya.

 Berbagai kontradiksi budaya: Pengetahuan budaya tidak pernah konsisten dalam setiap
detailnya. Sebagian besar kebudayaan mengandung penegasan, keyakinan dan ide yang
bertentangan.

 Menata hubungan sosial impersonal: Dalam banyak setting perkotaan, hubungan


impersonal membentuk suatu bagian besar dari seluruh kontak kemanusiaan. Hampir semua
budaya manapun, penduduk telah mengembangkan berbagai strategi untuk berhubungan
dengan orang yang mereka tidak kenal. Tema ini, dapat berulang dalam berbagai domain
budaya.

 Mendapatkan dan mempertahankan status: Setiap masyarakat memiliki berbagai macam


status dan simbol practice. Setiap orang berupaya keras untuk mencapai dan mempertahankan
simbol tersebut. Domain budaya seringkali merefleksikan sistem status kebudayaan dan
menjadi dasar budaya yang lainnya.

 Menyelesaikan masalah: Kebudayaan adalah suatu alat untuk menyelesaikan masalah. Para
etnografer biasanya berupaya menemukan permasalahan yang di desain oleh pengetahuan
budaya seseorang untuk diselesaikan. Kita dapat menghubungkan banyak domain
kebudayaan dengan menunjukkan masing-masing domain berhubungan dengan berbagai
masalah untuk diselesaikan.

Menulis Ikhtisar Ringkas Suasana Budaya

Strategi untuk menemukan tema budaya ini membantu kita dalam mengumpulkan garisgaris
utama budaya yang sedang kita pelajari. Tuliskan suatu ikhtisar tentang budaya yang tidak
diketahui apapun yang kita pelajari. Masukkan sebanyak mungkin domain yang kita
dapatkan. Tujuan ikhtisar adalah untuk meringkas hal apa saja yang kita ketahui sampai hal-
hal yang potensial.

Membuat Beberapa Perbandingan Dengan Berbagai Suasana Budaya Yang Hampir


Sama
Suatu strategi yang bermanfaat untuk menemukan tema adalah dengan membuat
perbandingan yang terbatas dengan beberapa suasana budaya lain. Ini dapat dilakukan dengan
meninjau secara mental susasana-suasana lain, mendatangi situasi sosial, membuat
perbandingan sekilas, melaksanakan wawancara nyata dengan informan. Pada bab ini kita
telah membelajari konsep tema budaya dan menyajikan beberapa strategi untuk menemukan
tema-tema budaya. Setiap etnografer akan mampu mengembangkan cara-cara lain untuk
mendapatkan wawancara mengenai tema budaya yang membentuk bagian yang tersirat yang
diketahui oleh informan. Masing-masing strategi yang dibahas akan dipandang sebagai
pedoman sementara untuk menemukan tema-tema budaya. Peleburan ke dalam suatu budaya
tertentu merupakan metode yang paling terbukti dalam menemukan tema-tema.

Langkah 12: Menulis Suatu Etnografi

Salah satu cara terbaik untuk menulis suatu etnografi adalah dengan membaca etnografi lain.
Pilihlah etnografi yang menyampaikan makna budaya lain. Pilihlah etnografi yang ditulis
dengan cara yang menjadikan budaya itu hidup sehingga membuat anda memahami orang
dan cara mereka hidup. Sifat dasar tulisan etnografi adalah sebagai bagian dari proses
penerjemahan.

Proses Penerjemahan

Penerjemahan meliputi keseluruhan proses penemuan makna suatu kebudayaan dan


menyampaikan makna-makna ini kepada orang-orang dalam kebudayaan lainnya. Sebagai
penerjemah, etnografer mempunyai tugas ganda. Di satu pihak, etnografer harus masuk ke
dalam suasana budaya yang ingin diketahuinya. Etnografer harus memasuki bahasa dan
pemikiran informannya. Etnografer harus juga menjadikan simbol-simbol dan makna
informan sebagai miliknya. Salah satu alasan utama untuk menyajikan strategi analisis
intensif yang dikumpulkan secara gradual dari semantik etnografi adalah karena strategi
merupakan alat yang sangat kuat untuk mempelajari bahasa dan budaya lain. Tugas kedua
dari penerjemah etnografis adalah menyampaikan makna budaya yang telah ditemukan
etnografer kepada para pembaca yang tidak mengenal budaya atau suasana budaya itu.

Beberapa Tahapan Dalam Penulisan Etnografi

Ketika kita bergerak dari hal umum ke hal yang khusus, setidaknya terdapat enam tahapan
berbeda yang dapat diidentifikasikan dalam penulisan etnografis.
 Tahap 1: Statemen-statemen universal. Statemen-statemen ini meliputi semua statemen
mengenai umat manusia, tingkah laku mereka, kebudayaan mereka atau statemen-statemen
yang mencakup semua hal.

 Tahap 2: Statemen-statemen deskriptif lintas budaya. Tahapan abstraksi kedua meliputi


statemen-statemen mengenai dua masyarakat atau lebih. Statemen dalam tahap abstraksi ini
meliputi berbagai penegasan yang luas menurut beberapa masyarakat, tetapi tidak harus
untuk semua masyarakat.

 Tahap 3: Statemen umum mengenai suatu masyarakat kelompok budaya. Jenis statemen ini
tampak spesifik, tetapi sebenarnya masih sangat umum.

 Tahap 4: Statemen umum mengenai suatu suasana budaya yang spesifik. Kadangkala kita
dapat meringkas statemen-statemen umum pada level empat dengan kutipan dari seorang
informan. Statemen itupun masih merupakan statemen yang sifatnya sangat umum.
Penggunaan kutipan dari informan akan membantu memberikan pengertian yang cepat serta
pengenalan yang lebih erat kepada pembaca perihal kebudayaan itu, akan tetapi kita harus
mengarahkannya pada level yang lebih spesifik.

 Tahap 6: Statemen insiden spesifik. penulisan yang efektif yang berfungsi


mengkomunikasikan makna suatu kebudayaan kepada pembaca akan tercapai dengan cara
membuat statemen ini menjadi statemen umum ke yang khusus. Akan tetapi dalam
pengerjaannya dilakukan dengan proporsi tertentu. Pencampuran berbagai tahap dalam suatu
proporsi yang dikehendaki tergantung pada tujuan etnografer.

Langkah-Langkah Dalam Menulis Suatu Etnografi

 Langkah 1: Memilih khalayak. Karena khalayak akan memengaruhi setiap aspek dalam
etnografi, maka memilih khalayak merupakan hal pertama yang harus dilakukan.

 Langkah 2: Memilih thesis. Dalam upaya untuk berkomunikasi dengan khalayak, anda
perlu mempunyai sesuatu untuk dikatakan. Seringkali, deskripsi etnografi seperti percakapan
yang berbelit-belit, tanpa tujuan. Walaupun menarik perhatian etnografer lain, namun tulisan
semacam itu tidak menarik perhatian bagi banyak pihak yang lain. Thesis adalah suatu kesan
utama. Beberapa sumber untuk menemukan suatu thesis. Pertama, tema-tema besar yang
telah anda temukan dalam penelitian etnografis merupakan thesis-thesis yang mungkin.
Kedua, suatu thesis untuk etnografi mungkin berasal dari seluruh tujuan etnografi. Ketiga,
suatu thesis dapat berasal dari literatur-literatur ilmu-ilmu sosial.

 Langkah 3: Membuat daftar topik dan garis besar. Etnografi apa saja hanya perlu
membahas aspek-aspek tertentu dari suatu kebudayaan. Selanjutnya anda hanya
menggunakan bahan yang anda kumpulkan saja. Langkah ini melibatkan peninjauan kembali
catatan-catatan lapangan anda serta inventaris budaya yang telah anda susun, dan juga daftar
topik yang anda anggap harus dimasukkan ke dalam deskripsi akhir. Jika sudah didaftar, anda
kemudian dapat membuat suatu garis besar yang dibangun di sekitar thesis anda.

 Langkah 4: Menulis naskah kasar untuk masing-masing bagian. Suatu naskah kasar hanya
dimaksudkan untuk naskah yang masih kasar, dan belum dipoles.

 Langkah 5: Merevisi garis besar dan membuat anak judul. Jika suatu naskah kasar telah
dibuat untuk masing-masing bagian, maka baik sekali untuk membuat suatu garis besar baru.
Istilah-istilah asli informan seringkali dapat digunakan sebagai sub judul dalam etnografi,
sehingga membantuk menciptakan suatu pandangan yang merefleksikan pengetahuan budaya
informan anda.

 Langkah 6: Mengedit langkah kasar. Kembangkan naskah kasar, garis besar dan sejumlah
sub judul yang telah ada. Kerjakan masing-masing bagian dan pada waktu yang sama tetap
mengingat seluruh deskripsi yang akan dibuat. Buatlah perubahan secara langsung pada
halaman-halaman yang sebelumnya telah anda tulis. Jika anda ingin menambahkan satu
paragraf atau satu kalimat, tuliskan paragraf atau kalimat itu pada bagian belakang halaman
atau pada sepotong kertas terpisah dengan disertai instruksi mengenai posisi paragraf atau
kalimat itu harus diletakkan.

 Langkah 7: Menulis pengantar dan kesimpulan.

 Langkah 8: Menuliskan kembali tulisan mengenai contoh-contoh. Contoh-contoh ini


meliputi tulisan pada tahapan abstraksi yang paling rendah.

 Langkah 9: Menulis langkah akhir. Tahapan ini hanya meliputi pekerjaan pengetikan
tulisan diatas kertas atau menyuruh
BAB III

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

A. Kelebihan Buku
Buku ini bisa dijadikan sebagai acuan bagi para peneliti pemula, disamping itu bias juga
dijadikan sebagai kajian komparasi dan pengembangan lebih lanjut mengenai metode
penelitiannya, dan juga buku ini lebih relevan untuk digunakan sebagai reverensi pembanding
ataupun sebagai referensi utama di kalangan etnografer berpengalaman. Dan yang paling
utama dalam buku ini dijelaskan secara rinci terlait metode apa saja dan cara menetukan
informan untuk sebuah penelitian.

B. Kekurangan Buku
Di dalam buku ini terdapat pembahasan yang menyulitkan para pembaca untuk
memahaminya terlalu luas, sehingga buku ini dapat membosankan minat bagi para
pembacanya.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Etnografi sering dipandang sebagai bentuk spesiffik penelitian kualitatif, karna awalnya
banya digunakan untuk pengembangan sejarah, perjalan hidup, dan penelitian tentang naskah
atau analisis wacana. Bamun dalam perkembangannya penelitian etnigrafi terkadang
mencangkup penggunaan data kualitatif, sehingga tidak murni kualitatif. Hal ini benar dalam
antropologi selama sebagian besar abad kedua puluh, asal usul etnografi memang berasal dari
antropologi, dan dari sinilah kritik yang sebenarnya muncul, karena antropologi sekarang
telah melihat sendiri bahwa yang terjadi penyimpangan atau mungkin perluasan makna
etnografi.

Sejak awal abad kedua puluh hingga saat ini, kebanyakan antropolog memandang etnografi
sebagai penelitian yang melibatkan peneliti dan etnografer untuk benar-benar hidup di dalam
komunitas bersama orang-orang yang diteliti, membutuhkan waktu yang tidak singkat,
berpartisipari dalam kegiatan orang – orang yang ditelitinya serta mewawancarai mereka,
menggambarkan peta local itu, mengumpulkan artefak semacam ini berlangsung dalam
jangka waktu yang panjang. Setidaknya satu tahun bahkan bias lebih.

B. Saran
Sebaiknya bagi bukunya sendiri mungkin bias lebih menggunakan bahasa yang mudah di
pahami bagi para pembacanya dan bagi pembaca yang tidak mengerti sebagiknya
menggunakan bahan rujukan lain agar lebih mengerti setiap makna yang dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA

Spradley, J. P. (2006). Metode Etnografi (2 ed.). (M. Yahya, Ed., & M. Z. Elizabeth, Trans.)
Yogyakarta: Tiara Wacana.

Anda mungkin juga menyukai