Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH BAHAN KONSTRUKSI TEKNIK KIMIA

“LOGAM FASA TUNGGAL”

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahan Konstruksi Teknik Kimia

Dosen Pengampu : Panca Nugrahini F., S.T., M.T.

Disusun Oleh Kelompok 7 :

Nadhine Salsabilla Ramadhani 2315041071


Syahdan Attamimul Farij 2315041072
Athallah Dzaky Awani 2315041073
Dhea Nur Azizia 2315041074

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga Makalah Bahan Konstruksi Teknik Kimia yang berjudul “
KONSEP DASAR BAHAN KONSTRUKSI TEKNIK KIMIA” ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Konsep Dasar Bahan
Konstruksi Teknik Kimia.

Penyusunan Makalah ini pun tidak luput dari bantuan maupun kerja sama dengan pihak lain. Oleh karena
itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Panca Nugrahini F., S.T., M.T. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Konsep Dasar Bahan Konstruksi
Teknik Kimia Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung.

2. Seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu di sini. Atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan makalah ini kami ucapkan terima
kasih.

Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah.

Akhir kata, semoga bantuan serta dukungan yang telah diberikan oleh semua pihak di atas dapat menjadi
amalan yang bermanfaat dan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa

Bandar Lampung, 29 Februari 2024

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................................................
BAB 1.....................................................................................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................................................
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................................................
1.2 Capaian Pembelajaran..................................................................................................................................................
1.3 Tujuan Umum..............................................................................................................................................................
1.4 Tujuan Khusus.............................................................................................................................................................
BAB 2.....................................................................................................................................................................................
Pembahasan..........................................................................................................................................................................
2.1 Pengertian Logam........................................................................................................................................................
2.2 Pengertian Logam Fasa Tunggal..................................................................................................................................
2.3 Jenis dan Fungsi Logam..............................................................................................................................................
2.4 Sifat-Sifat Unsur Logam..............................................................................................................................................
2.5 Sifat Kimia Logam....................................................................................................................................................
2.6 Titik Didih dan Titik Leleh........................................................................................................................................
2.7 Klasifikasi Logam......................................................................................................................................................
2.8 Paduan Fasa Tunggal.................................................................................................................................................
2.9 Pemrosesan Paduan Fasa Tunggal.............................................................................................................................
2.10 Diagram Fasa...........................................................................................................................................................
2.11 FasaTransformasi Logam.........................................................................................................................................
BAB 3...................................................................................................................................................................................
KESIMPULAN.......................................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Logam merupakan bahan yang lebih sederhana bila dibandingkan dengan dua kelompok bahan utama
lainnya (polimer dan keramik). Hal ini dikarenakan logam pada umumnya hanya terdiri dari satu jenis
atom (atau merupakan larutanpadat seperti kuningan dimana seng menggantikan tembaga tanpa adanya
perubahan struktur). Pada umumnya logam terdiri dari satu fasa, termasuk termasuk logam murni
komersil dengan satu komponen. Sebagai contoh: kawat listrik tembaga, seng untuk pelapis lembaran
baja, dan aluminium untuk alat-alat rumah tangga. Meskipun demikian tidak sedikit dilakukan perpaduan
atau pencampuran (alloy) antar logam berbeda jenis untuk memperbaiki sifat antara lain membuat lebih
kuat, membuat pewarnaan/mengkilap dll. Paduan adalah logam fasa tunggal bila batas solubilitas tidak
dilampaui. Contoh: kuningan (panduan tembaga dan seng), perunggu (panduan tembaga dan timah putih),
tembaga-nikel.
Sifat paduan berbeda dengan sifat logam murni. Salah satu sifat yang ditimbulkan adalah peningkatan
kekuatan dan kekerasan disebabkan oleh adanya atom-atom yang larut yang menghambat pergerakan
dislokasi dalam kristal dalam sewaktu terjadi deformasi plastic. Ketidakmurnian sedikit saja mengurangi
daya hantar listrik logam dimana atom asing mengganggu uniformitas medan listrik dalam kisi kristal.
Pada logam, elektron membawa sebagian besar energi hantaran panas. Karena elektron menghantarkan
panas maka penghantar listrik yang baik merupakan penghantar panas yang baik pula. Jadi ada kaitannya
antara daya hantar panas dan daya hantar listrik.
Butiran logam sebagai kristal individu, sedangkan bahan yang berbutir banyak disebut poligranular atau
polikristalin. Kristal yang berdekatan memiliki orientasi yang berbeda oleh karena itu terdapat batas butir.
Struktur mikro dengan fasa tunggal dapat diubah dengan cara mengubah ukuran, bentuk, dan orientasi
butiran. Aspek ini saling bergantung karena bentuk dan ukiran butir tergantung pada pertumbuhan butir.
Selain itu bentuk butir biasanya tergantung pula pada orientasi kristal butir selama pertumbuhan. Besar
butir dinyatakan dalam ukuran diameter. Beberapa bentuk butiran adalah sumbu sama, bentuk pipih,
kolum atau dendritic (cabang pohon). Orientasi butir dalam logam adalah acak meliputi tiga arah
koordinatnya. Contoh arah dalam besi memiliki permeabilitas magnetik yang lebih tinggi daripada dalam
arah lainnya.

1. 2 Capaian Pembelajaran
1. Memahami apa yang dimaksud dengan logam fasa tunggal
2. Mengetahui apa saja yang termasuk kedalam logam fasa tunggal.
3. Menjadi bahan masukan bagi penulis untuk bekal di lingkungan akademik khususnya dan di
masyarakat
nantinya.
4. Menjadi bahan masukan bagi pembaca sebagai sumber informasi dan referensi.

1.3 Tujuan Umum


Guna menambah pengetahuan dan wawasan tentang setelah mempelajari mata kuliah Bahan Konstruksi
Teknik kimia, mahasiswa mampu memahami serta menjelaskan tentang pengertian dari logam fasa
tunggal.

1.4 Tujuan Khusus


Mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan definisi dari Logam.
2. Menjelaskan definisi dari logam fasa tunggal.
3. Menjelaskan tentang jenis-jenis serta fungsi logam.
4. Menjelaskan tentang sifat-sifat unsur logam.
5. Menjelaskan tentang sifat kimia dari logam.
6. Menjelaskan tentang titik didih dan titik leleh logam.
7. Dapat mengklasifikasi logam.
8. Menjelaskan pengertian paduan fasa logam, sifatnya serta mengetahui struktur mikro paduan
fasa logam.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Logam

Logam didefinisikan sebagai unsur kimia yang mempunyai sifat-sifat : liat, kuat, keras, penghantar listrik
dan panghantar panas, mengkilap dan pada umumnya mempunyai titik cair yang tinggi. Sementara
pengertian logam adalah elemen kerak bumi (mineral) yang terbentuk secara alami, di mana jumlah
logam diperkirakan 4% dari kerak bumi. Logam dalam bidang keteknisian adalah besi, yang biasanya
dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan, pipa-pipa, alat-alat pabrik dan sebagainya.

Logam ferro adalah sebuah logam paduan yang terdiri dari campuran unsur karbon dengan besi. Untuk
menghasilkan suatu logam paduan yang mempunyai 2 sifat yang berbeda dengan besi dan karbon, maka
dicampur dengan berbagai macam logam lainnya. Logam ferro juga disebut besi karbon atau baja karbon.
Bahan dasarnya adalah unsur besi (Fe) dan karbon ( C) , tetapi sebenarnya juga mengandung unsur lain
seperti : silisium, mangan, fosfor, belerang dan sebagainya yang kadarnya relatif rendah. Unsur-unsur
dalam campuran itulah yang mempengaruhi sifat-sifat besi atau baja pada umumnya, tetapi unsur zat
arang (karbon) yang paling besar pengaruhnya terhadap besi atau baja terutama kekerasannya.

2.2 Pengertian Logam Fasa Tunggal


Fasa adalah bagian dari bahan yang mempunyai struktur atau komposisi tersendiri. Misal es –air.
Komposisinya sama, es adalah bahan padat kristalin dengan kisi heksagonal, sedangkan air adalah cairan.

Logam fasa tunggal adalah logam yang mempunyai satu jenis unsur saja yang disebut dengan logam
murni. Salah satu cara untuk menghitung logam fasa taunggal adalah dengan menggunakan metode
lingkaran. Jika ada logam fasa tunggal, maka ada yang disebut sebagai logam fasa majemuk yang
merupakan suatu logam yang memiliki dua atau lebih jenis unsur didalamnya dan merupakan logam
campuran. Perbedaan antara keduanya yaitu struktur logam murni atau tunggal hanya dipengaruhi oleh
suhu, sedangkan struktur paduan dipengaruhi oleh suhu dan komposisi.
Fasa pada suatu material didasarkan atas daerah yang berbeda dalam struktur atau kompisisi dari daerah
lainnya. Fasa adalah bagian homogen dari suatu system yang memiliki sifat fisik dan kimia yang seragam.
Contohnya :
 Satu fase, contohnya logam murni, padatan, cairan
 Lebih 1 fase, contohnya larutan air-gula dengan gula (larutan air-gula yang melampaui batas
kelarutan)
 System fase tunggal (homogen)
 System 2 atau lebih fase (campuran atau system heterogen)
Perubahan Struktur pada bahan paduan terdiri dari phase tunggal, serta phase campuran, dimana phase
adalah bagian dari perubahan sistem kimia untuk menghasilkan paduan dengan karakter khusus
bergantung pada komposisi dan temperatur pendinginannya Phase berada selama pendinginan dan pada
temperatur ruangan serta tergantung pula pada perilaku susunan unsur-unsur lainnya. Perilakunya struktur
logam paduan pada temperatur ruangan dapatdiklasifikasikan ke dalam :
 Larutan padat penuh (terjadi persenyawaan penuh)
 Bukan larutan padat penuh (tidak terjadi persenyawaan penuh)
 Larutan padat terbatas (terjadi persenyawaan terbatas)
 Membentuk formasi antar campuran bahan logam.

2.3 Jenis dan Fungsi Logam


Logam adalah unsur yang jumlahnya paling banyak di bumi ini. Jenis-jenis logam logam memiliki sifat
dan
kegunaanya masing-masing.
 Dalam pengelompokkan logam secara umum, terbagi menjadi 4 kelompok berdasarkan jenisnya,
yaitu :

1. Logam Berat
Dalam kelompok logam berat, secara umum berasal dari logam secara seluruhnya. Sebagai
contohnya adalah logam berupa nikel, besi, krom, timah, tembaga, seng timah hitam dan juga
putih serta masih ada banyak yang lainya.

2. Logam Ringan
Dalam kelompok logam ringan, tersusun dari logam penyusunnya ringan. Contoh dari logam
ringan ini seperti magnesium, aluminium, titanium, kalsium, natrium, barium dan kalium.

3. Logam Tahan Api


Adapun yang dimaksud dengan logam tahan api adalah jenis logam yang mampu menahan atau
mampu tahan terhadap api dengan kisaran suhu tertentu. Contohnya dari logam tahan api ini
adalah titanium, zirkonium, wolfram, dan molibden.

4. Logam Mulia
Terakhir adalah logam mulia, biasanya jenis logam ini sering dipakai dan digunakan untuk
perhiasan atau peralatan lainnya. tak hanya itu untuk jenis logam mulia ini biasanya berikan harga
yang cukup mahal. Contoh dari logam mulia ini adalah emas, platina, dan perak.

 Pengelompokkan logam dari bahan dasar penyusunnya terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Logam Besi (Ferrous)
Jenis logam yang paduannya terdiri dari bahan penyusunnya berupa campuran unsur karbon
dengan besi. Untuk jenis logamnya berupa besi tuang, besi tempa, baja karbon sedang dan tinggi,
baja lunak dan baja karbon campuran.

2. Logam Non Besi (Non Ferrous)


Jenis logam non besi ini memiliki paduan atau campuran yang mengandung Fe. Dalam logam ini
antara lain alumunium, tembaga, timbel dan timah.

Sampai saat ini, terdapat 65 logam yang terbentuk secara alami di bumi, namun hanya sedikit yang bisa
dimanfaatkan dengan cara yang benar. Logam-logam yang dapat dimanfaatkan ini hanya mencapai 20
buah, baik yang berdiri sendiri maupun sebagai bagian dari aloi (campuran dari dua buah logam atau
lebih dan zat lainnya). Aloi ini dibuat untuk membuat logam yang memiliki sifat berbeda dari
sebelumnya, agar dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Jenis Logam dan juga Kegunaanya ialah sebagai berikut :


 Platina
Logam ini yang mempunyai warna putih keperakan, mudah dibentuk, dan digunakan untuk
membuat perhiasan, barang elektronik, serta sebagai katalisator.

 Plutonium
Adalah logam radioaktif yang dapat dihasilkan dengan cara membombardir uranium dalam
reaktor nuklir serta digunakan dalam senjata nuklir.
 Raksa
Raksa adalah logam berbentuk cairan yang berat. Logam cair ini mempunyai warna putih
keperakan, serta beracun. Digunakan dalam termometer, tapal gigi serta digunakan dalam
beberapa bahan peledak.

 Seng
Suatu logam yang mempunyai warna putih kebiruan yang diambil dari mineral seng blende
(sfarelit). Logam tersebut digunakan untuk galvanisasi pada besi agar tidak berkarat. Logam
tersebut juga dapat digunakan di baterai-baterai listrik tertentu serta dalam aloi-aloi seperti
kuningan.

 Solder
Solder atau patri lunak adalah paduan logam yang mudah meleleh, yang digunakan untuk
menyambungkan dua material logam. Seperti digunakan untuk menyambungkan kabel-kabel
dalam barang-barang elektronik.
 Tembaga
Logam yang mudah dibentuk, mempunyai warna kemerah-merahan, dan dapat digunakan untuk
membuat kabel listrik, tangki air panas, serta aloi kuningan, perunggu, dan juga kupronikel.

 Timah
Suatu logam yang lunak, serta mudah dibentuk, yang mempunyai warna putih keperakan. Logam
tersebut dapat digunakan untuk menyepuh baja, guna menghentikan korosi serta juga dalam aloi
perunggu, pewter (logam campuran timah dan juga timbal), serta solder. Logam berat yang
mempunyai warna biru keputih-putihan dan juga mudah dibentuk serta beracaun, yang diambil
dari mineral galena serta digunakan dalam baterai, atap, dan juga sebagai perisai radiasi dari sinar
X.
 Titanium
Suatu logam yang kuat, yang mempunyai warna putih, dan juga mudah dibentuk. Logam tersebut
sangat tahan terhadap korosi serta digunakan untuk aloi-aloi dalam pesawat luar angkasa, pesawat
terbang, serta kerangka sepeda.

 Alumunium
Alumunium ialah logam yang mempunyai warna putih keperak-perakan serta juga memiliki sifat
sangat ringan dan juga tahan terhadap korosi(karat). Logam tersebut berasal dari bijihnya,
bauksit, dengan proses elektrolisis. Alumunium ini digunakan dalam kabel-kabel listrik lintas
udara, pesawat terbang, kapal, mobil, dan juga kaleng minuman.

 Baja
Baja mempunyai peran yang sangat penting didalam kehidupan manusia, yang disebabkan karena
Baja adalah aloi besi dan juga karbon yang salah satu dari sedikit bahan terpenting didalam
industri.

 Besi
Besi adalah logam yang mempunyai warna abu-abu keputihan. Logam tersebut dihasilkan dari
peleburan bijih hematit didalam tanur sembur. Besi dapat digunakan sebagai bahan bangunan dan
juga dapat digunakan dalam bidang teknik, serta dimanfaatkan untuk dapat membuat aloi baja.

 Emas
Emas memiliki sifat yang lunak, dan mempunyai warna kuning terang yang digunakan sebagai
perhiasan dan juga alat-alat elektronik.

 Kalium
Kalium ialah logam ringan yang mempunyai warna keperakan, dan juga mempunyai sifat sangat
reaktif. Senyawa-senyawa kalium digunakan dalam pupuk kimia dan juga untuk pembuatan kaca.

 Kalsium
Logam ini yang mempunyai warna putih keperakan, dan memiliki sifat yang mudah dibentuk
sesuai dengan tempat ditemukannya, yaitu didalam batu kapur serta kapur. Pemanfaatan logam
ini biasanya untuk membuat semen serta baja kualitas tinggi.

 Kuningan
Kuningan adalah sebuah aloi yang terbuat dari tembaga dan juga seng. yang pemanfaatanya
sangat banyak terjadi di bumi ini, yaitu sebagai barang hiasan, sekrup, alat-alat musik, serta paku-
paku kecil. Kuningan adalah paduan logam tembaga dan logam seng dengan kadar tembaga
antara 60-96% massa. Dalam perdagangan dikenal 3 jenis kuningan, yaitu:
 Kawat kuningan (brass wire) kadar tembaga antara 62-95%
 Pipa kuningan (seamless brass tube) kadar tembaga antara 60-90% (Sumber: Dep.PU,
1985)
 Plat kuningan (brass sheet) kadar tembaga antara 60-90%. Paduan ini menghasilkan
berbagai macam sifat dan warna. Jumlah seng yang meningkat memberi kekuatan dan
keuletan yang lebih baik. Pergantian warna pada kuningan bisa menjadi merah ke kuning
tergantung banyaknya atau sedikitnya kadar seng yang ditambahkan ke dalam campuran.

Kuningan memiliki sifat tingkat ketahanan dan kekuatan daripada tembaga, namun tidak sekuat
baja atau stainless steel. Logam berwarna cantik ini sangat mudah diaplikasikan ke berbagai
bentuk juga termasuk ke dalam jenis konduktor panas yang baik.

 Kupronikel
Merupakan aloi yang terbuat dari tembaga serta nikel yang digunakan untuk membuat uang
logam berwarna perak.
 Kromium
Kromium ialah logam yang mempunyai warna abu-abu, serta memiliki sifat yang keras.
Kromium sering digunakan untuk membuat baja tahan karat serta melapisi logam-logam lain
untuk melindunginya dan memberi penampikan mengkilap yang memantul.

 Magnesium
Logam yang rigan yang mempunyai warna perak keputih-putihan yang apabila terbakar akan
menghasilkan nyala api putih terang, logam tersebut digunakan dalam suar penyelamatan dan
juga dalam pembuatan kembang api dalam aloi-aloi ringan.

 Natrium
Natrium adalah sebuah logam yang sangat reaktif, memiliki sifat lunak dan yang mempunyai
warna putih keperakan. Logam tersebut terdapat dalam garam dapur serta digunakan untuk lampu
jalanan serta didalam industri kimia.

 Perak
Perak ialah suatu logam yang mudah untuk dibentuk, mempunyai warna putih abu-abu yang
merupakan konduktor panas serta listrik yang sangat baik. Logam tersebut digunakan untuk dapat
membuat perhiasan, peralatan perak serta film fotografi.

 Perunggu
Logam tersebut adalah sebuah aloi dari tembaga serta timah yang dikenal sejak jaman kuno. Aloi
tersebut juga memiliki sifat tahan korosi dan mudah dibentuk. Dibanyak negara, perunggu
dimanfaatkan untuk membuat uang logam yang bernilai rendah. Perunggu adalah campuran tembaga
dengan unsur kimia lain, biasanya dengan timah, walaupun bisa juga dengan unsur-unsur lain seperti
fosfor, mangan, alumunium, atau silikon. Perunggu bersifat keras dan digunakan secara luas dalam
industri. Perunggu sangat penting pada masa lampau, bahkan pernah suatu masa disebut sebagai
Zaman Perunggu.

Ditemukannya perunggu membuat manusia bisa menciptakan benda-benda perunggu yang lebih baik
daripada segala benda yang diciptakan pada zaman sebelumnya. Alat-alat, senjata, dan material
bangunan lainnya yang dibuat dari perunggu bisa lebih keras dan lebih tahan daripada peralatan
sebelumnya yang terbuat dari batu dan tembaga. Pada awalnya perunggu dicampur dengan arsenik
untuk membentuk perunggu arsenik. Berikutnya timah yang digunakan, dan timah menggantikan
posisi arsen di akhir abad ke-3 sebelum masehi. Perunggu timah lebih unggul dibandingkan perunggu
arsenik karena proses pembentukan dan pembuatannya lebih mudah. Selain itu, timah juga tidak
beracun, jika dibandingkan dengan arsen yang beracun.

Perunggu dari timah yang tertua diperkirakan berasal dari sejak milenium ke-4 sebelum masehi di
Susa (Iran) dan beberapa situs kuno lainnya di China, Luristan (Iran) dan Mesopotamia (Iraq).
Perunggu merupakan suatu paduan dari logam yang berbasis tembaga dengan timah sebagai aditif
utama. Beberapa paduan perunggu, memiliki fosfor, mangan, alumunium, atau silikon sebagai bahan
paduan utama. Perunggu biasanya kuat, tangguh, dan tahan korosi dengan konduktivitas listrik dan
termal yang tinggi. Perunggu yang paling umum digunakan dalam aplikasi bushing dan bantalan.

Perunggu hanya mengoksidasi dangkal, lapisan oksida yang tipis melindungi logam dari korosi.
Tembaga berbasis paduan memiliki titik lebur yang lebih rendah dari baja atau besi, dan lebih mudah
diproduksi. Perunggu pada umumnya lebih berat dari baja sekitar 10 persen, meskipun paduan
menggunakan aluminium atau silikon mungkin akan sedikit kurang padat. Perunggu tahan korosi
(terutama korosi air laut) dan kelelahan lebih baik dari pada baja dan juga menghantarkan panas dan
listrik lebih baik daripada kebanyakan baja (Indiyanto, 2003).

 Uranium
Suatu logam yang mempunyai warna putih keperakan, radioaktif yang digunakan ialah sebagai
sumber tenaga nuklir serta senjata nuklir.

 Vanadium
Suatu logam yang keras, dan juga putih beracun, yang digunakan untuk meningkatkan kekerasan
aloi-aloi baja. Dalam sebuah senyawa, vanadium digunakan sebagai katalisator untuk pembuatan
asam sulfat.

 Wolfram
Suatu logam yang keras, mempunyai warna abu-abu keputihan. Logam tersebut digunakan dalam
filamen lampu, pada barang-barang elektronik, dan juga pada aloi-aloi baja untuk dapat membuat
alat-alat pemotong bertepi tajam.

2.4 Sifat-sifat Unsur Logam


Logam mempunyai sifat-sifat istimewa yang menjadi dasar penggunaanya.

Sifat-sifat tersebut dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Kuat Kecuali raksa, semua berwujud padat pada suhu kamar. Kekerasan dan kekuatan logam
dapat ditingkatkan dengan cara mencampurkan logam dengan logam yang lain ataudengan non
logam yang disebut aliase (alloy) misalnya aliase aluminium dengan magnesium yang
dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi bangunan, jembatan dankendaraan bermotor.
2. Dapat ditempa dan dapat direnggangkan. Bergantung pada kemudahan lapisan-lapisan atom
menggelincir diatas lapisan atom lainnya yang terdapat dalam kristal logam. Semakin simetris
susunan atom dalam suatu logam akan semakin mudah ditempa dan diregangkan. Elektron
valensi yang berada dalam logam mengelilingi ion logam yang bermuatan positif secara simetris
karena gaya tarik antar ion logam dan elektron valensi sama ke segala arah. Sehingga bila
ditempa, logam tidak akan remuk, tetapi akan menggeser. Logam tidak hancur bila dipukul.
Maka, logam dapat ditempa untuk membuat berbagai perkakas, barang kerajinan atau perhiasan.
Logam dapat pula diulur menjadi kawat.
3. Konduktor lsitrik yang baik. Elektron valensi yang mudah bergerak memungkinkan muatan
negatif yang berasal dariluar mendorong lautan electron, sehingga listrik dapat mengalir melalui
logam. Sifat iniyang mendasari penggunaan logam sebagai kabel listrik, serta alat memasak
seperti ketel, panci dan kuali.
4. Penghantar Panas Yang Baik bila bagian tertentu dari logam dipanaskan, maka elektron-elektron
pada logam tersebutakan menerima sejumlah energi, sehingga energi kinetiknya bertambah dan
gerakannyamakin cepat. Elektron yang bergerak cepat itu akan menyerahkan sebagian
energikinetiknya kepada elektron lain sehingga seluruh bagian logam menjadi panas dan naik
suhunya.
5. Mengkilap jika digosok atau terkena cahaya. Kilap logam terjadi karena permukaan logam
memantulkan semua cahaya dari sinar tanpak yang mengenainya. Pada saat logam terkena
cahaya, elektron-elektron bebas pada logam naik ke tingkat energi yang lebih tinggi (tereksitasi),
kemudian memancarkan kembali semua energi cahaya yang telah diserapnya pada saat kembali
ke tingkat energi awal. Logam dimanfaatkan sebagai perhiasan maupun untuk dekorasi karena
memiliki sifat mengkilap jika di gosok.
6. Pada suhu kamar berwujud padat kecuali raksa (berwujud cair).
7. Memilki Kerapatan Relatif Tinggi, sifat kerapatan logam menunjukkan struktur logam.
 Tipe a : struktur kubus sederhana (sc = simple cubic)
 Tipe b : struktur kubus berpusat tubuh (bcc = body centered cubic)
 Tipe c : struktur kubus berpusat muka (fcc = face centered cubic)
2.5 Sifat Kimia Logam
Secara kimia, sifat logam dikaitkan dengan keelektronegatifan, yaitu kecenderungan melepas elektron
membentuk ion positif. Jadi, sifat logam tergantung pada energi ionisasi. Ditinjau dari konfigurasi
elektron, unsur- unsur logam cenderung melepaskan elektron (memiliki energi ionisasi yang kecil),
sedangkan unsur-unsur bukan logam cenderung menangkap elektron (memiliki keelektronegatifan yang
besar).

Sesuai dengan kecenderungan energi ionisasi dan keelektronegatifan, maka sifat logam-nonlogam dalam
periodik unsur adalah:

1. Dari kiri ke kanan dalam satu periode, sifat logam berkurang, sedangkan sifat nonlogam
bertambah.
2. Dari atas ke bawah dalam satu golongan, sifat logam bertambah, sedangkan sifat nonlogam
berkurang
Jadi, unsur-unsur logam terletak pada bagian kiri-bawah sistem periodik unsur, sedangkan unsur-unsur
nonlogam terletak pada bagian kanan-atas. Batas logam dan nonlogam pada sistem periodik sering
digambarkan dengan tangga diagonal bergaris tebal, sehingga unsurunsur di sekitar daerah perbatasan
antara logam dan nonlogam itu mempunyai sifat logam sekaligus sifat nonlogam. Unsur-unsur itu disebut
unsur metaloid. Contohnya adalah boron dan silikon. Selain itu, sifat logam juga berhubungan dengan
kereaktifan suatu unsur. Reaktif artinya mudah bereaksi. Unsur-unsur logam pada sistem periodik unsur
makin ke bawah semakin reaktif (makin mudah bereaksi) karena semakin mudah melepaskan elektron.
Sebaliknya, unsur-unsur bukan logam pada sistem periodik makin ke bawah makin kurang reaktif (makin
sukar bereaksi) karena semakin sukar menangkap elektron. Jadi, unsur logam yang paling reaktif adalah
golongan IA (logam alkali) dan unsur nonlogam yang paling reaktif adalah golongan VIIA (halogen)
(Martin S. Silberberg, 2000).
2.6 Titik Didih dan Titik Leleh
Berdasarkan titik leleh dan titik didih dapat disimpulkan sebagai berikut:
 Dalam satu periode, titik cair dan titik didih naik dari kiri ke kanan sampai golongan IVA,
kemudian turun drastis. Titik cair dan titik didih terendah dimiliki oleh unsur golongan VIIIA.
 Dalam satu golongan, ternyata ada dua jenis kecenderungan: unsur-unsur golongan IA – IVA,
titik cair dan titik didih makin rendah dari atas ke bawah; unsur-unsur golongan VA – VIIIA, titik
cair dan titik didihnya makin tinggi.
 k cair dan titik didihnya makin tinggi.
2.7 Klasifikasi Logam
Logam adalah elemen kerak bumi (mineral) yang terbentuk secara alami. Jumlah logam diperkirakan 4%
dari kerak bumi. Logam dalam bidang keteknisian adalah besi. Biasanya dipakai untuk konstruksi
bangunan-bangunan, pipa-pipa, alat-alat pabrik dan sebagainya. Contoh dari logam yang sudah memiliki
sifat-sifat penggunaan teknis tertentu dan dapat diperoleh dalam jumlah yang cukup adalah besi,
tembaga, seng, timah, timbel nikel, aluminium, magnesium. Kemudian tampil logam-logam lain bagi
penggunaan khusus dan paduan, seperti emas, perak, platina, iridium, wolfram, tantal, molybdenum,
titanium, vokalt, anti monium (metaloid), khrom, vanadium, beryllium, dan lain-lain. Logam adalah
unsur kimia yang mempunyai sifat-sifat, yaitu :
 Dapat ditempa dan diubah bentuk
 Penghantar panas dan listrik
 Keras (tahan terhadap goresan, potongan atau keausan), kenyal (tahan patah bila dibentang), kuat
(tahan terhadap benturan, pukulan martil), dan liat (dapat ditarik).
Yang dimaksud besi dalam bidang keteknisan adalah besi teknis, bukan besi murni, karena besi murni
(Fe) tidak memenuhi pernyataan teknik, persyaratan teknik adalah kekuatan bahan, keuletan, dan
ketertahanan terhadap pengaruh luar (korosi, aus, bahan kimia, suhu tinggi dan sebagainya).
Besi teknis selalu tercampur dengan unsure-unsur lain misalnya karbon (C), silicon (Si), mangan (Mn),
Fosfor (P), dan belerang (S). Unsur-unsur tersebut harus dalam kadar tertentu, sesuai dengan sifat-sifat
yang dikehendaki, secara garis besar besi teknik terbagi menjadi :
1. Besi kasar : kadar karbon lebih besar dari 3,5%, tidak dapat ditempa.
2. Besi : kadar karbon lebih besar dari 2,5%, tidak dapat ditempa.
3. Baja : kadar karbon kurang dari 1,7%, dapat ditempa.
2.8 Paduan Fasa Logam
Pada umumnya logam terdiri dari satu fasa, termasuk logam murni komersil dengan satu komponen.
Sebagai contoh : kawat listrik tembaga, seng untuk pelapis lembaran baja, dan aluminium untuk
alat-alat rumah tangga. Meskipun demikian tidak sedikit dilakukan perpaduan atau pencampuran
(alloy) antar logam berbedajenis untuk memperbaiki sifat antara lain membuat lebih kuat, membuat
pewamaan/mengkilap dll. Paduan adalah logam fasa tunggal bila batas solubilitas tidak dilampaui.
Contoh :
 Kuningan (paduan tembaga dan seng)
 perunggu (paduan tembaga dan timah putih)
 tembaga-nikel.
2.8.1 Sifat Paduan Fasa Tunggal

Sifat paduan berbeda dengan sifat logam murni. Berikut adalah sifat yang ditimbulkan, yaitu:
 Peningkatan kekuatan dan kekerasan disebabkan oleh adanya atom-atom yang larut yang
menghambat pergerakan dislokasi dalam kristal sewaktu terjadi deformasi plastik.
 Ketidakmurnian sedikit saja mengurangi daya hantar listrik logam dimana atom asing
mengganggu uniformitas medan listrik dalam kisi kristal.
 Pada logam, elektron membawa sebagian besar energi hantaran panas. Karena elektron
menghantarkan panas maka penghantar listrik yang baik merupakan penghantar panas yang baik
pula. Jadi ada kaitan antara daya hantar panas dan daya hantar listrik.
 Jika k menyatakan daya hantar listrik (satuan watt/m) dan o menyatakan daya hantar panas
(satuan °C/m) ➔ hubungan kedua besaran tersebut dikenal sebagai perbandingan Wiedeman --
Franz (W-F).

2.8.2 Struktur Mikro Paduan Fasa Tunggal

Pemaduan logam membuat struktur dalam keadaan setimbang pada temperature dan tekanan tertentu.
Butiran logam sebagai kristal individu, sedangkan bahan yang berbutir banyak disebut poligranular atau
polikristalin. Kristal yang berdekatan memiliki orientasi yang berbeda oleh karena itu terdapat batas butir.

Struktur mikro dengan fasa tunggal dapat diubah dengan cara mengubah ukuran, bentuk dan orientasi
butiran. Aspek ini saling bergantungan karena bentuk dan ukuran butir tergantung pada pertumbuhan
butir. Selain itu bentuk butir biasanya tergantung pula pada orientasi kristal butir selama pertumbuhan.

Besar butir dinyatakan dalam ukuran diameter. Beberapa bentuk butiran adalah sumbu sama, bentuk
pipih, kolum atau dendritic (cabang pohon).

Orientasi butir dalam logam adalah acak meliputi tiga arah koordinatnya. Contoh arah [100] dalam besi
memiliki permeabilitas magnetik yang lebih tinggi daripada dalam arah lainnya.
Contoh soal :
2.8.3 Jenis Pemanduan Logam (Alloy)
Pemaduan terjadi akibat adanya susunan atom sejenis ataupun ada distribusi atom yang lain pada susunan
atom lainnya. Pemaduan logam merupakan kombinasi dari 2 atau lebih jenis logam, dapat berupa
campuran 2 struktur kristalin (besi kpr dan Fe3C dalam baja konstruksi) atau larutan padat (misal :
kuningan). Paduan logam sengaja dibuat dengan komposisi tertentu agar berubah sifat, sesuai yang
dikehendaki.

Contoh :
• Perak sterling, yakni 7,5% Cu dan 92,5% Ag menjadi perak lebih keras, kuat, ulet dan murah
• Kuningan Cu dan Zn dengan maksimail 40% Zn menjadikan kuningan lebih keras, kuat, ulet dengan
konduksivitas listrik < Cu

Paduan logam mudah terbentuk bila pelarut dan atom yang terlarut mempunyai ukuran dan struktur ℯ
yang sama
Larutan padat dapat terjadi bila :
 Perbedaan ukuran jari-jari atom ≤ 15%
 Struktur kristal sama
 Valensinya sama

Faktor pembatas:
 Jumlah atom subtitusi (bukan berat atom subtitusi)

Macam-Macam Larutan Padat :


1. Subtitusi tertata
Tidak pernah terjadi pada suhu tinggi, karena agitasi termal cenderung mengacaukan tatanan
atom.

2. Subtitusi acak
Kemungkinan suatu unsur menggantikan atom lain adalah sebanding dengan persentase atom
unsur dalam paduan.

3. Interstisi
Dapat terjadi bila ada atom-atom kecil yang dikelilingi atom-atom besar.

Untuk jenisnya ada 2 yaitu :


 Unsur logam + unsur logam, contohnya Cu+Zn, Cu+Zn, Cu+Sn
 Unsur logam + unsur non logam, contohnya Fe+C

2.9 Pemrosesan Paduan Fasa Tunggal

1. Proses permulaan yang dialami sebagian besar logam ialah pengecoran. Dalam keadaan cair,
logam-logam tersebut dimurnikan secara kimia untuk menghilangkan ketidakmurnian.

Teknik pengecoran adalah teknik pencetakan logam dengan cara mencair logam dan menuangkan
cairan logam kedalam cetakan. Cairan logam akan mengisi seluruh rongga cetakan. Setelah
logam cair tersebut membeku maka akan dihasilkan proseuk dengan bentuk yang sama dengan
bentuk rongga cetakan. Pengecoran dapat dilakukan dengan Teknik gravitasi, centrifugal, die
casting, daninvestment casting.

Pengubahan Bentuk logam Teknik pengecoran adalah block mesin. blade pompa, perlengkapan
pipa. casing pompa, dan pencetakan ingot pencetakan slab.

Pengecoran Logam adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair dan cetakan
untuk menghasilkan bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir produk jadi. Logam cair akan
dituangkan atau ditekan ke dalam cetakan yang memiliki rongga cetak (cavity) sesuai dengan
bentuk atau desain yang diinginkan. Setelah logam cair memenuhi rongga cetak dan
tersolidifikasi, selanjutnya cetakan disingkirkan dan hasil cor dapat digunakan untuk proses
sekunder.

Untuk menghasilkan hasil cor yang berkualitas maka diperlukan pola yang berkualitas tinggi,
baik dari segi konstruksi, dimensi, material pola, dan kelengkapan lainnya. Pola digunakan untuk
memproduksi cetakan. Pada umumnya, dalam proses pembuatan cetakan, pasir cetak diletakkan
di sekitar pola yang dibatasi rangka cetak kemudian pasir dipadatkan dengan cara ditumbuk
sampai kepadatan tertentu. Pada lain kasus terdapat pula cetakan yang mengeras/menjadi padat
sendiri karena reaksi kimia dari perekat pasir tersebut. Pada umumnya cetakan dibagi menjadi
dua bagian yaitu bagian atas (cup) dan bagian bawah (drag) sehingga setelah pembuatan cetakan
selesai pola akan dapat dicabut dengan mudah dari cetakan.

Inti dibuat secara terpisah dari cetakan, dalam kasus ini inti dibuat dari pasir kuarsa yang
dicampur dengan Airkaca (Water Glass / Natrium Silikat), dari campuran pasir tersebut
dimasukan kedalam kotak inti, kemudian direaksikan dengan gas CO2 sehingga menjadi padat
dan keras. Inti diseting pada cetakan. Kemudian cetakan diasembling dan diklem.

Sembari cetakan dibuat dan diasembling, bahan-bahan logam seperti ingot, scrap, dan bahan
paduan, dilebur di bagian peleburan. Setelah logam cair dan homogen maka logam cair tersebut
dituang ke dalam cetakan. Setelah itu ditunggu hingga cairan logam tersebut membeku karena
proses pendinginan. Setelah cairan membeku, cetakan dibongkar. Pasir cetak, inti, dan benda
tuang dipisahkan. Pasir cetak bekas masuk ke instalasi daur ulang, inti bekas dibuang, dan benda
tuang diberikan ke bagian fethling untuk dibersihkan dari kotoran dan dilakukan pemotongan
terhadap sistem saluran pada benda tersebut. Setelah fethling selesai apabila benda perlu
perlakuan panas maka diproses di bagian perlakuan panas.
2. Pada paduan seperti kuningan atau perunggu, seng atau timah putih ditambahkan pada tembaga
cair. Dalam keadaan cair, seng atau timah mudah larut dan bercampur secara merata.
3. Langkah berikutnya, logam cair dituang ke dalam cetakan dan dibiarkan membeku. Cetakan
terakhir misalkan coran yang telah membeku memerlukan pemesinan lebih lanjut misalkan
pekerjaan mekanik menjadi batang, kawat, pipa, plat, benda tempa dan sebagainya.
4. Selama mengalami proses mekanik, bentuknya berubah. Pada benda bekerja gaya-gaya melebihi
kekuatan luluh. Pengerjaan mesin dilakukan pada suhu yang lebih tinggi agar bahan tempahan
lebih lunak dan ulet. Pada suhu tinggi energi deformasi yang diperlukan lebih rendah dan
kemungkinan terjadi perpecahan selama proses pembentukan.
5. Proses proses deformasi antara lain berupa: pencairan, penampakan dan ekstrusi.
6. Langkah deformasi pertama dilakukan pada suhu ruang hal ini dilakukan karena ukuran sudah
lebih kecil dan gaya serta energi yang diperlukan juga lebih kecil. Di samping itu logam mudah
teroksider pada suhu tinggi.
7. Deformasi pada logam ketika diberi pembebanan atau perlakuan dari luar bisa berupa deformasi
elastik dan deformasi plastik.Deformasi yang tidak dapat diperoleh kembali saat logam
mengalami penarik an atau penekanan melewati batas elastisnya disebut deformasi plastis.
Deformasi Plastis ini disebabkan oleh pergerakan yang tetap dari atom atau molekul dari posisi
semula dalam latice, dimana pergerakan ini tidak dapat kembali pada keadaan semula. Deformasi
plastispada kristal terjadi secara slip atau twining atau kombinasi keduanya.
8. Deformasi plastik terjadi bila sepotong logam atau bahan padat diberi gaya yang berupa gaya
tarik (benda memanjang), gaya tekan (benda memendek). Hasil dari pembebanan memberikan
regangan elastic yang merupakan hasil dari perpanjangan sel satuan dalam arah tegangan tarik
atau tekanan.
9. Perbandingan antara tegangan dan regangan disebut modulus elastik (E), di mana makin besar
gaya tarik menarik antar logam makin tinggi pula modulus elastisnya. Sedangkan perbandingan
negatif antara regangan melintang ey dan regangan tarik ez disebut bilangan poisson (v).
10. Selain gaya tarik atau gaya tekan, logam juga dapat mengalami gaya geser yang menyebabkan

adanya pergeseran sudut ( ), bagaimana dengan modulus elastik, juga dikenal adanya modulus
geser (G) bahan, di mana terdapat hubungan antara nilai E dan G terhadap bilangan poissonnya,
yaitu :

E =2G(1+v)
bila harga v berkisar antara 0,25 dan 0,5 maka nilai g mendekati 35% dari E.
11. Jika diberi perlakuan eksternal pada seluruh permukaan logam, maka logam mengalami
perubahan dimensi volume dengan nilai konstanta perubahan dimensi volume disebut modulus
bulk (B) yaitu :

B =- =- K= =-

B=

12. Kebergantungan modulus elastik dengan suhu adalah semakin tinggi suhu, nilai modulus elastis
bahan akan menurun. Sedangkan terhadap arah kristal, modulus elastik akan berubah jika arah
kristalografi berubah. Contoh: besi yang mempunyai nilai modulus elastis rata-rata sebesar
205GPa, dalam arah [111] nilai modulus elastis besi adalah 280GPa sedangkan dalam arah
100GPa nilai modulus elastis besi adalah 125GPa.

Modulus elastisitas dapat dibedakan berdasarkan jenis regangannya, diantaranya adalah Modulus
Young, Modulus Bulk dan Modulus Geser.

 Modulus Young

Modulus young adalah suatu besaran yang digunakan untuk mengukur ketahanan suatu
material untuk mengalami perubahan bentuk saat gaya diterapkan pada material tersebut.
Modulus young menyatakan ukuran kekakuan dari suatu material, sehingga semakin
besar modulus young suatu material, maka semakin tidak elastis benda tersebut sehingga
benda sulit mengalami perubahan.

Jika melihat secara matematis maka modulus young dapat dirumuskan sebagai berikut :

F adalah gaya (N), A adalah luas permukaan m 2, L adalah pertambahan panjang (m), dan
L0 adalah panjang mula-mula (m).

 Modulus Bulk

Modulus bulk adalah perbandingan tegangan dan ragangan volume yang dihasilkan.
Secara matematis mobulus bulk didefinisikan sebagai berikut :

Persamaan bertanda negative ini, artinya bahwa setiap peningkatan tegangan akan
menyebabkan volume suatu benda berkurang.
 Modulus Geser

Perbandingan antara tegangan geser dengan regangan geser dinamakan modulus geser.
Secara matematimis maka modulus geser dapat dirumuskan sebagai berikut :

Modulus geser akan bernilai konstan, ketika tegangan geser yang diberikan kecil.
Sehingga regangan geser berubah secara linier untuk tegangan kecil. Modulus geser juga
sering disebut sebagai modulus torsi.

13. Deformasi plastik terjadi pada logam kubik dimana terjadi pergeseran bidang atom yang satu
terhadap bidang atom di dekatnya. Juga terhadap logam heksagonal, deformasi terjadi dengan
cara deformasi geser (sistem slip) di mana tegangan slipnya dapat diuraikan menjadi tegangan
geser.

14. Slip merupakan mekanisme terjadinya deformasi yang paling sering dijumpai. Slip
menggambarkan pergerakan yang besar pada bagian kristal yang relatif terhadap yang lain
sepanjang bidang kristalografi dan dalam arah kristalografi. Slip terjadi bila sebagian dari kristal
tergeser relatif terhadap bagian kristal yang lain sepanjang bidang kristalografi tertentu. Bidang
tempat terjadinya slip disebut bidang slip (Slip plane) dan arah pergeserannya pada umumnya
pada bidang slip disebut arah slip (slip direction).
15. Slip terjadi pada bidang slip dan arah slip yang paling padat atom, karena untuk menggeser atom
pada posisi ini memerlukan energi paling kecil. Terjadinya slip dengan cara bergesernya garis
dislokasi dapat digambarkan dengan analogi gerakan permadani atau karpet. Untuk menggeser
karpet yang telah digelarkan di lantai dengan menarik sekaligus tentu akan sangat berat. Akan
lebih murah, bila mula-mula dibuat lekukan pada tepi karpet (analog dengan garis diskblasi) dan
mendorong tekukan tersebut hingga mencapai ujung kain dari karpet.
16. Bila slip terjadi diseberang butir kristal maka slip akan diteruskan kebutir berikutnya dimana arah
bidang slip akan berbeda sehingga dislokasi akan tertahan pada batas butir. Untuk membuat slip
berikutnya pada bidang yang sama akan memerlukan gaya yang lebih besar. Oleh karena itu
maka logam yang telah mengalami deformasi akan bertambah kuat dan keras
17. Mekanisme sistem slip: tegangan aksial (tarik atau tekan) menyebabkan deformasi plastik
bergantung pada tegangan geser kritis dan orientasi tegangan terhadap bidang slip. Luas bidang
geser (AS) tidak sama dengan luas penampang (A) yang tegak lurus dengan arah gaya tarik/tekan.
Gaya F dalam arah aksial diuraikan menjadi gaya F Sdalam arah geser. Luas bidang bertambah
bila bidang diputar menjauhi sumbu tegangan. Tegangan geser total yang terjadi dirumuskan
dalam hukum Schmidt

2.10 Diagram Fasa

Perubahan Struktur pada bahan paduan terdiri dari phase tunggal, serta phase campuran, dimana phase
adalah bagian dari perubahan sistem kimia untuk menghasilkan paduan dengan karakter khusus
bergantung pada komposisi dan temperatur pendinginannya. Phase berada selama pendinginan dan pada
temperatur ruangan serta tergantung pula pada perilaku susunan unsur-unsur lainnya. Perilakunya
Struktur logam paduan pada temperatur ruangan dapat diklasifikasikan ke dalam:
 Larutan padat penuh (terjadi persenyawaan penuh)
 Bukan larutan padat penuh (tidak terjadi persenyawaan penuh)
 Larutan padat terbatas (terjadi persenyawaan terbatas)
 Membentuk formasi antar campuran bahan logam.

1) Persenyawaan penuh dalam larutan padat


Ketika paduan berada dalam keadaan cair (liquid) atom logam yang tersususun akan menyebar dan
membentuk larutan cair (Liquid solution) dan ketika proses pemadatan terjadi, atom-atom akan menyusun
diri, susunan atom ini yang disebut space lattice. Atom-atom yang tersusun dan berukuran sama akan
mengambil tempat dari susunan atom lainnya pada space-lattice. Ini akan menghasilkan single phase. Jika
dilihat secara microscopic ini tidak mungkin menemukan susunan dari paduan sebelumnya dimana
mikrostrukturnya akan menyerupai logam murni. Sedangkan larutan padat juga akan tetap ada dimana
dihasilkan dari susunan atom yang memiliki ukuran sama dan ini yang disebut larutan padat pengganti.

2) Tidak terjadi persenyawaan dalam keadaan padat


Pada kasus yang jarang terjadi dimana susunan paduan tidak membentuk larutan dan setiap butiran terdiri
atas lapisan dari setiap logam murni. Bahan ini tidak termasuk paduan yang memenuhi syarat sebagai
bahan teknik.

3) Terjadi batas persenyawaan dalam keadaan padat


Sangat sering terjadi dalam pembentukan logam paduan terjadi batas persenyawaan satu dengan yang
lainnya. Hal ini terjadi jika sejumlah kecil dari logam ditemukan terbentuk larutan padat, tetapi sebagian
diantaranya melapisi batas dari kedua bagian larutan padat tersebut.

4) Membentuk formasi antar campuran bahan logam


Pada logam tertentu akan terbentuk dari campuran antar logam, dua jenis logam memiliki valensi normal
sangat rendah rendah dan terbentuk seperti campuran, atau berada pada perbandingan yang sama pada
setiap molekul serta jumlah atom dari setiap molekul tersebut. Hal ini merupakan campuran antar logam,
sifatnya sangat keras dan rapuh dan tidak memenuhi syarat kebutuhan bahan.

Diagram keseimbangan thermal merupakan sistem yang menunjukkan indikasi prilaku dari unsur paduan
paduan selama proses pemadatan serta perubahan bentuk struktur sebagai hasil dari pendinginan lambat
dalam keadaan padat.Perilaku dua unsur paduan (untuk paduan yang terdiri dari dua jenis logam) akan
sangat mudah diperlihatkan melalui diagram ini, akan tetapi untuk paduan yang kompleks memerlukan
metoda tiga dimensi dan lebih rumit, jadi dalam hal ini hanya diperlihatkan diagram keseimbangan untuk
paduan yang hanya terdiri atas dua unsur paduan sebagai bahan pemahaman tentang karakteristik logam
paduan yang digunakan sebagai bahan teknik serta proses perlakuan panas pada beberapa jenis paduan.
Paduan dapat dikelompokan berdasarkan prilakunya terhadap paduan lain, Diagram keseimbangan
thermal menunjukkan hubungan setiap kelompok paduan pada bentuk yang sama

Diagram keseimbangan untuk dua jenis logam larut secara penuh disetiap proporsi dalam keadaan
padat
Terjadi dua phase pada sistem ini yakni larutan cair dan larutan padat, pada diagram keseimbangan
diperlihatkan duabidang single phase dipisahkan oleh bidang double phase garis liquidus dan garis solidus
juga terjadi perubahan dalam komposisi larutan cair dan larutan padat dari masing-masing paduan
tersebut. Pada diagram ini menunjukkan bahwa proses pemadatan terjadipada logam B sebesar 60% dan
logam A sebesar 40% dimana pemadatan pada paduan ini diperlihatkan dengan garis bantu vertical
Apabila temperatur dari larutan cair turun ke posisi t1 proses pemadatan dimulai dimana partikel pertama
terbentuk dari larutan padat yang terdiri dari 93% logam B dimana diperlihatkan oleh perpotongan garis
horizontal t1 dengan garis solidus.

Apabila temperatur dari paduan turun ke posisi t2 logam cair B jumlahnya menjadi 48% pada keadaan ini
larutan padat terdiri dari 93% logam B dimana diperlihatkan oleh perpotongan garis horizontal t2 dengan
garis solidus.
Prosentase larutan cair dan larutan padat dari logam B ini akan menurun secara kontinyu dan apabila
temperatur dari paduan mencapai t3 larutan cair yang tertinggal dari logam B adalah 18% dan larutan
padat menjadi 65 %.

Temperatur t4 dimana proses pemadatan akan tercapai penuh dengan sisa larutan cair dari logam B
sebesar 15 % pada penyelesaian proses pemadatan ini larutan padat dari logam B adalah 60 %.

Diagram keseimbangan
Perubahan komposisi larutan padat secara berangsurangsur ini akan terindikasi pada diagram
keseimbangan jika proses pendinginan yang diberikan cukup lambat dan menyebar, dimana apabila
proses pendinginan yang terlalu cepat akan mengakibatkan penumpukan butiran-butiran padat pada
logam B, akibatnya bagian luar dari butiran logam B akan lemah (lembek) dimana struktur menjadi tidak
seragam dan keadaan ini yang disebut coring. Untuk keseragaman pada struktur A dapat diperoleh melalui
pemanasan ulang dengan temperatur di bawah garis solidus.

Diagram keseimbangan untuk dua jenis logam yang tidak larut secara penuh ke dalam larutan
padat
Keadaan dimana dua jenis logam yang tidak larut secara penuh ke dalam larutan padat selama proses
pendinginan, dalam hal ini terjadi tiga phase perubahan pada logam A dan Logam B, Diagram
keseimbangan menunjukkan sebuah komposisi yang disebut eutectic, suatu contoh dari paduan yang
terdiri atas 60 logam A dan 40% logam B. Temperatur dimana merupakan temperatur awal proses
pemadatan sangat rendah, eutectic memadat secara konstan pada temperatur tE membentuk struktur
laminate yang menyerupai logam murni, karena memang struktur eutectic melapisi kedua logam murni
tersebut. Keadaan ini diinterpretasikan diagram keseimbangan yang mengingatkan kepada kita tentang
proses pemadatan pada dua jenis paduan. Diagram keseimbangan untuk dua jenis logam tidak larut secara
penuh disetiap proporsi dalam keadaan padat.

a. Proses pemadatan pada paduan 1


Paduan ini mengawali pemadatan pada temperatur t1 pemadatan yang diperoleh akan berbentuk logam
murni A, tersisa adalah logam B dengan kadar sesuai prosentasenya dan akan meningkat selama proses
pendinginan berlangsung

Pada saat temperatur turun ke t2, sisa logam cair dari logam B sebesar 20 % dan ketika temperatur
mencapai t3 sisa logam cair B sebesar 40 %. Hal ini akan nampak jelas komposisi sisa logam cair
mendekati eutectic selama pendinginan, komposisi ini akan terjadi tercapai capai jika temperatur turun ke
tE dimana temperatur tercapai sisa logam cair akan memadat dalam bentuk eytectic. Dalam pemadatan ini
akan diperoleh logam murni dari logam A + eutectic (A+B).

b. Proses pemadatan pada paduan 2


Paduan ini mengawali pemadatan pada temperatur t4: pemadatan yang diperoleh akan berbentuk logam
murni B, prosentase sisa dari logam B akan meningkat selamaproses pendinginan berlangsung. Hal ini
diperlihatkan pada diagram keseimbangan dengan garis liquidus (liquidus line). (Gambar 4.4). Dimana
akan terlihat peningkatannya 90% di t5dan 75 % di t6.

Selanjutnya komposisi logam cair akan mendekati eutectic selama proses pendinginan, dengan demikian
komposisi eutectic akan meningkat pada temperatur tE. Jia temperatur meningkat sisa logam cair akan
meningkat menjadi padat kepada bentuk eutectic. Struktur akhir yang akan diperoleh ialah logammurni B
+ eutectic (A+B).

Diagram keseimbangan untuk dua jenis logam dengan batas larutan di dalam larutan padat
Diagram keseimbangan ini hampir sama dengan diagram keseimbangan yang yang telah dijelaskan pada
uraian 4.4., kecuali dalam setiap susunan dari beberapa larutan lain. Dua unsur larutan padat justru
merupakan logam murni (pure Metals). Larutan padat ini ialah (1) Larutan B didalam A (terlihat pada
diagram dengan α) dan (2) ialah larutan padat dari A didalam B (terlihat pada diagram dengan β) Untuk
sistem ini eutectic berisi lapisan dari dua unsur lapisan padat (α + β), seperti terlihat pada gambar 4.5;
garis ‘A-B-C’ ialah garis liquidus dan garis ‘A-D-C’ ialah garis solidus.

Beberapa unsur dari logam ‘B’ akan pecah dan masuk pada logam,’A’ yang membentuk larutan padat ‘α’
larutan ini akantergambarkan sebagai garis. Solvus (Solvus line) ‘D-F’, beberapalarutan dari logam ‘A’
akan pecah dan masuk kedalam larutan ‘B’ untuk membentuk larutan padat ‘β’, larutan ini akan terlihat
pada diagram sebagai garis Solvus (Solvus line) ‘E-G’

Sistem illustrasi dari diagram keseimbangan untuk dua jenis logam dengan 4 unsur paduan sebagaimana
kita lihat pada gambar 4.5, larutan padat dari logam B di dalam logam A berada maximum pada titik tE
dimana larutan itu terdiri atas 20% logam B (perhatikan titik D pada diagram), penurunan temperatur
mengakibatkan penurunan kadar logam B tersebut hingga 3 % yang masuk kedalam larutan padat secara
penuh jika temperatur mencapai temperatur ruangan terlihat pada diagram dimana ditunjukkan dengan
garis penghubung DF.

Proses yang sama juga terjadi pada larutan padat tersebut untuk logam A yang masuk kedalam logam B
(perhatikan pula titik E pada diagram) dimana maksimum terjadi pada titik tE, sejalan dengan penurunan
temperaturkadar logam A juga akan menurun hingga 10% perhatikan titik E pada diagram, penurunan
temperatur hingga temperatur ruangan juga akan menurunkan kadar logam A pada larutan padat hingga
2%, terlihat pada diagram melalui garis penghubung EG.

a. Pendinginan pada paduan 1

Awal pemadatan dari bahan paduan 1 terjadi pada temperatur dititik t1, dan secara berangsur-angsur
hingga berakhir dititik t2 dimana terbentuknya larutan padat secara penuh kedalam larutan padat αdan
tidak terjadi perkembangan hingga temperatur t4 namun ketika larutan logam B masuk ke dalam larutan
logam A yang merupakan awal pemadatan, kelebihan unsur logam B mengendap dari larutan padat α
untuk membentuk larutan padat β bersama dengan sebagian logam A. Pengendapan ini akan berlangsung
hingga temperatur turun hingga temperatur ruangan.
Struktur akhir yang diperoleh dari proses ini ialah (α + β).

a. Pendinginan pada paduan 2


Bahan paduan ini akan mulai memadat pada temperatur dititik t2 yang akan menghasilkan larutan padat
α. Selama pemadatan sisa paduan cair akan meningkat dan sisa paduan cair eutectic terbentuk jika
temperatur turun hingga tE, sisa cairan ini akan memadat dan membentuk eutectic (α+Liquid), sehingga
struktur akhir akan diperoleh (α+β).

b. Pendinginan pada paduan 3

Proses pemadatan untuk larutan ini dimulai pada penurunan temperatur pada titik t6, dalam keadaan ini
akan dihasilkan larutan padat β, larutan padat ini mengandung prosentase kadar logam B yang cukup
besar serta akan tersisa secara meningkat sesuai dengan penurunan temperatur (lihat garis liquidus pada
diagram keseimbangan gambar 4.5) dan penurunan temperatur hingga titik tE kelebihan paduan cair ini
akan membentuk komposisi eutectic dan eutectic padat. Dari proses ini akan diperoleh struktur (α+β).

c. Pendinginan pada paduan 4

Awal proses pemadatan ini terjadi dimana temperatur mencapai titik t5 dan berlangsung secara berangsur-
angsur serta terus menerus hingga temperatur turun ke t6 namun tidak terjadi perubahan hingga
temperatur turun ke t7. Ketika larutan logam A masuk kedalam larutan logam B, penurunan dimulai.
Kelebihan unsur logam A akan mengendap dari larutan padat. β dan membentuk larutan padat α bersama
dengan beberapa unsur logam B. Ini merupakan temperatur akhir dimana terbentuknya struktur (β + α).
Jika kadar bahan paduan lebih kecil dari 3 % logam B atau lebih kecil dari 3% logam A, endapan tidak
memiliki tempat sehingga hasil akhir dari struktur bahan adalah β.

Diagram keseimbangan untuk dua jenis logam dengan bentuk campuran antar logam (Intermetalic
compound)
Bentuk diagram yang rumit secara sederhana kita perhatikan dua diagram keseimbangan berikut, dimana
gambar 4.7 merupakan diagram logam A dengan campuran antar logamnya (intermetalic compound) X,
dan Gambar 4.8 adalah diagram keseimbangan dari logam B dengan campuran antar logamnya juga X.
Masing-masing sistem paduan ini mendapatkan eutectic, namun sebagaimana kita lihat bahwa eutectic
tidak padat pada temperatur yang sama.
Beberapa jenis logam terbentuk dari paduan antar logam (intermetalic compound) sedangkan paduan
antar logam yang lainnya terdiri atas komposisi yang berbeda, dimana sistem yang memiliki tiga
komposisi eutectic. Jika demikian ilustrasi diagram keseimbangannya menjadi sangat kompleks, namun
dalam menginterpretasi prilaku pencampuran logam dengan logam paduan ini dapat dipecah menjadi
diagram yang lebih sederhana.

 Reaksi Peritectic
Reaksi Peritectic akan mengambil tempat dalam sistem paduan ketika larutan dalam keadaan padat
dengan menyisakan cairan yang bereaksi untuk membentuk phase yang lain (lihat gambar 4.9). Garis ‘A’
-’B’ -’C’ ialah garis liquidus. Garis ‘A’ -’D’ -’F’ ialah garis Solidus. Reaksi peritectic mengambil tempat
pada temperatur tp dimana komposisi paduan berada diatara titik ‘D’ dan ‘B’.

 Pemadatan paduan 1
Phase α dihasilkan dari unsur paduan selama proses pendinginan, dimana komposisi dari phase ini
mendekati titik ‘D’ , pada saat komposisi dari sisa cairan mendekati ‘B’ komposisi ini meningkat dimana
temperatur paduan menurun ke titik tpdan pada saat ini reaksi Peritectic mengambil tempat dan
menghasilkan phase α. Banyaknya susunan ‘B’ terdapat didalam paduan ini tidak mencukupi semua phase
α dan juga telah terjadi pemadatan pada kedua phase α dan β.

 Pemadatan paduan 2
Ketika temperatur paduan ini turun ketitik tp reaksi peritectic mengambil tempat untuk menghasilkan
phase β, disebabkan oleh tingginya jumlah susunan ‘B’ tidak semua cairan akan terpakai. Proses
pemadatan akan terjadi secara menyeluruh ketika temperatur paduan berlanjut turun dan padat kecuali
phase β.

 Pemadatan paduan 3
Reaksi Peritectic akan mengambil tempat selama pendinginan dalam paduan copper-zinc, cooper-tin dan
copper-alumunium alloys
Komposisi Fasa

Diagram Fasa Sistem Besi – Besi Karbida

Diagram kesetimbangan besi-besi karbida dapat dijadikan sebagai dasar untuk mempelajari paduan besi
baja. Diagram ini juga disebut sebagai diagram fasa atau diagram kesetimbangan antara dua fasa, yaitu
larutan padat besi dan senyawa logam Fe3C yang disebut sementit.

Perubahan fasa yang terjadi selama pemanasan, pendinginan, jenis dan jumlah fasa yang ada pada setiap
temperature. Paduan besi-besi karbida mempunyai beberapa fasa yaitu: ferit, austenite, besi delta,
eutectoid atau perlit, dan eutektik atau ledeburit dan sementit.
 Besi Alpha Fe-α dan Ferit α
Besi Alfa biasa dinotasikan dengan Fe-α adalah bentuk alotrofik dari besi murni yang stabil di bawah
temperatur 910 derajat Celcius. Besi alfa memiliki struktur kristal Body Centered Cubic BCC. Ferit
merupakan larutan padat interstisi dari atom-atom karbon pada besi alfa. Kelarutan maksimum karbon
dalam fasa ferrite adalah 0,025 persen pada temperature 723 celcius. Ferit biasa dinotasikan dengan α,
alfa.

Pada temperature kamar kelarutan karbon dalam ferit adalah sekitar 0,008 persen. Ferit mempunyai
struktur sel body centered cubic BCC. Ruang antar atom relative kecil dan cukup rapat sehingga ferit
hanya dapat menampung atom karbon dalam jumlah yang terbatas.

Sifat Karakteristik Ferit


Ferit mempunyai sifat lunak dan ulet, dengan kekuatan tariknya kurang 40.000 psi, Elongation sekitar 40
% dalam 2 inci, dengan kekerasan lebih dari 90 HRB. Berat jenis ferit adalah 7,88 g/cm3.

 Besi Gama Fe-γ dan Austenit


Besi Gama biasa dinotasikan Fe-g adalah bentuk alotrofik dari besi murni yang stabil pada temperatur
antara 910 sampai dengan 1400 derajat Celcius. Besi gama memiliki struktur kristal Face Centered Cubic
FCC.
Austenit merupakan larutan padat interstisi atom karbon dalam besi gama yang mempunyai struktur sel
face centered cubic FCC. Austenit stabil di atas temperature 723 celcius. Dalam gambar fasa austenit
dinotasikan dengan γ. Dalam struktur FCC fasa austenite tidak bersifat non magnetic.

Besi berstruktur kristal FCC mempunyai jarak antar atom yang lebih besar dibandingkan ferit. Fasa
austenit mampu melarutkan atom atom karbon dalam bentuk larutan padat intertisial sebanyak 2,06 %
pada temperatur 1147oC dan kemudian turun menjadi 0,8 % pada temperatur 723oC

Sifat Karakteristik Austenite


Austenite pada daerah temperaturenya memiliki ketangguhan yang tinggi, bersifat stabil, lunak, ulet, dan
mudah dibentuk, namun tidak stabil pada temperatur ruang. Walaupun dalam keadaan tertentu dapat
dibuat austenit yang stabil pada temperature kamar. Austenit memiliki Tensile strength sekitar 150,000
psi, Elongation sekitar 10 percent dalam 2 inci, kekerasan sekitar 40 HRC.

 Besi Delta δ
Besi delta merupakan fasa yang mempunyai struktur sel BCC, berada diantara temperature 1400 – 1535
celcius. Atomm karbon dapat larut sampai 0,1 persen. Dalam gambar besi delta dinotasikan dengan δ.

Besi delta sama dengan besi alfa, namun temperature stabilnya yang berbeda, sehingga besi delta sering
disebut ferit delta. Akibat terbentuk dan stabil pada temperature tinggi, besi delta memiliki kemampuan
melarutkan atom atom karbon lebih banyak disbanding besi alfa.

 Sementit Karbida Besi Fe3C,


Sementit merupakan senyawa logam atau intermetalik yang mempunyai kekerasan tinggi. Terkeras di
antara fasa-fasa yang mungkin terjadi pada baja, tapi sangat rapuh. Sementit biasa disebut besi karbida
mempunyai rumus Fe3C. Hal ini tidak berarti bahwa karbida besi membentuk molekul-molekul Fe3C.
Akan tetapi kisi Kristal sementit mengandung atom besi dan karbon dalam perbandingan tiga lawan satu.
Tiga atom besi dan satu atom karbon. Sementit mempunyai sel satuan ortorombik dengan 12 atom besi
dan empat atom karbon per satu selnya.

Sifat Karakteristik Sementit


Sementit memiliki kekuatan Tarik yang rendah yaitu sekitar 5,000 psi, namun memiliki memiliki
compressive strength yang tinggi dengan kekerasan antara 5 – 68 HRC

 Perlit
Perlit adalah campuran khusus terdiri dari dua fasa dan terbentuk sewaktu austenite dengan komposisi
eutectoid bertransformasi menjadi ferit dan karbida besi secara bersamaan. Struktur dasar perlit adalah
struktur lamellar yang tersusun dari lapisan ferit dan sementit. Perlit hanya terjadi di bawah temperature
723 celcius. Perlit mempunyai sifat diantara ferit dan sementit, yaitu kuat dan cukup keras. Kandungan
karbon dalam perlit untuk paduan besi karbon adalah 0,8 persen.

Sifat Karakteristik Pearlite


Pearlit memiliki Tensile strength sekitar 120,000 psi dan Elongation sekitar 20 % dalam 2 inci dengan
kekerasan sekitar 300 HRB

2.11 Fasa Transformasi Logam

Pengembangan struktur mikro dengan menggunakan fasa transformasi, baik dalam paduan fasa
tunggal
dan dua fasa melibatkan perubahan dalam jumlah dan karakter dari fasa. Fasa transformasi membutuhkan
waktu dan memungkinkan penentuan tingkat transformasi atau kinetika/kinetics. Fasa transformasi
mengubah struktur mikrodan dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu :

 Difusi yang tergantung pada transformasi dengan tidak mengubah jumlah dan komposisi fasa
(pemadatan logam murni, transformasiallo tropic, dan lain-lain).
 Difusi yang tergantung pada transformasi dengan perubahan jumlah dan komposisi fase
(reaksieutectoid).
 Difusi transformasi (transformasi martensitic dalam paduan baja).

a. Mekanisme Gerak/Kinetics Reaksi Pemadatan


Transformasi (pembentukan fasa baru dengan komposisi dan struktur berbeda) yang
melibatkan difusi tergantung pada waktu. Waktu juga diperlukan untuk meningkatkan energi yang
terkait dengan batasbatas fasa antara fasa induk dan fasa produk.
Nukleasi, (pertumbuhan inti), pembentukan butir dan batas butir serta pembentukan
kesetimbangan membutuhkan waktu. Sehingga laju transformasi (kemajuan transformasi) adalah
fungsi waktu.
Dalam penelitian kinetik, selesainya reaksi dari fraksi diukur sebagai fungsi dari waktu
yang konstan atau (t).
Kemajuan transformasi dapat diukur dengan pemeriksaan mikroskopis atau mengukur
sifat fisik (misalnya, konduktivitas). Data yang diperoleh digambarkan sebagai bagian kecil dari
transformasi terhadap logaritma waktu.
Perubahan komposisi menunjukkan penataan ulang atom, yang memerlukan difusi. Atom
digantikan secara acak. Perpindahan atom tertentu (d), tidak linear dengan waktu(t), seperti akan
menjadi sebuah lintasan lurus, tapi sebanding dengan akar kuadrat dari waktu, dikarenakan jalur
yang berliku.
Hal ini sesuai dengan persamaan berikut.

d = c(Dt)1/2

Ketergantungan waktu dari tingkat dimana reaksi (fase transformasi) terjadi ini lah yang
dimaksud dengan istilah reaksi mekanisme gerak/kinetics. D disebut konstanta karena tidak
tergantung pada waktu, tetapi tergantung pada temperatur, dimana difusi terjadi lebih cepat pada
suhu tinggi.
Tahap transformasi membutuhkan dua proses : nukleasi (pembentukan inti) dan
pertumbuhan. Nukleasi melibatkan pembentukan partikel yang sangat kecil, atau inti (misalnya,
batas butir, cacat). Halini mirip dengan hujan terjadi ketika molekulair mengembun di sekitar
partikel debu. Selama pertumbuhan, inti tumbuh dalam ukuran dengan mengorbankan materi
sekitarnya.
Perilaku mekanisme gerak/kinetics sering berbentuk “S” S-shape), ketika persentase yang
direncanakan bahan berubah dibandingkan dengan logaritma waktu. Tahap nukleasi dianggap
sebagai masainku basi, dimana sepertinya tidak ada yang terjadi.
Untuk rentang suhu tertentu, tingkat transformasi meningkat sesuai dengan persamaan
berikut.

𝒓= Ae-Q/RT

y=1- exp (-ktn)

Sehingga,

r = 1/t0,5
Persamaan diatas mirip dengan ketergantungan suhu dari konstanta difusi), dalam hal ini
dikatakan panas telah diaktifkan.

b. Transformasi Multifasa
Fasa transformasi dapat dilakukan dengan memvariasikan suhu, komposisi dan tekanan
eksternal. Sebagian besar fasa transformasi memerlukan beberapa waktu tertentu untuk
menyelesaikannya dan laju transformasi sangat penting dalam hubungan antara perlakuan panas
dan pengembangan struktur mikro.
Tingkat transformasi untuk mencapai keadaan setimbang sangat lambat dan kondisi
kesetimbangan dipelihara jika pemanasan/pendinginan sangat lambat. Umumnya, transformasi
dialihkan ke suhu yang lebih rendah untuk pendinginan atau lebih tinggi untuk pemanasan.
Fenomena ini disebut pendinginan super (supercooling) dan pemanasan super (superheating).
Semakin cepat pendinginan atau pemanasan, semakin besar tingkat supercooling atau
superheating. Untuk menggambarkan fasa transformasi yang terjadi selama pendinginan, fasa
diagram kesetimbangan/equilibrium tidak memadai jika laju transformasi lebih lambat
dibandingkan dengan laju pendinginan.
Hal ini biasanya terjadi dalam kenyataannya/praktek di lapangan, sehingga kesetimbangan
struktur mikro jarang diperoleh. Ini berarti bahwa transformasi tertunda (misalnya, kasus
pendinginan), dan menyatakan metastabil/metastable terbentuk. Kemudian perlu untuk diketahui
pengaruh waktu pada fasa transformasi.
Untuk banyak material paduan, keadaan yang dipilih adalah keadaan metastable (peralihan
antara keadaan awal dan kesetimbangan). Sebagai contoh, reaksi eutektoid Fe-C biasanya
kehilangan 10-20°C lebih rendah dari suhu transformasi kesetimbang.

c. Transformasi Isotermal Paduan Fe-C


Pearlite adalah produk struktur mikro dari transformasi seperti digambarkan dalam
persamaan berikut.

𝜸𝟎. 𝟕𝟔𝒘𝒕% 𝑪𝒄𝒐𝒐𝒍𝒊𝒏𝒈 𝜶𝟎. 𝟎𝟐𝟐𝒘𝒕% 𝑪 + 𝑭𝒆𝟑𝑪𝟔. 𝟕𝟎𝒘𝒕% 𝑪


𝒉𝒆𝒂𝒕𝒊𝒏𝒈

Suhu sangat penting dalam transformasi ini. Setiap kurva diperoleh dari pendinginan cepat
austenite pada suhu tertentu. Dalam paduan Fe-C terdapat diagram transformasi isotermal yang
eutectoid. Diagram ini digunakan untuk melakukan analisa dari ketergantungan transformasi
terhadap suhu dan waktu. Data untuk pembuatan diagram diperoleh dari serangkaian plot dari
%transformasi terhadap logaritma waktu yang diteliti pada suhu tertentu.

d. Ketebalan Lapisan
Ketebalan lapisan tergantung pada temperatur dimana transformasi isotermal terjadi.
Misalnya pada T tepat di bawah eutectoid, lapisan yang dihasilkan relatif tebal dari kedua fasa
ferrite dan cementite. Struktur ini disebut pearlite kasar. Pada T lebih rendah, tingkat difusi lebih
lambat, yang menyebabkan pembentukan lapisan tipis di sekitar 540oC. Struktur ini disebut
pearlite halus. Untuk komposisi paduan lain Fe-C, fasa proeutectoid dari ferrite atau cementite
akan berdampingan dengan pearlite dan karena itu diagram transformasi isotermal memiliki
kurva tambahan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Logam adalah suatu paduan yang terdiri dari campuran unsure karbon dengan besi. Untuk
menghasilkan suatu logam pafuan yang mempunyai 2 sifat yang berbeda dengan besi dan karbon maka
dicampur dengan bermacam logam lainnya. Logam adalah elemen mineral yang terbentuk secara alami.
Jumlah logam diperkirakan 4% dari mineral bumi. Logam dalam bidang keteknisian adalah besi biasanya
dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan, pipa-pipa, alat-alat pabrik dan sebagainya.
Fasa adalah bagian dari bahan yang mempunyai struktur atau komposisi tersendiri. Misal es –air.
Komposisinya sama, es adalah bahan padat kristalin dengan kisi heksagonal, sedangkan air adalah cairan.
Logam fasa tunggal adalah logam yang mempunyai satu jenis unsur saja yang disebut dengan logam
murni.

Bijih logam ditemukan dengan cara penambangan yang terdapat dalam keadaan murni atau
bercampur. Bijih logam yang ditemukan dalam keadaan murni yaitu emas, perak, bismut, platina.
Sedangkan yang bercampur dengan unsur-unsur seperti karbon, sulfur, fosfor, silikon, serta kotoran
seperti tanah liat, pasir, dan tanah. Umumnya logam tidak berdiri sendiri (tidak dalam keadaan murni).

Logam mempunyai beberapa sifat istimewa yang menjadi dasar penggunanya seperti kuat kecuali
raksa, semua berwujud padat pada suhu kamar, dapat ditempa dan direnggangkan, menjadi konduktor
listrik yang baik, dapat mengkilap jika digosok atau terkena cahaya, dan memiliki kerapatan yang relatif
tinggi. Pada umumnya logam terdiri dari satu fasa, termasuk logam murni komersil dengan satu
komponen, contohnya kawat listrik tembaga, seng untuk pelapis lembaran baja, dan aluminium untuk
alat-alat rumah tangga. Sedangkan paduan adalah logam fasa tunggal bila batas solubilitas tidak
dilampaui.
Proses paduan fasa tunggal sebagian besar logam adalah pengecoran, dalam keadaan cari logam-
logam tersebut dimurnikan secara kimia untuk menghilangkan ketidakmurnian. Fasa transformasi dapat
dilakukan dengan memvariasikan suhu, komposisi dan tekanan eksternal.

DAFTAR PUSTAKA

Actur Saktianto. (2019). Fasa tunggal. Scribd. https://www.scribd.com/doc/266769058/Fasa-

tunggal
‌Eddy. (2015, January 30). LOGAM-LOGAM PADUAN. Blogspot.com.
https://eddme27.blogspot.com/2015/01/logam-logam-paduan.html?m=1
‌dari, K. (2006, May 9). unsur kimia dengan lambang Mn dan nomor atom 25. Wikipedia.org;
Wikimedia Foundation, Inc. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mangan
Diagram Fasa. https://ardra.biz/sain-teknologi/metalurgi/besi-baja-iron-steel/diagram-sistem-besibesi-
karbida/
Anonym. 2015. “Diagram Fasa” http://nurun.lecturer.uinmalang.ac.id/wp-
content/uploads/sites/7/2015/03/Pertemuan-Ke-2-Diagram-Fasa.pdf
Saktianto, A. (2014). Fasa Tunggal. Retrieved from scribd.com:
https://id.scribd.com/doc/266769058/Fasa-tunggal

Anda mungkin juga menyukai