Anda di halaman 1dari 59

EKOTOKSIKOLOGI PESTISIDA

Dr. Hernayanti, M.Si


PESTISIDA
PENGGOLONGAN PESTISIDA
KLASIFIKASI PESTISIDA DAN
CONTOHNYA
PENGGOLONGAN INSEKTISIDA
SECARA UMUM

1. ORGANO CHLORIN
2. ORGANOFOSFAT
3. KARBAMAT
4. PIRETOID
Organoklorin termasuk senyawa Persistent
Organic Pollutans (POPs) yang bersifat toksik
DINAMIKA PESTISIDA DI
LINGKUNGAN
DINAMIKA PESTISIDA DI LINGKUNGAN
• Pestisida masuk ke air melalui aliran,
limpasan, pencucian tanah atau langsung ke
air permukaan, dimana ditemukan dalam
beberapa kasus seperti untuk pengendalian
nyamuk.
• Air yang terkontaminasi pestisida menjadi
ancaman besar bagi kehidupan akuatik. Itu
bisa mempengaruhi tanaman air,
menurunkan oksigen terlarut dalam air dan
dapat menyebabkan fisiologis dan
perubahan perilaku dalam populasi ikan.
• Dalam beberapa penelitian, pestisida untuk
perawatan rumput telah ditemukan di
permukaan air dan badan air seperti kolam,
sungai dan danau.
• Pestisida yang diaplikasikan ke tanah akan
hanyut ke ekosistem akuatik dan beracun
bagi ikan dan organisme non-target.
Penggunaan pestisida yang berlebihan, akan
menyebabkan terjadinya penurunan
populasi spesies ikan
Ekotoksisitas POPs Contoh:
Polychlorinated biphenyl (PCB)
KATEGORI PERSISTENSI
CONTOH PESTISIDA YANG MENGANDUNG PCB
Sifat Senyawa PCB dan POPs pada umumnya :
• Tidak terurai melalui penguraian cahaya, biologis
maupun secara kimia
 berhalogen (biasanya klor)
 daya larut dalam air sangat rendah,
 sangat larut dalam lemak,
 mudah menguap,
 di udara dapat dipindahkan oleh angin melalui
jarak jauh
 mudah terakumulasi dalam tubuh,
 daya racun meningkat sepanjang rantai
makanan
• Karakteristik POPs yang dapat memberikan efek negatif
menurut Gorman & Tynan (2003), adalah:
• Terurai sangat lambat dalam tanah, udara, air dan mahluk
hidup serta menetap dalam lingkungan untuk waktu yang lama
• Masuk dalam rantai makanan dan dapat terakumulasi pada
jaringan lemak, sehingga sukar larut dalam air
• Dapat terbawa jauh melalui udara dan air
• Karena karakteristik tersebut, maka sering ditemukan
konsentrasi POPs yang sangat tinggi dalam berbagai spesies
pada level yang tinggi dari rantai makanan, seperti pada ikan
paus, burung elang dan mamalia, termasuk manusia.
PENCEMARAN PESTISIDA PADA
ORGANISME AKUATIK
• Pengambilan pestisida oleh hewan dapat terjadi
secara langsung dari lingkungan fisik atau dari
penyerapan gastrointestinal.
• Pencemaran pestisida pada organisme akuatik
seperti ikan dapat disebabkan oleh:
(1) masuk bersama makanan yang terkontaminasi,
(2) pengambilan dari air yang melewati membran
insang
(3) difusi kutikular
(4) penyerapan langsung dari sedimen
• Secara kualitatif maupun kuantitatif, residu
beberapa bahan aktif pestisida yang terdapat
dalam daging ikan lebih tinggi dibanding
residu yang terdapat dalam air dan tanah.
• Hal ini dapat terjadi karena ikan merupakan
akumulator yang baik terutama bagi bahan
aktif yang bersifat lipofilik seperti organoklorin
sehingga sangat mudah terikat dalam jaringan
lemak ikan
BIOMAGNIFIKASI DDT
Mekanisme Toksisitas DDT

 Mendepolarisasi ujung syaraf presinaptik berulang-


ulang dengan meningkatkan permeabilitas
terhadap Na. Hambatan terhadap enzim Na-K ATP
ase
 Setiap impuls yang datang menjadi diperbesar dan
impuls awal terjadi berulang-ulang (terjadi impuls
yang berlebihan) sehingga tampak penderita
kejang-kejang.
 Dapat menyebabkan kerusakan syaraf permanen
CONTOH ORGANOCHLORIN LAINNYA
GOLONGAN SIKLODIEN : ENDOSULFAN
BEBERAPA VARIASI ENDOSULFAN
Penggunaan dan Sejarah Endosulfan

• Pertama diperkenalkan 1956, dikenal sebagai Thiodan®


• Termasuk pestisida Organoklorin terutama untuk
tembakau, sayuran dan buah-buahan
• Digunakan untuk mengontrol lebih dari 100 juta
serangga
• Digunakan pada formulasi kimia di US sebagai bubuk
yang dapat dibasahi dan emulsifier untuk pengawetan
kayu, memberantas hama perkebunan dan pertanian
• Pada tahun 1967, 40 juta ikan di Rhine mati akibat
paparan Thiodan
• Produksi endosulfan di US dihentikan setelah tahun 1982

USGS
SIFAT FISIK ENDOSULFAN
• Warna : coklat muda
• Sifat fisik : berbentuk kristal - seperti lilin padat
• Titik lebur : 106 C
• Densitas: 1.735 g/mL
• Lipofilik
• Bentuk isomer β mengalami konversi menjadi
isomer α pada temperatur tinggi
SIFAT KIMIA
• Memiliki 2 stereo isomer: alpha dan beta
• Dapat dipecah menjadi: diol, sulfat dan
lakton, eter, hidroeter
• Waktu paruh di air 1-6 bulan dan di tanah
mencapai 2 tahun
• Di air didegradasi menjadi endosulfan diol,
sedangkan di tanah dan sedimen menjadi
endosulfan sulfat
STRUKTUR KIMIA ENDOSULFAN

isomer α isomer β Endosulfan sufat


Nomenklatur endosulfan 6,7,8,9,10,10-hexachloro-1,5,5a,6,9,9a-hexahydro-6,9-
methano-2,4,3-benzodioxathiepine-3-oxid
TOKSISITAS ENDOSULFAN
• Toksisitas akut : Luar biasa toksik : Menurut
EPA (USA) termasuk kategori – 1
• Bersifat sangat berbahaya
• Toksisitas kronik : Neurotoksin. Menghambat
Reproduksi/perkembangan janin
• Mempengaruhi perkembangan mental, bersifat
endocrine disruption.
• Keberadaan di lingkungan: sangat persisten.
• Toksik terhadap burung dan organisme aquatik
Toksisitas Endosulfan
• Isomer α Endosulfan > toksik dp Isomer β dan > toksik dp
endosulfan sulfat
• Tetapi kombinasi ketiga isomer lebih poten toksisitasnya
dibandingkan toksisitas masing-masing isomer (Efek
Sinergisme)
• Mudah terurai di perairan pada pH sedikit basa
( pH 8,1)
• Pada sedimen endosulfan sulfat lebih dominan daripada di air
dan sifatnya lebih stabil dibandingkan isomer α dan β
• Toksisitas endosulfan sulfat lebih tinggi 3-10 kali lipat
dibandingkan isomer α
• Contoh pada ikan Carrasius aurantus LC 50 48 jam dari
endosulfan sulfat sebesar 100 μg/L, sedangkan isomer α
hanya 10 μg/L
Penyebaran Endosulfan di Atmosfer
• 95% endosulfan di atmosfer berada dalam
bentuk gas
• Waktu paruh di udara 3,5-13,5 hari
• Mudah bereaksi dengan radikal hidroksil (OH-)
• Waktu paruh Isomer α endosulfan 7-75 hari,
sedangkan isomer β, 33-376 hari
• Isomer α lebih cepat dikonversi menjadi
endosulfan sulfat dibandingkan isomer β
• Penyebaran endosulfan akibat proses
penyemprotan, selain mencemari udara juga
mencemari tanah dan air
• Endosulfan pada tanaman akan terurai dalam
waktu beberapa minggu, tetapi di tanah dapat
menempel erat pada partikel tanah dan
persistensinya dapat mencapai ber-tahun
tahun
Proses degradasi Endosulfan

BIOAKTIVASI
Jalur masuk Endosulfan ke dalam
Organisme Perairan
• Difusi Pasif (Diabsorbsi lewat Kulit), bersifat
lipofilik sehingga mudah terakumulasi dalam
jaringan lemak
• Organ Target : jaringan lemak, hepar dan ginjal
Nasib Senyawa Endosulfan
• Mengalami metabolisme baik melalui proses hidrolisis
maupun oksidasi
• Diol merupakan metabolit yang terbentuk melalui proses
hidrolisis (ada pengaruh pH)
• Sulfat merupakan metabolit yang terbentuk melalui proses
oksidasi ( sitokrom P450) Mencegah GABA untuk membuka
chanel chlorida dalam proses hiperpolarisasi
• Menghambat Na, K dan Mg yang bergantung pada ATPase
di otak.
• Menyebabkan perubahan pada kadar Na dan K
• Menurunkan kadar Ca dan Mg pada otak
• Menyebabkan kerusakan pada syaraf
Efek endosulfan terhadap organisme
akuatik
• Endosulfan sangat potensial untuk mengalami
proses bioakumulasi pada ikan
• Menyebabkan peningkatan kadar gula darah
pada ikan
• Pada dosis rendah sudah bersifat toksik pada
amphibi dan dapat membunuh berudu
EFEK ENDOSULFAN TERHADAP MANUSIA
(TRAGEDI KERALA)

• Endosulfan diproduksi dalam skala besar di


Jerman dan digunakan secara luas dalam
bidang pertanian selama ± 55 tahun dan di
India sudah digunakan selama ± 40 tahun
• Penggunaannya mencapai 40 juta liter atau
senilai dengan 300 juta dolar US
• Penggunaan endosulfan sekitar 70% yaitu ± 12
juta liter atau senilai 60 juta dolar US
Fungsi ACHE
PERBEDAAN OP DAN KARBAMAT
EFEK PAPARAN ORGANOFOSFAT PADA
IKAN NILA
• Ikan nila yang terpapar organofosfat seperti triklorfon
akan mengalami kematian dan memiliki tanda-tanda
klinis operculum terbuka lebar dan berwarna merah,
sirip punggung berdiri tegak, mengalami pendarahan
pada insang, megapmegap (berenang tidak teratur)
dan pada saat mati mulut ikan terbuka lebar (kaku).
• Hal ini diduga karena pengaruh sifat triklorfon yang
menyerang sistem syaraf.
• Connel dan Miller, 1995; Lu, 1995 mengatakan bahwa
triklorfon yang merupakan golongan organofosfat yang
bekerja dengan menghambat asetilkolinesterase yang
mengakibatkan akumulasi asetilkolin yang
berhubungan dengan berfungsinya sistem syaraf pusat
• Pengaruh tidak langsung triklorfon terhadap
ikan ialah mempengaruhi pertumbuhan dan
proses pematangan gonad sebagai akibat
berkurangnya makanan ikan
• Konsentrasi ambang atas insektisida triklorfon
terhadap ikan nila adalah 50 ppm sedangkan
konsentrasi ambang bawah sebesar 8 ppm.
• Nilai LC50 96 jam sebesar 8.5186 ppm dengan
ambang konsentrasi aman terhadap
kehidupan ikan nila bobot 2.54 0.79 g adalah
0.0852 ppm
TOKSISITAS AKUT MALATION PADA IKAN AIR
TAWAR Labeo rohita

• Pada konsentrasi yang mematikan (9.0μl/L) ikan


mencoba untuk menghindari racun malathion
dengan berenang yang tidak teratur, gerakan
operculum yang cepat, kegelisahan, sering
muncul ke permukaan, menghirup udara,
gerakan permukaan terbalik dan sirip
memanjang.
• Efek lokal yang penting adalah keluarnya lendir
yang melimpah di insang dan kulit.
• Ikan yang terkena malathion mati lemas terlihat
dalam bentuk gelembung udara di permukaan
air ketika ikan diarahkan ke permukaan air
TOKSISITAS AKUT MALATION PADA IKAN AIR TAWAR
Labeo rohita
• Hewan yang mati menunjukkan gumpalan
darah pada mulut dan insang ikan yang
terbuka lebar.
• Sahib, dkk. (1984) juga menemukan
konsentrasi sub letal malathion yang
menghambat aktivitas asetil kolinesterase
otak, otot, insang dan jaringan hati pada ikan
Nila.
PESTISIDA DARI TUMBUHAN
Contoh :
Pyrethrins
Resmethrin
Azadirachtin (Azatin)
Bifentrin
EFEP PAPARAN BIFENTRIN PADA IKAN
SALMON BETINA

• Pada kondisi hidup di air tawar, ikan betina yang


terpapar bifentrin memiliki kadar estradiol plasma yang
lebih tinggi dan diameter folikel ovarium yang lebih
besar daripada kontrol yang tidak terpapar pestisida
• Tetapi dalam kondisi salin, polanya justru sebaliknya:
Ikan betina kadar estradiolnya berkurang dan diameter
folikel ovariumnya juga lebih kecil.
• Salinitas berperan penting dalam mempengaruhi
diameter folikel ovarium ikan betina , karena
diameter folikel meningkat secara signifikan pada
salinitas yang lebih tinggi pada kelompok kontrol
yang tidak terpapar pestisida.

• Pola ini menunjukkan bahwa migrasi keluar dapat


merangsang atau dikaitkan dengan
perkembangan seksual pada ikan betina muda
BIFENTRIN SEBAGAI ENDOKRIN
DISRUPTER PADA IKAN BETINA
• Perbedaan respons ikan jantan dan betina
terhadap paparan bifentrin mungkin terkait
dengan tahap kematangan reproduksi dan
aktivitas yang kurang berkembang pada ikan
jantan yang bermigrasi keluar.
• Testis salmon jantan yang belum matang
mengandung “spermatogonia tipe A” yang
tidak secara aktif menjalani pembelahan sel
yang diperlukan untuk reproduksi, dan dengan
demikian sel-sel ini mungkin agak terlindungi
dari efek gangguan endokrin pestisida.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai