Anda di halaman 1dari 183

IMPLEMENTASI MANAJEMEN STRATEGI DALAM

PENGELOLAAN PENDIDIKAN DI PONDOK


PESANTREN NURUL IMAN PARUNG BOGOR

TESIS

Disusun :

Oky Ari Gunawan

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2022
ii

ABSTRAK
Oky Ari Gunawan NIM 21200181000022: Implementasi
Manajemen Strategi Dalam Pengelolaan Pendidikan Di Pondok
Pesantren Nurul Iman Parung Bogor. Tesis Program Magister
Manajemen Pendidikan Islam (MMPI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode
penelitian metode kualitatif melalui pendekatan kualitatif deskriptif.
Penelitian bertujuan untuk memperoleh data dan informasi yang
sebenarnya dan akurat mengenai Implementasi Manajemen Strategi
dalam Pengelolaan Pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Iman Parung
Bogor. Hasil penelitian menyatakan implementasi manajemen strategi
dalam pengelolaan pendidikan yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-
Ashriyyah Nurul Iman dapat disimpulkan bahwa dalam tahapan
pertama adalah dengan mengidentifikasi rencana strategi umum melalui
rapat tahunan dengan pembahasan utama menganalisis SWOT di dalam
semua aspek pengelolaan pendidikan. Adapun tahap kedua yakni
dengan melakukan perumusan rencana strategi khusus terkait (1)
karakteristtik tenaga kerja yakni linieritas terhadap tupoksi, memelihara
adab, bersedia tinggal di asrama dan siap mentaati aturan, (2) dan (3)
pengadaan barang atau alat untuk penunjang terawatnya gedung dan
alat lainnya. (4) mengembangkan software yang nantinya berguna
untuk keperluan administrasi santri dan tabungan santri bahkan berguna
untuk para pengurus dan guru dalam kebutuhan penggajian dan absensi,
(5) mempertahankan bidang wirausaha yang saling terintegrasi dan
mengembangkan wirausaha agar bisa ekspor, (6) memotivasi para
karyawan dan santri agar terus berkembang dan berkualitas, (7)
mengahasilkan profit serta meminimalisir pengeluaran. Adapun tahap
ketiga yakni menganggakan dan mengalokasikan sumber daya dengan
diserahkan kepada pimpinan satuan dan rekapnya diserahkan untuk
dibelanjakan keperluan yang dibutuhkan. Tahap keempat yang
dilakukan adalah setiap pimpinan satuan memiliki tanggung jawabnya
masing masing untuk melakukan pemantauan dan pengendalian kecuali
dalam layanan pemasukan, efektivitas, proses, dan efisiensi pendidikan.
Kata Kunci: Implementasi, Manajemen, Strategi, Pengelolaan
iii

ABSTRACT
Oky Ari Gunawan NIM 21200181000022: Implementation of
Strategic Management in Education Management at the Nurul Iman
Islamic Boarding School Parung Bogor. Thesis of Master Program in
Islamic Education Management (MPI) Faculty of Tariyah and Teacher
Training (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
This research is a type of research with qualitative research
methods through a descriptive qualitative approach. This study aims to
obtain actual and accurate data and information regarding the
Implementation of Strategic Management in Education Management at
the Nurul Iman Islamic Boarding School Parung, Bogor. The results of
the study stated that the implementation of strategic management in the
management of education carried out at the Al-Ashriyyah Nurul Iman
Islamic Boarding School could be concluded that in the first stage was
to identify a general strategic plan through annual meetings with the
main discussion analyzing SWOT in all aspects of education
management. The second stage is to formulate a specific strategic plan
related to (1) the characteristics of the workforce, namely linearity
towards their duties and functions, maintaining etiquette, being willing
to live in a dormitory and being ready to obey the rules, (2) dan (3)
procurement of goods or equipment to support the maintenance of
buildings and other equipment, (4) developing software that will later
be useful for administrative needs of students and savings of students
and even useful for administrators and teachers in payroll and
attendance needs, (5) maintaining an integrated field of
entrepreneurship and developing entrepreneurship so that can export,
(6) motivate employees and students to continue to grow and have
quality, (7) generate profits and minimize expenses. As for the third
stage, namely budgeting and allocating resources by submitting them to
the unit leadership and the recap is submitted to spend on the needs
needed. The fourth stage that is carried out is that each unit leader has
his own responsibility for monitoring and controlling except in the
service of income, effectiveness, process and efficiency of education.
Keywords: Implementation, Management, Strategy, Management
‫‪iv‬‬

‫الملخص‬
‫‪Oky Ari Gunawan NIM 21200181000022:‬‬ ‫تنفيذ اإلدارة‬
‫‪.‬اإلستراتيجية في إدارة التعليم في مدرسة نور اإليمان اإلسالمية الداخلية ‪ ،‬بارونج ‪ ،‬بوجور‬
‫كلية التريبة و تدريب المعلمين )‪ (MMPI‬رسالة ماجستير في ارادة التريبة االسالمية‬
‫شريف هداية هللا جاكرتا ‪(FITK) UIN‬‬
‫هذا البحث هو نوع من البحث ذو طرق بحثية نوعية من خالل منهج وصفي نوعي‪.‬‬
‫تهدف هذه الدراسة إلى الحصول على بيانات ومعلومات فعلية ودقيقة بشأن تطبيق اإلدارة‬
‫اإلستراتيجية في إدارة التعليم في مدرسة نور اإليمان الداخلية اإلسالمية بارونج ‪ ،‬بوجور‪.‬‬
‫تشير نتائج الدراسة إلى أن تنفيذ اإلدارة اإلستراتيجية في إدارة التعليم المنفذ في مدرسة‬
‫العشريية نور اإليمان اإلسالمية الداخلية يمكن استنتاج أنه في المرحلة األولى يتم تحديد خطة‬
‫في جميع ‪ SWOT‬إستراتيجية عامة من خالل اجتماعات سنوية مع الرئيسية‪ .‬مناقشة التحليل‬
‫)‪ (1‬جوانب إدارة التعليم‪ .‬المرحلة الثانية هي صياغة الخطط االستراتيجية المحددة ذات الصلة‬
‫خصائص القوى العاملة‪ ،‬وهي الخطية تجاه الواجبات‪ ،‬والحفاظ على األخالق‪ ،‬واالستعداد‬
‫شراء سلع أو معدات لدعم صيانة المبنى‪ (2) .‬للعيش في المهاجع واالستعداد لالمتثال للقواعد‪.‬‬
‫تطوير البرامج التي ستكون مفيدة في )‪ (4‬شراء السلع أو المعدات لدعم األنشطة الحالية )‪(3‬‬
‫وقت الحق لالحتياجات اإلدارية للطالب والمدخرات للطالب وحتى مفيدة للمسؤولين‬
‫الحفاظ على مجاالت ريادة األعمال )‪ (5‬والمعلمين في كشوف المرتبات واحتياجات الحضور‬
‫تحفيز الموظفين )‪ (6‬المتكاملة بشكل متبادل وتطوير رواد األعمال حتى يتمكنوا من التصدير‪.‬‬
‫توليد األرباح وتقليل النفقات‪ .‬المرحلة )‪ (7‬والطالب على االستمرار في التطوير والجودة‬
‫الثالثة هي إعداد الميزانية وتخصيص الموارد من خالل تقديمها لقيادة الوحدة وتقديم الملخص‬
‫لإلنفاق على االحتياجات التي يحتاجها المدير المالي من خالل قسائم تم إعدادها باستثناء‬
‫خدمات الدخل‪ .‬المرحلة الرابعة التي يتم تنفيذها هي أن يكون لكل قائد وحدة مسؤوليته الخاصة‬
‫في المراقبة والتحكم باستثناء خدمة الدخل والفعالية والعملية وكفاءة التعليم‬
‫الكلمات المفتاحية‪ :‬التنفيذ ‪ ،‬اإلدارة ‪ ،‬اإلستراتيجية ‪ ،‬اإلدارة‬
v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan


penguasa alam yang telah melimpahkan karunisa, rahmat, dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga segala perjuangan dan
kesabaran penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
beserta salam semoga Allah SWT cerahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan
semua umatnya yang selalu menjalankan sunnahnya.
Dengan telah selesainya penelitian ini, banyak sekali pihak-
pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini bisa
terselesaikan. Maka dari itu, ucapan terimakasih yang mendalam
peneliti sampaikan kepada yang terhormat:
1. Ibu Prof. dr. Hj. Amany Lubis, Lc., M. A. dan Ibu Dr. Sururin,
M. Ag. selaku Rektor dan Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah banyak
memberi motivasi dan semangat.
2. Bapak Zahruddin, Lc., M. Pd. Dan Ibu Dr. Maftuhah, M. A
selaku Kaprodi dan Sekprodi Magister Manajemen Pendidikan
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan
bimbingan dan dukungan.
3. Bapak Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd dan Ibu Dr. Siti Nurhasanah,
M. Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II,
serta Ibu Dr. Maftuhah, M. A dan Ibu Dr. Nurdelima Waruwu,
M. Pd selaku Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II yang telah
banyak memberikan asumsi-asumsi yang memotivasi dan
pemikiran yang konstruktif dalam penulisan Tesis ini.
4. Seluruh Dosen dan Staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah
banyak memberikan ilmu dan pembekalan kepada peneliti.
5. Kepada Ibunda Harmiyati dan Ayahanda Hamim Mukmin
serta adik tercinta Yasmin Azzahra dan Zulthan Thoriq Al-
Amin yang dengan ikhlas memberikan semangat dan doa
sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
vi

6. Kepada Isteri tercinta yakni Nadya Aulia Mawatina, S. Pd


yang dengan ikhlas memberikan semangat, waktu, tenaga,
materi, dan doa dalam membantu menyelesaikan penulisan
Tesis ini.
7. Kepada Abah Drs. KH. Abdurrahman Shoheh dan Bunda Dra.
Hj. Apiyah, M. A yang dengan ikhlas memotivasi dan
mendoakan sehingga peneliti bisa menyelesaikan penulisan
Tesis ini.
8. Kepada seluruh teman seperjuangan Mahasiswa Magister
Manajemen Pendidikan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
angkatan Tahun 2020 khususnya kelas B dan Neneng
Humairoh, S. Pd yang telah banyak memberikan dukungan
moril, materil dan spiritual.
9. Kepada Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman
Parung Bogor Umi Dr. Waheeda Binti H. Abdul Rahman,
S.Psi., M.Si. yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian di Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman
Parung Bogor.
10. Kepada Pengurus Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman
Parung Bogor khususnya Ustadz Mahbub Zuhri, M. Pd dan
Ustadz Wahyanuddin, M. Pd yang memberikan peneliti banyak
informasi dan ilmu baru.
11. Kepada segenap pihak yang telah membantu penyelesaian
penelitian ini baik secara moril maupun materil.
Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,
agar penelitian ini bermanfaat, khususnya bagi peneliti dan
umumnya bagi semua pihak yang turut mengembangkan
pendidikan. Terima kasih.
Jakarta, 10 Januari 2023

Oky Ari Gunawan


vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN TESIS ................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR HASIL ............. iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................. iv

ABSTRAK ......................................................................... v

ABSTRACT ....................................................................... vi

‫ الملخص‬................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ....................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................. xv

DAFTAR BAGAN ............................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR ......................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................... xvii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1


B. Identifikasi Masalah ........................................................ 10
C. Pembatasan Masalah ..................................................... 11
D. Perumusan Masalah ........................................................ 11
E. Tujuan Penelitian ............................................................ 11
viii

F. Kegunaan Penelitian ..................................................... 12

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik ........................................................ 13


1. Manajemen Strategi ................................................ 13
a. Pengertian Manajemen Strategi .......................... 13
b. Tahapan Manajemen Strategi .............................. 21
c. Keuntungan dan Manfaat Manajemen Strategi ..
2. Pengelolaan Pendidikan .......................................... 57
a. Pengertian Pengelolaan ...................................... 51
b. Pengertian Pengelolaan Pendidikan ................... 55
c. Tujuan dan Fungsi Pengelolaan Pendidikan ...... 67
d. Pengelolaan Pendidikan Pesantren ..................... 72
e. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Pesantren .......... 76
B. Penelitian Relevan yang Terdahulu ............................... 79
C. Kerangka Berfikir ........................................................ . 98

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................ 100


1. Waktu Penelitian ..................................................... 100
2. Tempat Penelitian ................................................... 101
B. Latar Penelitian (Setting) ............................................... 102
C. Metode Penelitian ........................................................ . 104
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ............... 105
1. Prosedur Pengumpulan Data ................................... 105
ix

2. Prosedur Pengolahan Data ...................................... 107


a. Reduksi Data ..................................................... 108
b. Model Data (Data Display) ................................. 108
c. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan ...................... 109
E. Analisis Data ................................................................. . 109
1. Kisi- Kisi Instrumen ................................................ 109
a. Wawancara ........................................................ 109
1) Implementasi Manajemen Strategi .............. 109
2) Pengelolaan Pendidikan .............................. 114
b. Studi Dokumentasi ............................................. 117

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman ..... 118


1. Sejarah Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul
Iman ....................................................................... . 118
2. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Al-Ashriyyah
Nurul Iman ............................................................ . 127
3. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Ashriyyah
Nurul Iman .............................................................. 128
4. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Al-Ashriyyah
Nurul Iman ............................................................ 130
B. Deskripsi Data .............................................................. . 133
1. Identifikasi Rencana Umum Strategi ...................... 133
a. Tenaga Kerja .................................................... 133
b. Modal, Fisik dan Finansial ............................... 134
c. Energi dan Material ......................................... 135
x

d. Layanan Pemasukan ........................................ 88


e. Efektivitas Pendidikan .....................................
f. Proses Pendidikan ............................................
g. Efisiensi Pendidikan ........................................
2. Perumusan Rencana Khusus Strategi....................... 88
a. Tenaga Kerja .................................................... 133
b. Modal, Fisik dan Finansial ............................... 134
c. Energi dan Material ......................................... 135
d. Layanan Pemasukan ........................................ 88
e. Efektivitas Pendidikan .....................................
f. Proses Pendidikan ............................................
g. Efisiensi Pendidikan ........................................
3. Alokasi dan Penganggaran Sumber Daya ............... 91
a. Tenaga Kerja .................................................... 133
b. Modal, Fisik dan Finansial ............................... 134
c. Energi dan Material ......................................... 135
d. Layanan Pemasukan ........................................ 88
e. Efektivitas Pendidikan .....................................
f. Proses Pendidikan ............................................
g. Efisiensi Pendidikan ........................................
4. Prosedur Pemantauan dan Pengendalian ................ 95
a. Tenaga Kerja .................................................... 133
b. Modal, Fisik dan Finansial ............................... 134
c. Energi dan Material ......................................... 135
d. Layanan Pemasukan ........................................ 88
e. Efektivitas Pendidikan .....................................
f. Proses Pendidikan ............................................
xi

g. Efisiensi Pendidikan ........................................


C. Pembahasan ................................................................. 106
1. Identifikasi Rencana Umum Strategi ...................... 133
a. Tenaga Kerja .................................................... 133
b. Modal, Fisik dan Finansial ............................... 134
c. Energi dan Material ......................................... 135
d. Layanan Pemasukan ........................................ 88
e. Efektivitas Pendidikan .....................................
f. Proses Pendidikan ............................................
g. Efisiensi Pendidikan ........................................
2. Perumusan Rencana Khusus Strategi....................... 88
a. Tenaga Kerja .................................................... 133
b. Modal, Fisik dan Finansial ............................... 134
c. Energi dan Material ......................................... 135
d. Layanan Pemasukan ........................................ 88
e. Efektivitas Pendidikan .....................................
f. Proses Pendidikan ............................................
g. Efisiensi Pendidikan ........................................
3. Alokasi dan Penganggaran Sumber Daya ............... 91
a. Tenaga Kerja .................................................... 133
b. Modal, Fisik dan Finansial ............................... 134
c. Energi dan Material ......................................... 135
d. Layanan Pemasukan ........................................ 88
e. Efektivitas Pendidikan .....................................
f. Proses Pendidikan ............................................
g. Efisiensi Pendidikan ........................................
4. Prosedur Pemantauan dan Pengendalian ................ 95
xii

a. Tenaga Kerja .................................................... 133


b. Modal, Fisik dan Finansial ............................... 134
c. Energi dan Material ......................................... 135
d. Layanan Pemasukan ........................................ 88
e. Efektivitas Pendidikan .....................................
f. Proses Pendidikan ............................................
g. Efisiensi Pendidikan ........................................

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................... 133


B. Implikasi .................................................................. . 136
C. Saran ........................................................................ . 136

DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 138

DAFTAR TABEL
xiii

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................. 47

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ................................................... 64

Tabel 3.2 Instrumen Wawancara Implementasi Manajemen


Strategi .................................................................................. 70

Tabel 3.3 Instrumen Wawancara Pengelolaan Pendidikan ... 75

Tabel 3.4 Studi Dokumentasi ................................................ 75

Tabel 4.1 Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Ashriyyah


Nurul Iman ............................................................................. 82

DAFTAR BAGAN
xiv

Bagan 2.1 Kerangka AFI ..................................................... 15

Bagan 2.2 Produktivitas Pendidikan ..................................... 38

Bagan 2.3 Kerangka Berfikir ................................................ 62

DAFTAR GAMBAR
xv

Gambar 3.1 Alur Pengumpulan Data .................................... 70


xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Pedoman Wawancara .......................................................... 145

Transkip Wawancara .......................................................... 153

Pedoman Dokumentasi ........................................................ 167

Transkip Hasil Studi Dokumentasi ....................................... 168

Daftar Nama Pengajar ........................................................ 169

Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian .................................... 171

Surat Permohonan Izin Penelitian ......................................... 174

Surat Telah melakukan Penelitian ......................................... 175

Biodata Penulis ..................................................................... 176


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manajemen strategi yang baik akan membawa


organisasinya diimplementasikan melalui perencanaan
program, proses budgeting, sistem manajemen kinerja,
perubahan di dalam struktur organisasi, kemudian
manajemen program dan proyek. Hal ini dikarenakan
berdasarkan pengalaman mengunakan perencanaan strategi,
perusahaan atau lembaga sering kali tidak mencapai
tujuanya karena pada kenyataanya strategi yang
direncanakan tidak diimplementasikan secara efektif.
Sehingga muncul manajemen strategi yang prosesnya tidak
hanya dikonsentrasikan pada perencanaan strategi, namun
juga memperhatikan secara seksama proses
implementasinya (Yunus et al, 2016).

Implementasi manajemen strategi difungsikan


sebagai pengendali dalam mempergunakan semua sumber
daya yang dimiliki secara terintegrasi dalam pelaksanaan
fungsi-fungsi manajemen dan agar berlangsung sebagai
proses yang efektif dan efesien. Implementasi manajemen
strategi merupakan kunci keberhasilan lembaga. Hal ini
disebabkan karena pada tahap formulasi strategi dapat
mengantisipasi dinamika perubahan-perubahan dimasa
depan. Mengigat bahwa suatu organisasi, baik yang sifatnya

1
internal maupun eksternal selalu berubah-ubah. Melalui
perencanaan strategi inilah dapat dirumuskan suatu strategi
agar organisasi menjadi satuan yang mampu menampilkan
kinerja tinggi karena organisasi yang berhasil adalah
organisasi yang tingkat efektivitas dan produktivitasnya
makin lama makin tinggi. Sehingga tujuan dan berbagai
sasaranya dapat tercapai dengan hasil yang memuaskan.

Dalam masa globalisasi, organisasi dihadapkan pada


beberapa perubahan sosial yang tidak dapat dihindari,
termasuk pondok pesantren. Pondok pesantren tidak bisa
lepas dari perubahan. Penggerak dalam inovasi data dapat
memasuki benteng pondok pesantren. Unsur sosial ekonomi
menuntut pondok pesantren untuk tampil dalam persaingan
ekonomi yang tidak terbatas, juga berbagai perbaikan lain
yang diselimuti oleh unsur masyarakat yang juga
menimbulkan pertanyaan tentang resistensi (ketahanan),
responsibilitas (tanggung jawab), kapabilitas (kemampuan),
dan kecanggihan pondok pesantren dalam tuntutan
perubahan yang signifikan (Suwendi, 2004).

Seiring dengan perkembangan yang pesat dan


kebutuhan yang berbeda serta rumitnya masalah yang
dihadapi, penting untuk memiliki keterampilan yang luar
biasa untuk bekerja pada lembaga dakwah. Pondok
pesantren, dalam hal ini adalah pondok pesantren Al-
Ashriyyah Nurul Iman Bogor perlu bekerja pada diri
mereka sendiri untuk memiliki pilihan secara efektif agar
dapat memenuhi persyaratan dan kebutuhan budaya masa
kini. Pondok pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Bogor
sebagai lembaga dakwah serta organisasi pendidikan yang
mencetak generasi Islam masa depan yang handal dan
mahir sesuai dengan perubahan jaman, perlu memiliki
pilihan untuk menawarkan pemahaman Islam yang maju
dan luas. Selain modernisasi pemikiran, modernisasi
kelembagaan organisasi juga harus diselesaikan dengan
menjalankan proses administrasi yang benar walaupun
masih bisa dikatakan pondok pesantren Al-Ashriyyah Nuul
Iman sebagai peantren salaf dengan dikajinya beberapa
kitab klasik di dalam pembelajaran. Ujian terbesar bagi
keberhasilan suatu yayasan dakwah, misalnya pondok
pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Bogor dapat mengikuti
perubahan situasi yang menuntut keterampilan luar biasa
dalam menangani pengelolaan lembaga, kualitas sumber
daya pengelola, kemampuan pengelola untuk bereaksi
dalam kemajuan teknologi dan kualitas lulusan. Untuk
memenuhi pilihan tersebut, lembaga dakwah, misalnya
pondok pesantren dapat menerapkan dan mengaplikasikan
gagasan manajemen strategi untuk mencapai tujuannya.
Akan tetapi, masih ada pengaplikasian atau
pengimplementasian yang masih belum sesuai dengan apa
yang diformulasikan. Seperti formula yang diterapkan
dengan melakukan sistem yang dinamis dan demokratis,
akan tetapi pihak Yayasan masih banyak ikut andil dalam
keputusan yang seharusnya pihak pondok pesantren yang
memutuskan sehingga menimbulkan kesan otoriter dan
cenderung statis. Selain itu, pondok pesantren juga kesulitan
untuk menyelaraskan antara kepesantrenan dan
kewirausahaan karena sudah timbul pandangan di
masyarakat pondok pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman
adalah pondok pesantren dengan mengutamakan
kewirausahaan.

Pondok pesantren dengan filosofi yang dianutnya


selama ini, diuji untuk bereaksi secara fundamental dan
cerdik terhadap globalisasi. Pondok pesantren harus
memiliki pilihan untuk melihat tatanan yang benar-benar
mencerahkan, sehingga dari satu sisi mereka dapat
mendorong santri untuk memiliki wawasan yang luas, yang
tidak ragu-ragu untuk menghadapi inovasi, sekaligus tidak
kehilangan karakter dan kepribadian mereka, serta dapat
masyarakat sebagai komunitas yang tahu tentang masalah
yang dihadapi dan dapat mengalahkannya dengan penuh
kebebasan dan peradaban.

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan paling


berpengalaman di Indonesia, dan bahkan pesantren juga
memainkan peran penting dalam perjuangan otonomi
Indonesia. Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan
yang dipimpin oleh seorang atau beberapa kyai dan dibantu
oleh beberapa santri senior dan beberapa orang dari
keluarganya. (Moesa, 2007). Sedangkan Effendi (2008)
memahami pesantren sebagai pusat pendidikan Islam
tradisional yang dipimpin oleh ulama yang disebut kiyai,
biasanya terdiri dari kediaman kiyai dan pondok sebagai
kediaman santri. Jadi, pesantren adalah “suatu tempat yang
tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-
pelajaran agama Islam sekalligus tempat berkumpul dan
tempat tinggalnya yang dipimpin oleh seorang kiyai atau
beberapa kiyai.

Kaitannya dengan pengelolaan (manajemen) pondok


pesantren, adalah pondok pesantren sebagai lembaga
pendidikan swasta yang memiliki atribut bebas, kemudian,
pada saat itu, mereka lebih mudah beradaptasi untuk
memiliki pilihan untuk berkembang menjadi lebih baik.
memahami pentingnya pelatihan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan inovasi, jika pondok pesantren ini dikelola
secara profesional di bidangnya masing-masing dan
dijunjung tinggi oleh administrasi yang solid, maka, pada
saat itu, kualitas mereka di tengah masyarakat akan dapat
dibanggakan (Muhadjir, 1987).

Hal yang menarik untuk ditelaah dan diteliti secara


top to bottom menurut tipologi dan perkembangan pesantren
seperti yang digambarkan di atas adalah bahwa Pondok
Pesantren Nurul Iman Parung Bogor merupakan salah satu
kemajuan dalam dunia pesantren. Pesantren ini memiliki
keunikan dan kualitas tersendiri dibandingkan dengan
pesantren lainnya. Akan tetapi, dalam pengelolaannya
masih memiliki beberapa kendala. Pokok permasalahan
dalam tinjauan ini, lebih spesifiknya adalah implementasi
manajemen strategi pesantren dalam pengelolaan
pendidikan.

Pondok Pesantren Nurul Iman dilindungi oleh


Yayasan Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman yang
didirikan oleh Abah Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abi
Bakar bin Salim dan orang penting lainnya yakni Umi
Waheeda. Abah dan umi memiliki formula pendidikan yang
khas yaitu dengan mengkombinasikan unsur pendidikan
agama dan umum secara terpadu dengan porsi yang
semestinya. Selain itu, siswa juga dilatih untuk memperoleh
keterampilan khusus seperti komputer, menjahit, teknisi,
bahasa asing, dan lain-lain. Tidak berhenti sampai di sini,
Yayasan Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman juga
memajukan pelatihan wirausaha santri. Hal ini diharapkan
agar kemampuan wirausaha santri dapat diasah secara
cermat dan siap untuk digunakan, baik secara hipotetis
maupun untuk segala maksud dan tujuan.

Disamping kecerdasan intelektual, siswa dididik


memiliki kecerdasan emosional, hard skills dan soft skills.
Kecerdasan intelektual dan emosional, dan hard skills dan
soft skills identik dengan life skills. Hidup berisi
kebahagiaan juga kesedihan, hidup menawarkan
kemudahan tapi tidak sedikit kesulitan. Kekuatan emosional
itulah yang bisa menuntun manusia tetap tegar meski
kesedihan dan kesulitan menghampirinya (Musfah, 2018)
Secara praktikal, kegiatan pendidikan dilengkapi
dengan jaminan gratis bagi seluruh santri yang hingga
Januari 2021 telah mencapai jumlah ± 15.000 santri.
Pengecualian biaya tidak terbatas pada kebutuhan
pendidikan, tetapi juga untuk mengatasi kebutuhan
konsumsi, asrama, kesejahteraan dan lain-lain. Di bawah
arahan 500 staff pengajar dari PAUD hingga Perguruan
Tinggi, pengajaran dikoordinasikan dengan satuan pelatihan
formal dari tingkat PAUD, SD, SMP, SMA dan Perguruan
Tinggi.

Dalam komponen pelaksanaan, para dermawan


menawarkan semacam bantuan untuk sarana infrastruktur
pesantren kepada pihak yayasan. Kemudian, ketika pihak
yayasan telah menyetujui, maka semua kegiatan
pembangunan yang mencakup pilihan arsitek, kontraktor,
bahan bangunan dan pembiayaan lain sepenuhnya
diserahkan kepada donatur selaku pemberi dana. Pihak
yayasan hanya melakukan perintah amanat untuk
pemanfaatan struktur yang sepenuhnya berstatus wakaf,
sehingga menurut hukum, fasilitas tersebut tidak dapat
dipindahtangankan untuk tujuan lain, selain sebagai bantuan
untuk pencapaian belajar siswa. Pondok Pesantren Nurul
Iman memiliki tiga sudut pandang di dalam manajemen
pesantrennya yakni kepesantrenan, kependidikan dan
kewirausahaan. Oleh karena itu, peneliti membatasi
penelitian hanya pada aspek kepesantrenannya saja.
Implementasi strategi yang diterapkan di pondok pesantren
Nurul Iman harus mendekati terhadap apa yang
direncanakan agar strategi dapat dikatakan berhasil.

Rencana strategi yang dibuat oleh pondok pesantren


Nurul Iman memang banyak kaitannya tentang wirausaha,
akan tetapi dengan majunya wirausaha yang dikelola
pesantren maka akan berdampak baik pula terhadap
kemajuan pesantren. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa
sebuah lembaga dapat dikatakan mencapai tujuannya ketika
strategi yang diformulasikan dapat dimplementasikan secara
efektif, akan tetapi beberapa tahun belakangan pondok
pesantren Nurul Iman masih memiliki beberapa formulasi
strategi yang tidak dapat diimplementasikan secara efektif.
Semua disebabkan dengan adanya kendala yang terjadi
dalam implementasi manajemen strategi sehingga tidak
dapat mengimbangi formulasi strategi. Salah satu alasan
sulitnya pondok pesantren Nurul Iman mengikuti
perkembangan yang signifikan di dunia kepesantrenan
adalah hal demikian. Salah satu kendala adalah masih ada
tenaga pendidik dan pendidik yang tidak linier dengan tugas
pokok yang dipegang olehnya. Bukan hanya itu, dalam
mengelola pendidikan di pondok pesantren Nurul Iman
belum jelas tahapannya dalam mengimplementasikan
manajemen strategi.

Berdasarkan uraian dan latar belakang tersebut maka


peneliti tertarik untuk membahas dan mendeskripsikan tesis
yang bejudul “Implementasi Manajemen Strategi dalam
Pengelolaan Pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Iman
Parung Bogor”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas


karena melihat luasnya obyek masalah yang ada dilapangan,
maka kegiatan penelitian ini diidentifikasikan kepada hal-
hal sebagai berikut, yaitu :

1. Pengelolaan pendidikan di pondok pesantren Nurul


Iman belum jelas tahapannya dalam
mengimplementasikan manajemen strategi.
2. Kendala dalam pengimplementasian manajemen
strategi di Pondok Pesantren Nurul Iman masih ada,
sehingga tidak dapat mengimbangi formulasi
manajemen.
3. Kepesantrenan sulit diselaraskan dengan aspek untuk
mengubah pandangan masyarakat terkait pengelolaan
di pondok pesantren Nurul Iman.
4. Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Bogor
masih belum memiliki konsentrasi yang menunjukan
cirinya sebagai pesantren, karena masih bisa dikatakan
pesantren modern dan salaf.
5. Keharusan pengelolaan pendidikan pesantren agar
memiliki ciri khas yang mandiri dan dapat
mengelolanya dengan baik.
6. Santri dituntut dinamis dan tangguh dalam menghadapi
tantangan globalisasi dengan tetap dilandasi oleh
kemampuan spiritual yang memadai.
7. Pengeloaan pendidikan dengan tanpa memungut biaya
terhadap santri membuat pondok pesantren Nurul Iman
menjadi pihak yang paling bertanggung jawab atas
pembiayaan.

C. Pembatasan Masalah

Identifikasi masalah yang didapat diatas dibatasi


pada satu poin yakni: Pengelolaan pendidikan di pondok
pesantren Nurul Iman belum jelas tahapannya dalam
mengimplementasikan manajemen strategi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas serta identifikasi


masalah, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana implementasi manajemen strategi dalam
pengelolaan pendidikan di pondok pesantren Nurul Iman
Parung Bogor?
E. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui implementasi manajemen strategi dalam
pengelolaan pendidikan di pondok pesantren Nurul Iman
Parung Bogor.

F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini diantaranya, yaitu :
1. Kegunaan Teoritis

Secara umum penelitian secara teoritis


diharapkan mampu memberikan informasi terhadap
pembelajaran, utamanya untuk mengetahui
implementasi manajemen strategi dalam pengelolaan
pendidikan .

2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Manajer Pesantren

Hasil penelitian sebagai bahan kajian untuk


lebih baik dalam menerapkan manajemen strategi
agar dapat bersaing dengan pesantren-pesantren
lain.

b. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan lebih memperdalam pengetahuan
mengenai cara-cara agar manajer yang baik dalam
menerapkan manajemen strategi di pondok
pesantren.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik
1. Manajemen Strategi
a. Pengertian Manajemen Strategi

Secara harfiah, manajemen strategi terbangun


dari dua kata, yaitu manajemen dan strategi. Kata
manajemen diartikan sebagai proses pemahaman
sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran
yang telah ditentukan. Manajemen merupakan
kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan
suatu kegiatan, baik bersama orang lain atau melalui
orang lain dalam mencapai tujuan organisasi. Prosedur
berawal dari kata sistem yakni rencana. Jadi,
manajemen strategi merupakan serangkaian keputusan
dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja
perusahaan dalam jangka panjang (Purwanti et al.,
2018).

Ralph (2011) menjelaskan terkait Asal usul kata


strategi bahasa Inggris terletak pada abad keempat
belas dari kata Prancis stratégie berasal dari kata
Yunani strategia yang berarti 'kantor atau komando
seorang jenderal', strategos yang berarti 'umum', dan
yang berarti 'banyak, tentara, ekspedisi' dan yang
terakhir berarti 'memimpin' Strategi.

10
Manajemen strategi traditonal sebelum sampai
pada teori manajemen strategi di zaman modern ini
menurut Alejandro L. Domínguez (2007) adalah

The central tenet of traditional strategic


management is that strategic change is
considered as a frequent event and, what is
more, it happens in a relatively quick and
flexible way. Firms must maintain a proper
alignment with their institutional and industrial
environments. In other words, it is usually
assumed that as institutional and industry
environments change, so too should a firm’s
strategy.
Prinsip utama dari manajemen strategis
tradisional adalah bahwa perubahan strategis dianggap
sebagai peristiwa yang sering terjadi dan, terlebih lagi,
itu terjadi dalam waktu yang relatif cepat dan fleksibel.
Perusahaan harus mempertahankan keselarasan yang
tepat dengan institusi dan industri mereka lingkungan.
Dengan kata lain, biasanya diasumsikan bahwa dengan
berubahnya lingkungan institusi dan industri maka
berubah pula strategi perusahaan (Alejandro L.
Domínguez, 2007).

Suyadi & Dewi (2014) memberikan


pendapatnya bahwa manajemen starategi adalah ilmu
dan seni untuk menyinergikan berbagai sumber daya
yang dimiliki organisasi secara proporsional sehingga
dapat diambil rangkaian keputusan strategi untuk
mencapai tujuan organisasi secara optimum dengan
memperhatikan lingkungan hidup. Menurut Handani
(2019), manajemen strategi adalah rencana berskala
besar yang berorientasi jangkauan masa depan yang
jauh serta ditetapkan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif
dengan lingkungannya dalam kondisi persaingan yang
kesemuanya diarahkan pada optimalisasi pencapaian
tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang
bersangkutan.

Manajemen strategi berarti proses atau


rangkaian-rangkaian kegiatan pengambilan sebuah
keputusan yang sifatnya mendasar dan menyeluruh,
disertai penetapan cara melaksanaannya, yang dibuat
oleh manajemen puncak (manajer), kemudian
diimplementasikan oleh semua jajaran di dalam suatu
organisasi atau perusahaan untuk mencapainya
(Nawawi, 2000).

Manajemen strategi menurut Rothaermel (2020)


strategic management is the integrative management
field that combines analysis, formulation, and
implementation in the quest for competitive advantage.

David & David (2017) menjelaskan strategic


management can be defined as the art and science of
formulating, implementing, and evaluating cross-
functional decisions that enable an organization to
achieve its objectives. Defenisi ini menggambarkan
manajemen strategi sebagai seni dan ilmu dalam
memformulasi/merumuskan, menerapkan, dan
mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang
memungkinkan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Manajemen strategi memiliki fokus pada
pengintegrasian beberapa aspek penting yaitu:
manajemen, pemasaran, keuangan, produksi dan
operasi, penelitian dan pengembangan, serta tak kalah
penting yaitu sistem informasi dalam menghasilkan
data dan fakta untuk mendukung proses pembuatan
keputusan untuk mencapai tujuan organisasi.

Berbeda dengan pendapat David dan


Rothaermel, Lan (2009) berpendapat bahwa perumusan
hanya menyebabkan perusahaan dalam keadaan yang
statis yang dia sebut dengan aliran irasionalisme
dengan mengatakan bahwa kesalahan besar dalam
manajemen strategik yaitu rencana yang telah
ditentukan, rencana yang dibakukan. merencanakan
prosedur pelaksanaan, dan pemisahan antara penetapan
tujuan dan pelaksanaan.

Kemudian, Dess (2019) menegaskan bahwa


analilis adalah awal dari bagian penting dengan
mengatakan strategic management consists of the
analyses, decisions, and actions an organization
undertakes in order to create and sustain competitive
advantages. Manajemen strategi terdiri dari tiga bagian
penting yaitu analisis, keputusan, dan tindakan yang
dilakukan oleh suatu organisasi untuk menciptakan
tindakan. Manajemen strategi juga berkaitan dengan
analisis tujuan strategi (visi, misi, dan tujuan strategi)
bersama dengan analisis lingkungan internal dan
eksternal organisasi. Selanjutnya, para pemimpin harus
membuat keputusan strategi. Kedua, esensi manajemen
strategi adalah mempelajari tentang mengapa beberapa
organisasi lebih unggul dibanding yang lain. Dengan
demikian, manajer perlu menentukan bagaimana
organisasinya mampu bersaing sehingga dapat unggul
dalam pencapain efektivitas organisasi.

Pendapat yang sama juga diutarakan oleh


Nataliia (2021) bahwa manajemen strategis menjadi
salah satu fungsi kunci manajemen yakni dengan
memberikan kepuasan penuh dari kebutuhan
masyarakat saat ini, membentuk permintaan di
masyarakat, dan mengubah industri melalui inovasi.
Pada saat yang sama, budaya organisasi menjadi
optimal jika memastikan interaksi objek yang efektif
dengan lingkungan eksternal serta konsisten terhadap
tindakan internal disesuaikan dengan persepsi tren
umum untuk pembangunan dan menciptakan kondisi
yang efektif terhadap aktivitas manajerial yang
memungkinkan untuk menyelesaikan tujuan dan tugas
yang ditetapkan.
Murniati A. R (2008) menyebutkan bahwa
manajemen strategi adalah kegiatan yang harus
diselesaikan oleh manajemen puncak (manajer atau
kepala) bersama tim secara terus‐menerus, dan
merupakan sebuah siklus yang mampu melahirkan
keputusan untuk memenuhi relevansi dan hubungan
kebutuhan sebuah organisasi dengan kebutuhan
lingkungan.

Manajemen strategi menurut Solihin (2012)


ialah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial
yang dihasilkan dari proses formulasi dan
implementasi rencana dengan tujuan untuk mencapai
keunggulan kompetitif. Bila definisi ini dikaitkan
dengan terminologi, maka manajemen strategi dapat
pula didefinisikan sebagai proses perencanaan,
pengarahan, pengorganisasian dan pengendalian
berbagai keputusan dan tindakan strategi madrasah
dengan tujuan untuk mencapai keunggulan kompetitif.

Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an surat


Ash-Shaaf ayat 4 sebagai berikut:

ِ ِ ِ ُّ ‫اِ َّن هاّلل حُِي‬


ٌ‫َ ْو‬ َ ‫ب الَّذيْ َن يح َقاتلح ْو َن ِ ِْف َسبِْيل ه‬
‫ًَّاا ََاََّحْْ ُحْ يَان َّ ْْ ح‬ َٰ

Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang


yang berperan dijalan Nya dalam barisan yang teratur
seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh. (Q.S Ash-Shaff: 4)
Berdasarkan ayat di atas dapat disimpulkan
bahwa Allah SWT menyukai orang-orang yang
memiliki barisan yang teratur, artinya memiliki
manajemen yang kuat begitu juga dengan organisasi.
Apabila terdapat manajemen yang baik maka
organsasi tersebut akan dapat dengan mudah mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

Definisi yang dikemukakan oleh para ahli


tersebut, maka peneliti dapat membuat kesimpulan
bahwa peneliti mengambil pendapat yang dikemukakan
David dan David karena kesesuaiannya dengan
pandangan peneliti dan dengan bahan penelitian ini
yakni manajemen strategi merupakan seni dan ilmu
dalam memformulasi/merumuskan, menerapkan, dan
mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang
memungkinkan organisasi untuk mencapai tujuannya,
lalu kemudian melakukan pendekatan sistematis untuk
memformulasikan, mewujudkan, dan memonitoring
strategi. Dan merujuk pada proses manajerial untuk
membentuk visi strategi, penyusunan objektif strategi
dan pelaksanaannya.

b. Tahapan Manajemen Strategi

Sebelum sampai kepada tahapan di dalam


manajemen strategi, bahwa perlu diketahui ada
beberapa komponen yang harus diperhatikan di dalam
melakukan strategi. Lynch (2015) berpendapat:
“Every organisation has to manage its
strategies in three main areas: (1) the
organisation’s internal resources, (2) the
external environment within which the
organisation operates, and (3) the
organisation’s ability to add value to what it
does.”
Setiap organisasi harus mengelola strateginya di
tiga bidang utama yakni sumber daya internal
organisasi, lingkungan eksternal di mana organisasi
beroperasi, dan kemampuan organisasi untuk
menambah nilai pada apa yang dilakukannya (Lynch,
2015).

Implementasi manajemen strategi dalam


organisasi bukan merupakan suatu hal yang mudah.
Dibutuhkan pemhaman dan keseriusan semua anggota
organisasi. Untuk itu, dalam memahami dan
mengimplementasinya manajemen strategi memilki
tahapan/proses. Sebagaimana diungkapkan oleh
Rothaermel (2020) sebelumnya bahwa manajemen
strategi proses mengintegrasikan/ menggabungkan
analisis, formulasi, dan implementasi (AFI) dalam
upaya mencari keunggulan kompetitif organisasi. AFI
merupakan sebuah kerangka kerja strategi guna
mewujudkan pandangan manajemen strategi. Untuk
lebih jelanya dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Perencanaan &
Permulaan

Implementasi Memperoleh & Analisis Eksternal


Mempertahankan Keunggulan & Internal
Kompetitif

Formulasi : Strategi Formulasi : Strategi


Organisasi Keunggulan

Bagan 2.1
Kerangka AFI

Kerangka strategi AFI yang ditunjukkan pada


bagan diatas, dapat menjelaskan dan memprediksi
perbedaan dalam kinerja organisasi, dan membantu
manajer dalam merumuskan dan
mengimplementasikan strategi yang dapat
menghasilkan efektivitas organisasi. Kerangka kerja
strategi model AFI menghubungkan tiga tugas
manajemen strategi yang saling bergantung
(menganalisis, merumuskan, dan
mengimplementasikan) dan membantu para manajer
untuk dalam menghasilkan keunggulan kompetitif.

Proses manajemen strategi dalam menyusun


dan melaksanakan strategi organisasi merupakan
proses yang berkelanjutan yang terdiri dari lima
tahapan yang terintegrasi:
1) Developing a strategic vision (Mengembangkan visi
strategi yang menggambarkan arah jangka panjang
organisasi, pernyataan misi yang sesuai dengan
organisasi, dan serangkaian nilai inti untuk
memandu anggota organisasi dalam mewujudkan
visi dan misi strategi)
2) Setting objectives (Menetapkan tujuan untuk
mengukur kinerja organisasi dan memantau
kemajuannya dalam bergerak ke arah jangka
panjang sesuai dengan tujuan organisasi)
3) Crafting a strategy (Membuat strategi untuk
kemajuan organisasi menuju masa depan yang
diharapkan oleh manajemen dan mencapai tujuan
kinerja yang unggul).
4) Implementing and executing the chosen strategy
(Menerapkan dan melaksanakan strategi yang telah
di tetapkan secara efektif dan efisien).
5) Evaluating and analyzing the external environment
and the company’s internal situation and
performance (Mengevaluasi dan menganalisis
lingkungan eksternal dan situasi internal organisasi
serta kinerja untuk mengidentifikasi kesesuaian
antara perencanaan dan strategi yang ditetapkan.
Kemudian apabila kurang sesuai perlu dikoreksi
untuk kemajuan jangka panjang organisasi.
Kelima tahapan ini merupakan satu kesatuan
yang harus di praktikkan oleh organisasi melalui
kepemimpinan yang baik. Setiap tahapan harus
mendapatkan perhatian organisasi guna mencapai
tujuan yang di inginkan dan telah di rumuskan kedalam
sebuah strategi (Gamble et al., 2021).

Menurut Lynch (2015) ada tiga tahapan inti dari


manajemen strategis yakni:

1) Analisis Strategi

Organisasi, misi dan tujuannya harus


diperiksa dan dianalisis. Manajemen strategis
memberikan nilai bagi orang-orang yang terlibat
dalam organisasi tepatnya pemangku
kepentingannya akan tetapi seringkali manajer
senior yang mengembangkan pandangan tentang
tujuan keseluruhan organisasi dalam istilah seluas
mungkin. Mereka melakukan pemeriksaan
terhadap tujuan dan hubungan organisasi dengan
lingkungannya . Mereka juga akan menganalisis
sumber daya organisasi.

2) Pengembangan Strategi

Pilihan strategi harus dikembangkan dan


kemudian dipilih. Untuk menjadi sukses, strategi
kemungkinan akan dibangun di atas keterampilan
khusus organisasi dan hubungan khusus yang
dimiliki atau dapat dikembangkan dengan pihak
luar yakni donatur, pelanggan, dan pemerintah.
Bagi banyak organisasi, ini berarti
mengembangkan keunggulan untuk dibandingkan
dengan pesaing. Meskipun ini memberikan
respons lokal yang kuat, itu bukan berarti
pelanggan perusahaan tidak selalu dilayani dengan
baik tetapi dikembangkan dengan penawaran
produk.

3) Implementasi Strategi

Opsi yang dipilih harus diterapkan,


mungkin ada beberapa hal yang sulit dalam
penerapan misal memotivasi, hubungan
kekuasaan, negosiasi pemerintah, akuisisi
perusahaan dan banyak hal lainnya. Strategi yang
tidak dapat diimplementasikan tidak sepadan
dengan kertas yang tertulis di atasnya.

David & David (2017) menjelaskan bahwa


proses manajemen strategi terdiri dari 3 tahapan,
yaitu: memformulasikan strategi,
mengimplementasikan strategi dan mengevaluasi
strategi.

1) Formulasi (Perumusan) Strategi

Perumusan strategi terdapat beberapa


komponen, yaitu: mengembangkan visi dan
misi, mengidentifikasi bebrbagai peluang dan
ancaman eksternal sebuah organisasi,
menentukan kekuatan dan kelemahan internal
organisasi, menetapkan tujuan dalam jangka
panjang, menghasilkan suatu alternatif strategi,
dan memilih strategi tertentu yang sesuai
dengan hasil analisis strategi di atas. Empat
poin penting yang harus dilaksanakan dalam
perumusan Strategi, yaitu: Perumusan Visi dan
misi (mission determination), Asesmen
lingkungan eksternal (environmental external
assessment), asesmen organisasi (organization
assessment), Penentuan strategi (strategi
setting).

2) Implementasi Strategi

Implementasi merupakan penjabaran


keputusan strategis ke keputusan operasional.
Hal-hal yang menghambat keberhasilan
implementasi suatu program kerja yaitu: (1)
kurangnya kepemimpinan, (2) tidak tepatnya
struktur organisasi, (3) kurangnya kemampuan
sumber daya manusia, dan (4) tidak
berjalannya sistem operasional utama
pendukung strategi (Wiyono, 2016).

Implementasi strategi merupakan suatu


langkah penerapan strategi yang telah melalui
berbagai proses identifikasi berkenaan dengan
faktor lingkungan eksternal dan faktor internal
serta penyesuaian dengan tujuan perusahaan
atau lembaga dalam berbagai kebijakan
intensif, dimana setiap divisi dan fungsional
perusahaan atau lembaga berkolaborasi dan
bekerja sama sesuai dengan tugas dan fungsi
masing‐masing. Implementasi strategi
merupakan proses dimana manajemen
berusaha mewujudkan berbagai strategi dan
kebijakan dmelalui pengembangan program‐
program, rancangan anggaran, dan prosedur
(Dewi & Sandora, 2019).

Kemudian Akdon (2006) berpendapat


implementasi strategi adalah tindakan
mengimplementasikan strategi yang telah
disusun ke dalam berbagai alokasi sumberdaya
secara optimal. Dengan kata lain, dalam
mengimplementasikan strategi kita
menggunakan formulasi strategi untuk
membantu pembentukan tujuan-tujuan kerja,
alokasi dan prioritas sumber daya.

Canwell (2004) Proses dalam


implementasi manajemen strategi dapat dilihat
sebagai fungsi manajemen berkelanjutan yang
melibatkan serangkaian keputusan dan
tindakan yang kompleks. Keputusan dan
tindakan ini bertujuan untuk merumuskan
strategi, menerapkan strategi, kemudian
memantau dan menanggapi ukuran kinerja.
Proses itu sendiri cenderung melihat ke depan
dalam arti bahwa itu adalah berkaitan dengan
pencapaian tujuan dan berinteraksi dengan
lingkungan organisasi. Sebagian besar model
proses imlementasi manajemen strategi
mencakup empat tahap yakni:

a) Pemindaian lingkungan
b) Formulasi
c) Penerapan
d) Evaluasi dan kontrol

Pada dasarnya Lynch (2015)


berpendapat bahwa untuk mengubah strategi
umum menjadi rencana implementasi khusus
melibatkan empat elemen dasar:

a) Identifikasi rencana umum strategi –


menentukan hasil umum yang diharapkan
dari strategi inisiatif.
b) Perumusan rencana khusus strategi –
mengambil tujuan umum dan
mengubahnya menjadi tugas khusus dan
tenggat waktu.
c) Alokasi dan penganggaran sumber daya –
menunjukkan bagaimana rencana harus
dibayar.
d) Prosedur pemantauan dan pengendalian –
memastikan bahwa tujuan tercapai, hanya
yang disepakati sumber daya dibelanjakan
dan anggaran dipatuhi. Yang penting,
pemantauan juga terjadi terhadap proyeksi
yang menjadi dasar strategi.

Sagala (2013) merumuskan lima hal


yang harus dilakukan pihak lembaga dalam
implementasi manajemen strategi yaitu: (1)
analisis SWOT secara cermat dan akurat (2)
formulasi visi dan misi lembaga, (3) tujuan dan
target lembaga, (4) penentuan strategi
organisasi lembaga, dan (5) implementasi
strategi organisasi lembaga. Lembaga akan
memiliki arah dan tujuan yang jelas jika
memilki kelima hal implementasi manajemen
strategi.

a) Analisis SWOT secara Cermat dan Akurat


Analisis SWOT diartikan sebagai
analisa yang didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan
(strengths) dan peluang (opportunities),
namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses)
dan ancaman (threats). Dalam proses
pembuatan analisis SWOT, kinerja
perusahaan dapat ditentukan oleh
kombinasi faktor internal dan eksternal.
Kedua faktor tersebut harus
dipertimbangkan dalam kasus analisis
SWOT dengan membandingkan antara
eksternal yakni peluang dan ancaman
dengan faktor internal yakni kekuatan dan
kelemahan (Rangkuti, 1997).
Analisis lingkungan internal
berintikan pada analisis kondisi internal
yang meliputi faktor kelebihan atau
kekuatan (strength) dan kelemahan
(weakness) organisasi. Analisis kondisi
internal juga dimaksudkan untuk
mengidentifikasi keunggulan bersaing
(competitive advantage) organisasi
(Muhammad Ismail Yusanto, 2003).
Kemudian, dalam melakukan
analisa eksternal, perusahaan menggali dan
mengidentifikasi semua peluang
(opportunity) yang berkembang dan
menjadi trend pada saat itu serta ancaman
(threath) dari para pesaing dan calon
pesaing. Kebanyakan perusahaan
menghadapi lingkungan eksternal yang
berkembang secara tepat, kompleks dan
global, yang membuatnya semakin sulit
diinterpretasikan. Untuk menghadapi data
lingkungan yang sering kali tidak lengkap,
perusahaan dapat menempuh cara yang
disebut analisis lingkungan eksternal
(external environmental analysis). Proses
ini meliputi empat kegiatan dan harus
dilakukan secara terus menerus, empat
kegiatan tersebut antara lain : pemindaian
(scanning), pengawasan (monitoring),
peramalan (forecasting), dan penilaian
(assesing) (Michael A. Hitt, 2001)
Martocchio (2015) memberikan
pendapat terkait pentingnya analisis
peluang dan ancaman di dalam manajemen
strategi yakni:
“Strategic management
entails a series of judgments, under
uncertainty, that companies direct
toward achieving specific goals.
Companies base strategy
formulation on environmental
scanning activities. Discerning
threats and opportunities is the
main focus of environmental
scanning. Strategic management is
an inexact process because
companies distinguish between
threats and opportunities based on
interpretation. A threat suggests a
negative situation in which loss is
likely and over which an individual
has relatively little control. An
opportunity implies a positive
situation in which gain is likely and
over which an individual has a fair
amount of control.”

Manajemen strategis memerlukan


serangkaian penilaian, di bawah
ketidakpastian, yang diarahkan perusahaan
untuk mencapai tujuan tertentu.
Perusahaan mendasarkan perumusan
strategi pada kegiatan pemindaian
lingkungan. Ancaman dan peluang yang
cerdas adalah fokus utama pemindaian
lingkungan. Manajemen strategis adalah
proses yang tidak tepat karena perusahaan
membedakan antara ancaman dan peluang
berdasarkan interpretasi. Ancaman
menunjukkan situasi negatif di mana
kerugian mungkin terjadi dan di mana
individu memiliki kontrol yang relatif
kecil. Peluang menyiratkan situasi positif
di mana keuntungan mungkin terjadi dan di
mana seorang individu memiliki cukup
banyak kendali (Martocchio, 2015).
b) Formulasi Visi dan Misi Lembaga
Sukisno (2012) mernyataan visi
harus selalu berlaku pada semua
kemungkinan perubahan yang terjadi
sehingga visi hendaknya bersifat fleksibel.
Ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi oleh suatu pernyataan visi, yaitu:
(1) Berorientasi pada masa depan
(2) Tidak dibuat berdasarkan kondisi atau
tren saat ini
(3) Mengekspresikan kreativitas
(4) Berdasar pada prinsip nilai yang
mengandung penghargaan bagi
masyarakat
(5) Memperhatikan sejarah, kultur, dan
nilai organisasi meskipun ada
perubahan terduga
(6) Mempunyai standar yang tinggi dan
ideal serta harapan bagi anggota
lembaga
(7) Menggambarkan keunikan lembaga
dalam kompetisi serta citranya
(8) Bersifat ambisius serta menantang
segenap anggota lembaga
Selain visi, Sukisno (2012)
meneruskan bahwa misi juga hal penting
dan merupakan sesuatu yang nyata untuk
diwujudkan serta memberikan petunjuk
garis besar cara pencapaian visi. Untuk
memberikan tekanan pada faktor
komprehensif dari pernyataan misi, maka
pernyataan misi harus memberikan
gambaran yang mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan sabagai berikut:
(1) Keberadaan organisasi adalah untuk
berbuat apa?
(2) Apa produk atau jasa yang utama dari
organisasi?
(3) Apa yang bersifat unik dari organisasi?
(4) Siapa konsumen utama dari
organisasi?
(5) Mengapa mereka merupakan
konsumen utama?
(6) Pihak lain mana yang berkepentingan
dengan organisasi dan mengapa?
(7) Apacore values (nilai dasar)
organisasi?
(8) Apa yang berbeda pada lembaga 5
tahun yang lalu dan sekarang?
Mengapa hal itu menjadi berbeda?
(9) Apa produk atau jenis jasa yang akan
diberikan organisasi di masa depan?
(10) Apa yang harus dikerjakan organisasi
untuk menyiapkan produk baru
tersebut?
(11) Apakah jawaban pertanyaan-
pertanyaan di atas merefleksikan visi
organisasi? Bila tidak, pertanyaan
mana yang harus ada dan apa
jawabannya?
c) Tujuan dan Target Lembaga
Tujuan organisasi menunjukkan
bagaimanana tindakan-tindakan yang harus
dilakukan untuk melaksanakan strategi.
Tujuan organisasi merupakan gambaran
aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan
organisasi untuk mencapai strategi serta
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
hasil yang diinginkan. Tujuan harus
dinyatakan dalam bentuk yang spesifik,
dapat diukur, dicapai, berorientasi pada
hasil serta memiliki batas waktu
pencapaian (Vincent Gasperz, 2003).
d) Penentuan Stategi Lembaga
Mulyadi (2001) mengatakan bahwa
perumusan strategi dan penerjemahan
strategi ke dalam langkah-langkah
operasional dipenuhi dengan rangkaian
pengambilan keputusan strategik. Suatu
keputusan dikatakan sebagai keputusan
strategic jika memenuhi syarat berikut ini:
(1) Keputusan tersebut mencakup
beberapa bagian organisasi atau
keseluruhan komponen organisasi
(2) Keputusan tersebut memerlukan
pemerolehan dan pengalokasian
sumber daya yang cukup besar (baik
sumber daya manusia, keuangan,
informasi dan fisik).
(3) Keputusan tersebut berdampak jangka
panjang ke masa depan.

Barney & Hesterly (2012)


memberikan beberapa gambaran terkait
cara terbaik untuk mengurangi
kemungkinan kesalahan dan memberikan
pengertian terkait proses trategi yakni:

“Althoughit is usually
difficult to know for sure that a
firmis pursuing the best strategy, it
is possible to reduce the likelihood
that mistakes are being made. The
best way to do thisis fora firmto
choose its strategy carefully and
systematically and to follow the
strategic management process. The
strategic management process is a
sequential set of analyses and
choicesthat can increase the
likelihood that a firm will choose a
goodstrategy; thatis,a strategy
thatgenerates competitive
advantages.”
Meskipun biasanya sulit untuk
mengetahui secara pasti bahwa sebuah
perusahaan sedang mengejar strategi
terbaik, maka mungkin untuk mengurangi
kemungkinan kesalahan. Cara terbaik untuk
melakukan ini adalah agar perusahaan
memilih strateginya dengan hati-hati dan
sistematis untuk mengikuti proses
manajemen strategis. Proses manajemen
strategis adalah serangkaian analisis dan
pilihan berurutan yang dapat meningkatkan
kemungkinan bahwa lembaga akan
memilih strategi yang menghasilkan
keunggulan kompetitif (Barney & Hesterly,
2012).

e) Implementasi Strategi Organisasi Lembaga


Implementasi strategi
menggambarkan cara mencapai tujuan
yang telah dirumuskan oleh organisasi.
Kegiatan ini merupakan lanjutan dari
formulasi strategi yang mempunyai
beberapa prinsip kegiatan yaitu; (a) analisis
pilihan strategi dan kunci keberhasilan, (b)
penetapan tujuan, sasaran dan strategi
(kebijakan, program dan kegiatan), (c)
sistem pelaksanaan, pemantauan dan
pengawasan yang harus dirumuskan
dengan jelas berdasarkan hasil analisis
yang telah dilaksanakan untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efisien. Agar
proses implementasi program ini bisa
berjalan sesuai dengan apa yang
diharapkan, harus ada sistem controlling
yang tepat. Top leader harus mampu
melaksanakan peran ini sebaik mungkin
dan dibarengi dengan pelaksanaan
pembinaan yang didasarkan dari hasil
catatan yang diperoleh selama
melaksanakan fungsi controlling (Prim
Masrokan Mutohar, 2017).
Selaras dengan apa yang
disampaikan oleh prim, Dess (2019)
berpendapat bahwa:
“Strategy implementation
involves ensuring proper strategic
controls and organizational
designs, which includes establishing
effective means to coordinate and
integrate activities within the firm
as well as with its suppliers,
customers, and alliance partners.
Leadership plays a central role to
ensure that the organization is
committed to excellence and ethical
behavior. It also promotes learning
and continuous improvement and
acts entrepreneurially in creating
new opportunities.”
Implementasi strategi melibatkan
kontrol strategis yang tepat dan desain
organisasi, yang berfungsi membangun
sarana yang efektif untuk
mengoordinasikan dan mengintegrasikan
kegiatan di dalam perusahaan serta dengan
pemasok, pelanggan, dan mitra aliansi.
Kepemimpinan memainkan peran sentral
untuk memastikan bahwa organisasi
berkomitmen untuk keunggulan dan
perilaku etis. Ini juga mempromosikan
pembelajaran dan perbaikan berkelanjutan
dan bertindak secara kewirausahaan dalam
menciptakan peluang baru (Dess, 2019).
Implementasi sangat bergantung
dengan top leader yang mampu
melaksanakan peran dengan baik,
implementasi juga sangat berhubungan
dengan perencanaan yang dibuat, akan
tetapi sering kali justru di tahap
impementasi ini masalah-masalah muncul.
Cliff Bowman & David Asch (1987)
berpendapat masalah kerap kali muncul
pada tahap implementasi yakni: (1)
implementasi perubahan yang diusulkan
dalam rencana selalu tampaknya memakan
waktu lebih lama dari yang diharapkan. (2)
masalah besar yang tidak terduga muncul
ke permukaan. (3) kegiatan bersaing dan,
terutama, krisis dalam perusahaan
mengalihkan perhatian dari pelaksanaan
rencana.
Masalah memang kerap kali mucul
di dalam implementasi, maka Macmillan &
Tampoe (2001) memberikan pendapatnya
terkait sulitnya mengimlementasikan
strategi:
“Implementing strategy
successfully is verry difficullt. the
more radical the degree of change,
the more difficult it is. Far reaching
and radical change affect all facets
of the business. Above all, change
effect people and the success of
implementation critically depends
on carrying the people in the
enterprise along with the new
strategy. Strategic change causes
significant upheaval to people as
they struggle to find their feet with
the new arrangements.”

Mengimplementasikan strategi
dengan sukses sangatlah sulit. Semakin
rumit tingkat perubahannya, maka semakin
sulit pengimplementasiannya. Jauh
jangkauan dan perubahan yang rumit
mempengaruhi semua aspek bisnis. Akan
tetapi, strategi baru tergantung orang-
orang yang mempengaruhi perubahan dan
keberhasilan implementasi secara kritis
(Macmillan & Tampoe, 2001).
Sama halnya dengan pendapat
sebelumnya, Canwell (2004) berpendapat
terkait masalah yg sering muncul dalam
implementasi strategi:
Oddly, the implementation
strategy in respect of organizational
change and strategic management
is a much overlooked area of
decision making. Many businesses,
having made the decision to
undertake organizational change,
through a complex decision-making
process, encounter problems with
the implementation phase. Typically
these problems include:
(1) The fact that implementation
often takes longer than was
anticipated.
(2) Major implementation
problems being overlooked.
(3) There is insufficient
coordination
(4) Other issues arise which take
resources away from the
implementation phase.
(5) Management and employees do
not have sufficient capabilities
to implement the changes.
(6) There is a lack of training for
management and employees in
order to implement the
changes.
(7) External factors affect the
implementation which were not
anticipated.
(8) Management fails to take a
lead.
(9) The key implementation
criteria, as exemplified in the
task and activities, are poorly
defined.
(10) The implementation is not
monitored well enough.

Strategi implementasi sangat


berhubungan dengan perubahan organisasi
karena manajemen strategis adalah area
pengambilan keputusan yang banyak
diabaikan. Banyak lembaga setelah
membuat keputusan untuk melakukan
perubahan organisasi, melalui proses
pengambilan keputusan yang kompleks,
menghadapi masalah pada tahap
implementasi. Biasanya ini masalah
meliputi:

(1) Fakta bahwa implementasi seringkali


memakan waktu lebih lama dari yang
diperkirakan.
(2) Masalah implementasi utama
diabaikan.
(3) Tidak ada koordinasi yang cukup
(4) Masalah lain muncul yang
mengambil sumber daya dari tahap
implementasi.
(5) Manajemen dan karyawan tidak
memiliki kemampuan yang cukup
untuk mengimplementasikan
perubahan.
(6) Kurangnya pelatihan bagi manajemen
dan karyawan dalam rangka untuk
mengimplementasikan perubahan.
(7) Faktor eksternal mempengaruhi
pelaksanaan yang tidak diantisipasi.
(8) Manajemen gagal untuk memimpin.
(9) Kriteria implementasi utama, seperti
yang dicontohkan dalam tugas dan
kegiatan, tidak didefinisikan dengan
baik.
(10) Pelaksanaannya kurang terpantau
dengan baik

Implementasi dalam manajemen


strategi memang hal yang sering kali
mendapatkan masalah, karena implementasi
strategi menggambarkan cara mencapai tujuan
yang telah dirumuskan oleh organisasi dan
merupakan kegiatan lanjutan dari formulasi
strategi. Maka dari itu banyak para ahli yang
memberikan gambaran terkait masalah yang
muncul dalam implementasi strategi.

f) Evaluasi Strategi

Evaluasi dalam manajemen strategi


meliputi kegiatan mengamati apakah strategi
yang direncanakn berjalan sesuai harapan atau
tidak. Evaluasi Strategi mencakup beberapa
poin penting (Taufiqurokhman, 2016):

1) Mereview dan menelaah faktor‐faktor


ekternal dan internal yang merupakan basis
bagi setiap strategi yang sedang
berlangsung.
2) Mengukur jalannya kinerja.
3) Mengambil tindakan perbaikan dan
perubahan jika terjadi ketidak sesuaian
dengan formulasi strategi

c. Keuntungan dan Manfaat Manajemen Strategi

Manajemen strategi menjadikan sebuah


organisasi lebih proaktif dari pada reaktif dalam
membentuk masa depan organisasi itu sendiri,
manajemen strategi menjadikan organisasi mampu
dalam memulai dan mempengaruhi aktivitas-
aktivitasnya yang kemudian pada puncaknya
diharapkan dapat menggunakannya untuk
mengontrol jalan hidupnya (Sujadi, 2011).

Berdasarkan kajian sejarah, manfaat yang


paling utama dari manajemen strategi adalah
membantu organisasi dalam merumuskan berbagai
strategi yang lebih baik dan bijak melalui
penggunaan pendekatan yang lebih sistematis,
logis, dan rasional pada alternatif strategi. Banyak
perusahaan, organisasi dan lembaga yang
mengaplikasikan manajemen strategi untuk
membuat keputusan yang lebih efektif dan terarah.
Tetapi, manajemen strategi tidak menjamin sebuah
keberhasilan dan dapat menggangu jika dilakukan
secara serampangan dan tidak beraturan.

1) Keuntungan Finansial

Perusahaan dan organisasi yang


menggunakan konsep manajemen strategi
menunjukkan peningkatan yang sangat
signifikan dalam promosi, penjualan,
keuntungan, dan lebih banyak produktivitas
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak
menggunakan aktivitas perencanaan yang
sistematik.

2) Keuntungan Non-Finansial
Selain membantu perusahaan untuk
menghindari tersendatnya finansial,
manajemen strategi menawarkan pula
keuntungan‐keuntungan lainnya, seperti
penguatan kesadaran terhadap ancaman
eksternal, pemahaman yang lebih meningkat
terhadap strategi‐strategi pesaingan,
peningkatan produktivitas pekerja dan
pegawai,minimnya perlawanan untuk banyak
berubah, dan pemahaman yang lebih jelas
terhadap hubungan performa dengan upah
(David & David, 2017).

2. Pengelolaan Pendidikan
a. Pengertian Pengelolaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata


pengelolaan, mempunyai 4 pengertian, yaitu:

1) Pengelolaan adalah proses, cara, perbuatan


mengelola.
2) Pengelolaan adalah proses melakukan kegiatan
tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain.
3) Pengelolaan adalah proses yang membantu
mermuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi.
4) Pengelolaan adalah proses yang memberikan
pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam
pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.
Secara semantis kata pengelolaan yang umum
digunakan saat ini berasal dari kata kerja ”to manage”
yang berarti mengurus, mengatur, mengemudikan,
mengendalikan, menangani, mengelola,
menyelenggarakan, mejalankan, melaksanakan, dan
memimpin. Kata ”management” berasal dari bahasa
latin yaitu ”mano” yang berarti tangan, menjadi
”manus” berarti bekerja berkali-kali dengan
menggunakan tangan, ditambah imbuhan ”agere” yang
berarti melakukan sesuatu, sehingga menjadi
”managiare” yang berarti melakukan sesuatu berkali-
kali dengan menggunakan tangan-tangan (Ukas, 2004)

Pengelolaan sebagai suatu bidang ilmu


pengetahuan (sciences) yang berusaha secara sistematis
untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia
bekerja sama untuk mencapai tujuan dan membuat
sistem kerjasama ini lebih bermanfaat bagi
kemanusiaan (Handoko, 2011). Kemudian Pengelolaan
menurut Ukas (2004) adalah sebuah kekuatan melalui
pembuatan keputusan yang didasari pengetahuan dan
pengertian yang saling terkait dan terpadu melalui
lingkungan proses yang tepat dari semua unsur sistem
organisasi dalam suatu cara yang didesain untuk
mencapai tujuan organisasi.

Sedangkan pengelolaan menurut Hidayat &


Machali (2012) adalah suatu proses yang khas terdiri
dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
penggeraan dan pengendalian yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia
dan sumber-sumber lainnya

Educational organizationswhether they


be schools, colleges, universities, or
systemsare not machines. That is, the machine
model for organizational development, which
describes various inputs being transformed by
specific processes into outputs, is not
particularly accurate or useful in
understanding the complex ways that
educational organizations function. It is much
more useful to consider educational
organizations as adaptive, social systems
where people cooperate to achieve common
purposes. Organisms recreate themselves
through the transformation of matter and
energy. Just as ecosystems rejuvenate
themselves through cycles and seasons,
educational organizations grow and revitalize
themselves through the knowledge they create,
their processes for passing that knowledge on
to others, and the exchanges and relationships
that they foster among people (Andersen,
2003).
Organisasi pendidikan baik itu sekolah,
perguruan tinggi, universitas, atau sistem tanpa mesin.
Artinya, model mesin untuk pengembangan organisasi,
yang menggambarkan berbagai input yang diubah oleh
proses tertentu menjadi output, tidak terlalu akurat atau
berguna dalam memahami cara kompleks organisasi
pendidikan berfungsi itu jauh lebih bermanfaat untuk
mempertimbangkan organisasi pendidikan sebagai
adaptif, sistem sosial di mana orang bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama. Organisme
menciptakan kembali diri mereka sendiri melalui
transformasi materi dan energi. Sama seperti ekosistem
meremajakan diri melalui siklus dan musim,
pendidikan organisasi tumbuh dan merevitalisasi diri
melalui pengetahuan yang mereka ciptakan, proses
mereka untuk menyampaikan pengetahuan itu kepada
orang lain, dan pertukaran serta hubungan yang mereka
bina diantara orang orang.

Dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli


tersebut, maka peneliti dapat membuat kesimpulan
bahwa peneliti mengambil pendapat yang dikemukakan
Hidayat dan Machali karena kesesuaiannya dengan
pandangan peneliti dan dengan bahan penelitian ini
yakni pengelolaan adalah suatu proses yang khas terdiri
dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
penggeraan dan pengendalian yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia
dan sumber-sumber lainnya. Rangkaian kegiatan mulai
dari mengatur, memilah, mengkoordinasikan dan
mengelola usaha-usaha individu dari organisasi dan
pemanfaatan aset otoritatif lainnya untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya

b. Pengertian Pengelolaan Pendidikan

Pengelolaan pendidikan adalah gabungan dari


dua kata yang mempunyai satu makna yaitu
“pengelolaan” dan “pendidikan”. secara sederhana
pengelolaan pendidikan dapat diartikan sebagai
manajemen yang dipraktekkan dalam dunia pendidikan
dengan spesifikasi dan ciri-ciri khas yang ada dalam
pendidikan. Pengelolaan pendidikan pada dasarnya
adalah alat-alat yang diperlukan dalam usaha mencapai
tujuan pendidikan. Unsur manajemen dalam
pendidikan merupakan penerapan prinsip-prinsip
manajemen dalam bidang pendidikan. Manajemen
pendidikan merupakan rangkaian proses yang terdiri
dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan
pengawasan yang dikaitkan dengan bidang pendidikan
(Hidayat & Machali, 2012).

Djaman Satori (2008) juga menjelaskan bahwa


pengelolaan pendidikan adalah keseluruhan proses
kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber
personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien,
Usman (2013) sedikit berbeda dalam
mendefinisikan pengelolaan pendidikan yakni sebagai
seni dan ilmu mengelola sumberdaya pendidikan untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Secara lebih singkat
administrasi pendidikan juga dapat diartikan sebagai
seni dan mengelola sumber daya pendidikan mencapai
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Berdasarkan fungsi-fungsi manajemen, manajemen
pendidikan dapat pula diartikan sebagai proses
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengendalian sumberdaya pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Dikalangan pesantren sendiri, setidaknya sejak


dasawarsa terakhir telah muncul kesadaran untuk
mengambil langkah-langkah tertentu guna
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang
mampu menjawab tantangan dan kebutuhan
transformasi sosial (pembangunan), dari sinilah timbul
berbagai model pengelolaan pesantren, baik dalam
bentuk perubahan “kurikulum” pesantren yang lebih
berorientasi kepada “kekinian”, atau dalam bentuk
kelembagaan baru semacam “pesantren agribisnis”,
atau sekolah-sekolah umum di lingkungan pondok
pesantren, dan bahkan di beberapa pesantren telah
mengadopsi dengan teknologi maju, sudah
mengajarkan berbagai macam teknologi yang berbasis
keahlian dan pendidikan ketrampilan yang mengarah
pada pendidikan profesi (Damanhuri et al., 2013).

Monticelli (2020) berpendapat bahwa


pengetahuan abad ke-21 tidak jauh dari praktik dan
perkembangannya tidak selalu terjadi. Secara formal,
yang menghilangkan penekanan pada akademi dan
menempatkannya pada pembelajaran adalah dengan
teknologi, jaringan hubungan, komunitas praktik dan
eksperimentasi. Perkiraan pengetahuan menghasilkan
ketidakterpisahan antara belajar untuk hidup dan
belajar untuk bekerja yang mana keduanya adalah dua
hal yang dijadikan satu.

Menurut Hidayat & Machali (2012)


Sumberdaya dalam konteks pengeloaan pendidikan
adalah berupa man (manusia=guru, siswa, karyawan),
money (uang=biaya), materials (bahan/alat-alat
pembelajaran), methods (teknik/cara), machines
(mesin=fasilitas), market (pasar), dan minuts (waktu)
yang biasa di sebut 7 M. Hasil yang diharapkan dari
pengelolaan pendidikan adalah produktivitas lembaga
pendidikan.
Hampir sama dengan pendapat di atas Teresa
(2012) memberikan pendapat terkait produktivitas
dalam Lembaga Pendidikan, yang mana sesuatu yang
masuk dalam Lembaga untuk menghasilkan
produktivitas harus memiliki faktor-faktor berikut
yakni tenaga kerja, modal fisik dan finansial, energi,
bahan, dan layanan pemasukan.

1) Tenaga Kerja

Salah satu cara untuk menyesuaikan


kualitas adalah dengan memilah tenaga kerja
berdasarkan berbagai karakteristik, seperti usia
atau pengalaman, pendidikan, pekerjaan, dan jenis
kelamin. Dalam pasar tenaga kerja yang
kompetitif, diasumsikan bahwa pekerja dari setiap
karakteristik keterampilan akan dipekerjakan
sampai pada titik di mana upah mereka sama
dengan kontribusi mereka untuk pendapatan
marjinal. Harga tenaga kerja diukur dengan
kompensasi per jam.

Oleh karena itu, input tenaga kerja dengan


kualitas yang berbeda dikumpulkan dengan
menggunakan bobot tingkat upah relatifnya atau
sebagai alternatif menggunakan bagian dari setiap
jenis tenaga kerja dalam total tenaga kerja.
2) Modal fisik dan finansial, Energi, Bahan, dan
Layanan Pemasukan.

Dalam modal fisik, energi, material, dan


jasa diidentifikasi secara terpisah. Pemisahan
semacam itu sangat berguna dalam perhitungan
indeks harga yang berarti untuk sesuatu yang perlu
dibelanjakan. Kurangnya informasi yang
signifikan tentang komposisi input tersebut
merupakan penghalang yang signifikan untuk
perhitungan ukuran produktivitas terkait banyak
industri jasa. Kurangnya informasi yang relevan
tentang input yang dibeli terus menjadi
kekurangan utama untuk memperkirakan
produktivitas.

Jenis data ini sangat penting untuk analisis


yang mencoba mengendalikan efek outsourcing
dari beberapa aktivitas layanan. Seperti modal,
masalah utama dalam mengukur peran input yang
dibeli adalah kurangnya sistem pelaporan yang
konsisten. Informasi diketahui di tingkat lembaga
individu, tetapi tidak ada sistem untuk
mengumpulkan dan menggabungkan data untuk
tujuan menetapkan aturan kinerja.

Produktivitas lembaga pendidikan dapat


dilihat dari efektivitas dan efisiensi. Efektivitas
adalah kesepadanan antara masukan yang merata
dan keluaran yang banyak dan bermutu tinggi.
Sedangkan efisiensi adalah merujuk pada motivasi
belajar yang tinggi, semangat belajar, kepercayaan
berbagai pihak dan pembayaran, waktu dan tenaga
yang sekecil mengkin dengan hasil yang sebesar-
besarnya. Produktivitas pendidikan dapat dilihat
dalam bagan berikut:

Efektivitas:
1. Masukan yang merata sebagai
realisasi prinsip demokrasi
pendidikan
2. Keluaran yang banyak, bermutu dan
relevan (link & macth) dengan
kebutuhan pembangunan
3. Nilai ekonomi yang baik bagi
keluaran
Produktivitas
Pendidikan
Proses:
1. Menggairahkan dan member motivasi
siswa belajar
2. Semangat dan disiplin kerja yang
tinggi kepada para tenaga
kependidikan
3. Memiliki tingkat kepercayaan
berbagai pihak

Efisiensi:
Menggunakan fasilitas, tenaga, biaya,
dan waktu seminimal mungkin tetapi
dengan hasil yang baik
Bagan 2.2
Produktivitas Pendidikan

Kajian terhadap efektivitas suatu usaha


yang panjang dan berkesinambungan seperti
pendidikan, membawa kita pada pertanyaan apa
yang menjadi indikator efektivitas pada setiap
tahapannya. Indikator-indikator efektivitas
pendidikan tersebut yaitu:
1) Indikator input; indikator ini meliputi
karakteristik guru, fasilitas, perlengkapan, dan
materi pendidikan serta kapasitas manajemen.
2) Indikator process; indikator proses meliputi
perilaku administratif, alokasi waktu guru, dan
alokasi waktu peserta didik.
3) Indikator ouput; indikator ini berupa hasil-hasil
dalam bentuk perolehan peserta didik dan
dinamikanya sistem sekolah, hasil-hasil yang
berhubungan dengan prestasi belajar, dan
hasil-hasil yang berhubungan dengan prestasi
belajar, dan hasil-hasil yang berhubungan
dengan perubahan sikap, serta hasil-hasil yang
berhubungan dengan keadilan dan kesamaan.
4) Indikator outcome; indikator ini meliputi
jumlah lulusan ke tingkat pendidikan
berikutnya, prestasi belajar di sekolah yang
lebih tinggi dan pekerjaan, serta pendapatan
(Mulyasa, 2009).
Pendidikan yang efektif akan terwujud jika
didukung oleh komponen-komponen yang juga
efektif. Komponen-komponen yang dimaksud
adalah sekolah, kepala sekolah, guru, dan murid
yang efektif.
Efektivitas berkaitan dengan tujuan
sedangkan efisiensi berkaitan dengan cara
membuat sesuatu dengan benar. Dengan kata lain,
efektivitas adalah perbandingan antara rencana dan
tujuan yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih
ditekankan pada perbandingan input/ sumber daya
dengan output. Suatu kegiatan dikatakan efisien
apabila tujuan dapat dicapai secara optimal dengan
penggunaan sumber daya yang minimal. Efisien
pendidikan merupakan cara mencapai tujuan
pendidikan dengan memerhatikan tingkat efisiensi
waktu, biaya, tenaga, dan sarana. Sehingga dapat
disimpukan bahwa Efisien merupakan pencapaian
suatu tujuan dengan menggunakan sumber daya
seminimal mungkin (H. Sanusi Uwes & H.A.
Rusdiana, 2017).
Selain efektivitas dan efisiensi, proses
untuk terciptanya produktivitas dalam pendidikan
juga diperlukan. Mulyasa (2009) mengemukakan
bahwa produktivitas pendidikan dapat ditinjau dari
tiga dimensi sebagai berikut:
1) Meninjau produktivitas sekolah dari segi
keluaran administratif, yaitu seberapa besar
dan seberapa baik layanan yang dapat
diberikan dalam suatu proses pendidikan, baik
oleh guru, kepala sekolah, maupun pihak lain
yang berkepentingan.
2) Meninjau produktivitas dari segi keluaran
perubahan perilaku, dengan melihat nilai-nilai
yang diperoleh peserta didik sebagai suatu
gambaran dari prestasi akademik yang telah
dicapainya dalam periode belajar tertentu di
sekolah.
3) Melihat produktivitas sekolah dari keluaran
ekonomis yang berkaitan dengan pembiayaan
layanan pendidikan di sekolah. Hal ini
mencakup “harga” layanan yang diberikan
(pengorbanan atau cost) dan “perolehan”
(earning) yang ditimbulkan oleh layanan itu
atau disebut peningkatan nilai balik.
Beberapa pengertian tersebut menyiratkan
bahwa pengelolaan pendidikan sebagai seluruh
proses kegiatan bersama dalam bidang pendidikan
dengan mendayagunakan semua sumberdaya yang
ada yang dikelola untuk mencapai tujuan
pendidikan. Sytnychenko (2014) berpendapat
transformasi paradigma pengelolaan dalam
pendidikan disebabkan oleh perubahan bentuk
kegiatan pendidikan yang terjadi dalam proses
pembentukan praktik pendidikan dan sosial
postmodern. Saat ini, paradigma pengelolaan
adalah yang paling penting sebagai model yang
paling memadai untuk memperkenalkan inovasi
pendidikan.

Berlawanan dengan pendapat diatas, Lvov


(2017) menjelaskan perubahan paradigma sosial-
ekonomi dikaitkan dengan pergeseran penekanan
pembangunan masyarakat ke bidang intelektual
dan pendidikan, di mana tingkat perkembangan
individu harus mendahului dan membentuk tingkat
perkembangan produksi, teknik dan teknologi.

Dengan demikian maka pengelolaan


pendidikan pada dasarnya merupakan penerapan
dari prinsip pengelolaan pada umumnya, sehingga
pengelolaan pendidikan mempunyai kekhasan
dalam bidang tujuan, proses, dan orientasinya.
Berdasarkan tujuannya, pengelolaan pendidikan
senantiasa harus bermuara pada tujuan pendidikan,
yaitu pengembangan kepribadian dan kemampuan
mengaktualisasikan potensi peserta didik.
Berdasar prosesnya, pengelolaan pendidikan harus
dilandasi sifat edukatif yang berkenaan dengan
unsur manusia yang tidak semata-mata dilandasi
prinsip efektivitas dan efisiensi melainkan juga
harus dilandasi dengan prinsip mendidik. Berdasar
orientasinya, pengelolaan pendidikan
diorientasikan atau dipusatkan kepada peserta
didik.

c. Tujuan dan Fungsi Pengelolaan Pendidikan

Pengelolaan diperlukan di semua


organisasi termasuk pendidikan, dengan alasan
bahwa tanpa pengelolaan atau manajemen semua
upaya tidak akan ada hasilnya dan mencapai tujuan
akan lebih merepotkan. Ada beberapa tujuan
pengeloaan pendidikan, yakni:

1) Untuk mencapai tujuan organisasi berdasarkan


visi dan misi.
2) Untuk menjaga keselarasan antara tujuan yang
saling berbenturan. Pengelolaan diharapkan
dapat menjaga keselarasan antara tujuan,
sasaran, dan kegiatan yang berbenturan dari
individu-individu yang terlibat erat dalam
suatu asosiasi.
3) Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas
(Usman, 2013).

Finogeev (2018) berpendapat terkait fungsi


dari sistem manajemen yakni:
“Educational management systems
used to develop, integrate, disseminate and
update educational, methodological,
regulatory and didactic materials with the
possibility of ubiquitous and mobile access.
Most modern learning systems use
electronic resources with content and
metadata.“
Sistem manajemen pendidikan digunakan
untuk mengembangkan, mengintegrasikan,
menyebarluaskan dan memperbarui pendidikan,
metodologi, materi peraturan dan didaktik dengan
kemungkinan ada di mana-mana dan mobile
mengakses. Sebagian besar sistem pembelajaran
modern menggunakan sumber daya elektronik
dengan konten dan metadata (Finogeev, 2018)

Adapun fungsi pengelolaan pendidikan


menurut Ari Prasetyo memiliki 5 fungsi yakni:

1) Perencanaan (Planing) adalah penentuan


langkah dasar yang memungkinkan organisasi
untuk mencapai suatu tujuan dan mencakup
upaya yang dilakukan untuk mengharapkan
pola masa depan, serta penentuan taktik yang
sesuai untuk mewujudkan tujuan suatu
organisasi.
2) Pengorganisasian (Organizing) adalah
kegiatan memusatkan wewenang pada tingkat
pimpinan organisasi (sentralisasi). Hal
tersebut akan menjadikan berbagai fungsi
berpusat ditangan pimpinan tertentu karena
dengan tegas memisahkan bidang kegiatan
pimpinan (manajerial sebagai pusat
wewenang) dan bidang kegiatan teknis (non
manajerial). Akibatnya muncul persyaratan
tertentu (seperti generalis serba bisa dan
berwawasan luas) bagi jabatan pimpinan yang
berbeda dari pekerja teknis/spesialis yang
berpengetahuan kejuruan.
3) Pelaksaan/Pengarahan (Actualing/Directing)
adalah suatu siklus yang dilakukan untuk
memberikan pembinaan kepada SDM sebagai
perwakilan di dalam suatu organisasi agar para
pegawai tersebut dapat menyelesaikan
kewajibannya dengan baik.
4) Pengawasan (Controling) adalah tindakan
mengadakan penilaian, sehingga apa yang
diselesaikan oleh bawahan dapat
dikoordinasikan dengan cara yang benar
dengan tujuan yang telah diilustrasikan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan.

Para pengambil keputusan, termasuk di


dalamnya Kepala Sekolah maupun pengelola
pendidikan lainnya seringkali terpaksa
mengalahkan tuntutan kegiatan internal dan
eksternal lembaga pendidikan demi melayani
bermacam kepentingan seperti urusan rutin, dinas,
bekerja harus selalu di bawah petunjuk atau
pedoman kerja yang ditetapkan oleh birokrasi
tanpa mempertimbangkan kebutuhan eksternal
organisasi yang terus berubah, sehingga proses
pengambilan keputusan seringkali tidak maksimal
dalam menghasilkan keputusan-keputusan
strategis. Akibatnya persoalan aktual lembaga
pendidikan yang dihadapi tidak dapat terselesaikan
secara maksimal. Pengamatan dan penilaian yang
dilakukan secara simultan terhadap lingkungan
eksternal dan internal lembaga pendidikan
memungkinkan para pengelola pendidikan mampu
mengidentifikasi berbagai jenis peluang yang ada
untuk dapat merumuskan dan
mengimplementasikan berbagai rencana
pendidikan secara berhasil (Komarudin & Diana
Riski Sapitri, 2022).

Tarasenko (2018) berpendapat terkait


analisis praktik modern pengembangan personel
manajerial yang dipersonalisasi dari organisasi
pendidikan yang diterapkan di Australia,
Denmark, Amerika Serikat, Finlandia dan Prancis,
memungkinkan untuk mengidentifikasi tiga
prioritas bidang pekerjaan:
1) Pengembangan profesional cadangan personel
untuk posisi kepala Pendidikan organisasi.
2) Pelatihan pengantar bagi kepala organisasi
pendidikan yang baru diangkat.
3) Pelatihan profesional kepala pendidikan yang
berkelanjutan (sistematis).
d. Pengelolaan Pendidikan Pesantren

Pengelolaan pendidikan di pesantren


merupakan suatu proses, yakni suatu aktivitas yang
bukan hanya bertumpu pada sesuatu yang bersifat
mekanistik, melainkan penerapan-penerapan fungsi
manajerial secara efektif, walaupun sebagian
pesantren yang ada jarang sekali mempergunakan
sistem manajemen modern seperti layaknya apa
yang diterapkan dalam lembaga pendidikan formal
lainnya. Manajemen pendidikan pesantren
hakikatnya adalah suatu proses penataan dan
pengelolaan lembaga pendidikan pesantren yang
melibatkan sumber daya manusia dan non manusia
dalam menggerakkan mencapai tujuan pendidikan
pesantren secara efektif dan efisien (Al-Azhari,
2018).

Isu-isu sehubungan dengan pengelolaan


model pendidikan pondok pesantren dalam
hubungannya dengan peningkatan kualitas
sumberdaya manusia (human resource) adalah
merupakaan berita aktual dalam arus perbincanggan
kepesantrenan kontemporer karena pesantren
dewasa ini dinilai kurang mampu mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya. Namun, meskipun
demikian setidaknya terdapat dua potensi besar yang
dimiliki pesantren yaitu:

1) Potensi pendidikan.
2) Pengembangan masyarakat.

Oleh karena itu, figur yang dipandang


berjasa dalam mewujudkan penataan pembelajaran
pondok pesantren adalah Raden rahmat yang
tentunya kita kenal dengan sebutan Sunan Ampel.
Adapun penataan pengelola pondok pesantren dalam
komunikasinya dengan perubahan sosial akibat
modernisasi atau globalisasi, kalangan internal
pesantren sendiri sudah mulai melakukan
penyempurnaan, salah satunya adalah
penyelenggaraan pondok pesantren dengan
pendidikan formal mulai tingkat sekolah dasar,
hingga perguruan tinggi, dalam iklim pesantren
dengan menawarkan campuran program pendidikan
keagamaan dan umum serta sekelompok
kemampuan yang direncanakan dengan cara yang
efisien dan terintegrasi. Usulan berbagai pendidikan
mulai dari SD unggulan, Madrsah Aliyah Program
Khusus (MAPK), SMP, dan SMA plus yang di
kembangkan pesantren pun cukup kompetitif dalam
menarik minat masyarakat. Karena ada semacam
jaminan hasil yang lebih baik yang disiapkan dari
pada bersaing dalam aktivitas publik. Selain itu,
pondok pesantren dengan segala keunikannya masih
diharapkan secara khusus untuk membantu
perbaikan sistem pendidikan di Indonesia, yang
ditandai banyak pesantren yang memiliki
pendidikan berupa formal dan tentunya non formal
(Ainurrafiq, 2008).

Selain itu, ada juga beberapa pondok


pesantren yang telah memperbarui sistem
pendidikannya dengan membuat model
pembelajaran yang tidak hanya berfokus pada
sistem pengajaran klasikal (wetonan, bandongan)
dan materi kitab kuning. Namun, semua teknik
pengajaran, materi pelajaran, sarana dan
prasarananya didesain berdasarkan sistem
pendidikan mutakhir (Masyhud, M. Sulthon dan
Khusnurridlo, 2003).

Sementara itu, tidak semua pondok


pesantren memupuk sistem pesantren mereka
dengan memperluas sistem pendidikannya, tetapi
masih banyak pesantren yang benar-benar mengikuti
sistem pendidikan klasikal dan konvensional dengan
membatasi diri untuk hanya mengkaji kitab-kitab
klasik dan pembinaan moral semata. Hal ini
merupakan tantangan bagi Kementerian Agama
untuk terus berbaur dan mendukung sekolah-sekolah
Islam, yang seharusnya terlihat dalam akselarasi
pendidikan nasional akan dapat di tingkatkan scara
drastis. Oleh karena itu, paguyuban pesantren dalam
mempercepat pembinaan masyarakat tidak bisa
dibiarkan begitu saja, selain itu penugasan yang
sangat altruistik dan administratif dari Kementerian
Agama adalah salah satu cara untuk membangun
kerjasama pesantren melalui program-program yang
sesuai dengan kebutuhan. dan karakter pesantren
yang sebenarnya. Adapun prinsip-prinsip
pengelolaan pendidikan adalah sebagai berikut:

1) Ekonomis, tidak boros, cakap, dan sesuai


kebutuhan.
2) Diarahkan dan dikendalikan oleh rencana dan
proyek.
3) Terbuka dan lugas.
4) Sedapat mungkin memanfaatkan
kemampuan/hasil kreasi dalam negeri (Binti
Maunah, 2011).
e. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Pesantren

Sebagai aturan umum, lulusan pesantren


memiliki jemaah ta'lim untuk melayani wilayah
sekitarnya. Sedikit demi sedikit tugas tamatan
pesantren akan terus menjadi muballigh, perintis yang
tegas sebagai contoh dan pedoman yang baik bagi
individu dalam situasi mereka saat ini. Dianggap
bahwa pengajaran pesantren telah mengambil bagian
penting dalam keberadaan ilmiah negara. Pondok
pesantren telah melahirkan banyak ulama, tokoh
masyarakat, dan perintis daerah. Adapun
pembelajaran di pesantren memiliki tujuan sebagai
berikut:

1) Menciptakan dan membina karakter muslim secara


menyeluruh agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa.
2) Menciptakan orang-orang yang memiliki pribadi
yang terhormat.
3) Membangun orang-orang yang dapat mencontoh
setiap karakter Nabi Muhammad SAW, (sunnah
Nabi)
4) Berdiri sendiri.
5) Berwatak bebas dan tegas.
6) Menjadikan karakter muhsin, selain muslim.
7) Mampu menyebarkan agama Islam secara lokal.

Tujuan pendidikan pesantren adalah


Menciptakan dan mengembangkan kepribadian
muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat
bagi masyarakat atau berkhidmat kepada masyarakat
dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat
tetapi rasul, yaitu menjadi pelayan masyarakat
sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad
(mengikuti sunnah Nabi), mampu berdiri sendiri,
bebas, dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan
agama atau menegakan Islam dan kejayaan umat di
tengah-tengah masyarakat (‘Izz al-Islam wa al-
Muslimin) dan mencintai ilmu dalam rangka
mengembangkan kepribadian manusia (Qomar,
2005).

Salah satu langkah strategis pesantren dalam


meningkatkan kualitas santri adalah dengan
memfokuskan santri-santri belajar kitab-kitab
klasik/kitab kuning. Pesantren salafi yang
dimaksudkan adalah pendidikan kepesantrenan
dengan menggunakan kurikulum sederhana
bermuatan mata pelajaran-mata pelajaran yang
disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan
santri, metode yang khas, dan sumber belajar kitab-
kitab kuning. Hal ini masuk pada katagori ciri khas
pendidikan agama Islam (Hasyim, 2020)

Menurut Qomar (2005) Fungsi pesantren


semula mencakup tiga aspek yaitu fungsi religius
(diniyyah), fungsi sosial (ijtimaiyyah), dan fungsi
edukasi (tarbawiyyah). Sejak berdirinya pondok
pesantren sampai sekarang, pesantren telah bergumul
dengan masyarakat luas. Pesantren telah
berpengalaman menghadapi berbagai corak
masyarakat dalam rentang waktu itu. Pesantren
tumbuh atas dukungan mereka, bahka npesantren
berdiri didorong permintaan (demand) dan kebutuhan
masyarakat, sehingga pesantren memiliki fungsi yang
jelas.

B. Penelitian Relevan yang Terdahulu


No Nama Judul Hasil Riset Persamaan Perbedaan
1 Fadhli Implem Lembaga Lembaga Penelitian
(2020) entasi pendidikan untuk tersebut
Manaje di Indonesia membuat hanya
men sebagian formulasi dalam
Strategi besar belum strategi agar lingkup
Dalam mampu dapat implementa
Lemba menyusun impmentasi si
ga strategi dapat manajemen
Pendidi untuk terwujud strategi saja,
kan mengatasi dan tidak
permsalaha menjelaskan
n secara
pendidikan spesifik
yang tentang
semakin pengelolaan
kompleks. Pendidikan
Perkembaga pesantren
n zaman
yang begitu
dinamis,
perekonomi
an yang
tidak stabil,
dan
pembiayaan
yang belum
mencukupi
mengharusk
an lembaga
pendidikan
meyusun
(formulasi)
strategi,
kemudian
menerapkan
, menilai
dan
mengevalua
sinya. Jika
lembaga
pendidikan
mampu
melakukan
manajemen
strategi
dengan baik
maka upaya
peningkatan
dan
relevansi
pendidikan
akan
terwujud
2 Al- Manaje Berdasarkan Membahas Penelitian
Azhari men sudut terkait tersebut
(2018) Pendidi pandang ruang hanya
kan manajemen, lingkup membahas
Pesantr pendidikan pengelolaan manajemen
en pesantren pesantren secara
(Telaah dapat umum,
Sistem digerakmaju bukan
Perenca kan dengan hanya
naan, langkah pengelolaan
Pengelo memperbaik
laan i dan
dan meningkatk
Pelaksa an kualitas
naan sumber
Pendidi daya
kan manusia
Pesantr pesantren,
en) terutama
pimpinan
dimana laju
pesantren
banyak
bergantung
padanya.
Kemudian
secara
bersamaan,
upaya
pembenaha
n juga
dilakukan
secara
terstruktur
dan
sitematis
dalam
penyusunan
kurikulum
pendidikan
dan
pengadaan
sarana
prasarana
fisik yang
memadai,se
rta
memfokusk
an pada
perbaikan
sistem
perencanaan
,
pengelolaan
, dan
pelaksanaan
pendidikann
ya
3 Baihaqi Manaje Kurikulum Implementa Penelitian
(2019) men berbasis si tersebut
Strategi lingkungan manajemen hanya
Dalam ditambahka dalam dalam
Pengem n indikator penelitian lingkup
bangan atau tersebut implementa
Madras menyisipka dengan si
ah n indikator membuat manajemen
Adiwiy yang sesuatu strategi saja,
ata di terintegrasi yang baru dan tidak
MTs dengan dalam menjelaskan
Negeri lingkungan Lembaga secara
6 di seluruh sama spesifik
Ponoro mata dengan tentang
go pelajaran pengimplem pengelolaan
hanya entasian Pendidikan
terbatas penelitian pesantren
pada materi ini
tertentu
yang dapat
diintegrasik
an dengan
materi
lingkungan,
dan Tenaga
pendidik
mengemban
gkan
kegiatan
pembelajara
n
lingkungan
hidup
mengoptima
lkan peran
aktif tenaga
pendidik
dalam
mengemban
gkan
pembelajara
n yang
terkait
lingkungan
yang
bertujuan
untuk
mengubah
sikap dan
perilaku
peserta
didik agar
peduli
dengan
lingkungan
serta
merubah
kebiasaan
peserta
didik
dengan
menanamka
n nilai nilai
karakter
untuk
menjaga
lingkungan
4 Kulsum Manaje Perumusan Sama sama Lebih
(2018) men strategi memilki banyak
Strategi pasti sering keterkaitan membahas
dalam disinggung dengan formulasi
Pengelo sebagai manajemen strategi dari
laan definisi strategi dan pada
Pesantr proyek atau pengelolaan implementa
en latihan Pendidikan sinya
utama agar pesantren
pesantren
dapat
mencapai
tujuannya
dengan
baik,
adapun
kegiatan
yang telah
dirumuskan
pesantren
diantaranya:
melahirkan
pesantren
baru di
beberapa
tempat
dengan
sistem
pengajaran
yang sama,
penyebaran
santri ke
tengah
masyarakat
dalam ajang
pengamalan
ilmu yang
telah
dimiliki
santri,
program
belajar full
24 jam di
pesantren
(santri tidak
boleh
sekolah
formal),
menyelengg
arakan
kesetaraan
pendidikan
formal yaitu
santri wajib
mengikuti
paket B
(setara
SMP/Madar
asah
tsanawiyah)
dan paket C
(setara
SMA/Madr
asah
Aliyah),
membuat
kurikulum
pengajian,
program
pendidikan
secara
universal,
mengadaka
n rihlah atau
perjalanan
pendidikan
dalam ajang
tafakur,
target
hafalan al-
qur’an,
penguasaan
2 bahasa
(Arab dan
Inggris),
melahirkan
santri yang
bisa
bersaing
pendidikann
ya dengan
orang yang
berpendidik
an formal
(mengutus
santri untuk
mendapatka
n
kesempatan
belajar di
universitas
di dalam
maupun
luar negeri),
dan
membangun
relasi-relasi
dengan para
petinggi
5 Suryan Kebijak Pesantren Memiliki Penelitian
a an diperlakuka pembahasan lebih
(2020), Pesantr n yang sama berfokus
en diskriminati yakni pada
dalam f oleh menggamba kebijakan
Pengelo pemerintah rkan
laan ditandai pengelolaan
Pendidi dengan Pendidikan
kan di implementa pesantren
Indones si regulasi
ia pesantren
yang belum
efektif dan
alokasi
anggaran
untuk
pesantren
dari
Pemerintah
sangat
terbatas.
Umumnya
pesantren di
Indonesia
belum
memenuhi
persyaratan
minimal
sebagai
lembaga
pendidikan
keagamaan
terutama
belum
memiliki
kemandirian
ekonomi
karena
intervensi
politik
Pemerintah
dalam
kebijakan
sebagai
produk
politik
pendidikan
belum
memberday
akan dan
mengemban
gkan
pesantren
secara
komprehens
if.
Kebanyakan
pesantren
adalah
lembaga
swata
alhasil
mengurus
keperluanny
a dengan
indepeden
sehingga
sangat
sedikit
bekerja
sama
dengan
pemerintah
6 Van Strategi Manajemen Membahash Manajemen
Niekerk c strategis al yang strategi
& Van manage telah sama yakni yang
Niekerk ment in menjadi isu terkait dibahas
(2006) South penting di formulasi masih
African sekolah- dan umum,
educati sekolah implementa bukan
on: The Afrika si strategi terkait
leaders Selatan. pesantren
hip Pergeseran dan berada
dimensi ini di Afrika
on membutuhk
an
pendekatan
kepemimpin
an proaktif
oleh kepala
sekolah.
Fokus
dalam
jurnal ini
adalah pada
dimensi
kepemimpin
an
manajemen
strategis
oleh kepala
sekolah.
Setelah
menjelaskan
hubungan
antara
manajemen
strategis,
implementa
si strategi
dan
kepemimpin
an, model
kepemimpin
an jangka
panjang
disajikan
dan
kemudian
diterapkan
pada peran
kepemimpin
an strategis
kepala
sekolah.
Teori yang
dapat
diterima
dalam
literatur
manajemen
yang
relevan
menjadi
dasar
pemaparan
hubungan
antara
manajemen
strategis,
implementa
si strategi
dan
kepemimpin
an
7 Albert Reflecti Pendekatan Keterkaitan Penelitian
& on in linier atau implementa tersebut
Grzeda Strategi serial untuk si strategi hanya
(2014) c analisis yang dalam
Manag kasus mengarah lingkup
ement adalah pada implementa
Educati penyebab refleksi si
on utama manajemen manajemen
dalam pendidikan strategi saja,
berkontribu dan tidak
si terhadap menjelaskan
kelemahan secara
dalam spesifik
pembelajara tentang
n mendalam pengelolaan
dan Pendidikan
pemikiran pesantren
kritis.
Pendekatan
ini
mendorong
refleksi
yang lemah,
kurangnya
inovasi
dalam
menghasilk
an pilihan
strategis,
dan
perencanaan
implementa
si yang
buruk.
mereka
menganalisi
s berbagai
pendekatan
kontempore
r untuk
pendidikan
manajemen
strategis
dalam
kaitannya
dengan
hasil
pembelajara
n yang
mendalam
dan, dengan
mengandalk
an
taksonomi
Bloom,
kemudian
mengusulka
n kerangka
kerja
berbasis
refleksi
alternatif
untuk
mengajar
manajemen
strategis
yang
berpuncak
pada diskusi
tentang
implikasiny
a untuk
pengajaran
dan praktik

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
C. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir dalam penelitian ini didasarkan


untuk mengetahui lebih tepatnya implementasi
manajemen strategi dalam pengelolaan pendidikan di
pondok pesantren.

Implementasi Pengeloaan
Manajemen Strategi Pendidikan

Identifikasi Tenaga Kerja


Rencana
Umum Strategi
Modal, Fisik
dan Finansial
Perumusan
Rencana Energi dan
Khusus Bahan

Layanan
Pemasukan
Alokasi dan
Penganggaran Efektivitas
Sumber Daya Pendidikan

Proses
Prosedur Pendidikan
Pemantauan &
Pengendalian Efisiensi
Pendidikan

Bagan 2.3
Kerangka Berfikir
Produktifnya Pendidikan dengan memperhatikan
elemen-elemen dalam pendidikan dan dengan melalui
tahapan implementasi manajemen strategi maka dapat
mengetahui implementasi manajemen strategi dalam
pengelolaan pendidikan.
91

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Dalam menentukan lokasi atau latar penelitian


ini, penulis mengambil lokasi atau latar penelitian di
Pondok Pesantren Nurul Iman Parung Bogor, yang
bertempat di Gg. SMUN I, Warujaya, Kec. Parung,
Bogor, Jawa Barat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian penulis lakukan dimulai dari pra


survey sampai ujian sidang promosi tesis dengan waktu
dari bulan September 2021 sampai April 2022.

Tabel 3.1
Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan dan Tahun


2021 2022
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr
1 Pra Survey
2 Survey dan
Observasi
92

3 Izin
Penelitian
4 Penyusuna
n Proposal
Penelitian
5 Seminar
Proposal
Penelitian
6 Pelaksanaa
n
Penelitian
a. Kegiata
n
Observ
asi dan
Wawan
cara
b. Pengu
mpulan
dan
Pengola
han
Data
7 Analisis
Data
8 Ujian
93

Sidang
Promosi
Tesis

B. Latar Penelitian (Setting)

Data merupakan hal yang sangat penting untuk


menguak suatu permasalahan dalam sebuah penelitian. Data
diperlukan untuk menjawab masalah penelitian yang sudah
dirumuskan. Data adalah hasil pencatatan penelitian, baik
berupa fakta ataupun angka. Data adalah segala fakta dan
angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun
informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data
untuk suatu keperluan (Arikunto, 1983).
Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari
mana data dapat diperoleh. Sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Sehingga beberapa sumber data yang dimanfaatkan dalam
penelitian ini meliputi:
1. Sumber data utama (primer) yaitu sumber data yang
diambil peneliti melalui wawancara dan observasi.
Sumber data tersebut meliputi:
a. Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Iman Parung
Bogor, karena pimpinan pondok pesantren ialah orang
yang paling berpengaruh dalam perkembangan
pendidikan di lembaga yang dipimpinnya.
94

b. Pengurus Pesantren, karena pengurus pesantren


adalah orang yang ada di lapangan dan mengetahui
kondisi pesantren selain pimpina pesantren.
c. Santri, karena santri adalah orang yang terlibat dan
menjadi objek dari pengelolaan Pendidikan yang ada
di pondok pesantren Nurul Iman Parung Bogor.
2. Sumber data tambahan (sekunder), yaitu sumber data di
luar kata-kata dan tindakan yakni sumber data tertulis
antara lain:
a. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Nurul Iman
Parung Bogor.
b. Visi Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Nurul Iman
Parung Bogor.
c. Stuktur Organisasi Pondok Pesantren Nurul Iman
Parung Bogor.
d. Data Guru, Staf dan Siswa Pondok Pesantren Nurul
Iman Parung Bogor.
e. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Nurul Iman
Parung Bogor.
Sumber data utama yang menjadi sumber
informasi dalam penelitian ini adalah pimpinan pondok
pesantren, yang nantinya akan memberikan pengarahan
kepada peneliti dalam pengambilan sumber data, dan
memberikan informasi serta rekomendasi kepada
informan lainnya seperti pengurus dan santri. Sehingga
semua data-data yang diperlukan peneliti terkumpul
sesuai dengan kebutuhan peneliti.
95

C. Metode dan Pendekatan Penelitian

Sesuai pada judul yakni “Implementasi Manajemen


Strategi dalam Pengelolaan Pendidikan di Pondok
Pesantren Nurul Iman Parung Bogor”, metode penelitian
yang penulis teliti adalah metode kualitatif melalui
pendekatan kualitatif deskriptif.

Menurut Sugiyono (2013) metode kualitatif adalah


metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah (bukan eksperimen) dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Sedangkan
metode deskriptif menurut Whitney, adalah pencarian fakta
dengan interpretasi yang tepat, jadi penelitian ini
mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata
cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi
tertentu termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan,
sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses Jadi,
metode ini dilakukan sesuai dari kenyataannya yang ada di
sekitar.

Metode deskritif analisis ini yaitu untuk


menggambarkan, mengungkapkan, dan memaparkan data
yang diperoleh secara jelas dan apa adanya, sehingga hasil
dari penelitian dapat tergambar dengan jelas. Penelitian
96

lapangan ini yang dimaksud agar dapat memperoleh data


dan informasi yang sebenarnya dan akurat mengenai
Implementasi Manajemen Strategi dalam Pengelolaan
Pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Iman Parung Bogor.

D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian selalu melalui teknik


pengumpulan data. Dalam teknik pengumpulan data
tersebut ada banyak metode yang digunakan dan
disesuaikan dengan jenis penelitiannya.
Dalam rangka mengupayakan penggalian data
sebanyak-banyaknya yang kemudian disajikan dalam
skripsi pendekatan kualitatif berisi kutipan-kutipan data.
Teknik-teknik yang dugunakan peneliti dalam
mengumpulkan data tersebut adalah sebagia berikut:
a. Metode Observasi
Metode observasi adalah pengamatan terhadap
suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk memperoleh data yang harus
dikumpulkan dalam penelitian (Djam’an Satori &
Komariah, 2009).
b. Metode Wawancara
Metode wawancara menurut Lexy J Moleong,
dalam Nurhasanah (2022) adalah percakapan dengan
tujuan tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua
97

pihak yakni pewawancara dan orang yang


diwawancarai.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode mencari data
mengenai variabel yang berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah, notulen, rapat, leger,
agenda (Arikunto, 1983).
Dokumen adalah catatan kejadian yang sudah
lampau yang dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan
dan karya bentuk. Dokumentasi yang peneliti gunakan
adalah dengan mengumpulkan data yang ada di
Pondok Pesantren Nurul Iman Parung Bogor, tepatnya
diperoleh pengurus pondok pesantren, baik berupa
tulisan (data siswa, guru, dan fasilitas), gambar
(struktur organisasi), profil Pondok Pesantren Nurul
Iman Parung Bogor dan dokumen lainnya.
2. Prosedur Pengolahan Data
Secara umum pendekatan analisis data dapat
dikelompokkan dalam dua modus, yaitu:

a. Pendekatan yang mengatakan hendaknya


menganalisis data bersamaan dengan pengumpulan
data, sehingga selesai hampir bersamaan dengan
pengumpulan data. Pendekatan ini lebih sering
dipakai oleh para peneliti lapangan yang sudah
berpengalaman.
98

b. Pendekatan melibatkan pengumpulan data terlebih


dahulu sebelum melakukan analisis. Dalam
pertimbangan ini, peneliti memandang akan lebih baik
apabila meminjamkan strategi dari modus peneliti di
lapangan yang telah berpengalaman, namun pada
waktu yang bersamaan, membiarkan analisis formal
berlangsung setelah seluruh data berhasil
dikumpulkan.

Selanjutnya, dalam menganalisis hasil penelitian


ini penulis memutuskan untuk menggunakan metode
analisis data kualitatif model Miles dan Huberman dalam
(Emzir, 2010), yang terdiri dari tiga macam kegiatan
setelah melakukan pengumpulan data, yaitu:

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang


mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang,
dan menyusun data dalam suatu cara dimana
kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasi.

b. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data dilakukan setelah data selesai


direduksi atau dirangkum. Data yang diperoleh dari
hasil observasi, wawancara dan dokumentasi
dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk CW
(Catatan Wawancara), CL (Catatan Lapangan) dan
CD (Catatan Dokumentasi). Data yang sudah
99

disajikan dalam bentuk catatan wawancara, catatan


lapangan dan catatan dokumentasi diberi kode data
untuk mengorganisasi data, sehingga peneliti dapat
menganalisis dengan cepat dan mudah. Peneliti
membuat daftar awal kode yang sesuai dengan
pedoman wawancara, observasi dan dokumentasi.
Masing-masing data yang sudah diberi kode dianalisis
dalam bentuk refleksi dan disajikan dalam bentuk
teks..

c. Verifikasi/Penarikan Kesimpulan (Verification


/Conclusion Drawing)

Dari permulaan pengumpulan data, penelitian


kualitatif sebenarnya sudah mulai menemukan
“makna” sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola,
penjelasan, konfigurasi yang memungkinkan, alur
kausal, dan proposisi-proposisi. Peneliti yang
kompeten akan mampu merangkai semua data
tersebut menjadi kesimpulan yang pada awalnya
samar, namun pada akhir penelitian menjadi suatu
kesimpulan yang lebih jelas, eksplisit, dan mendasar.
100

Gambar 3.1
Alur Pengumpulan Data

D. Analisis Data
1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
a. Wawancara
1) Implementasi Manajemen Strategi
No Dimensi Sub Dimensi Unit
1 Identifikasi a. Kemampuan 1. Pimpinan
Rencana lembaga dalam Pondok
Umum menganalisis Pesantren
Strategi SWOT secara
cermat dan
akurat
b. Kemampuan
lembaga dalam
mengambarkan
aktivitas-
aktivitas yang
harus dilakukan
lembaga untuk
mencapai
strategi serta
untuk mencapai
hasil yang
diinginkan
101

c. Kemampuan
lembaga dalam
menetapkan
tujuan umum
Lembaga

2 Perumusan 1. Kemampuan 1. Pimpinan


Rencana lembaga dalam Pondok
Khusus memformulasik Pesantren
Strategi an visi lembaga
dengan fleksibel
2. Kemampuan
lembaga dalam
memformulasik
an misi lembaga
yang
memberikan
petunjuk garis
besar cara
pencapaian visi
3. Kemampuan
lembaga dalam
menentukan
102

langkah-
langkah
operasional
dengan
rangkaian
pengambilan
keputusan
strategi

3 Alokasi dan 1. Kemampuan 1. Pimpinan


Penganggar Lembaga Pondok
an Sumber mengalokasikan Pesantren
Daya dan
menganggarkan
sumber daya
2. Kemampuan
Lembaga
memberdayakan
sumber daya
yang ada
4 Prosedur 1. Kemampuan 1. Pimpinan
Pemantauan lembaga dalam Pondok
dan menggambarka Pesantren
103

Pengendalia n cara mencapai 2. Pengurus


n tujuan yang Pondok
telah Pesantren
dirumuskan
oleh lembaga
2. Kemampuan
lembaga dalam
memberikan
solusi dari
implementasi
strategi
3. Implementasi
perubahan yang
diusulkan dalam
rencana yang
memakan waktu
lebih lama dari
yang diharapkan
4. Masalah besar
yang tidak
terduga yang
muncul ke
permukaan
5. Kegiatan yang
dapat bersaing
dalam
104

pelaksanaan
rencana
Tabel 3.2
Instrumen Wawancara Implementasi Manajemen Strategi

2) Pengelolaan Pendidikan
No Dimensi Sub Dimensi Unit
1 Tenaga 1. Pemilihan 1. Pimpinan
Kerja tenaga kerja Pondok
berdasarkan Pesantren
karakteristik,
seperti usia atau
pengalaman,
pendidikan,
pekerjaan, dan
jenis kelamin
2. Penetapan upah
tenaga kerja
2 Modal Fisik 1. Pemeliharaan 1. Pimpinan
dan gedung Pondok
Finansial, Lembaga Pesantren
2. Pengelolaan
keuangan agar
tetap stabil
3 Energi dan 1. Perhitungan 1. Pimpinan
Material indeks barang Pondok
105

yang perlu Pesantren


dibeli untuk
kepentingan
lembaga
4 Layanan 1. Sistem yang 1. Pimpinan
Pemasukan dilakukan Pondok
Lembaga dalam Pesantren
hal teknologi
untuk keperluan
bayaran siswa
dan penggajian
tenaga kerja
5 Efektivitas 1. Masukan yang 1. Pimpinan
Pendidikan merata sebagai Pondok
realisasi prinsip Pesantren
demokrasi 2. Pengurus
Pendidikan Pondok
2. Keluaran yang Pesantren
banyak,
bermutu dan
relevan (link &
macth) dengan
kebutuhan
pembangunan
3. Nilai ekonomi
yang baik bagi
106

keluaran

6 Proses 1. Semangat dan 1. Pimpinan


Pendidikan disiplin kerja Pondok
yang tinggi Pesantren
kepada para 2. Pengurus
tenaga Pondok
kependidikan Pesantren
2. Memiliki
tingkat
kepercayaan
berbagai pihak
3. Menggairahkan
dan memberi
motivasi siswa
belajar
107

7 Efisiensi 1. Menggunakan 1. Pengurus


Pendidikan fasilitas, tenaga, Pondok
biaya, dan waktu Pesantren
seminimal
mungkin tetapi
dengan hasil
yang baik

Tabel 3.3
Instrumen Wawancara Pengelolaan Pendidikan

b. Studi Dokumentasi

No Unsur Indikator
1 Keadaan a. Sejarah Berdirinya Pondok
Lingkungan Pesantren Nurul Iman Parung
Bogor.
b. Stuktur Organisasi Pondok
Pesantren Nurul Iman Parung
Bogor.
c. Data Guru, Staf dan Siswa
Pondok Pesantren Nurul
Iman Parung Bogor.
2 Keterkaitan a. Visi Misi dan Tujuan Pondok
dengan Pesantren Nurul Iman Parung
Implementasi Bogor
Manajemen b. Rencana Kerja Jangka
Strategi Menengah Pondok Pesantren
108

Nurul Iman Parung Bogor


3 Keterkaitan a. Daftar Pengembangan diri
dengan dan divisi di Pondok
Pengelolaan Pesantren Nurul Iman
Pendidikan
Kepesantrenan
Tabel 3.4
Studi Dokumentasi
110

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Implementasi manajemen strategi dalam


pengelolaan Pendidikan di Pondok Pesantren Al-Ashriyyah
Nurul Iman dengan mengacu pada rumusan masalah dan
pembahasan peneliti menyimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:

1. Mengidentifikasi rencana strategi umum dalam semua


aspek yakni tenaga kerja, modal, fisik dan finansial,
energi dan material, layanan pemasukan, efektivitas
pendidikan, proses pendidikan dan efisiensi pendidikan
melalui rapat tahunan dengan pembahasan utama
menganalisis SWOT.
2. Rencana strategi khusus dalam tenaga kerja ditentukan
dengan liniearitas dari tenaga kerja itu sendiri, dalam
modal, fisik dan finansial serta energi dan material
ditentukan barang dan aspek yang diperlukan pada
rapat tahunan dan pencairan hanya bisa berupa barang,
dalam layanan pemasukan ditentukan agar
mengembangkan layanan software tersebut, dalam
efektivitas pendidikan ditentukan dengan membuat
santri menguasai pembelajaran keagamaan, teknologi
dan wirausaha, dalam proses pendidikan ditentukan
111

dengan adanya pemberian motivasi terus menerus


kepada para santri dan dalam efisiensi pendidikan
ditentukan dengan tetap meniadakan pembayaran bagi
para santri dan mengembangkan wirausaha untuk
perputaran keuangan pesantren.
3. Alokasi dan penganggaran sumber daya dalam semua
aspek yakni tenaga kerja, modal, fisik dan finansial,
energi dan material, layanan pemasukan, efektivitas
pendidikan, proses pendidikan dan efisiensi pendidikan
melalui rapat tahunan baik sumber daya manusia dan
alam atau sumber daya fisik dan non fisik.
4. Prosedur pemantauan dan pengendalian dalam tenaga
kerja yakni alumni diprioritaskan untuk menjadi tenaga
kerja dalam rangka pengkaderan, dalam modal, fisik
dan finansial serta energi dan finansial yakni setiap
satuan pendidikan memiliki tanggung jawabnya
masing-masing untuk melakukan pengendalian, dalam
layanan pemasukan yakni semua kegiatan keuangan
warga pesantren menggunakan software TABANI,
dalam efektivitas pendidikan yakni setiap santri tidak
dibebani biaya sama sekali dan santri dilatih untuk bisa
mengelola wirausaha, dalam proses pendidikan yakni
pimpinan pondok pesantren memberikan motivasi
kepada tenaga kerja dan pengurus serta guru memberi
motivasi kepada santri, dan dalam efisiensi pendidikan
yakni pesantren menyeimbangkan pemasukan dan
112

pengeluaran terkait keuangan bahkan waktu dan


fasilitas.

B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka
peneliti menemukan beberapa implikasi dalam penelitian ini
antara lain:
1. Analisis SWOT yang dilakukan dengan tanpa
menggunakan menguasai tata caranya akan
mengakibatkan hasil yang didapat tidak maksimal.
2. Karakteristik tenaga kerja yang ditetapkan oleh pihak
Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman dengan
memprioritaskan alumni dapat mengakibatkan
masyarakat luas kurang mendapatkan peluang untuk
menjadi tenaga kerja di Pondok Pesantren Al-
Ashriyyah Nurul Iman.
3. Pengadaan alat-alat terkait kebersihan gedung dan
pengadaan barang dengan hanya mendapatkan barang
dan tidak diperbolehkan uang, mengakibatkan
pimpinan satuan kesulitan dalam membelanjakan
sesuatu yang sifatnya tak terduga.
4. Karakter demokratis yang ditunjukan oleh pimpinan
Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman membuat
para warga sekolah dapat memberikan pendapatnya
yang belum tentu baik atau buruknya.
113

C. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian


ini, maka peneliti memberikan beberapa saran antara lain:

1. Analisis SWOT dibuat seusai tata caranya dan


mengundang pihak yang memahami hal demikian
dalam rapat tahunan.
2. Perekrutan tenaga kerja sebaiknya lebih terbuka untuk
umum, agar masyarakat makin mengetahui pesantren
dan tidak terkesan tertutup.
3. Terkait pencairan barang lebih baik dibuat lebih simpel
dan tidak berbelit-belit agar setiap satuan pendidikan
dapat langsung menggunakan barang tersebut.
4. Walaupun demokratis, diharapkan setiap saran yang
diberikan warga pesantren dan pimpinan satuan dapat
lebih disaring lagi baik buruknya.
114

DAFTAR PUSTAKA

Ainurrafiq, D. Ta’arifin Ahmad.(2008) Manajemen Madrasah


Berbasis Pesantren. Jakarta: Listafarika Putra.

Akdon. (2006). Strategi Management For Educational


Management. Bandung : Alfabeta.

Al-Azhari, M. L. A. (2018). Manajemen Pendidikan Pesantren


(Telaah Sistem Perencanaan, Pengelolaan dan
Pelaksanaan Pendidikan Pesantren). Al-Mabsut: Jurnal
Studi Islam Dan Sosial, 12(1), 147–161.

Albert, S., & Grzeda, M. (2014). Reflection in Strategic


Management Education. Journal of Management
Education, 39(5), 650–669.

Alejandro L. Domínguez. (2007). Global Management :


Strategy, Challenges, And Uncertainties. New York: Nova
Science Publishers.

Andersen, J. (2003). Knowledge Management In Education.


IFIP Advances in Information and Communication
Technology, 116, 51–58. https://doi.org/10.1007/978-0-
387-35663-1_5

Arikunto, S. (1983). Prosedur penelitian: suatu pendekatan


praktik. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Baihaqi, A. (2019). Manajemen Strategik Dalam


Pengembangan Madrasah Adiwiyata Di Mts Negeri 6
115

Ponorogo. IAIN Ponorogo.

Barney, J. B., & Hesterly, W. S. (2012). Strategic Management


And Competitive Advantage : Concepts And Cases.

Binti Maunah. (2011). Landasan Pendidikan. Yogyakarta:


Teras.

Canwell, J. S. and D. (2004). Key Concepts In Strategic


Management. London: Palgrave Macmillan.

Cliff Bowman & David Asch. (1987). Strategic Management.


London: Palgrave Macmillan.

Damanhuri, A., Mujahidin, E., & Hafidhuddin, D. (2013).


Inovasi Pengelolaan Pesantren dalam Menghadapi
Persaingan di Era Globalisasi. 2(1), 17–38.

David, F. R., & David, F. R. (2017). Strategic Management : A


Competitive Advantage Approach. London: Pearson
Education

Dess, G., McNamara, G., Eisner, A., & Lee, S.-H. (2019).
Strategic Management Text and Cases 10th Edition. New
York: McGrawhill Education.

Dewi, R., & Sandora, M. (2019). Analisis Manajemen Strategi


UIN Suska Riau dalam Mempersiapkan Sarjana yang Siap
Bersaing Menghadapi Mea. Jurnal El-Riyasah, 10(1), 74–
91.

Dr. Murniati A. R., M. P. (2008). Manajemen Stratejik: Peran


116

Kepala Sekolah Dalam Pemberdayaan. Bandung: Perdana


Publishing.
https://books.google.co.id/books?id=lWNnTDyrXtYC

Effendi, D. (2008). A renewal without breaking tradition : the


emergence of a new discourse in Indonesia’s Nahdlatul
Ulama during the Abdurrahman Wahid era. Yogyakarta :
The Institute for Interfaith Dialoque in Indonesia.

Emzir. (2010). Analisis data: metodologi penelitian kualitatif.


Jakarta: Rajawali Pers.

Fadhli, M. (2020). Implementasi Manajemen Strategik Dalam


Lembaga Pendidikan. Continuous Education: Journal of
Science and Research, 1(1), 11–23.

Finogeev, A., Kravets, A., Deev, M., Bershadsky, A., &


Gamidullaeva, L. (2018). Life-cycle management of
educational programs and resources in a smart learning
environment. Smart Learning Environments, 5(1).
https://doi.org/10.1186/s40561-018-0055-0

Gamble, J., Peteraf, M., & Thompson, A. (2021). Essentials of


Strategic Management : The Quest for Competitive
Advantage. New York: McGraw-Hill Education.

H. Sanusi Uwes & H.A. Rusdiana. (2017). Sistem Pemikiran


Manajemen Pendidikan Alternatif Memecahkan Masalah
Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Handani, Wina Sri. (2019). Supervisi Pendidikan. Issue April.


117

INA-Rxiv. https://doi.org/10.31227/osf.io/ybs9g

Handoko, T. H. (2011). Manajemen Personal dan Sumber Daya


Manusia. Edisi II, cetakan kelima belas. Yogyakarta:
BPFE.

Hasyim, A. Z. M. R. L. I. (2020). Strategi Peningkatan Kualitas


Santri Pondok Pesantren Sunanul Huda Sukabumi Jawa
Barat. Islamic Management: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam. https://doi.org/10.30868/im.v3i02.756

Hidayat, A., & Machali, I. (2012). Pengelolaan Pendidikan


(Konsep, Prinsip, dan Aplikasi dalam Mengelola sekolah
dan Madrasah). Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia

Komarudin, & Diana Riski Sapitri, S. (2022). Manajemen


Strategi Dalam Lembaga Pendidikan. Yasin, 2(5), 680–
694.

Kulsum, U., Yaya, Y., & Fakhruroji, M. (2018). Manajemen


Strategik dalam Pengelolaan Pesantren. Tadbir: Jurnal
Manajemen Dakwah, 3(1), 84–99.

Lan, H. (2009). Corporate strategic management: Static and


dynamic paradigms. Frontiers of Business Research in
China, 3(1), 50–62. https://doi.org/10.1007/s11782-009-
0003-5

Lvov. (2017). As A Tool Of Educational Management Of


Advanced. 19, 39–57. https://doi.org/10.17853/1994-5639-
118

2017-4-39-57

Lynch, R. (2015). Strategic Management. London: Pearson


Education.

Macmillan, H., & Tampoe, M. (2001). Strategic management:


Process, content, and implementation. Oxford: Oxford
University Press.

Martocchio, J. J. (2016). Human Resource Management.


London: Pearson Education.

Masyhud, M. Sulthon dan Khusnurridlo, M. (2003). Manajemen


Pondok Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka.

Michael A. Hitt. (2001). Manajemen Strategik Daya Saing dan


Global Konsep. Jakarta: Salemba Empat.

Moesa, A. M. (2007). Nasionalisme Kiai ; Konstruksi Sosial


Berbasis Agama. IAIN Sunan Ampel Press.
https://books.google.co.id/books?id=sVBnDwAAQBAJ

Monticelli, J. M. (n.d.). University And The (Un) Successfulness


Of The Strategic Management For Innovation. 1–21.

Muhadjir, N. (1987). Ilmu Pendidikan Dan Perubahan Sosial:


Suatu Teori Pendidikan. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Muhammad Ismail Yusanto. (2003). Manajemen Strategis


Perspektif Syari’ah. Jakarta: Khairul Bayaan.

Mulyadi. (2001). Balanced Scorecard : Alat Manajemen


Kontemporer untuk Pelipatgandaan Kinerja Keuangan
119

Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.

Mulyasa, E. (2009). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Musfah, J. (2018). Manajemen Pendidikan Aplikasi, Strategi,


dan Inovasi. Jakarta: Prenadamedia Group.

Nataliia, Н. В. (2021). Marketing strategy for managing the


development of the organizational culture of the enterprise.
Section: Economics and Enterprise Management. 4(477),
303–311.

Nawawi, H. (2000). Manajemen strategik organisasi non profit


bidang pemerintahan dengan ilustrasi di bidang
pendidikan. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Nurhasanah, S., Nugraha, M. S., & Subhi, I. (2022). Metodologi


Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Teori, Aplikasi dan
Contoh Kasus). Banten: Media Edu Pustaka

Prim Masrokan Mutohar. (2017). Manajemen mutu sekolah :


strategi peningkatan mutu dan daya saing lembaga
pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Purwanti, E., Kusuma, N., & Sari, R. N. (2018). Implementasi


Manajemen Strategis dalam Upaya Peningkatan Mutu
Pendidikan di Pondok Pesantren: Indonesia. Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam Al-Idarah, 3(2), 85–92.

Qomar, M. (2005). Pesantren : dari transformasi metodologi


menuju demokratisasi institusi. Jakarta: Erlangga.
120

Ralph D. Stacey. (2011). Strategic management and


organisational dynamics. Pearson Education Limited, Sixth
Edition. London: Pearson Education.

Rangkuti, F. (1997). Analisis SWOT Tekhnik Membedah Kasus


Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Rothaermel, F. T. (2020). Strategic Management. New York:


McGraw-Hill Education.

Sagala, S. (2013). Manajemen strategik dalam peningkatan


mutu pendidikan: pembuka ruang krativitas, inovasi dan
pemberdayaan potensi sekolah dalam sistem otonomi
sekolah. Bandung: Alfabeta.

Satori, Djam’an, & Komariah, A. (2009). Metodologi penelitian


kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Satori, Djaman. (2008). Perencanaan Pendidikan. Bekasi:


Badan Musyawarah Perguruan Swasta.

Solihin, I. (2012). Manajemen Strategik. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif


dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujadi, S. (2011). Konsep Manajemen Strategik Sebagai


Paradigma Baru Di Lingkungan Organisasi Pendidikan.
Jurnal Stie Semarang (Edisi Elektronik), 3(3), 18–30.

Sukisno. (2012). Visi, Misi, Rencana Strategis & Taktis dalam


Perguruan Tinggi. Bandung: Alfabeta.
121

Suryana, A. T., Ibrahim, T., Daud, M., Saparudin, H., &


Nurlaeli, A. (2020). Kebijakan Pesantren dalam
Pengelolaan Pendidikan di Indonesia. JURNAL SERAMBI
ILMU, 21(2), 273–286.

Suwendi, 1976-. (2004). Sejarah & pemikiran pendidikan Islam.


Jakarta: Raja Grafindo Persada

Suyadi, P., & Dewi, P. (2014). Manajemen Stratejik dan


Pengambilan Keputusan Korporasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sytnychenko. (2014). Management as an innovation paradigm


of education governance : philosophical analysis. 10(114).

Tarasenko, V. V. (2018). Foreign experience of realization of


the personified approach to development of management
personnel of educational organization. 3(21), 55–59.
https://doi.org/10.26425/2309-3633-2018-3-55-59

Taufiqurokhman, T. (2016). Manajemen Strategik. Jakarta:


Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas Prof.
Dr. Moestopo Beragama

Teresa, S. A., Mackie, C., Massy, W. F., & Sinha, E. (2012).


Improving Measurement of Productivity in Higher
Education. Washington: The National Academies Press

Ukas, M. (2004). Management: Concepts, Principles and


Applications. Bandung: Agnini.

Usman, H. (2013). Manajemen: teori, praktik, dan riset


pendidikan. Jakarta: Bumi aksara
122

van Niekerk, E. J., & van Niekerk, P. du P. (2006). Strategic


management in South African education: The leadership
dimension. Africa Education Review, 3(1–2), 84–99.
https://doi.org/10.1080/18146620608540444

Vincent Gasperz. (2003). Sistem Manajemen Terintegrasi :


Balanced Scorecard dengan Six Sigma untuk Organisasi
Bisnis dan Pemerintah. Jakarta: Gramedia.

Wiyono, G. (2016). Implementasi Manajemen Strategik


(Strategic Management) Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Tinggi. Deepublish, 1, 1–8.
https://ejournal.poltektegal.ac.id/index.php/siklus/article/vi
ew/298%0Ahttp://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf
%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.jana.2015.10.005%0Ahttp:/
/www.biomedcentral.com/1471-
2458/12/58%0Ahttp://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?T=JS
&P

Yunus, E., Christian, A. A., & Offset, C. V. A. (2016).


Manajemen Strategis. Yogyakarta: Andi.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA

1. Implementasi Manajemen Strategi

No Dimensi Sub Dimensi Pertanyaan Unit


1 Identifikasi Kemampuan Siapa saja Pimpinan
Rencana lembaga dalam yang teribat Pondok
Umum menganalisis dalam Pesantren
Strategi SWOT secara melakukan
cermat dan analisis
akurat SWOT?

Apakah Pimpinan
lembaga Pondok
melakukan Pesantren
analisis
SWOT
secara
cermat dan
akurat?
Kemampuan Bagaimana Pimpinan
lembaga dalam lembaga Pondok
mengambarkan mengambar Pesantren
aktivitas- kan
aktivitas yang aktivitas-
harus aktivitas
dilakukan yang harus
lembaga untuk dilakukan?
mencapai
strategi serta
untuk
mencapai hasil
yang
diinginkan
Kemampuan Bagaimana Pimpinan
lembaga dalam Lembaga Pondok
menetapkan menentukan Pesantren
tujuan umum tujuan
Lembaga umum
Lembaga?
2 Perumusan Kemampuan Bagaimana Pimpinan
Rencana lembaga dalam lembaga Pondok
Khusus memformulasi memformul Pesantren
kan visi asikan visi
lembaga lembaga
dengan yang
fleksibel fleksibel?
Kemampuan Bagaimana Pimpinan
lembaga dalam lembaga Pondok
memformulasi memformul Pesantren
kan misi asikan misi
lembaga yang lembaga
memberikan yang
petunjuk garis memberikan
besar cara petunjuk
pencapaian garis besar
visi cara
pencapaian
visi?
Kemampuan Bagaimana Pimpinan
lembaga dalam langkah- Pondok
menentukan langkah Pesantren
langkah- lembaga
langkah dalam
operasional menentukan
dengan pengambila
rangkaian n keputusan
pengambilan strategi?
keputusan
strategi
3 Alokasi dan Kemampuan Bagaimana Pimpinan
Penganggar Lembaga sistem yang Pondok
an Sumber mengalokasika dilakukan Pesantren
Daya n dan Lembaga
menganggarka untuk
n sumber daya mengalokas
ikan dan
menganggar
kan sumber
daya?
Bagaimana Pimpinan
proses yang Pondok
dilakukan Pesantren
untuk
mendapatka
n dana
dengan apa
yang telah
dianggarkan
?
Kemampuan Bagaimana Pimpinan
Lembaga Lembaga Pondok
memberdayaka memberday Pesantren
n sumber daya akan
yang ada sumber
daya alam
yang ada?
Bagaimana Pimpinan
Lembaga Pondok
memberday Pesantren
akan
sumber
daya
manusia
yang ada?
4 Prosedur Kemampuan Apakah Pimpinan
Pemantauan lembaga dalam sistem Pondok
dan menggambarka pelaksanaan Pesantren
Pengendalia n cara ,
n mencapai pemantauan
tujuan yang dan
telah pengawasan
dirumuskan yang
oleh lembaga dirumuskan
berdasarkan
hasil
analisis?
Apakah Pengurus
pimpinan Pondok
melakukan Pesantren
pengawasan
dalam
implementa
si strategi?
Apa saja Pengurus
kendala Pondok
yang Pesantren
didapat
dalam
melakukan
implementa
si strategi
lembaga?
Kemampuan Apa saja Pengurus
lembaga dalam upaya yang Pondok
memberikan dilakukan Pesantren
solusi dari untuk
implementasi mengatasi
strategi kendala
yang ada
dalam
mengimple
mentasikan
strategi
lembaga?
Implementasi Apa saja Pengurus
perubahan implementa Pondok
yang diusulkan si Pesantren
dalam rencana manajemen
yang memakan strategi
waktu lebih yang
lama dari yang memakan
diharapkan waktu lebih
lama dari yg
diharapkan?
Masalah besar Apa Pengurus
yang tidak masalah Pondok
terduga yang besar yang Pesantren
muncul ke muncul
permukaan dalam
pengimplem
entasian
rencana?
Kegiatan yang Apakah Pengurus
dapat bersaing kegiatan Pondok
dalam yang Pesantren
pelaksanaan membuat
rencana lembaga
merasa
mampu
bersaing
dengan
lembaga
lain?
Apakah ada Pengurus
pelatihan Pondok
bagi Pesantren
manajemen
dan
karyawan
dalam
rangka
untuk
mengimple
mentasikan
perubahan?

2. Pengelolaan Pendidikan

No Dimensi Sub Dimensi Pertanyaan Unit


1 Tenaga Pemilihan Bagaimana Pimpinan
Kerja tenaga kerja karakteristi Pondok
berdasarkan k yang Pesantren
karakteristik, menjadi
seperti usia standar
atau Lembaga
pengalaman, untuk
pendidikan, tenaga
pekerjaan, dan kerja?
jenis kelamin
Penetapan Bagaimana Pimpinan
upah tenaga Lembaga Pondok
kerja menetapkan Pesantren
upah tenaga
kerja?
2 Modal Fisik Pemeliharaan Bagaimana Pimpinan
dan gedung Lembaga Pondok
Finansial, Lembaga membuat Pesantren
Gedung
Lembaga
tetap terjaga
dengan
baik?
Pengelolaan Bagaimana Pimpinan
keuangan agar Lembaga Pondok
tetap stabil mengelola Pesantren
keuangan,
terlebih
untuk
income?
3 Energi dan Perhitungan Bagaimana Pimpinan
Material indeks barang sistem Pondok
yang perlu Lembaga Pesantren
dibeli untuk dalam
kepentingan mendata
Lembaga barang yang
diperlukan
Lembaga?
4 Layanan Sistem yang Bagaimana Pimpinan
Pemasukan dilakukan sistem yang Pondok
Lembaga dilakukan Pesantren
dalam hal Lembaga
teknologi dalam hal
untuk teknologi
keperluan untuk
bayaran siswa keperluan
dan penggajian bayaran
tenaga kerja siswa dan
penggajian
tenaga kerja
5 Efektivitas Masukan yang Bagaimana Pimpinan
Pendidikan merata sebagai lembaga Pondok
realisasi merealisasi Pesantren
prinsip kan
demokrasi demokrasi
Pendidikan kepada para
pengurus
dan guru?
Keluaran yang Bagaimana Pengurus
banyak, lembaga Pondok
bermutu dan mengelola Pesantren
relevan (link & pendidikan
macth) dengan pesantren
kebutuhan agar dapat
pembangunan menghasilk
an keluaran
yang
banyak,
bermutu
dan relevan
dengan
kebutuhan
masyarakat
?
Bagaimana Santri
lembaga Pondok
membentuk Pesantren
santri yang
bermutu
menurut
anda?
Nilai ekonomi Bagaimana Pengurus
yang baik bagi lembaga Pondok
keluaran mengelola Pesantren
pendidikan
pesantren
dengan
memberika
n nilai
ekonomi
yang baik
bagi para
santri?
Bagaimana Santri
tanggapan Pondok
anda terkait Pesantren
pembayaran
yang gratis
di lembaga
ini?
6 Proses Semangat dan Bagaimana Pimpinan
Pendidikan disiplin kerja strategi Pondok
yang tinggi lembaga Pesantren
kepada para agar
tenaga pengurus
kependidikan dan guru
memiliki
semamngat
dan disiplin
kerja yang
tinggi?
Memiliki Apakah Pimpinan
tingkat lembaga Pondok
kepercayaan memberika Pesantren
berbagai pihak n
kepercayaa
n penuh
kepada
pengurus
dan guru?
Menggairahkan Bagaimana Pengurus
dan member cara Pondok
motivasi siswa pengurus Pesantren
belajar dan Guru Santri
memberika Pondok
n motivasi Pesantren
kepada
santri?
7 Efisiensi Menggunakan Apakah Pengurus
Pendidikan fasilitas, lembaga Pondok
tenaga, biaya, Menggunak Pesantren
dan waktu an fasilitas,
seminimal tenaga,
mungkin tetapi biaya, dan
dengan hasil waktu
yang baik seminimal
mungkin
tetapi
dengan
hasil yang
baik?
TRANSKIP HASIL WAWANCARA

A. PIMPINAN PONDOK PESANTREN


Nama : Mahbub Zuhri, M. Pd
Jabatan : Kepala Bidang Kepesantrenan

1. Siapa saja yang teribat dalam melakukan analisis


SWOT?
Analisis SWOT dibuat persetahun sekali yang
melibatkan pimpinan pondok pesantren, dan para
pimpinan satuan pendidikan
2. Apakah lembaga melakukan analisis SWOT secara
cermat dan akurat?
Kami merasa melakukan analisis SWOT secara cermat
dam akurat, yang mana setiap pimpinan satuan
pendidikan melaporkan apa yang menjadi kendala di
lapangan, yang kemudian dicarikan solusi bersama.
Contoh sebelumnya adalah ketika lembaga kehilangan
aroma pencak silat maka pimpinan pondok pesantren
dan para pimpinan satuan pendidikan melakukan
sosialisasi kepada santri ketika ingin masuk ke
ekstrakulikuler yudo, karate dan takwondo mereka
harus diawali terlebih dahulu dengan pencak silat.
Kemudian dengan mengutamakan terlebih dahulu
pencak silat akan memperkenalkan budaya indonesia
kepada santri.
Dan contoh lainnya kami para satuan pendidikan
memiliki misi agar siswa mendapatkan beasiswa keluar
negeri untuk menambah kualitas pondok pesantren,
maka timbulah kebijakan penguasaan bahasa mandari
mendapat beasiswa ke thailand, bahasa arab ke mesir
dan lain sebagainya. Akan tetapi tidak adil rasanya jika
hanya santri yang memiliki kemampuan bahasa yang
tinggi saja yang mendapatkan beasiswa. Kami sepakat
untuk santri yang mempunyai bakat pencak silat dan
olahraga lainnya juga dapat mendapatkan beasiswa,
maka timbulah kebijakan. Intinya semua harus
dilaporkan dahulu oleh para pimpinan satuan
pendidikan kepada pimpinan pondok pesantren yakni
umi. Kemudian, didiskusikan dan timbulah kebijakan.
3. Bagaimana lembaga mengambarkan aktivitas-aktivitas
yang harus dilakukan?
Skup besarnya kita bagi jadi 3, yakni satu
kepesantrenan yang mana keseharian anak-anak ada di
situ yakni Kesehatan dan lain sebagainya. Nanti di
dalamnya yang sangat berpengaruh dengan anak-anak
adalah pembimbing yang mana mereka adalah
mahasiswa. Yang kedua wirausaha dan ketiga
kependidikan yakni pendidakan dari paud sampai
perguruan tinggi.
4. Bagaimana lembaga menentukan tujuan umum
lembaga?
Yayasan dan satuan pendidikan melakukan rapat
tahunan yang rutin untuk menentukan tujuan dan target
besar lembaga. Kemudian setiap satuan pendidikan
rutin melakukan rapat bulanan untuk mengevaluasi dan
memformulasikan kembali hasil rapat
5. Bagaimana lembaga memformulasikan visi lembaga
yang fleksibel?
Visi yang seyogyanya diperbarui setiap 3 tahun sekali
ketika dipertengahan terjadi perubahan arah kebijakan
dan ada beberapa poin visi yang tidak sejalan dengan
hal terebut maka kami ubah itu. Tapi ini berlaku jika
benar benar urgent. Kami selalu fleksibel terkait hal hal
semacam ini, kecuali hal hal yang berkaitan dengan
ibadah dan amalan yang sidah diberikan oleh abah dan
umi
6. Bagaimana lembaga memformulasikan misi lembaga
yang memberikan petunjuk garis besar cara pencapaian
visi?
Misi besar dari pondok pesantren adalah memanusiakan
manusia, yang mana semua santri di pondok pesantren
digali potensinya dan potensinya dapat digunakan
untuk menghidupi dirinya sendiri dicanangkan oleh
abah dan umi kemudian dikembangkan melalui visi
oleh satuan pendidikan.
Penentuan visi dan misi diperbarui setiap 3 tahun
sekali.
Karena kami tidak mengenal adanya kegagalan dalam
pendidikan, semua santri mempunyai potensinya
masing-masing dan target pasar kami pun bukan yang
menengah ke atas akan tetapi sebaliknya. Kebanyakan
santri justru memiliki orang tua yang tidak tahu sama
sekali pendidikan yang mana target kami dari ujung
aceh sampai papua.
7. Bagaimana langkah-langkah lembaga dalam
menentukan pengambilan keputusan strategi?
Pembahasan terkait keputusan strategi dibahas pada
rapat tahunan, kami mengecek analisis SWOT tahun
lalu kemudian mengevaluasi yang perlu ditambahkan
dan dikurangi dari poin tersebut. Setelah itu,
mengevaluasi pula visi dan misi sebagai tujuan strategi
kemudian menetapkan kegiatan-kegiatan yang
diperlukan pada tahun tersebut sekaligus
menganggarkan dana kegiatan.
8. Bagaimana sistem yang dilakukan Lembaga untuk
mengalokasikan dan menganggarkan sumber daya?
Sistem disini untuk pengalokasian dan penganggaran
dana diserahkan kepada satuan pendidikan masing-
masing, yang mana setiap satuan pendidikan
mengadakan rapat yang akan menghasilkan alokasi dan
penganggaran sumber daya yang diperlukan kemudian
baru alokasi yang sudah dibuat setiap satuan
pendidikan disetor ke pimpinan lembaga melalui
bendahara yaitu habib hasan. Terkait keluaran dan
kebutuhan para satuan pendidikan. Para pimpinan
satuan pendidikan memiliki voucher yang harus
ditandatangani oleh pimpinan satuan pendidikan,
bendahara dan pimpinan bidang di setiap satuan
pendidikan. Voucher tersebut didapatkan ketika rapat
tahunan, yang mana setiap satuan pendidikan
menyetorkan program kerja satuan pendidikan yang
akan diselaraskan denga satuan pendidikan lainnya
sehingga pondok pesantren memilki program besarnya.
Kemudian pimpinan satuan pendidikan hanya boleh
mengajukan barang dan hanya boleh menerima barang.
Selain itu, pimpinan satuan pendidikan juga diawasi
oleh pengawas untuk mencairkan ajuan barang tersebut.
Pengajuan voucher tersebut juga hanya diberlakukan
pada hari kamis dan melalui beberapa tahapan, yang
mana voucher tersebut sebelum sampai ke pimpinan
pondok pesantren yakni umi sebelumnya juga diperiksa
oleh bagian BAUM yakni Habib Hasan. Kemudian
setelah sampai di umi maka umi menyerahkan ke
bagian pembelanjaan dan bagian pembelanjaan akan
menyerahkan ke bagian gudang dan di bagian gudang
dan koperasi tersebut para pimpinan pesantren dapat
mengambil barang yang mereka ajukan. Intinya
pengeluaran dari umi tergantung pengajuan yang
diajukan pimpinan satuan pendidikan melalui
programnya.
9. Bagaimana proses yang dilakukan untuk mendapatkan
dana dengan apa yang telah dianggarkan?
Ya yang saya bilang sebelumnya, setiap satuan
pendidikan mengadakan rapat yang akan menghasilkan
alokasi dan penganggaran sumber daya yang diperlukan
kemudian baru alokasi yang sudah dibuat setiap satuan
pendidikan disetor ke pimpinan lembaga melalui
bendahara yaitu habib hasan. Termasuk profit dari
wirausaha yang dikelola pesantren dan dana dari
donatur semua masuk di satu pintu yakni pihak
lembaga melalui habib hasan. Karena dana yang
didapat murni dari hasil wirausaha, donatur dan
beberapa waktu mendapat bantuan dari pemerintah
seperti BOP ataupun BOS. Tidak ada sepeserpun ada
dana pemasukan yang ditarik dari bayaran santri, santri
full gratis.
10. Bagaimana Lembaga memberdayakan sumber daya
alam yang ada?
Budidaya cabai disini adalah wirusaha terbaik di
pondok ini, bahkan kita bisa ekspor ini. Wirausaha kita
disini terintegrasi, dimulai dari peternakan yang mana
kotoran hasil peternakan kita jadikan pupuk untuk
pertanian dan pakan ikan lele untuk perikanan. Untuk
pakan binatang ternak kita punya tumbuhan pakcoy dan
lain sebagainya, jadi saling terintegrasi. Ada juga dalam
bidang industry yang mana kita memiliki pabrik roti
dan lain sebagainya. Profit usaha semua masuk ke umi
waheeda sebagai pimpinan Lembaga.
11. Bagaimana Lembaga memberdayakan sumber daya
manusia yang ada?
Untuk SDM lembaga mempercayakan sepenuhnya
pada alumni yang kami rekrut untuk menjadi pengurus,
karyawan, bahkan pimpinan satuan pendidikan. Karena
kami sangat memprioritaskan pengkaderan kepada
pengurus, untuk selalu merekrut santri yang memiliki
potensi dibidangnya agar mengabdi disini. Mengabdi
disini itu bukan berarti tanpa hnonor, mereka akan tetap
mendapat honor dan kami membebaskan mereka untuk
menyelesaikan pendidikan bahkan sampai doktor. Tapi
hal tersebut tidak menutup kemungkinan orang dari
luar tidak bisa menjadi bagian dari kamu. Ada juga
karyawan dan pengurus yang bukan alumni.
12. Apakah sistem pelaksanaan, pemantauan dan
pengawasan yang dirumuskan berdasarkan hasil
analisis?

Pelaksaan atau implementasi memang berdasarkan


hasil analisis, hasil analisis kan menghasilkan
formulasi. Jadi ga ada pelaksanaan yang tidak
berdasarkan formulasi, semua sudah direncanakan dan
setiap poin implementasi ada pemantauan dan
pengawasan oleh pimpinan bahkan komite dan
pemerintah terkait juga ikut.
13. Bagaimana karakteristik yang menjadi standar
Lembaga untuk tenaga kerja?

Pastinya linier dengan tupoksi yang diemban oleh


mereka, karena linieritas dan keahlian sangatlah
penting untuk menunjang kualitas para santri dan
Lembaga. Selain itu tidak ada kriteria khusus untuk
para tenaga kerja kecuali tetap memelihara adab,
bersedia tinggal di asrama pondok pesantren yang
sudah disediakan dan siap mengikuti dan mentaati
aturan pondok pesantren.

14. Bagaimana Lembaga menetapkan upah tenaga kerja?

Upah tenaga kerja disepakati di setiap rapat tahunan,


apakah statis atau ada perubahan. Karena upah ini
adalah hal yang sensitive, Lembaga tidak bisa
menyepakatinya sendiri tanpa ada rapat besar tahunan
yang melibatkan semua satuan.

15. Bagaimana Lembaga membuat Gedung Lembaga tetap


terjaga dengan baik?

Setiap satuan harus membahas keseluruhan, termasuk


dengan sarana dan prasarana. Semua yang dibutuhkan
oleh satuan kemudian disetor ke Lembaga melalui
habib hasan. Kemudian habib hasan membelanjakan
barang atau alat yang dibutuhkan untuk tetap
terawatdan bersihnya Gedung.
16. Bagaimana Lembaga mengelola keuangan, terlebih
untuk income?

Terkait pemasukan dan pengeluaran kami hanya


memiliki satu orang pengelola yakni habib hasan
sebagai pengelola keuangan Lembaga. Tujuannya
adalah agar lebih mudah dan tepat sasaran jika
keuangan jika keuangan hanya memiliki satu pintu.

17. Bagaimana sistem Lembaga dalam mendata barang


yang diperlukan Lembaga?

Pendataan barang dilakukan oleh setiap satuan


Pendidikan, dan didiskusikan Ketika rapat bulanan atau
tahunan. Kemudian dikirimkan ke Lembaga. Satuan
tidak dapat mengajukan berupa uang kecuali untuk
honor

18. Bagaimana sistem yang dilakukan Lembaga dalam hal


teknologi untuk keperluan bayaran siswa dan
penggajian tenaga kerja?

Gaji guru, absen sudah tidak manual dengan


menggunakan teknologi terbaru dengan dorongan dari
pemerintah juga. Teknologi masuk ke wilayah
kewirausahaan santri nabung dengan rekening tabungan
dan langsung connecting dengan TABANI yang mana
kita berkerja sama dengan BNI, nanti Ketika belanja
nanti menggunakan software yang Bernama TABANI
itu. TABANI dibuat oleh ustadz Nur yang bertanggung
jawab di bidang teknologi. Selain untuk menabung,
TABANI juga dapat digunakan untuk ADS yakni
Administrasi Data Siswa, yang mana semua laporan
kegiatan santri ada di dalamnya. Bukan hanya santri
ustadz juga menggunakan software TABANI yang
digunakan sejak 2005.

19. Bagaimana lembaga merealisasikan demokrasi kepada


para pengurus dan guru?

Pimpinan pondok pesantren sangan demokratis di


dalam semua hal, baik dari formulasi, tujuan, target visi
misi dan lain sebagainya. Akan tetapi pengecualian
dalam hal yang sifatnya ibadah, misalnya wirid yang
berasal dari abah harus selalu diamalkan dan tidak
boleh diganti dengan yang lain. Kemudian umi
mematok sholat ashar pukul 16.00 walaupun adzan jam
15.15. Kecuali pandemi ini, karena hanya ada 2.000
santri disini.

20. Bagaimana strategi lembaga agar pengurus dan guru


memiliki semamngat dan disiplin kerja yang tinggi?

Terkait SDM disini regenerasi sangat ditekankan, setiap


pemegang jabatan misal operator, harus memiliki atau
mendidik santri yang nantinya akan dijadikan operator
setelah operator tersebut pindah atau naik jabatan.
Itulah salah satu cara kami memberi semangat dan
membuat para ustadz dan pengurus memiliki tingkat
disiplin yang tinggi.

21. Apakah lembaga memberikan kepercayaan penuh


kepada pengurus dan guru?

Lembaga selalu memberikan kepercayaan kepada para


pengurus, setiap satuan bisa mengelola dan mengatur
satuannya tanpa intervensi dari Lembaga. Seperti yang
saya jelaskan di awal bahwa keluaran dan kebutuhan
para satuan pendidikan dilakukan dengan memiliki
voucher yang harus ditandatangani oleh pimpinan
satuan pendidikan, bendahara dan pimpinan bidang di
setiap satuan pendidikan yang mana voucher tersebut
didapatkan ketika rapat tahunan dengan menyetorkan
program kerja satuan pendidikan yang akan
diselaraskan denga satuan pendidikan lainnya sehingga
pondok pesantren memilki program besarnya. Guru
juga demikian mereka diberikan kebebasan berinovasi
di dalam pembelajaran dengan tidak keluar dari adab
dan aturan pondok pesantren.
B. PENGURUS PONDOK PESANTREN
Nama : Wahyanuddin, M. Pd
Jabatan : Kepala Badan Administrasi Umum
(BAUM) Pesantren

1. Apakah pimpinan melakukan pengawasan dalam


implementasi strategi?
Iya umi atau kadang diwakili oleh habib hasan selalu
memberikan pengawasan dan supervisi terhadap setiap
implementasi strategi di setiap satuan pendidikan
sekitar 1 atau 3 bulan sekali, dengan adanya pengawasn
seperti itu maka lembaga bisa mengevaluasi strategi.
2. Apa saja kendala yang didapat dalam melakukan
implementasi strategi lembaga?
- IMTAQ santri tidak diperhatikan, karena ketika
masuk pesantren tidaak ada selesksi.
- Tidak ada pembatasan, semua kalangan boleh
pondok pesantren karena pondok pesantren
mempunyai prinsip tidak boleh menolak santri
yang mau masuk sehingga terjadi
ketidakseimbangan volume santri dengan fasilitas
yang ada.
- Banyakmya siswa yang ingin keluar dikarenakan
tidak betah membuat beberapa pengurus terlalu
berfokus padanya sehingga menghambat
berjalannya target lembaga.
- Masih kurangnya sumber daya pondok pesantren,
terutama guru dan pengurus, dikarenakan tujuan
besar lembaga yang dicanangkan oleh umi harus
dikembangkan oleh para satuan pendidikan dan
satuan pendidikan harus memiliki sumber daya
yang tentunya linier yang dibutuhkan untuk
terlaksananya tujuan tersebut.
3. Apa saja upaya yang dilakukan untuk mengatasi
kendala yang ada dalam mengimplementasikan strategi
lembaga?
- Menyelaraskan kebutuhan pesantren dan kependidikan
dengan melihat kebutuhan yang ada di dalam sekolah
kemudian dibuat selaras dengan pesantren. Misal
memberikan kelas untuk santri-santri yang fokus di
dalam olahraga karena sekolah mempunyai program
memajukan prestasi olahraga sekolah
- Melakukan perubahan formula strategi ketika di dalam
pengimplementasian ternyata banyak kendala yg terjadi
4. Apa saja implementasi manajemen strategi yang
memakan waktu lebih lama dari yg diharapkan?

Setiap kegiatan jangka panjang yang melibatkan


masyarakat itu selalu yang memakan waktu lama,
karena namanya masyarakat, mereka perlu diedukasi
terlebih dahulu dan melakukan proses yang panjang
untuk mengimplementasikannya
5. Apa masalah besar yang muncul dalam
pengimplementasian rencana?

Yah ketidaksesuaian antara formulasi dan implementasi


menurut saya adalah masalah besar ya, semisal ditahun
ini kami memformulasikan adanya interaksi dengan
masyarakat sekaligus mengedukasi mereka melalui
bank sampah, mereka bisa menukarkan sampah dengan
sembako yang ada di toko pesantren yang dikhususkan
untuk masyarakat, tapi banyak masyarakat yang masih
tidak mau untuk menukarkannya dengan alasan sulit
memilah sampah yang layak ditukarkan. Jadi kami
membuat tim untuk memilah sampah yang dibawa oleh
mereka dan itupun masih tidak efektif

6. Apakah kegiatan yang membuat lembaga merasa


mampu bersaing dengan lembaga lain?

Pondok pesantren dan masyarakat saling membaur,


misal Ketika masyarakat ingin belanja ke tempat usaha
pesantren di perbolehkan akan tetapi memang kita di
sini tidak menerima cash jadi mereka harus tranfer
terlebih dahulu. Satu lagi kita punya usaha daur ulang
yang mana masyarakat boleh memberikan sampahnya
ke kita dan Ketika sudah mencukupi uangnya dari
sampah mereka, mereka bisa ambil barang dari toko
kita terlebih beras. Karena pesantren kami memang
terkenal wirausahanya, jadi dengan membaurnya
dengan masyarakat dan mendapatkan reaksi positf dari
masyarakat adalah hal yang membuat kami merasa
mampu bersaing dengan lembaga lain.Dan baru baru ini
taekwondo kami mendapatkan apresiasi dari
masyarakat karena berhasil lolos dan tampil di
Indonesian Got Talent, ini adalah awal yang baik dan
memberi daya saing lembaga lain

7. Apakah ada pelatihan bagi manajemen dan karyawan


dalam rangka untuk mengimplementasikan perubahan?

Ada, setiap karyawan, pengurus bahkan para pimpinan


satuan pendidikan mendapatkan pelatihan yang rutin
dan berkesinambungan. Tujuannya agar mereka juga
selalu mendapatkan ilmu baru terkait bidangnya serta
dapat mengikuti perkembanga yang ada. Pengurus dan
pimpinan satuan pendidikan juga diberikan pelatihan
terkait manajemen untuk terus mengupgrade
pengetahuan dan bisa di implementasikan.

8. Bagaimana lembaga mengelola pendidikan pesantren


agar dapat menghasilkan keluaran yang banyak,
bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat?

Kami sangat mengedepankan timbulnya sikap mandiri


kepada para santri, mereka tidak hanya pandai secara
akademik ataupun keagamaaan. Mereka juga dituntut
disini agar memilih kegiatan ekstrakulikuler yang ada
hubungannya dengan pembelajaran untuk berwirausaha
dan mendalami teknologi. Karena di zaman industry
4.0 ini anak harus tetap mengikuti alur kemajuan
teknologi agar tidak tertinggal. Termasuk media yang
terus berkembang terutama youtube kami membuka
kelas animasi dan ada ektrakulikuler animasi. Bahkan
kita punya tim khusus untuk bagian teknologi agar
santri dapat terus mengasahnya dan bisa berguna
Ketika terjun di masyarakat.

9. Bagaimana lembaga mengelola pendidikan pesantren


dengan memberikan nilai ekonomi yang baik bagi para
santri?

Santri di pondok pesantren full tidak membayar sama


sekali karena ditopang oleh kewirausahaan dan para
donatur yang dikelola umi sebagai pimpinan pondok
pesantren dan dibantu oleh Habib Hasan selaku anak
beliau. Kemudian santri diajak ikut terjun untuk untuk
belajar wirausaha agar dapat pengetahuan terkait
ekonomi.

10. Bagaimana cara pengurus dan Guru memberikan


motivasi kepada santri?

Memberi motivasi itu sudah pasti, karena memang


tanggung jawab dan kewajiban pengurus serta guru
agar tercapainya tujuan yang diharapkan. Dengan
memberikan motivasi kepada santri, santri akan
mendapatkan kepercayaan diri dan semangat belajar
yang tinggi. Setiap guru juga diharuskan memberikan
motivasi sebelum memulai pelajaran dan memasukan
kegiatan motivasi di dalam rencana belajar masing
masing guru.

11. Apakah lembaga Menggunakan fasilitas, tenaga, biaya,


dan waktu seminimal mungkin tetapi dengan hasil yang
baik?

Kami merasa selama ini melakukan yang demikian,


dengan perputaran pengeluaran yang efisien dan
dilakukan pendataan yang cermat sebelum memutuskan
barang atau biaya apapun yang berhubungan dengan
kelangsungan Lembaga. Walaupun kami full gratis
dalam pembayaran santri tapi sampai saat ini kami
belum sama sekali pun mendapat kendala yg berarti
terkait pengeluaran Lembaga. Bisa dibilang kami tidak
menggunakan itu seminimal mungkin tapi berimbang
dengan apa yang telah guru guru lakukan di sini,
termasuk terkait fasilitas dan waktu.
C. SANTRI PONDOK PESANTREN
Nama : Ramadhan Hadi Jaya
Jabatan : Santri

1. Bagaimana lembaga membentuk santri yang bermutu


menurut anda?

Kami selalu mendapat cerita dari para ustadz bahwa


filosofi dari abah adalah tidak boleh menolak santri,
setiap santri punya potensi. Kemampuan untuk
mengetahui potensi santri itu yang harus dilakukan.
Jadi siapapun dia, pintar atau tidaknya dia tetep kita
terima yang mana standar mereka bukan hanya sekedar
prestasi akan tetapi juga kelangsungan hidupnya,
mereka bisa mandiri adalah sebuah prestasi.

2. Bagaimana tanggapan anda terkait pembayaran yang


gratis di lembaga ini?

Kami sebagai santri sangat terbantu dengan hal ini,


orangtua kami tidak terlalu memikirkan bayaran disini
sehingga kamipun bisa belajar dengan tenang.
Walaupun memang makan apa adanya, tapi itu semua
adalah ujian buat kami.

3. Bagaimana cara pengurus dan Guru memberikan


motivasi kepada santri?
Hampir semua ustadz selalu memberikan motivasi
kepada santri, baik di kelas atau di luar kelas. Motivais
tersebut yang membuat kami terus semangat untuk
tidak berhenti belajar.
PEDOMAN STUDI DOKUMENTASI

No Unsur Indikator
1 Keadaan a. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Nurul
Lingkungan Iman Parung Bogor.
b. Stuktur Organisasi Pondok Pesantren Nurul
Iman Parung Bogor.
c. Data Guru, Staf dan Siswa Pondok Pesantren
Nurul Iman Parung Bogor.
2 Keterkaitan c. Visi Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Nurul
dengan Iman Parung Bogor
Implementasi d. Rencana Kerja Jangka Menengah Pondok
Manajemen Pesantren Nurul Iman Parung Bogor
Strategi
3 Keterkaitan b. Daftar Pengembangan diri dan divisi di Pondok
dengan Pesantren Nurul Iman
Pengelolaan
Pendidikan
Kepesantrenan
TRANSKIP HASIL STUDI DOKUMENTASI

No Dokumen Keterangan
1 Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Ada
Nurul Iman Bogor
2 Struktur Ogranisasi Pondok Pesantren Ada
Nurul Iman Bogor
3 Data Guru, Staf dan Siswa Pesantren Ada
Nurul Iman Bogor
4 Visi Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Ada
Nurul Iman Parung Bogor
5 Rencana Kerja Jangka Menengah Pondok Ada
Pesantren Nurul Iman Parung Bogor
6 Daftar Pengembangan diri dan divisi di Ada
Pondok Pesantren Nurul Iman
DAFTAR NAMA-NAMA PENGAJAR
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NURUL IMAN
PARUNG – BOGOR

NO NAMA DOSEN TEMPAT PENDIDIKAN


S1 S2 S3
1 Umi Waheeda binti Abdul Singapura, 14 Januari √ √
Rahman, S.Psi., M.Si
2 Hb. Muhammad Waliyullah, M.Ag Jakarta, 07 Oktober √ √
3 Hb. Idrus Al Hadar, S.T., MM Malang, 1 oktober √ √
4 Ali Mutakin, MA.Hk Blora, 10 Juli √ √
5 Abdul Aziz, MA., MA.Hk Grobogan, 15 Juni √ √
6 Ahmad Jansab, M.Ag Jakarta, 12 Januari √ √
7 Ahmad Romadhon, M.Pd Pekalongan, 16 Juli √ √
8 Asep Kurniawan, M.Pd Bogor, 12 Februari √ √
9 Atmo Prawiro, S.HI., M.E.Sy Idramayu, 02 Mei √ √
10 Canra Krisna Jaya, MA.Hum Pekantan Dolok, 03 Mei √ √
11 Daud Lintang, S.S.I.,MA Mandailing Natal, 28 √ √
Oktober
12 Dr. Eldaw Awad El Karim Ali, Sudan, 01 Januari √ √ √
MA
13 Dr. Zakaria Husni Lubis, MA.Hum Medan, 29 Mei √ √ √
14 Dra. Agustina Massaro, MM Tator, 13 April √ √
15 Drs. Ahmad Nur Hakim, M.H √ √
16 Drs. Djazir Burhanuddin, M.A Idramayu, 02 Januari √ √
1966
17 Drs. H. Nurdjihan, M.Pd Yogyakarta, 08 April √ √
1956
18 Drs. H. Umar Fauzi, M.Ag Lamongan, 10 √ √
November1962
19 Drs. Krishna Soejitno, M.M Semarang, 21 Juni 1963 √ √
20 Drs. Muslih Nurjamal, MA Jember, 02 Agustus √ √
1959
21 Drs. Ramlan Abdul Gani, MA Belitung, 14 Juni 1961 √ √
22 Drs. Waesul Kurni, MA Tanggerang, 03 √ √
Desember 1967
23 E. Hamzah Suaidi, M.Pd Majalengka, 12 Mei √ √
1972
24 Fitri Mustafa, M.S.I., S.S.I Pangkalan Kasai, 30 √ √
April 1990
25 Gaos Ali Sadikin, A.Sp., S.Pd., Bandung, O5 Maret √ √
M.Pd., M.Si 1951
26 Ghufron Maksum, S.Sy., M.Ag Pekalongan, 24 √ √
November 1984
27 H. Mohamad Samsudin, MA Kediri, 18 Maret 1974 √ √
28 Hasan M. Nur, SH.,MM Flores, 12 Juni 1963 √ √
29 Iffaty Zammimah, MA Sleman, 21 November √ √
1985
30 Ikhwanuddin, S.Pd.I., M.Si Cirebon, 15 Desember √ √
1976
31 Ikhwanul Muadib, M.A Grobogan, 14-09-1989 √ √
32 Kidam, M.Pd Cilacap, 22 Mei 1980 √ √
33 Lu’lu’atu Qurrotil Ainiyah, MA Malang, 16 Agustus √ √
1977
34 M. Abdul Jalil, M.Pd Kuningan, 11 Desember √ √
1980
35 M. Zaenal A., MA.Pd Tulungagung, 25 √ √
September 1986
36 Mahbub Zuhri, M.Pd Banyumas, 24 √ √
September 1984
37 Mahmud, S.H., M.H Jakarta, 22 Juli 1975 √ √
38 Ma’muruddin, M.Ag Brebes, 24 September √ √
1992
39 Moh. Yusni Amru Ghozaly, Ponorogo, 12 September √ √
S.Sos.I., M.Ag 1981
40 Muhammad Mudzakir, M.Pd Bogor, 17 April 1985 √ √
41 Muhshoni, M.Pd.I Magelang, 30 Juli 1971 √ √
42 Mukhsin, S.Sy Tanggerang, 30 Oktober √
1983
43 Mutholib, M.Ag Purworejo, 26 √ √
November 1987
44 Nadzif Ali Asyari, M.Ag Ciamis, 07 November √ √
1989
45 Nurisyanto, M.Pd Jakarta, 06 Februari √ √
1978
46 Nurkholis Sofwan, M.Ag Idramayu, 10 Maret √ √
1992
47 Ozi Setiadi, MA.Pol Kepala Sungai, 14 √ √
Januari 1987
48 Rahmat Kurnia Lubis, S.Fil.I., Kotanopa, 25 Mei 1985 √ √
M.Hum
49 Satibi, S.Pd.I., M.Pd Kertasmaya, 06 Agustus √ √
1988
50 Setyo Kurniawan, S.Sos.I., M.Hum Jakarta, 28 Februari √ √
1987
51 Siti Khafidoh, M.Pd Grobogan, 26 Januari √ √
1990
52 Subaiki Ikhwan, M.Pd Karawang, 09 Juli 1984 √ √
53 Tatang, M.Ag Bogor, 05 Maret 1976 √ √
DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENELITIAN

Observasi

Wawancara Pimpinan Pondok Pesantren


Wawancara Pengurus Pondok Pesantren

Wawancara Santri

Kegiatan Kepesantrenan
Kegiatan Kependidikan

Kegiatan Kewirausahaan

Website Pondok Pesantren


Kegiatan Workshop untuk Para Staf
BIODATA PENULIS

Nama : Oky Ari Gunawan


Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Oktober 1996
Alamat : Kp. Sukatani RT.10/02 No. 29
Tegal Alur Kalideres Jakarta
Barat DKI Jakarta 11820
Motto : Tak Perlu terburu-buru yang
ditakdirkan untukmu selalu
datang tepat waktu

Jenjang Pendidikan :
TK Raudhatul Huda 2001-2002
MI Tahdzibun Nufus 2002-2003
MI Darussadah Banten 2004-2005
SDN 06 PG Tegal Alur 2007-2009
SMPN 120 Jakarta 2009-2011
SMK AL-IHROM 2011-2013
SMK PADINDI 2013-2014
UNUSIA Jakarta 2014-2018

Riwayat Organisasi :
Lurah Pondok Ponpes AL-IHROM Jakarta
Anggota Komisatriat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
UNUSIA Jakarta
Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) UNUSIA Jakarta
Kampus D
Divisi Hub. Luar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNUSIA
Jakarta
Divisi Komunikasi PC Persatuan Guru NU (PERGUNU) Jakarta Barat
Ketua Tanfidziyah Ranting NU Tegal Alur
Wakil Sekretaris MUI Kec. Kalideres

Prestasi :
Juara II Lomba Futsal Antar Kelurahan
Peserta Terbaik Khotmil Qur’an Ponpes AL-IHROM Angkatan II
Pemuda Pelopor Jakarta Barat 2018

Anda mungkin juga menyukai