Anda di halaman 1dari 7

SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN

Ditinjau dari UU SISDIKNAS no. 20 Tahun 2003


MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
PENDIDIKAN NASIONAL DAN GLOBAL

Dosen Pengampu:

Dr. Andi Mariono

Oleh :
Yohanes Arief Widarsa
Dhyana Sulistyawati

Program Studi S3 Teknologi Pendidikan


Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Surabaya
2024
BAB I
PENDAHULUAN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional (UU Sisdiknas) memang mencakup berbagai aspek penting dalam sistem pendidikan
di Indonesia, termasuk mengenai sarana dan prasarana pendidikan. Dalam konteks UU
tersebut, pasal yang secara spesifik berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan dapat
ditemukan pada Pasal 48, yang menyatakan sebagai berikut:
Pasal 48
1. Setiap satuan pendidikan harus memiliki sarana dan prasarana yang memenuhi standar
nasional pendidikan.
2. Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab menyediakan sarana dan
prasarana pendidikan bagi satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
dan pemerintah daerah.
3. Masyarakat dapat berpartisipasi dalam penyediaan sarana dan prasarana pendidikan.
Pasal ini menekankan pentingnya memenuhi standar nasional pendidikan dalam
penyediaan sarana dan prasarana di setiap satuan pendidikan. Ini mencakup sekolah-sekolah
yang dikelola oleh pemerintah maupun yang dikelola oleh masyarakat atau swasta.
Keterlibatan serta tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam penyediaan sarana
dan prasarana yang memadai juga ditegaskan, menunjukkan upaya kolaboratif antara
pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Pengaturan lebih lanjut mengenai standar nasional pendidikan, termasuk standar sarana dan
prasarana pendidikan, diatur dalam peraturan pemerintah yang dikeluarkan sebagai turunan
dari UU Sisdiknas. Standar nasional pendidikan tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa
semua satuan pendidikan memiliki fasilitas dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung
proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Bahan ajar di sekolah daerah terpencil khususnya di SMPN Satu Atap Mamulusan di
Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah merupakan permasalahan sarana dan
prasarana, terutama pada bahan ajar dari kurikulum 2013 yang sering berganti setiap tahunnya.
Penerapan kurikulum 2013 di SMPN Satu Atap Mamulusan dimulai di tahun ajaran 2015/2016,
sehingga bahan ajar yang dibeli cetakan tahun 2015, tetapi di tahun selanjutnya bahan ajar yang
tersedia untuk dibeli sudah denga isi bahan ajar yang berbeda. Oleh karena itu saat memasuki
tahun ajaran 2018 / 2019, sekolah tidak dapat mengupdate buku dengan terbitan tahun terbaru,
karena keterbatasan anggaran.
Rumusan Masalah dari latar belakang diatas, adalah:
1). Bagaimana ketersediaan bahan ajar di satuan Pendidikan.
2) Bagaimana guru mengimplementasikan kurikulum
3) Bagaimana Pendanaan dan dukungan pemerintah daerah
4) Bagaimana adaptasi konten kurikulum terhadap konteks lokal
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Saat ini beberapa satuan Pendidikan di Kabupaten Banggai Kepulauan dihadapkan pada
masa transisi dari kurikulum 2013 ke kurikulum Merdeka, membutuhkan pemahaman
mendalam tentang konteks undang-undang serta tantangan geografis, ekonomi, dan sosial yang
dihadapi oleh daerah tersebut. UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 sebagai kerangka legislatif
menyediakan landasan yang kuat untuk hak pendidikan bagi setiap warga negara, termasuk
ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Berikut adalah analisis kritis
terhadap beberapa permasalahan utama:

1. Ketersediaan dan Aksesibilitas Bahan Ajar


Pasal 48 UU Sisdiknas menegaskan bahwa setiap satuan pendidikan harus memiliki sarana
dan prasarana yang memenuhi standar nasional pendidikan. Namun, di daerah terpencil,
ketersediaan bahan ajar sering menjadi masalah utama. Kurikulum 2013 dan Kurikulum
Merdeka sama-sama memerlukan bahan ajar yang relevan dan mutakhir, yang sering kali sulit
diakses oleh sekolah di daerah terpencil karena keterbatasan logistik, infrastruktur, dan sumber
daya.

2. Pelatihan Guru dan Implementasi Kurikulum


Perubahan kurikulum dari Kurikulum 2013 ke Kurikulum Merdeka menuntut pelatihan
yang memadai bagi guru-guru, terutama dalam mengadaptasi dan mengimplementasikan bahan
ajar baru. Di daerah terpencil, terdapat tantangan signifikan terkait dengan akses terhadap
pelatihan profesional untuk guru, yang berdampak pada kualitas pengajaran dan pemanfaatan
sarana prasarana pendidikan, termasuk bahan ajar.

3. Pendanaan dan Dukungan Infrastruktur


Pasal 48 juga menunjukkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab
menyediakan sarana dan prasarana pendidikan. Namun, alokasi dana dan prioritas
pembangunan sering kali tidak merata, menyebabkan sekolah di daerah terpencil menghadapi
kesulitan dalam memperbarui atau memperoleh bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum yang
diterapkan. Ini mencakup tidak hanya buku teks, tetapi juga teknologi pembelajaran dan
sumber daya digital yang kian penting dalam Kurikulum Merdeka.
4. Adaptasi Konten Kurikulum terhadap Konteks Lokal
Salah satu prinsip Kurikulum Merdeka adalah fleksibilitas dan adaptasi terhadap kebutuhan
dan konteks lokal. Ini membuka peluang bagi sekolah di daerah terpencil untuk
mengembangkan bahan ajar yang lebih relevan dengan lingkungan sosial dan budaya mereka.
Namun, tantangan terletak pada kapasitas dan sumber daya untuk melakukan adaptasi tersebut,
termasuk pelatihan guru dan dukungan teknis.

B. Pembahasan

1. Pemerintah harus meningkatkan investasi dalam infrastruktur pendidikan di daerah


terpencil, termasuk akses terhadap bahan ajar dan teknologi pembelajaran.
2. Program pelatihan guru yang komprehensif dan berkelanjutan harus diperluas untuk
mencakup guru-guru di daerah terpencil, memastikan mereka dilengkapi untuk
mengimplementasikan kurikulum secara efektif.
3. Mendorong keterlibatan masyarakat lokal dalam penyediaan dan pengelolaan sumber
daya pendidikan, termasuk pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan konteks
lokal.
4. Memfasilitasi kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga nirlaba untuk
menyediakan sumber daya pendidikan yang lebih baik di daerah terpencil.
BAB III
Kesimpulan

Analisis ini menggarisbawahi pentingnya intervensi strategis dari semua pemangku

kepentingan untuk mengatasi permasalahan sarana dan prasarana pendidikan di daerah

terpencil.
DAFTAR PUSTAKA
Republik Indonesia (2003) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional. Jakarta : Sekretariat Negara

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2013). Kurikulum 2013. Jakarta:
Kemendikbud.

Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (2020).


Kurikulum Merdeka: Panduan implementasi. Jakarta: Kemendikbud.

Anda mungkin juga menyukai