Anda di halaman 1dari 16

USULAN KULIAH MAGANG

PEMIJAHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypopthalmus)

DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR (BPBAT) SUNGAI

GELAM JAMBI

Oleh

Ahmad Wiranda

442021002

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2024
HALAMAN PENGESAHAN
USULAN KULIAH MAGANG

JUDUL : PEMIJAHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasius


hypopthalmus) DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA
AIR TAWAR (BPBAT) SUNGAI GELAM JAMBI

MAHASISWA : Ahmad Wiranda 442021002

DOSEN : Meika Puspita Sari, S.Si., M.Si


PEMBIMBING

INSTANSI : Nama Instansi Tempat : Balai Perikanan Budidaya


Magang Air Tawar Sungai Gelam

TEMPAT : Alamat : Jl. Bumi Perkemahan


Pramuka, Sungai Gelam,
Muaro Jambi, Kec. Sungai
Gelam, Jambi, 36364

MAGANG : Lama Kuliah Magang : 30 Hari

Menyetujui, Mengetahui,
Kaprodi Akuakultur

Khusnul Khotimah, S.P., M.Si Meika Puspita Sari, S.Si., M.Si


NIDN. 0206127502 NIDN. 0226058801
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga Usulan Kuliah Magang ini
dapat diselesaikan. Dalam Kuliah Magang ini kami melaksanakannya di Balai
Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi. Provinsi Jambi
dengan judul “Pemijahan Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) Di Balai

Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi”

Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:


1. Ibu Dr. Helmizuryani, S.Pi., M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian UM
Palembang.
2. Ibu Khusnul Khotimah S.P., M.Si selaku Ketua Program Studi akuakultur
dan juga dosen pembimbing magang
3. Ibu Meika Puspita Sari S,Si., M.Si selaku Dosen Pembimbing Kuliah
Magang.
4. Teman-teman Program Studi Akuakultur Angkatan 2021.

Penulis berharap semoga usulan kuliah magang ini bermanfaat untuk


menambah pengetahuan khususnya bagi mahasiswa dan para pembaca umumnya.
Serta Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan sehingga diharapkan
kritik dan sarannya guna untuk terciptanya laporan ini lebih baik lagi.

Palembang, 24 Februari 2024

Ahmad Wiranda
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5
1.1 Latar Belakang...............................................................................................5
1.2 Tujuan.............................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin Siam....................................................7
2.2 Ciri-ciri Ikan Patin..........................................................................................8
2.3 Sifat Biologis Ikan Patin.................................................................................9
2.4 Habitat Ikan Patin Siam..................................................................................9
2.5 Kualitas Air...................................................................................................10
BAB III PELAKSANAAN...................................................................................11
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan...................................................................11
3.2 Metode Pelaksaan Kuliah Magang...............................................................11
3.3 Prosedur Pembenihan Ikan Patin Siam........................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
LAMPIRAN..........................................................................................................16
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan patin siam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk species
Pangasius hypophthalmus yang hidup di perairan tropis Indo Pasific SNI (2000).
Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan ikan yang memiliki
potensial bernilai ekonomis tinggi karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi
baik pada tingkat benih yang akan dijual pada pihak budidaya pembesaran
maupun pada tingkat dewasa sebagai ikan konsumsi. Sehingga banyak nya
permintaan harus dibarengi dengan peningkatan produksi, peningkatan produksi
hanya dapat dicapai melalui budidaya perikanan (Andriyanto et al, 2012 dalam
(Ghofur et al., 2019)).

Upaya yg dapat dilakukan untuk memenuhi produksi ikan patin di


Indonesia yaitu dengan mengimbangi ketersedian indukan patin siam yang cukup
dan berkualitas sehimgga dapat menghasilkan benih yang memiliki kualitas sama
seperti indukaannya. Dengan begitu keberlanjutan produksi ikan patin siam dapat
tercapai. Dalam kegiatan budidaya, benih merupakan mata rantai yang kualitasnya
akan menentukan keberhasilan usaha karena benih yang berkualitas dapat
dipelihara dan dikembangkan pada segmen selanjutnya hingga mencapai ukuran
konsumsi (Irwan et al. 2019 dalam (Iskandar et al., 2022)).

Adapun salah satu penghambat keberhasilan dalam usaha budidaya ikan


patin siam (P. hypophthalmus) adalah serangan penyakit baik pada ikan dewasa,
benih, bahkan pada fase telur. Adanya serangan penyakit yang disebabkan oleh
jamur pada saat penetasan telur berdampak terhadap kerusakan telur yang
menyebabkan menurunnya daya tetas.

Ikan patin hanya dapat dipijahkan secara buatan dengan menstimulasi


hormon salah satunya melalui teknik penyuntikan (induced breeding). Stimulasi
hormon telah banyak digunakan guna membantu proses pengembangbiakan ikan
untuk dapat berovulasi dan spermiasi (Sumantadianta, 1997). Salah satu jenis
hormon yang digunakan adalah hormon ovaprim yang berisi sintesis
gonadothropin salmon dan domperidon atau antidopamin (substansi penghambat
gonadothropin) (Lam 1995). Sukendi (2016), menyebutkan bahwa ovaprim
merupakan jenis hormon yang berfungsi untuk merangsang dan memacu hormon
gonadothropin pada tubuh ikan sehingga dapat mempercepat proses ovulasi dan
pemijahan, yaitu pada proses pematangan gonad dan dapat memberikan daya
rangsang yang lebih tinggi, menghasilkan telur dengan kualitas yang baik serta
menghasilkan waktu laten yang relatif singkat juga dapat menekan angka
mortalitas (Iskandar et al., 2022).

Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam-Jambi (BPBAT)


adalah Salah satu unit pelaksana teknis Kementrian Kelautan dan Perikanan,
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya yang berdasar Surat Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 67 / PERMEN-KP/2020 mempunyai tugas
melaksanakan uji terap teknik dan kerja sama, produksi, pengujian laboratorium
kesehatan ikan dan lingkungan, bimbingan teknis, dan pengelolaan sistem
informasi dibidang perikanan budidaya air tawar. Komoditas ikan yang ada di
sana yaitu ikan mas, ikan nila merah, ikan lele, ikan patin, ikan gurame, ikan
baung, ikan jelawat, ikan tembakang. BPBAT Sungai Gelam diperkenalkan secara
luas kepada masyarakat terutama yang menyangkut tugas dan fungsi serta
kegiatan dan peran untuk menunjang pengembangan budidaya ikan air tawar.

1.2 Tujuan

1. Tujuan dari magang ini adalah untuk mendapatkan pemahaman tentang


proses pemijahan pada ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) serta
semua aspek yang terkait dengan proses tersebut.
2. Tujuan lain dari magang ini adalah untuk mengetahui tingkat
pertumubuhan pada larva ikan ikan patin secara buatan di Balai Perikanan
Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Jambi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin Siam

Ikan patin mempunyai bentuk tubuh memanjang dan berwarna putih perak
dengan punggung bewarna kebiruan. Ikan patin tidak memiliki sisik, kepala ikan
relatif kecil dengan mulut terletak di ujung kepala agak ke bawah dan termasuk
dalam ciri khas catfish. Klasifikasi dan Morfologi. Menurut Kordik (2005) dalam
(Suhara, 2019), sistematika ikan patin di klasifikasikan sebagai berikut:

 Kingdom : Animalia
 Filum : Chordata
 Kelas : Pisces
 Ordo : Ostariophysi
 Famili : Pangasiidae
 Genus : Pangasius
 Spisies : Pangasius hypophthalmus

Gambar: Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus)

Djariah (2001) mengemukakan bahwa Ikan Patin memiliki warna tubuh


putih keperak-perakan dan punggung kebiru-biruan, bentuk tubuh memanjang,
kepala relatif kecil. Ujung kepala terdapat mulut yang dilengkapi dua pasang
sungut pendek. Susanto dan Amri (2002) menambahkan, pada sirip punggung
memiliki sebuah jari- jari keras yang berubah menjadi patil yang bergerigi dan
besar di sebelah belakangnya. Sirip ekor membentuk cagak dan bentuknya
simetris. Ikan patin tidak mempunyai sisik, sirip dubur relatif panjang yang
terletak di atas lubang dubur terdiri dari 30-33 jari-jari lunak sedangkan sirip
perutnya memiliki enam jari-jari lunak. Sirip dada mempunyaii 12-13 jari-jari
lunak dan sebuah jarijari keras yang berubah menjadi senjata yang dikenal dengan
patil. Di bagian permukaan punggung ikan patin terdapat sirip lemak yang
berukuran kecil (Suhara, 2019).

2.2 Ciri-ciri Ikan Patin

Ikan Patin memiliki ciri-ciri sebagai berkut (Suhara, 2019) :

1. Tubuh yang Panjang dan berlendir


2. Memiliki moncong yang agak Panjang
3. Memiliki sirip punggung dan patil
4. Ekor yang lebar serta besar
5. Warna yang cerah tergantung air
6. Bentuk tubuh sedikit pipih
7. Mulut yang lebar

Ciri-ciri diatas bisa dibuat patokan untuk membedakan ikan patin dengan ikan
lainnya seperti baung, lele, arwana, louhan, silais dan lain sebagainya.

Berikut perbedaan indukan ikan patin siam Jantan dan indukan ikan patin siam
betina:

Induk ikan patin siam Jantan Induk ikan patin siam betina
Bila perut diurut keluar sperma Perut membesar kearah anus
berwarna putih
Umur minimal 2 tahun Umur minimal 2,5 tahun

Berat >2 Kg/ekor Berat >3 kg/ekor

Sehat dan tidak cacat Sehat dan tidak cacat

2.3 Sifat Biologis Ikan Patin

Ikan patin bersifat nokturnal (aktivitasnya dilakukan dimalam hari)


sebagaimana umumnya ikan catfish lainnya. Selain itu, patin suka bersembunyi di
dalam liang- liang ditepi sungai habitat hidupnya. Yang membedakan ikan patin
dengan ikan catfish pada umunya: sifat patin yang termasuk omnivora atau
golongan ikan pemakan segalanya. Di alam, makanan ikan ini antara lain ikan-
ikan kecil lainnya, cacing, detritus, serangga, biji-bijian. Udang-udang kecil, dan
moluska (Suhara, 2019).

Ikan patin termasuk ikan dasar. Hal ini bisa dilihat dari bentuk mulutnya
yang agak ke bawah itu. Habitatnya hidup disungai-sungai dan muar-muara
sungai tersebar di Indonesia, India, dan Myanmar. Daging ikan patinini sangat
gurih dan lezat sehingga terkenal dan sangat digemari oleh mesyarakat. Kalau di
alam ikan perkumpul di tepi-tepi sungai besar pada akhir musim penghujan atau
sekitar bulan April sampai Mei. Alat yang dipergunakan adalah seser yaitu
semacam jala yang di peregang dengan sepasang bilah bambu. Pengoperasinya
dengan cara mendorong atau menyeserkannya ke arah depan. Waktu
penangkapannya menjelang fajar karena pada saat itu anakan patin umumnya
berenang bergerombol dan sesekali muncul ke permukaan air untuk menghirup
oksigen dari udara langsung.

2.4 Habitat Ikan Patin Siam


Habitat Ikan Patin adalah di tepi sungai-sungai besar dan muara-muara
Sungai serta danau. Di lihat dari bentuk mulut ikan patin yang letaknya sedikit
agak ke bawah, maka ikan patin termasuk ikan yang hidup di dasar perairan. Patin
dikenal sebagai hewan yang bersifat nocturnal yaitu beraktivitas di malam hari.
Penyebaran geografis ikan patin di alam cukup luas. Secara alami ikan ini
merupakan penghuni sungai, rawa, dan danau di semenanjung Indocina yang
meliputi Vietnam, Myanmar, Laos, Kamboja dan Thailand (Susanto dan Amri,
2002).

Ikan Patin Siam merupakan ikan introduksi Thailand pada tahun 1972.
Ikan ini proses domestikasinya mudah dan cepat di perairan Indonesia sehingga
budidayanya berkembang dengan pesat. Penyebaran kegiatan budidaya Patin Siam
meliputi pembesaran di kolam, sungai, danau atau waduk buatan di pulau
Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Untuk budidaya di kolam sudah bisa dilakukan
di lahan-lahan marginal yang tidak produktif untuk tanaman seperti lahan gambut
dan rawa-rawa. Hal ini karena Patin Siam mempunyai kelebihan bisa hidup dan
berkembang di perairan-perairan ekstrim, yaitu yang memiliki pH dan kandungan
oksigen yang sangat rendah (Khairuman dan Sudenda, 2009).

2.5 Kualitas Air

Kualitas air merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pendederan


benih. Kejernihan air merupakan salah satu faktor yang membuat nafsu makan
ikan meningkat. Pemeliharaan kualitas air yang baik diperlukan dalam hal
budidaya untuk kehidupan dan pertumbuhan optimal ikan. Oleh karena itu, perlu
diketahui proses yang terjadi di dalam perairan agar dapat mencegah faktor yang
mungkin dapat menurunkan proses laju pertumbuhan ikan (Subarijanti, 2005).
Kualitas air perlu dilakukannya pengontrolan melalui uji kualitas air diantaranya
adalah suhu, pH dan DO.
BAB III PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Lokasi Praktek Kerja Lapang (PKL) di Balai Perikanan Budidaya Air


Tawar (BPBAT) JL. Bumi perkemahan pramuka, sungai gelam, muaro jambi, kec.
Sungai gelam, jambi. Kegiatan di lakukan selama 30 hari dari tanggal 12 Februari
2024 s/d 12 Maret 2024.

3.2 Metode Pelaksaan Kuliah Magang

Pelaksanaan kuliah magang ini dilaksanakan dengan mengikuti semua


kegiatan-kegiatan yang dilakukan di BPBAT Sungai Gelam Jambi khususnya
mengenai “Teknik Pembenihan Ikan Patin Siam”. Data yang dikumpulkan selama
praktek kerja lapangan ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer
berasal dari kegiatan pengamatan, atau observasi, yang berkaitan dengan teknik
pemijahan ikan patin.
3.3 Prosedur Pembenihan Ikan Patin Siam

Berikut merupakan prosedur pembenihan pada ikan patin (Anjar et al., 2022):

a. Persiapan Kolam

Persiapan kolam diawali dengan membersihkan kolam dan menangkap


ikan-ikan liar yang hidup di kolam pemeliharaan induk, kemudian kolam
dikeringkan dengan menggunakan pompa air, selanjutnya dilakukan pembalikan
tanah dasar dan pengapuran menggunakan kapur pertanian (kaptan) dengan dosis
100 g/m2. Pembalikan dasar tanah (tilling) bertujuan untuk mempercepat
pengeringan tanah, meningkatkan aerasi pada tanah, melepaskan zat-zat toksik
yang terdapat pada sedimen tanah, dan mempercepat proses dekomposisi bahan
organik. Pembalikan dasar tanah ini dilakukan dengan cara mencangkul bagian
dasar kolam pada kedalaman 5-10 cm dan kemudian dibalik.

Pengapuran dilakukan dengan cara menaburkan kapur secara merata di


atas permukaan tanah dan diaduk secara merata supaya dapat meningkatkan reaksi
kapur dan tanah. Boyd et al (2002) dalam (Iskandar et al., 2022) menyebutkan
bahwa aplikasi pengapuran dengan menggunakan kapur pertanian pada tipe tanah
masam dapat menetralkan pH tanah, meningkatkan konsentrasi alkalinitas dan
kesadahan total, meningkatkan ketersediaan karbon untuk fotosintesis, serta
menciptakan sistem penyangga (buffer) pH perairan. Kolam yang telah dikapur
selanjutnya diisi air.

a. Pemeliharaan induk

Pemeliharaan induk dilakukan pada kolam dengan padat tebar 1 ekor/m2


dan kedalaman air 100 cm serta air mengalir secara kontinyu, sehingga dengan
pola tersebut produksi benih ikan patin dapat dilakukan setiap 1 minggu sekali.
Selain itu pemeliharaan induk sangatlah penting karena keberhasilan produksi
tergantung dari kualitas dan kuantitas induk ikan patin. Pemeliharaan induk dapat
dilakukan dengan cara memisahkan induk jantan dan betina, pakan induk
memadai dengan kadar protein >36%, dosis 1,5-2% dari biomass per hari, pakan
diberikan setiap pagi dan sore hari.
b. Seleksi induk

Seleksi induk ikan patin dilakukan dengan memilih induk jantan dan
betina yang matang gonad atau induk yang siap dipijahkan. Perbandingan induk
jantan dan betina yang dipilih 2:1 artinya 2 ekor jantan dan 1 ekor betina yang
digunakan untuk pemijahan. Cara memilih induk jantan yang siap dipijahkan
yaitu kulit perut induk jantan lembek dan tipis, alat kelamin membengkak
berwarna merah tua, serta apabila diurut ke arah anus akan keluar sperma
berwarna putih susu. Sementara untuk memilih induk betina yang siap dipijahkan
menggunakan alat kateter yaitu memasukan alat berupa selang kecil kedalam
kelamin induk betina untuk menarik telur induk betina tersebut. Telur yang bagus
memiliki ciri-ciri sebagai berikut yaitu telur bebentuk bulat, besar, kental dan
berwarna putih kekuning-kuningan.

c. Pemijahan

Setelah induk dipilih baik jantan maupun betina maka urutan kegiatan
selanjutnya adalah penyuntikan sampai penetasan telur sebagaimana berikut ini:

1. Penyuntikan

 Penyuntikan pertama: induk betina dengan dengan menggunakan HCG


atau chorulon sebanyak 500 Ių/Kg induk + Aquades sebanyak 2 CC.
 Kemudian induk patin yang telah disuntik disimpan dalam waring atau bak
selama ± 24 jam
 Penyuntikan kedua: Induk betina dengan menggunakan Ovaprim sebanyak
0,6 cc/Kg, dan induk patin jantan dengan ovaprim 0,3 cc/Kg + Aquades
sedikit.
 Selanjutnya induk yang telah disuntik tersebut disimpan dalam waring /
bak selama 8-15 jam.
 Induk disuntik pada bagian daging yang paling tebal dengan kemiringan
jarum 450 dan kedalaman 2- 3 cm.

2. Penetasan
 Pada proses penetasan pertama kali dilakukan mengurut atau striping perut
induk jantan terlebih dahulu ke arah anus untuk mengeluarkan sperma,
selanjutnya sperma ditampung kedalam botol kecil yang sudah dicampuri
dengan NaCl dengan perbandingan 1:4 dan sperma disimpan dalam termos
es, tujuannya untuk mempertahankan kelangsungan hidup sperma.
 Selanjutnya induk yang betina di striping dan telur yang keluar ditampung
dalam wadah baskom.
 Setelah telur tersedia dalam baskom, larutan sperma dicampurkan sedikit
demi sedikit, dan diaduk dengan bulu ayam.
 Tambahkan juga larutan NaCl (sebagai pengencer) sedikit-demi sedikit
sambil diaduk dengan menggunakan bulu ayam sampai sperma bercampur
dengan seluruh butir telur.
 Setelah telur dibuahi kemudian telur dibilas dengan air bersih dengan
tujuan untuk menghilangkan lendir. Kemudian telur dicampur dengan
larutan tanah/lempung yang sudah disterilkan dengan perbandingan 1 Kg
tanah: 2 Liter Air
 Telur dibilas dengan air bersih sampai telur benar-benar bersih seperti
semula. Telur patin telah siap untuk ditetaskan didalam corong. Padat
penebaran telur sebanyak ± 300 gr / corong (300.000 butir telur) dan telur-
telur tersebut akan menetas setelah 18 – 24 jam.

d. Pemanenan Larva

Larva dipanen dengan menggunakan sair, ditampung dalam wadah penampungan


yang dilengkapi aerasi.
DAFTAR PUSTAKA

Anjar, R., Yustiati, A., & Andriani, Y. (2022). TEKNIK PEMBENIHAN IKAN
PATIN (Pangasius hypopthalmus) SISTEM CORONG FISHING
ENGINEERING CATFISH (Pangasius hypopthalmus) Funnel SYSTEM
Reva Anjar 1 , Ayi Yustiati 2 , Yuli Andriani 3 1. Jurnal Akutek, 3(1), 33–
40.
Ghofur, M., Sugihartono, M., Program, A., Budidaya, S., Pertanian, F.,
Batanghari, U., Studi, P., Perairan, B., Pertanian, F., Batanghari, U., &
Jambi, B. (2019). KELANGSUNGAN HIDUP LARVA IKAN PATIN
SIAM ( Pangasius hypopthalmus ) HASIL PENETASAN TELUR YANG
DIRENDAM EKSTRAK DAUN TEH. Jurnal Akuakultur Sungai dan
Danau, 4(1), 9–14.
Iskandar, A., Mulya, M. A., Bulan, S., Irwan, I., Kristianto, J. D., & Muslim, M.
(2022). TEKNIK PEMBENIHAN IKAN PATIN SIAM Pangasius
hypophthalmus MENGGUNAKAN HORMON UNTUK
MENGHASILKAN BENIH BERKUALITAS. Jurnal Manajemen Riset dan
Teknologi, 3(2), 108–124.
Suhara, A. (2019). TEKNIK BUDIDAYA PEMBESARAN DAN PEMILIHAN
BIBIT IKAN PATIN (STUDI KASUS DI LAHAN LUAS DESA MEKAR
MULYA, KEC. TELUK JAMBE BARAT, KAB. KARAWANG). E-
Journal Universitas Buana Perjuanga Karawang, 1(2), 1–8.
LAMPIRAN

BIODATA PESERTA MAGANG

NAMA : Ahmad Wiranda

NIM : 442021002

PROGRAM STUDI : Akuakultur

ALAMAT : Perumahan Surya Akbar 2 Tanjung Barangan. Jl. Talang


Kepuh Lr. Pulau Petih, Gandus, Kec Gandus, Kota
Palembang, Sumatra Selatan.

NO TELP : 0821-7626-5082

Anda mungkin juga menyukai