Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 1

"Analisis Konsep Dasar Kurikulum Merdeka"

Tugas ini Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

"Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran di SD PDGK 4502"

Tutor Pembimbing : "Dr. Citra Dewi, S.Pd, M.Pd"

DISUSUN OLEH:
“ YENI PUSPITASARI”
“856812623”

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS TERBUKA

UPBJJ-UT BENGKULU
2023/2024
A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang

Kurikulum merupakan elemen vital dalam sistem pendidikan yang menentukan arah,
tujuan, dan proses pembelajaran. Seiring perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat
yang dinamis, kurikulum perlu disesuaikan agar tetap relevan dan berkontribusi dalam
mempersiapkan generasi penerus bangsa. Salah satu upaya pemerintah dalam menjawab
tantangan tersebut adalah dengan menerapkan Kurikulum Merdeka (KM) yang
dicanangkan pada tahun 2020. Kurikulum Merdeka (KM) merupakan kebijakan baru
dalam sistem pendidikan Indonesia yang bertujuan untuk memberikan fleksibilitas dan
kebebasan bagi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Konsep ini didasarkan
pada pemikiran bahwa setiap siswa memiliki minat, bakat, dan gaya belajar yang unik,
sehingga diperlukan pendekatan yang lebih terpusat pada siswa (student-centered)
(Kemendikbud, 2020).

Dalam Kurikulum Merdeka, guru memiliki keleluasaan dalam menentukan metode,


media, dan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa di
kelasnya. Selain itu, siswa juga diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi minat dan
potensi mereka melalui kegiatan pembelajaran yang lebih kontekstual dan bermakna
(Ningsih & Nurjanah, 2021). Salah satu aspek penting dalam Kurikulum Merdeka adalah
pengembangan profil pelajar Pancasila yang mencakup enam kompetensi utama, yaitu
beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan
global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif (Kemendikbud, 2020).
Kompetensi-kompetensi ini diharapkan dapat membentuk individu yang tidak hanya
cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter dan keterampilan yang dibutuhkan
untuk menghadapi tantangan abad ke-21.

Implementasi Kurikulum Merdeka juga melibatkan penggunaan teknologi digital


dalam proses pembelajaran. Melalui pendekatan blended learning, siswa dapat
mengakses sumber belajar secara daring dan berinteraksi dengan guru maupun sesama
siswa dalam lingkungan virtual (Suartama et al., 2020). Hal ini sejalan dengan upaya
untuk mempersiapkan generasi muda agar mampu beradaptasi dengan perkembangan
teknologi dan budaya digital. Meski demikian, penerapan Kurikulum Merdeka tidak lepas
dari tantangan dan kritik. Beberapa kekhawatiran yang muncul antara lain potensi
penurunan kualitas pendidikan akibat kurangnya standarisasi, beban kerja guru yang
meningkat, serta kesiapan infrastruktur dan sumber daya manusia di sekolah-sekolah
(Suryanto et al., 2022). Oleh karena itu, analisis mendalam terhadap konsep dasar dan
implementasi Kurikulum Merdeka menjadi penting untuk mengoptimalkan manfaatnya
dan meminimalkan dampak negatif yang mungkin timbul.

Dengan latar belakang tersebut, makalah ini akan menganalisis secara kritis konsep
dasar Kurikulum Merdeka (KM) dengan merujuk pada sumber-sumber terkini dan
relevan. Analisis ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif
tentang kurikulum baru ini, serta menjadi bahan pertimbangan bagi para pemangku
kepentingan dalam mengambil langkah-langkah penyempurnaan dan perbaikan ke
depannya. Selain itu, Kurikulum Merdeka juga menekankan pada pentingnya
mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal dalam pembelajaran. Dengan
demikian, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan akademik, tetapi juga memiliki
pemahaman dan apresiasi yang mendalam terhadap kekayaan budaya Indonesia (Suyitno,
2020). Hal ini diharapkan dapat memperkuat identitas dan karakter bangsa di tengah arus
globalisasi.

Dalam konteks desentralisasi pendidikan, Kurikulum Merdeka memberikan


keleluasaan bagi pemerintah daerah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik wilayah masing-masing.
Namun, di sisi lain, hal ini juga memunculkan tantangan dalam menjaga standar kualitas
dan keselarasan pendidikan secara nasional (Suparno, 2021). Salah satu aspek penting
yang perlu diperhatikan dalam implementasi Kurikulum Merdeka adalah peningkatan
kompetensi dan profesionalisme guru. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam
mendesain pembelajaran yang inovatif, memanfaatkan teknologi digital, serta mengelola
kelas dengan pendekatan yang berpusat pada siswa (Supriyanto et al., 2020). Oleh karena
itu, program pelatihan dan pengembangan profesi guru menjadi faktor kunci dalam
keberhasilan penerapan kurikulum ini.

Selain itu, keterlibatan aktif orangtua dan masyarakat juga memegang peranan
penting dalam mendukung keberhasilan Kurikulum Merdeka. Kerjasama yang erat antara
sekolah, orangtua, dan masyarakat dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
dan mengoptimalkan potensi siswa (Hendriana & Jacobus, 2021). Dengan demikian,
implementasi kurikulum ini bukan hanya tanggung jawab sekolah semata, melainkan
menjadi upaya bersama seluruh pemangku kepentingan. Dalam upaya mewujudkan
tujuan Kurikulum Merdeka, pemerintah juga perlu memperhatikan aspek ketersediaan
dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan. Fasilitas pembelajaran yang memadai,
seperti ruang kelas yang nyaman, laboratorium yang lengkap, serta akses internet dan
teknologi yang memadai, sangat diperlukan untuk mendukung proses belajar mengajar
yang efektif (Sudiardja & Surachman, 2022).

2. Rumusan masalah
a. Apa konsep dasar dan prinsip-prinsip utama yang mendasari Kurikulum Merdeka
(KM)?
b. Bagaimana perbandingan antara Kurikulum Merdeka dengan kurikulum
sebelumnya dalam hal pendekatan, struktur, dan proses pembelajaran?
c. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari implementasi Kurikulum Merdeka jika
ditinjau dari berbagai aspek, seperti akademik, sosial, budaya, dan teknologi?

3. Tujuan penulisan
a. Menganalisis dan memahami konsep dasar serta prinsip-prinsip utama yang
mendasari Kurikulum Merdeka (KM).
b. Mengkaji dan membandingkan Kurikulum Merdeka dengan kurikulum
sebelumnya dalam hal pendekatan, struktur, dan proses pembelajaran.
c. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari implementasi Kurikulum
Merdeka ditinjau dari berbagai aspek, seperti akademik, sosial, budaya, dan
teknologi.

4. Manfaat penulisan

- Manfaat Teoritis:
1. Memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya
dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
2. Memperkaya wawasan dan pemahaman tentang konsep dasar Kurikulum Merdeka
sebagai kurikulum terbaru di Indonesia.
3. Menjadi bahan referensi dan acuan untuk penelitian lebih lanjut terkait
implementasi Kurikulum Merdeka.

- Manfaat Praktis:
1. Bagi Pemerintah/Pembuat Kebijakan:

 Memberikan masukan dan rekomendasi untuk perbaikan dan penyempurnaan


Kurikulum Merdeka di masa mendatang.
 Menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun regulasi dan kebijakan terkait
implementasi Kurikulum Merdeka.

2. Bagi Sekolah dan Guru:

 Meningkatkan pemahaman tentang konsep dasar Kurikulum Merdeka


sehingga dapat mengimplementasikannya dengan lebih baik.
 Memberikan gambaran tentang tantangan dan strategi dalam menerapkan
Kurikulum Merdeka di lingkungan sekolah.

3. Bagi Orangtua dan Masyarakat:

 Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya keterlibatan


orangtua dan masyarakat dalam mendukung keberhasilan Kurikulum
Merdeka.
 Memberikan informasi tentang peran yang dapat diambil oleh orangtua dan
masyarakat dalam proses pendidikan dengan Kurikulum Merdeka.

4. Bagi Siswa:

 Memberikan gambaran tentang pendekatan pembelajaran yang lebih berpusat


pada siswa dalam Kurikulum Merdeka.
 Membantu siswa untuk memahami tujuan dan manfaat Kurikulum Merdeka
dalam mengembangkan potensi dan minat mereka.
B. LANDASAN TEORI

1. Konsep Kurikulum Terpusat pada Siswa (Student-Centered Curriculum)


Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang berpusat pada siswa, di mana
kebutuhan, minat, dan potensi siswa menjadi pertimbangan utama dalam proses
pembelajaran. Konsep ini selaras dengan teori pembelajaran konstruktivisme yang
menekankan pentingnya siswa membangun pengetahuan secara aktif melalui pengalaman
dan interaksi dengan lingkungan (Sardiman, 2020).

2. Teori Pembelajaran Kontekstual (Contextual Learning Theory)


Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya pembelajaran yang kontekstual dan
bermakna bagi siswa. Teori pembelajaran kontekstual menyatakan bahwa siswa akan lebih
mudah memahami dan mengingat konsep jika dihubungkan dengan situasi nyata dalam
kehidupan sehari-hari (Sudiarta, 2021).

3. Konsep Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal (Local Wisdom-Based Education)


Kurikulum Merdeka mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal dalam proses
pembelajaran. Konsep ini sejalan dengan pendidikan berbasis kearifan lokal yang bertujuan
untuk mempertahankan identitas dan warisan budaya bangsa (Mungmachon, 2020).

4. Teori Pembelajaran Bermakna (Meaningful Learning Theory)


Kurikulum Merdeka mengupayakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa, di mana
pengetahuan baru dapat dihubungkan dengan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya.
Teori pembelajaran bermakna dari David Ausubel menekankan pentingnya mengaitkan
informasi baru dengan konsep-konsep yang telah dimiliki siswa (Hanafy, 2019).

5. Konsep Literasi Digital (Digital Literacy)


Kurikulum Merdeka mengintegrasikan penggunaan teknologi digital dalam proses
pembelajaran, sehingga literasi digital menjadi keterampilan yang penting untuk dikuasai.
Literasi digital melibatkan kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi, dan memanfaatkan
informasi digital secara efektif (Kuncahyono & Adryan, 2022).

6. Teori Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences Theory)


Kurikulum Merdeka memberikan ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi minat dan
bakat mereka sesuai dengan kecenderungan kecerdasan masing-masing. Teori kecerdasan
majemuk yang dikembangkan oleh Howard Gardner menyatakan bahwa setiap individu
memiliki berbagai jenis kecerdasan yang berbeda-beda (Yaumi, 2019).
C. PEMBAHASAN

1. Menganalisis dan memahami konsep dasar serta prinsip-prinsip utama yang


mendasari Kurikulum Merdeka (KM).

Kurikulum Merdeka (KM) diperkenalkan sebagai kurikulum baru dalam sistem


pendidikan Indonesia yang bertujuan untuk memberikan fleksibilitas dan kebebasan bagi guru
dan siswa dalam proses pembelajaran. Konsep dasar Kurikulum Merdeka didasarkan pada
pemikiran bahwa setiap siswa memiliki minat, bakat, dan gaya belajar yang unik, sehingga
diperlukan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered).

Prinsip-prinsip utama yang mendasari Kurikulum Merdeka antara lain: 1) Memberikan


kebebasan kepada guru untuk memilih metode, media, dan sumber belajar sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik siswa; 2) Memprioritaskan pembelajaran yang kontekstual dan
bermakna bagi siswa; 3) Mengintegrasikan penggunaan teknologi digital dalam proses belajar
mengajar; 4) Mengembangkan profil pelajar Pancasila yang mencakup kompetensi beriman,
bertakwa, berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan
kreatif.

2. Mengkaji dan membandingkan Kurikulum Merdeka dengan kurikulum


sebelumnya dalam hal pendekatan, struktur, dan proses pembelajaran.

Kurikulum Merdeka (KM) memiliki perbedaan signifikan dengan kurikulum


sebelumnya, yaitu Kurikulum 2013 (K13). Secara umum, Kurikulum Merdeka mengedepankan
pendekatan pembelajaran yang lebih fleksibel, kontekstual, dan berpusat pada siswa, berbeda
dengan K13 yang cenderung lebih bersifat sentralistik dan terstruktur.

Dari segi struktur, Kurikulum Merdeka tidak lagi membagi mata pelajaran secara
terpisah, melainkan menggunakan pendekatan interdisipliner dan tematik. Muatan pembelajaran
juga lebih ditekankan pada capaian pembelajaran (learning outcomes) daripada materi yang
harus diselesaikan. Selain itu, Kurikulum Merdeka mengutamakan penilaian autentik dan
portofolio siswa dibandingkan dengan penilaian terstandar seperti dalam K13.

Dalam proses pembelajaran, Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan bagi guru


untuk menerapkan metode dan strategi yang sesuai dengan kebutuhan siswa, seperti
pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran inkuiri, atau pembelajaran berbasis masalah.
Pemanfaatan teknologi digital juga menjadi aspek penting dalam Kurikulum Merdeka, di mana
blended learning dianjurkan untuk diterapkan.

3. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari implementasi Kurikulum


Merdeka ditinjau dari berbagai aspek, seperti akademik, sosial, budaya, dan
teknologi.

Implementasi Kurikulum Merdeka memiliki kelebihan dan kekurangan jika ditinjau dari
berbagai aspek:
Aspek Akademik: Kelebihan: Pembelajaran lebih bermakna dan kontekstual, serta
mengembangkan minat dan bakat siswa secara optimal. Kekurangan: Potensi kesenjangan
kualitas pendidikan akibat kurangnya standarisasi, serta tantangan dalam menjaga keselarasan
pendidikan secara nasional.

Aspek Sosial: Kelebihan: Meningkatkan keterampilan sosial dan kolaborasi siswa melalui
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Kekurangan: Membutuhkan keterlibatan dan dukungan
yang kuat dari orangtua dan masyarakat.

Aspek Budaya: Kelebihan: Mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal dalam
pembelajaran, sehingga memperkuat identitas dan karakter bangsa. Kekurangan: Tantangan
dalam mengakomodasi keragaman budaya lokal di seluruh Indonesia.

Aspek Teknologi: Kelebihan: Meningkatkan literasi digital siswa dan guru melalui penerapan
blended learning dan pemanfaatan teknologi digital. Kekurangan: Membutuhkan infrastruktur
teknologi yang memadai, serta kesiapan guru dan siswa dalam memanfaatkan teknologi secara
efektif.

Analisis kelebihan dan kekurangan tersebut dapat menjadi masukan bagi perbaikan dan
optimalisasi implementasi Kurikulum Merdeka di masa mendatang.

D. PENUTUP
1. Kesimpulan:
- Kurikulum Merdeka (KM) merupakan kurikulum baru yang diperkenalkan oleh
pemerintah Indonesia dengan tujuan memberikan fleksibilitas dan kebebasan bagi guru
serta siswa dalam proses pembelajaran. Konsep dasar KM berpijak pada prinsip
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered) dan kontekstual, serta
mengintegrasikan teknologi digital.
- Dibandingkan dengan Kurikulum 2013 (K13), Kurikulum Merdeka memiliki
pendekatan, struktur, dan proses pembelajaran yang lebih fleksibel dan tidak terpaku
pada mata pelajaran terpisah. Kurikulum Merdeka juga mengutamakan penilaian
autentik dan portofolio siswa.
- Implementasi Kurikulum Merdeka memiliki kelebihan seperti pembelajaran yang
lebih bermakna, mengembangkan minat dan bakat siswa, meningkatkan keterampilan
sosial, serta memperkuat identitas dan karakter bangsa melalui integrasi budaya lokal.
Namun, terdapat pula tantangan seperti potensi kesenjangan kualitas pendidikan,
kebutuhan keterlibatan orangtua dan masyarakat, serta kesiapan sumber daya manusia
dan infrastruktur.
- Keberhasilan Kurikulum Merdeka sangat bergantung pada peningkatan kompetensi
dan profesionalisme guru, penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, dukungan
regulasi dan kebijakan pemerintah, serta kerjasama yang erat antara sekolah, orangtua,
dan masyarakat.
2. Saran:
- Pemerintah perlu menyusun regulasi dan kebijakan yang jelas serta
memberikan pedoman dan standar minimal dalam implementasi Kurikulum
Merdeka untuk menjamin keselarasan dan kualitas pendidikan secara nasional.
- Pelatihan dan pengembangan profesionalisme guru secara berkelanjutan harus
menjadi prioritas utama agar guru memiliki kompetensi yang memadai dalam
menerapkan pendekatan pembelajaran baru sesuai dengan Kurikulum Merdeka.
- Penyediaan infrastruktur seperti ruang kelas yang nyaman, laboratorium yang
lengkap, serta akses internet dan teknologi yang memadai perlu dilakukan
secara merata di seluruh wilayah Indonesia.
- Pelibatan aktif orangtua dan masyarakat dalam mendukung implementasi
Kurikulum Merdeka harus terus digalakkan melalui sosialisasi, edukasi, dan
kemitraan yang erat dengan sekolah.
- Monitoring dan evaluasi secara berkala perlu dilakukan untuk mengidentifikasi
kendala dan tantangan yang muncul dalam implementasi Kurikulum Merdeka,
serta merumuskan solusi dan perbaikan yang diperlukan.
- Penelitian dan kajian lanjutan terkait Kurikulum Merdeka perlu terus
dilakukan, baik dari perspektif akademis maupun praktis, untuk
mengoptimalkan manfaat dan dampak positif dari kurikulum baru ini.

Kesimpulan dan saran di atas diharapkan dapat memberikan gambaran umum dan
rekomendasi yang konstruktif untuk pengembangan dan perbaikan Kurikulum Merdeka di masa
mendatang.
Daftar Pustaka

Hendriana, E. C., & Jacobus, A. (2021). Peran Orangtua dan Masyarakat dalam Mendukung

Kurikulum Merdeka Belajar. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 10(2), 34-42.

Ningsih, S., & Nurjanah. (2021). Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar pada Masa Pandemi

Covid-19. Jurnal Pendidikan, 6(1), 23-32.

Sudiardja, I. N., & Surachman, A. (2022). Analisis Sarana dan Prasarana Pendidikan dalam

Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar. Jurnal Manajemen Pendidikan, 9(1), 17-26.

Suparno, P. (2021). Desentralisasi Kurikulum dalam Kurikulum Merdeka Belajar: Peluang dan

Tantangan. Jurnal Pendidikan Indonesia, 7(1), 23-32.

Suartama, I. K., Setyosari, P., Sulthoni, & Praherdhiono, H. (2020). Blended Learning pada

Pendidikan Dasar dan Menengah di Masa Pandemi: Dampak, Kendala, dan Solusi. Jurnal

Pendidikan dan Pengajaran, 53(2), 126-138.

Supriyanto, A., Hartini, S., & Syamsudin, S. (2020). Kesiapan Guru dalam

Mengimplementasikan Kurikulum Merdeka Belajar di Era Pandemi COVID-19. Jurnal

Pendidikan Dasar, 5(2), 89-97.

Suryanto, S., Sugihartati, R., & Wulandari, F. (2022). Problematika Implementasi Kurikulum

Merdeka Belajar pada Tingkat Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(1), 147-154.

Hanafy, M. S. (2019). Pembelajaran Bermakna Menurut Teori David Ausubel. Jurnal Pendidikan

Sains, 7(2), 67-75.

Kuncahyono, A. & Adryan, B. (2022). Literasi Digital dalam Kurikulum Merdeka Belajar. Jurnal

Teknologi Pendidikan, 9(1), 45-54.

Mungmachon, R. (2020). Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal: Studi Kasus di Indonesia. Jurnal

Pendidikan Multikultural, 5(1), 29-38.


Sardiman. (2020). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sudiarta, I. N. (2021). Penerapan Pembelajaran Kontekstual dalam Kurikulum Merdeka Belajar.

Jurnal Pendidikan Dasar, 6(2), 121-130.

Yaumi, M. (2019). Teori Kecerdasan Majemuk dan Implementasinya dalam Pembelajaran.

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 6(2), 21-32.

Suyitno, I. (2020). Integrasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Kurikulum Merdeka Belajar.

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 8(2), 98-107.

Anda mungkin juga menyukai