Anda di halaman 1dari 1

Nama : Muhammad Ifan Hidayatulloh

NIM : 04020521065
MK : Media & Stakeholder Relations (Tugas P5)

A. Berkurangnya kepercayaan publik kepada Pemilu 2024 adanya indikasi masif ketidaknetralan
pemangku pejabat pada masing-masing pasangan calon untuk kepentingan pribadi. Pasangan
No.1 misalnya, mengatakan “masyarakat terus mengawasi dan melaporkan adanya kecurangan
pemilu”, No.2 “Kecurangan pemilu adalah upaya pengkhianatan terhadap bangsa dan rakyat
Indoensia”, sedangkan No.3 “Diam bukanlah pilihan, melaporkan kecurangan untuk
menyembuhkan cidera demokrasi” (Kompas, 2023). Setelah pemilu terlaksana banyak sekali
kesalahan data dan disinformasi yang mengakibatkan citra KPU sebagai penyelenggara Pemilu
semakin memudar. Salah satunya adalah perhitungan digital milik KPU yaitu SiRekap yang penuh
kontroversi. Di mana banyak sekali jumlah rekapitulasi pada aplikasi SiRekap tidak sesuai dengan
Form C1 (hasil pleno) di masing-masing TPS. Ada salah satu paslon dan/atau semuanya
mengalami penggelembuangan suara dan juga pengurangan suara. Kemudian muncul narasi oleh
pendukung paslon 01 dan 03 bahwa terjadi kecurangan yang dilakukan paslon 02 karena
suaranya lebih unggul. “dari 800 ribuan TPS terdapat 1.223 TPS yang ada kesalahan data pada
sistem dan tidak sesuai” (Detik, 2024). Kesalahan itu akibat petugas KPPS salah menulis angka
manual pada 3 kolom, yang seharusnya ditulis berderet dari kanan (X77) menjadi (77X) kemudian
mengakibatkan pemindai OMR dan OCR pada aplikasi SiRekap. Kemudian ditemukan juga
penggelembungan dan pengurangan suara, baik sejumlah ratusan hingga jutaan suara pada salah
satu paslon tiap TPS yang masih diselidiki hingga sekarang. (Kompas, 2024)

B. Berikut adalah strategi saya jika sebagai konsultasi public relation pada KPU
1. Komunikasi Transparan: Karena sebagai penyelenggara pemilihan umum jujur dan adil,
transparansi adalah jawaban yang utama. Transparan di sini adalah semua warga Indonesia
dapat mengakses dan melihat secara realtime hasil pleno pada masing-masing TPS.
Mengakui adanya kesalahan baik ketidakcocokan data di SiRekap, dan sanggahan berupa
KPU telah memberikan inovasi terbaik berupa pembuatan SiRekap ini yang sebelumnya
belum pernah ada.
2. Tanggapan Cepat: Karena banyak masing-masing pendukung paslon membuat tuduhan yang
saling menjatuhkan, saya akan bergerak responsif mengerahkan seluruh tim untuk
memantau dan mengambil langkah cepat menanggapi tuduhan negatif yang merugikan
banyak pihak untuk menciptakan suasana pemilu yang kondusif. Menawarkan solusi terbaik
sesuai dengan konstitusi tanpa memihak kepentingan salah satu paslon.
3. Evaluasi dan Pembelajaran: Evaluasi dalam hal ini adalah menampung seluruh aspirasi dan
kritik masyarakat yang membangun untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Misalnya
perbedaan hasil suara dengan form C1 ataupun permasalahan lainnya. Serta memperketat
prosuder menadi petugas KPPS yang realibel sebagai petugas KPPS.

C. Kesalahan tersebut dapat diminimalkan, pertama, KPU harus menyeleksi sangat ketat pada
petugas KPPS pada Pemilu 2029 yang telah mahir, kompeten, dan akurat dalam menuliskan angka
dan pembulatan pada formulir. Misalnya dengan mengadakan pelatihan petugas dan uji coba petugas
KPPS oleh pihak terkait dan disaksikan langsung oleh masyarakat. Karena selama ini petugas KPPS
banyak yang belum paham dan hanya dibekali dengan buku petunjuk dari KPU. Kedua, KPU harus
mengevaluasi (tes SiRekap) berkali-bali apabila terjadi kesalahan akan siap teratasi. Dalam hal ini,
KPU tidak hanya memberikan program AI yang memverifikasi kecocokan input data dari petugas
KPPS dengan hasil Form C1. Melainkan sebelum data tersebut tampil di situs publik, KPU sudah
memiliki pemantau data verifikasi, setelah data benar dan cocok, maka KPU siap meng-upload data
yang sudah benar dan siap dibaca oleh publik. Solusi ini lebih mudah, sehingga tidak akan lagi
muncul keraguan publik atas kesalahan SiRekap.

Anda mungkin juga menyukai