DOSEN PENGAMPU
PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MARET 2024
1
KATA PENGANTAR
Puji Dan syukur Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkatnya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Dengan mata kuliah Microteaching.kami juga
berterima kasih kepada bapak Ammar Zafran Ryanto,M.Pd selaku dosen pengampu mata
kuliah. Pada makalah ini,kami mengambil judul materi yaitu menganalisis peran guru dalam
pembelajaran di abad 21.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu kami minta maaf
jika ada kesalahan dalam penulisan dan apabila ada kritik, saran atau pun masukan yang
membangun dari Pembaca akan kami harapkan untuk penulisan makalah yang lebih baik lagi di
kesempatan berikutnya.Sekiranya tugas makalah yang kami buat ini dapat berguna bagi
semua orang yang membacanya.
Medan,Maret 2024
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
Cover..................................................................................................................................... 1
Daftar Isi............................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 4
A.KESIMPULAN .............................................................................................................12
B.SARAN..........................................................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAAN
5
2. Literasi Teknologi dimaknai sebagai sebuah pemahaman cara kerja mesin, aplikasi
teknologi (coding, artificial intelligence, machine learning, engineering principles,
biotech).
3. Literasi Manusia adalah kemampuan dalam hal Humanities, Komunikasi dan Desain.
(Soft Skills, Kepemimpinan, Kerjasama Tim).
Dengan memiliki kemampuan 3 literasi tersebut, guru dapat memahami karakteristik
pembelajaran abad 21. Karakteristik pembelajaran abad 21 adalah mengintegrasikan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran secara efektif. Pada konteks ini, peran
TIK adalah sebagai "enabler" atau sebagai alat yang efektif, efisien, dan menyenangkan dalam
proses pembelajaran. Prinsipnya adalah TIK menjadi sarana dalam mencapai tujuan belajar.
Dalam mengembangkan pembelajaran abad 21, menurut Rohim, BIma dan Julian
(UNY, 2016) bahwa guru harus memperhatikan beberapa hal penting, diantaranya:
1. Tugas utama Guru adalah sebagai Perencana Pembelajaran serta fasilitator dan
pengelola kelas, maka tugas guru yang penting adalah membuat RPP;
2. Memasukkan unsur Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skill);
3. Penerapan pola pendekatan dan model pembelajaran yang bervariasi seperti
pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning), Pembelajaran berbasis
keingintahuan (Inquiry Based Learning), dan model pembelajaran lainnya; serta
4. Melakukan Integrasi Teknologi.
Salah satu pengaruh signifikan teknologi terhadap pembelajaran abad 21 adalah adanya
kemudahan akses atau aksesibilitas terhadap sumber belajar digital untuk memenuhi beragam
kebutuhan peserta didik. Komponen pembelajaran abad 21 yang meningkat interaksinya satu
sama lain, yaitu:
(1) aktifitas instruktur/guru/ mentor/fasilitator,
(2) desain pembelajaran online,
(3) data sebagai sumber belajar (big data),
(4) strategi pembelajaran online,
(5) unjuk kerja peserta didik
Prinsip Pokok Pembalajaran Abad ke-21, menurut Nicholas(2013) memiliki 4 hal yaitu :
1. Instruction should be student-centered.
Pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa. Siswa
sebagai subyek pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensinya. Siswa
6
lah yang secara aktif meningkatkan pengetahuan, potensi dan keterampilannya, sesuai dengan
kapasitas dan tingkat perkembangan berfikirnya, serta diajak berkontribusi untuk memecahkan
masalah-masalah nyata yang terjadi di masyarakat. Hal ini bukan berarti guru menyerahkan
kontrol belajar kepada siswa sepenuhnya namun intervensi guru masih tetap diperlukan.Guru
berperan sebagai fasilitator yang berupaya membantu mengaitkan pengetahuan awal (prior
knowledge).
2. Education should be collaborative
Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain, yang berbeda latar
budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan
teman-teman di kelasnya dalam menggali informasi dan membangun makna, menghargai
kekuatan dan talenta setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri
secara tepat dengan mereka. Sekolah (termasuk di dalamnya guru) seyogyanya dapat bekerja
sama dengan lembaga pendidikan (guru) lainnya di berbagai belahan dunia untuk saling berbagi
informasi dan pengalaman tentang praktik dan metode pembelajaran yang telah
dikembangkannya, dan bersedia melakukan perubahan metode pembelajarannya agar menjadi
lebih baik.
3. Learning should have context.
Materi pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa karena pembelajaran
tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadap kehidupan siswa di luar sekolah.
Guru perlu mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terhubung
dengan dunia nyata (real word). Guru juga perlu membantu siswa agar dapat menemukan nilai,
makna dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-harinya.
4. Schools should be integrated with society.
Sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya,
dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Siswa dapat
dilibatkan dalam berbagai pengembangan program yang ada di masyarakat, seperti: program
kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Selain itu, siswa perlu diajak pula
mengunjungi panti-panti asuhan untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya.
B. Karakteristik Peserta didik Abad 21
Pelajar di abad 21 adalah bagian dari generasi z atau generasi milenial, dimana generasi
ini sudah terbiasa dengan teknologi sejak lahir. Karakteristik siswa milenial mempunyai
wawasan yang luas, pergaulan yang luas, pola pikir yang maju serta menyukai hal hal yang
7
praktis dan instan. (Zubaidah. S, 2019).
Menurut Bernie Trilling dan Charles Fadel (2009), dalam bukunya berjudul 21st Century
Skills: Learning for Life in Our Times, mengidentifikasi ada beberapa kecakapan yang harus
dimiliki oleh generasi abad 21 mencakup nilai dan perilaku seperti rasa keingintahuan tinggi,
kepercayaan diri, dan keberanian. Keterampilan dan kecakapan abad 21 mencakup tiga kategori
utama, yaitu:
1. Keterampilan belajar dan inovasi: berpikir kritis dan pemecahan masalah dalam
komunikasi dan kreativitas kolaboratif dan inovatif.
2. Keahlian literasi digital: literasi media baru dan literasi ICT.
3. Kecakapan hidup dan karir: memiliki kemamuan inisiatif yang fleksibel dan inisiatif
adaptif, dan kecakapan diri secara sosial dalam interaksi antarbudaya, kecakapan
kepemimpinan produktif dan akuntabel, serta bertanggungjawab
Dalam abad 21 menuntut karakteristik siswa yang memiliki keterampilan belajar dan
inovasi, yaitu yang berkait dengan kemampuan berpikir kritis. Kemampuan ini menuntut
kebebasan berpikir dalam suatu proses pembelajaran.
Faktanya, dalam prosses belajar mengajar di lembaga sekolah sekarang terdapat
beberapa penyebab mengapa siswa kurang memiliki kemampuan bertanya, karena selama ini
lebih banyak pendekatan pembelajaran berpusat pada guru (teacher center).
Akan tetapi dalam abad 21, pendekatan seperti itu sudah tidak cocok lagi jika memang
ingin membentuk karakteristik siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis. Pendekatan
pembelajaran berpusat pada siswa (student center) sebagaimana yang dianjurkan selama ini
adalah suatu keharusan.
Dalam era berkemajuan seperti sekarang ini, maka siswa harus memiliki karakter kreatif
dan inovatif. Ketika sekarang dunia menyodorkan peluang untuk mengembangkan industry
kreatif berbasis digital, maka siswa perlu mengembangkan diri kemampuan kreatif dan inovatif.
Era industry kreatif menuntut berbagai produk yang utamanya dihasilkan oleh pikiran
atau ide-ide kreatif, buka keterampilan fisik. Fakta juga sudah menunjukkan bahw generasi
muda sekarang yang bergerak pada industry kreatif semakin banyak, dan industri daring ini
sekarang telah menjadi tumpuan harapan Indonesia di masa depan.
Abad 21 menuntut siswa memiliki keahlian literasi digital atau literasi media baru dan
literasi ICT. Secara keseluruhan, jika dibandingkan dengan guru, literasi digital boleh dibilang
lebih tinggi di kalangan siswa.
8
Oleh karena itu siswa pada abad 21 adalah mereka yang memiliki kemampuan
mengenali, menggunakan secara teknis, dan memanfaatkan pada aktivitas pembelajaran.
Penggunaan televisi sebagai media pembelajaran instruksional misalnya, juga merupakan
kemampuan literasi ICT, karena itu siswa bisa juga terlibat dalam pembelajaran audiovisual.
Lebih dari itu, sekarang yang sedang tren adalah bahwa siswa terlibat secara intensif
dalam proses pembelajaran web, termasuk juga penggunaan multimedia interaktif. Karakteristik
siswa abad 21 berkaitan dengan kecakapan hidup yang bukan saja sekadar pasif menerima
begitu saja keadaan. Karena itu, berbagai aplikasi pembelajaran dalam elearning misalnya, terus
menawarkan temuan baru dalam jarak yang relatif pendek, sehingga siswa diterpa oleh
kehadiran inovasi pendidikan melalui temuan aplikasi baru.
Dalam pada itu, siswa pada era digital juga dituntut untuk memiliki kemampuan
bekerjasama secara tim, bukan saja antarsiswa di lingkungan kelasnya, tetapi bisa menembus
batas ruang dan waktu, ke dunia siber antarsiswa di seluruh dunia.
Kerjasama dalam ini konteks ini menuntut kemampuan kreatif dan daya inovatif agar apa
yang dimiliki siswa memang memiliki daya tawar tinggi sehingga menarik perhatian. Misalnya
pengetahuan dalam bidang robotik, budidaya tanaman, dunia permainan, dan temuan kreatif lain
yang berguna bagi pemecahan masalah, adalah hal-hal yang menarik perhatian generasi digital
natif dewasa ini.
Akhirnya, siswa pada abad 21 juga perlu memiliki kecakapan dalam bidang
kepemimpinan produktif dan akuntabel. Artinya apa yang ditawarkan dalam bidang keahlian
masing-masing harus benar-benar bisa dievaluasi secara fair, sehingga teruji.
Begitulah, berbagai karakteristik yang dituntut dalam era digital, yang semuanya memang
harus dilandasi oleh sikap keingintahuan tinggi dan kehendak untuk maju dan progresif. Di atas
itu semua, dalam era digital dalam masyarakat jejaring sekarang ini adalah kemampuan belajar
mandiri. Jadi siswa zaman now mau tidak mau harus memiliki kemampuan belajar mandiri,
karena media baru telah menyediakan berbagai informasi yang begitu melimpah.
Jika sudah memiliki kemampuan belajar mandiri, maka pemanfaatan fasilitas belajar
berbasis web yang bersifat serba digital.
C. Model Pembelajaran Abad 21
9
dimaksud antara lain;
1. Discovery learning; belajar melalui penelusuran, penelitian, penemuan, dan pembuktian.
Contoh dalam pembelajaran guru menugaskan peserta didik untuk menelusuri faktor
penyebab terjadinya banjir di daerah setempat. Peserta didik bekerja secara berkelompok
menelurusi informasi dengan mewawancarai penduduk disertai pelacakan informasi di
internet (bimbingan disesuaikan tingkatan usia) dan kemudian diminta untuk membuat
kesimpulan dilanjutkan presentasi.
2. Pembelajaran berbasis proyek; proyek memiliki target tertentu dalam bentuk produk dan
peserta didik merencanakan cara untuk mencapai target dengan dipandu oleh pertanyaan
menantang. Contohnya pada peserta didik SMK Kewirausahaan diberikan pertanyaan
produk kreatif berbahan lokal seperti apakah yang memiliki nilai tambah secara
ekonomis? Peserta didik bisa mengikuti tahapan pembelajaran seperti eksplorasi ide,
mengembangkan gagasan, merealisasikan gagasan menjadi prototipe produk, melakukan
uji coba produk, dan memasarkan produk.
3. Pembelajaran berbasis masalah dan penyelidikan; belajar berdasarkan masalah dengan
solusi “open ended”, melalui penelusuran dan penyelidikan sehingga dapat ditemukan
banyak solusi masalah. Contohnya mengatasi masalah pencemaran udara akibat asap
kendaraan bermotor. Peserta didik bisa mengeksplorasi lingkungan memanfaatkan
sumber-sumber fisik diperkaya sumber-sumber digital, menggali pengalaman orang lain
atau contoh nyata penyelesaian masalah dari beragam sudut pandang.
4. Belajar berdasarkan pengalaman sendiri (Self Directed Learning/SDL); SDL merupakan
proses di mana insiatif belajar dengan/atau tanpa bantuan pihak lain dilakukan oleh
peserta didik sendiri mulai dari mendiagnosis kebutuhan belajar sendiri, merumuskan
tujuan, mengidentifikasi sumber, memilih dan menjalankan strategi belajar, dan
mengevaluasi belajarnya sendiri. Contoh guru bisa membantu peserta didik
mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik atau mulai dari kemampuan apa yang
ingin dikuasa.
5. Pembelajaran kontekstual (melakukan); guru mengaitkan materi yang dipelajari dengan
situasi dunia nyata peserta didik sehingga memungkinkan peserta didik menangkap makna
dari yang pelajari, mengkaitkan pengetahuan baru dengan pegetahuan dan pengalaman
yang sudah dimiliki. Contoh dalam pembelajaran bentuk-bentuk tulang daun guru
menugaskan kepada peserta didik secara berkelompok mengeksplorasi melalui internet.
Guru menginginkan peserta didik dapat memperoleh pengalaman bermakna yang
10
mendalam dan dapat mengkaitkan apa yang dipelajari dengan kehidupan nyata.
6. Bermain peran dan simulasi; peserta didik bisa diajak untuk bermain peran dan menirukan
adegan, gerak/model/pola/prosedur tertentu. Misalnya seorang guru menggunakan
tayangan video dari youtube, peserta didik diminta mencermati alur cerita dan peran dari
tokoh-tokoh yang ada kemudian berlatih sesuai tokoh yang diperankan.
7. Pembelajaran kooperatif; merupakan bentuk pembelajaran berdasarkan faham
kontruktivistik. Peserta didik berkelompok kecil dengan tugas yang sama saling
bekerjasama dan membantu untuk mencapai tujuan bersama.
8. Pembelajaran kolaboratif; merupakan belajar dalam tim dengan tugas yang berbeda untuk
mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kolaboratif lebih cocok untuk peserta didik yang
sudah menjelang dewasa. Kolaborasi bisa dilakukan dengan bantuan teknologi misalnya
melalui dialog elektronik, teknologi untuk menengahi dan memonitor interaksi, dimana
masing-masing pihak memegang kendali dirinya dalam berkomunikasi untuk mencapai
tujuan bersama. Fasilitasi bisa diberikan oleh guru, ketua kelompok pelatih online maupun
mentor
9. Diskusi kelompok kecil; diskusi kelompok kecil diorientasikan untuk berbagai
pengetahuan dan pengalaman serta untuk melatih komunikasi lompok kecil tujuannya agar
peserta didik memiliki ketrampilan memecahkan masalah terkait materi pokok dan
persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
D. Tugas Pokok Dan Fungsi Guru Abad 21
1. TUGAS POKOK GURU
Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian.
Tupoksi guru tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang
kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan.
Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan
melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
Tugas pokok dan fungsi guru dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya
sebagai orang tua ke dua. Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi idola para siswanya.
Adapun yang diberikan atau disampaikan guru hendaklah dapat memotivasi hidupnya terutama
dalam belajar.
Bila seorang guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri
siswa. Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa
11
yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak
dahulu. Semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasnya semakin
terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang.
Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok
yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika
dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengan logika
estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.
1. Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak
dan seharusnya diketahui oleh anak.
2. Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-
tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu
adalah trans-formasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.
3. Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik,
turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan
negara lewat UUD 1945 dan GBHN.
Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis
harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang
guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat di
mana ia bertempat tinggal .
Oleh kanena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan; jadi pendidikan dapat
berfungsi melaksanakan hakikat sebagai bagian dari kebudayaan kalau yang melaksanakannya
juga berbudaya. Untuk menyiapkan guru yang juga manusia berbudaya ini tergantung 3 elemen
pokok yaitu:
1. Orang yang disiapkan menjadi guru ini melalui prajabatan(initial training) harus mampu
menguasai satu atau beberapa disiplin ilmu yang akan diajarkannya di sekolah melalui
jalur pendidikan, paling tidak pendidikan formal.Tidak mungkin seseorang dapat
dianggap sebagai guru atau tenaga kependidikan yang baik di satu bidang pengetahuan
kalau dia tidak menguasai pengetahuan itu dengan baik. Ini bukan berarti bahwa
seseorang yang menguasai ilmu pengetahuan dengan baik dapat menjadi guru yang baik,
oleh karena biar bagaimanapun mengajar adalah seni. Tetapi sebaliknya biar
bagaimanapun mahirnya orang menguasai seni mengajar (art of teaching), selama ia
12
tidak punya sesuatu yang akan diajarkannya tentu ia tidak akan pantas dianggap menjadi
guru.
2. Guru tidak hanya harus menguasai satu atau beberapa disiplin keilmuan yang harus
dapat diajarkannya, ia harus juga mendapat pendidikan kebudayaan yang mendasar
untuk aspek manusiawinya. Jadi di samping membiasakan mereka untuk mampu
menguasai pengetahuan yang dalam, juga membantu mereka untuk dapat menguasai
satu dasar kebudayaan yang kuat. Jadi bagi guru-guru juga perlu diberikan dasar
pendidikan umum.
13
dengan harga relatif murah dan peserta didik dapat belajar melalui internet dengan tanpa batasan
waktu dan ruang, belajar melalui televisi, radio dan surat kabar yang setiap saat hadir di
hadapan kita.Untuk itu guru harus senantiasa mengembangkan profesinya secara profesional,
sehingga tugas dan peran guru sebagai pengajar masih tetap diperlukan sepanjang hayat.
3. Guru Sebagai Pembimbing
Guru sebagai pembimbing dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang
berdasar-kan pengetahuan dan pengalamannya yang bertanggungjawab.Sebagai pembimbing,
guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan
yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai kelancarannya sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
4. Guru Sebagai Pengarah
Guru adalah seorang pengarah bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua. Sebagai
pengarah guru harus mampu mengarkan peserta didik dalam memecahkan permasalahan-
permasalahan yang dihadapi, mengarahkan peserta didik dalam mengambil suatu keputusan dan
menemukan jati dirinya.
Guru juga dituntut untuk mengarahkan peserta didik dalam mengembangkan potensi
dirinya, sehingga peserta didik dapat membangun karakter yang baik bagi dirinya dalam meng-
hadapi kehidupan nyata di masyarakat.
5. Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan ketrampilan, baik intelektual
maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih, yang bertugas
melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar sesuai dengan potensi masing-
masing peserta didik.
Pelatihan yang dilakukan, disamping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi
standar, juga harus mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan lingkungan-
nya. Untuk itu guru harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal dan tidak setiap
hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin.
6. Guru Sebagai Penilai
Penilaian atau evaluasi merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena
melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti
apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan
setiap segi penilaian.
14
Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan
kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran
peserta didik.
Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dan dengan teknik
yang sesuai, mungkin tes atau non tes. Teknik apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan
dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak
lanjut.
Dalam perspektif praktis, guru memiliki peran sentral dalam pembelajaran dan kegiatan
administrative lainnya. Secara umum, peranan praktis guru dalam kegiatan belajar mengajar
adalah :
1. Dalam Proses Belajar Mengajar
Sebagaimana telah di ungkapkan diatas, bahwa peran seorang guru sangar signifikan
dalam proses belajar mengajar. Peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal
seperti sebagai pengajar, manajer kelas, supervisor, motivator, konsuler, eksplorator, dsb.
2. Dalam Pengadministrasian
Dalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan
sebagai Pengambil insiatif, pengarah dan penilai kegiatan pendidikan‚ Wakil masyarakatAhli
dalam bidang mata pelajaran‚ Penegak disiplin dan Pelaksana administrasi pendidikan
Sebagai Pribadi– Sebagai dirinya sendiri guru harus berperan sebagai : Petugas
sosialPelajar dan ilmuwan Orang tua, Teladan dan Pengaman
Secara Psikologis – Peran guru secara psikologis adalah: Ahli psikologi
pendidikan, Relationship, Catalytic/pembaharu dan Ahli psikologi
perkembangan WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu
(1) pendidik(nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4)
pelajar (learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja
administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga
3. Peran guru sebagai pendidik (nurturer)
Merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan
dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas
yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan
sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat.
Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak
15
untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani,
bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan,
pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga,
pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual..
4. Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak.
Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh
karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai
dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara.
Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah
laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
5. Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar.
Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar
fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa
tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang
berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku sosial anak.
6. Peran guru sebagai pelajar (leamer).
Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar
supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan
dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan
pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.
7. Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan.
Seorang guru diharapkan dapat mem-bantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam
mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan
resmi maupun pertemuan insidental.
8. Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat.
Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang
yang sedang dilakukan. Ia dapat mengem-bangkan kemampuannya pada bidang-bidang
dikuasainya.
9. Guru sebagai administrator.
Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai
administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut
bekerja secara administrasi teratur.
16
Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan
secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat
hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan
tugasnya dengan baik.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan hal penting dan menjadi suatu kebutuhan pokok terutama di
masa sekarang, sehingga keberadaan pendidikan memiliki posisi penting sebagai strategis
masyarakat untuk menghadapi tantangan hidup sulit di masa depan. Pendidikan harus mampu
beradabtasi dengan pendidikan di era digital yang bisa dibantu seorang guru dan pihak sekolah.
Pendidikan dikondisikan menjadi motor yang mampu membawa kita pada kesejajaran zaman
agar kita tidak terlalu jauh di belakang. Pada abad ke-21, guru dituntut lebih kritis, aktif, kreatif,
inovatif, dan kolaboratif terhadap perkembangan zaman, pekembangan zaman, teknologi
maupun trend mengajar. Abad 21 benar-benar membutuhkan guru yang profilnya efektif,
professional dan mempesona yang cocok untuk menghadapi tantangan abad 21. Kompetensi
guru yang sudah dirumuskan pemerintah meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi pedagogik perlu dikontekstualisasikan dan
dilakukan penyesuaian sehingga mampu mempersiapkan dan memprediksi kebutuhan belajar
peserta didik abad 21 dan tuntutan masyarakat abad 21.
B. Saran
Demikianlah tugas ini dapat kami perbuat,kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna.oleh karena itu,kritik dan saran akan kami terima demi
kelancaran tugas kami kedepannya.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Akmal, H., & Susanto, H. (2018). Efektivitas penggunaan aplikasi pembelajaran berbasis
mobile smartphone sebagai media pengenalan sejarah lokal masa revolusi fisik
Di Kalimantan Selatan Pada Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal Historia,
6(2), 197-206.
20