Anda di halaman 1dari 26

TEKNIK FASILITASI PARTISIPATIF

A. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Fasilitasi
Fasilitasi berasal dari kata facil yang bermakna
memudahkan. Teknik fasilitasi berarti cara untuk
membuat mudah suatu proses. Orang yang
melakukan fasilitasi disebut sebagai fasilitator.

Fasilitator mendorong peserta untuk percaya diri


dalam menyampaikan pengalaman dan pikirannya,
mengajak peserta dominan untuk mendengarkan. Tugas
fasilitator adalah merencanakan, membimbing, dan
mengelola kelompok atau kelas dalam suatu acara serta
memastikan tujuan tercapai secara efektif dengan
partisipasi peserta yang memadai. Fasilitator
memperkenalkan teknik-teknik komunikasi untuk
mendorong partisipasi. Fasilitator menggunakan media
yang cocok dengan kebutuhan peserta dan membantu
proses belajar/komunikasi menjadi lebih efektif.
Fasilitator memperkenalkan teknik-teknik komunikasi
untuk mendorong partisipasi. Fasilitator menggunakan
media yang cocok dengan kebutuhan peserta dan
membantu proses belajar atau komunikasi menjadi lebih

1
efektif. Peran fasilitator ini harus dikurangi secara
bertahap dan diserahkan kepada peserta. Dengan
membatasi waktu dari fasilitator, proses pembelajaran
bisa diambil alih oleh peserta sehingga pembelajaran
bisa berjalan sebagai inisiatif sendiri.

2. Sikap Fasilitator
Sikap-sikap yang harus dimiliki oleh seorang
fasilitator meliputi:
a. Empati
Ikut merasakan dan menghargai pengalaman
dan perasaan peserta. Tidak meremehkan peserta
dengan hadir sepenuh hati dan sepenuh tubuh.
b. Peka terhadap situasi pertemuan
Mengetahui kapan peserta merasa bersemangat,
bosan, mengantuk, tahu kapan harus bicara, berhenti
dan bertanya.
c. Tidak hanya memikirkan target penyampaian materi
(hasil), melainkan proses belajar para peserta.
d. Percaya diri
Fasilitator yakin mampu mengajak peserta
belajar bersama. Tidak malu meskipun harus
berhadapan dengan peserta yang berbeda usia, kelas
sosial, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain.

2
e. Jujur, terbuka, apa adanya saat merespon peserta
f. Tidak menunjukkan sikap dibuat-buat atau berpura-
pura.
g. Ramah, semangat, dan luwes Mampu membuat
suasana hangat, akrab, dan peserta merasa
diperhatikan.
h. Hormat terhadap peserta secara sederajat
i. Menghargai pengetahuan, pengalaman, tradisi dan
kepercayaan yang dianut peserta.
j. Tidak menonjolkan diri sendiri, menggurui, atau
merasa paling ahli
k. 1Tidak terpancing untuk menjawab setiap
pertanyaan.
l. Obyektif
Obyektif adalah sikap untuk berada pada posisi
netral atau tidak memihak.

3. Fasilitator yang baik


Menjadi fasilitator itu tidak mudah karena
harus mampu untuk memberi kemudahan dalam
segenap proses kegiatan. Berikut ini beberapa tips
untuk menjadi fasilitator yang baik, meliputi:
a. Menjaga kelompok tetap fokus pada tujuan dan
proses.
b. Tetap obyektif.

3
c. Membantu kelompok menentukan arah yang akan
ditempuh dan mencapai tujuannya.
d. Lebih banyak mendengarkan daripada berbicara.
e. Dapat menyesuaikan dengan gaya belajar yang
berbeda-beda.
f. Sensitif terhadap gender dan budaya.
g. Mendorong semua orang berpartisipasi. Setiap orang
berpartisipasi dengan cara yang berlainan. Ada yang
hanya berbicara dalam kelompok kecil, tetapi tetap
berpartisipasi, nmun yang lain mungkin banyak bicara
tetapi sedikit kontribusi.
h. Membantu kelompok mentaati waktu.
i. Memberi semangat atau membuat kelompok rileks
sesuai kebutuhan.
j. Sewaktu-waktu menyimpulkan yang terjadi dalam
pertemuan dan membantu kelompok mengaitkan satu
sesi dengan sesi lainnya.

Seorang fasilitator harus mewaspadai hal-hal berikut


ini:
a. Waspada terhadap tanda-tanda kebingungan peserta.
Peserta saling bertanya pada orang di sebelahnya,
wajah bingung atau frustasi dan sikap menolak, dan
sebagainya).

4
b. Biarkan kelompok bekerja sendiri, jangan melakukan
pekerjaan kelompok.
c. Berkeliling dari kelompok ke kelompok; tetapi jangan
menjadi bagian dari satu kelompok saja karena anda
akan mempengaruhi kelompok itu.
d. Berikan waktu pada setiap kelompok memahami
tugas yang diberikan dan konsep-konsep
pendukungnya.
e. Bahas kembali bagian-bagian pertemuan yang
membingungkan kalau ada peserta yang kelihatannya
mengalami kesulitan.
f. Jangan menganggap diri anda seorang ahli. Ingatkan
kelompok dan diri sendiri bahwa anda adalah
fasilitator. Penting selalu diingat akan keahlian dan
pengalaman yang peserta miliki. Biasakan melibatkan
audien/peserta dengan mengajukan pertanyaan pada
peserta lain, misalnya: “Pertanyaan bagus, dari Ibu
Ari. Bagaimana menurut Ibu Citra?”; “Pertanyaan
yang bagus. Apa ada yang mau menanggapi?
g. Sering-seringlah bertanya: “Apakah ada pertanyaan?”
h. Bersikap fleksibel dan gunakan penilaian anda sendiri
tentang perhatian, energi dan pemahaman kelompok
kemudian sesuaikan dengan waktu seperlunya.

5
Perubahan tidak berarti rencana yang buruk, tetapi
anda mendengar, menyimak dan menyesuaikan
rencana dengan situasi.
i. Jangan lupa waktu istirahat 15-20 menit. Kondisi ini
perlu menjadi perhatian agar peserta enjoy dan tidak
kelelahan dalam megikuti kegiatan.
Seorang fasilitator harus mampu mengenai dan
memahami apabila ada resistensi/penolakan dari
peserta agar dapat mengelola pertemuan dengan baik.

Resistensi itu dapat dikenali dari:


a. Ketika kelompok yang difasilitasi sangat lamban
dalam mengikuti proses atau mencapai kesepakatan,
atau bahkan menolak sama sekali untuk bekerja
sama.
b. Dalam situasi terburuk, mereka mungkin menolak
gagasan-gagasan anda.
c. Mereka menolak untuk mengubah cara berpikir
mereka dan semakin menjadi lebih nyata ketika
orang sekelilingnya mendukung semangat itu.
d. Menghindari kontak mata.
e. Melakukan diskusi kecil terus menerus tanpa
menghiraukan keberadaan anda sebagai fasilitator.

6
f. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
mengalihkan perhatian dari yang menjadi fokus
dalam pertemuan.
g. Tampak secara fisik menarik diri dari kegiatan
diskusi pada pertemuan.
h. Menunjukkan secara terus menerus berbeda
pendapat tentang
pembahasan dalam pertemuan.
i. Interupsi berulang-ulang
j. Mengungkapkan rasa frustasi secara langsung atau
tidak langsung.

Tips menghadapi resistensi/penolakan dalam


memfasilitasi peserta antara lain:
a. Cek perasaan semua peserta/seluruh kelompok
Lemparkan pertanyaan kepada seluruh
kelompok untuk memperoleh pendapat kelompok
tentang masalah yang muncul, misal: “Bagaimana
menurut yang lain?”
b. Pusatkan kembali perhatian
Selalu mengingatkan pokok bahasan, misal: iya
Bu Dewi, apa yang disampaikan ibu, saya pikir
masalah yang berbeda dengan apa yang sedang kita

7
bahas saat ini boleh disimpan dulu untuk kemudian
kita diskusikan?
c. Gunakan bahasa tubuh
Berdirilah dan berjalan menuju tengah-tengah
ruangan, ajak peserta untuk terlibat dengan kontak
mata dan mencondongkan badan ke depan.
d. Gunakan humor yang sepantasnya
Kalau digunakan dengan pantas, humor akan
mengurangi ketegangan. Namun harus menghindari
bercanda yang membuat orang lain ditertawakan.
e. Ingatkan akan norma kelompok
Satu hal yang kita sepakati pada awal
pertemuan adalah norm kelompok sehingga tidak
terjadi diskusi tersendiri. Norma itu harus disepakati
oleh seluruh peserta.
f. Alihkan perhatian
Mengalihkan perhatian agar lebih fokus dapat
dilakukan pada peserta yang resisten. Misal: “Bisa
minta waktu 2 menit lagi sebelum kita lanjutkan ke
kesimpulan?”
g. Jangan mengabaikan atau menghindar.
Memang sulit untuk menghadapi resistensi
ketika kita mendeteksinya. Tetapi, mengabaikan atau

8
menghindar dari resistensi yang ada akan
mengacaukan proses-proses selanjutnya. Bukan
tidak mungkin akan menghentikan (membubarkan)
proses sama sekali.

4. Keterampilan Fasilitator
Keterampilan fasilitator merupakan
serangkaian kemampuan yang harus dikuasai oleh
fasilitator sebelum diterjunkan ke masyarakat.
Keterampilan fasilitator meliputi:
a. Bertanya
Tugas utama fasilitator adalah bertanya,
memancing pengalaman peserta, bukan mengajari.
Pertanyaan yang baik akan membuat peserta belajar
dari pengalamannya dan menemukan solusi sendiri
tanpa merasa digurui dengan cara: 1) Gunakan
pertanyaan yang menggali pengalaman peserta
didasari rasa ingin tahu; 2) Gunakan jenis pertanyaan
terbuka (pertanyaan yang yang jawabannya berupa
cerita), misalnya, “Bisa diceritakan, Bu, apa yang
dilakukan putranya kalau sedang; 3) Awali dengan
pertanyaan mudah yang dapat dijawab langsung
berdasarkan keseharian. Biasanya menggunakan kata

9
tanya apa atau bagaimana; 4) Pertanyaan sensitif,
fasilitator dapat mengggunakan pertanyaan orang
ketiga agar peserta tidak merasa dihakimi atau malu.
Contohnya,
“Menurut Ibu, mengapa ada orang yang tidak
pernah marah pada anaknya?”; dan 5) Saat peserta
terlihat pesimis di tengah diskusi, gunakan pertanyaan
untuk mengajak peserta mengingat keberhasilan di
masa lalu.
b. Mendengar aktif
Fasilitator tidak hanya berkomunikasi satu
arah, melainkan lebih banyak menjadi pendengar.
Menjadi pendengar aktif dapat dilakukan dengan
cara: 1) Simak perkataan peserta. Tanggapi
pembicaraan dengan ekspresi wajah yang sesuai
(senyum, prihatin, dan lainnya); 2) Beri tanggapan
berupa pertanyaan untuk menggali pengalaman
peserta.
Contoh: “Oya?, contohnya bagaimana, Bu?”; 3)
Konfirmasi pendapat peserta dengan menyatakannya
kembali. Jangan terburu-buru menyimpulkan.
Tanyakan apakah pernyataan kita betul; 4) Jangan
memotong pembicaraan, kecuali jika topik sudah jauh

10
melenceng. Ajak peserta kembali ke topik dengan
sopan. Misalnya: “Wah, menarik sekali, Pak.
Mungkin kita lanjutkan kembali nanti, sementara ini
kita kembali ke topik awal, Pak.”

c. Komunikasi
Hal utama yang dilakukan fasilitator
adalah menjalin komunikasi yang baik. Komunikasi
dalam memfasilitasi dapat dilakukan dengan cara: 1)
Bicara atau bertanya dengan bahasa sederhana tapi
jelas; 2) Gunakan kalimat singkat dan langsung ke
tujuan. Misalnya: “Bapak, putra Anda yang SMP itu
masih sering ngajak ngobrol?”; dan 3) Perkenalkan
diri dan hafalkan nama peserta. Supaya bisa
menghafal, gunakan saat memanggil dan ulangi
dalam kalimat. Misalnya, “Ibu
Bapak, ada yang akan menanggapi pertanyaan
ini? Ya, Ibu Asih kan?” (sambil mendekati ibu
tersebut untuk memberikan kesempatan menanggapi.
d. Bahasa tubuh
Bahasa tubuh adalah bentuk komunikasi
non verbal. Komunikasi non verbal meliputi: 1) Tatap
mata peserta. Jangan bicara sambil melihat lantai,

11
langit-langit, atau kertas catatan; 2) Bergerak
secukupnya, misalnya tangan menunjuk pada poster.
Jangan gugup, misalnya tangan memainkan spidol,
kaki melangkah ke depan ke belakang seperti tanpa
tujuan; dan 3) Usahakan setara atau melebur dengan
peserta, misalnya duduk sama rendah ketika peserta
sedang duduk di lantai berdiskusi dan mengerjakan
tugas kelompok
e. Mengarahkan orang
Fasilitator mengarahkan lalu lintas
informasi agar peserta mengalami proses
pembelajaran yang baik. Mengarahkan orang dapat
dilakukan dengan: 1) Pelajari hal yang akan
disampaikan agar pembicaraan tidak melenceng dari
topic; 2) Dorong semua peserta untuk berpartisipasi
dalam menjawab pertanyaan atau diskusi, terutama
peserta yang pendiam. Jangan membiarkan hanya satu
atau dua peserta yang mendominasi; dan 3) Gunakan
jeda, canda, dan pujian untuk mendorong peserta
nyaman berbicara. Jangan mengkritik, mendebat, atau
membela diri. Jika diperlukan mendebat atau
menyanggah pendapat peserta, upayakan peserta lain
juga melakukan.

12
4. Teknik Mendengarkan dan Bertanya
Seorang fasilitator harus menguasai teknik
mendengarkan dan bertanya karena akan mempermudah
proses perubahan. Beberapa teknik mendengarkan dan
bertanya meliputi:

a. Membahasakan Kembali (Paraphrasing)


Membahasakan kembali merupakan teknik
yang paling penting untuk dipelajari. Paraphrasing
membantu pembicara menilai apakah ucapannya
ditangkap atau tidak oleh orang lain. ucapannya
ditangkap atau tidak oleh orang lain. Teknik ini
merupakan dasar dari teknik lainnya. Teknik ini
bersifat menenangkan, membuat peserta paham
bahwa ucapannya dimengerti orang lain. Terutama
digunakan untuk menanggapi jawaban yang berbelit
dan membingungkan.
Cara melakukan paraprashing yaitu gunakan
kalimat sendiri untuk membahasakan kembali
jawaban orang lain. Apabila jawabannya pendek,
bahasakan kembali secara pendek. Apabila
jawabannya panjang, bahasakan kembali dengan
meringkasnya. Awali dengan kalimat seperti:

13
• "Tadi Ibu mengatakan,.. ", Sesudahnya, perhatikan
reaksi orang itu.
Sertai dengan kata, misalnya, "Apa itu yang Ibu
maksud ....".
• “ kedengarannya anda tadi mengatakan bahwa…”
• “ Yang saya tangkap dari pendapat anda adalah …”
• “ Saya memahami yang dikatakan lebih kurang …”

b. Menarik keluar/Menggali lebih jauh


(Drawing people out)
Kondisi ini dilakukan, apabila jawaban lawan
bicara kurang lengkap, sehingga fasilitator perlu
menarik keluar gagasan yang belum dikatakan.
Menggali lebih jauh adalah cara mendukung orang
supaya menjelaskan lebih lanjut ide atau
gagasannya.Teknik ini digunakan apabila lawan
bicara mengalami kesulitan dalam menjelaskan
gagasan.
Cara melakukannya yaitu didahului dengan
teknik membahasakan kembali (Paraphrasing).
Misal:
• "tadi ibu Dewi mengatakan ……………
• Lanjutkan dengan pertanyaan terbuka,seperti,"Bisa
lebih diperjelas?"

14
• Ada juga cara lain. Setelah peserta selesai bicara
sambut dengan kata sambung seperti, "Karena…"
atau "Jadi,…"

c. Memantulkan (Mirroring)
Fasilitator berfungsi sebagai dinding, yang
memantulkan katakata peserta. Mengulang apa yang
dikatakan orang lain persis seperti yang diucapkan
dengan mengulang kembali setiap kata yang
diucapkan. Kadang-kadang ini dibutuhkan untuk
meyakinkan orang-orang tertentu bahwa mereka
betul-betul didengarkan. Tujuannya, meyakinkan
peserta bahwa fasilitator mendengarkan ucapannya.
Biasanya digunakan bila fasilitator ingin menegaskan
bahwa fasilitator tidak memihak. Teknik ini berguna
mempercepat diskusi yang lamban sesuai untuk
memfasilitasi proses curah pendapat.
Jika pembicara mengatakan satu kalimat, ulangi
secara verbatim (persis seperti yang diucapkan). Jika
pembicara mengatakan lebih dari satu kalimat, ulangi
kata kunci atau kalimat pendek.
Cara melakukan mirroring yaitu apabila
peserta mengatakan satu kalimat, ulangi secara

15
verbatim (persis seperti yang diucapkan) atau
pantulkan kata demi kata setepat tepatnya. Tidak
kurang, tidak lebih. Jika pembicara mengatakan lebih
dari satu kalimat, ulangi kata kunci atau kalimat
pendek. Gunakan kata kata peserta, bukan kata kata
fasilitator. Apabila peserta berkata dengan menggebu
gebu, pantulkan dengan nada bicara tenang, karena
yang harus diulang adalah kata-kata peserta bukan
suara pembicara. Tujuan utamanya disini untuk
membangun kepercayaan peserta.

d. Mengumpulkan gagasan (Gathering ideas)


Mengumpulkan gagasan (Gathering
Ideas) adalah teknik mendaftar gagasan secara cepat.
Mengumpulkan gagasan, bukan membahasnya.
Mengumpulkan gagasan adalah keterampilan yang
memadukan antara mirroring dan paraphrasing
ditambah dengan gerakan-gerakan fisik. Dengan
memantulkan ucapan, peserta merasa didengarkan
dan mereka akan ikut menyampaikan gagasan secara
singkat.
Keterampilan mendengar dan memberikan
pengakuan pada pendapat atau gagasan orang dapat

16
mengurangi kecenderungan mereka untuk membela
gagasannya. Kumpulkan gagasan dengan memadukan
teknik membahasakan kembali. Bahkan agar lebih
cepat, gunakan terutama teknik memantulkan
(mirroring). Biasanya dalam 3 sampai 5 kata. Jadi,
kita lebih mudah menuliskannya di papan tulis.

Cara melakukan mengumpulkan gagasan


(Gathering ideas) diawali dengan penjelasan tugas
secara singkat. Kemudian lakukan curah pendapat.
Kumpulkan gagasan sebanyak banyaknya. Tuliskan
gagasan para peserta, apapun yang mereka katakan,
dengan memakai teknik memantulkan atau teknik
membahasakan kembali. Jika para peserta telah
merasa cukup, akhiri proses ini lalu berikan
penghargaan terhadap semua pandangan peserta.
Misalnya : “Dalam 10 menit mendatang, berikan
tanggapan pada usulan ini dengan menyebutkan
kelebihan dan kekurangannya. Saya minta satu
kelebihan lalu satu kekurangan, begitu selanjutnya.
Kita akan membuat dua daftar sekaligus.”

17
e. Mengurutkan (Stacking)
Mengurutkan (stacking) adalah semacam
teknik menyusun antrian bicara, ketika beberapa
orang bermaksud berbicara pada waktu bersamaan.
Dengan teknik ini, setiap orang akan mendengarkan
tanpa gangguan dari orang yang berebut kesempatan
bicara, karena setiap orang tahu gilirannya, tugas
fasilitator menjadi lebih ringan.
Cara melakukan Stacking yaitu fasilitator
meminta peserta yang hendak bicara untuk
mengangkat tangan lalu mengurutkan giliran yang
akan bicara serta mempersilakan peserta untuk bicara
ketika tiba gilirannya. Sesudah peserta terakhir selesai
bicara, fasilitator memeriksa jika ada peserta lain
yang hendak bicara. Jika ada, fasilitator kembali
melakukan teknik mengurutkan.
f. Mengembalikan ke jalurnya (Tracking)
Terkadang beberapa pokok-pokok pikiran
muncul bersamaan dalam sebuah diskusi. Bayangkan
bila ada lima orang yang ingin membicarakan
berbagai akibat dari penumpukan sampah. Empat
orang ingin menghitung biaya pengadaan kereta
pengangkut sampah. Tiga orang tertarik membahas

18
pemanfaatan sampah menjadi pupuk organik. Dalam
situasi seperti ini, mereka perlu dibantu untuk
mengikuti semua topik yang sedang dibicarakan.
Biasanya orang menganggap bahwa apa yang ia
anggap penting seharusnya terpilih menjadi topik
diskusi. Pada keadaan ini, fasilitator bertugas
mengembalikan diskusi ke jalumya. Teknik ini akan
menenangkan orang yang bingung karena gagasannya
tidak mendapatkan sambutan dari orang lain.
Cara melakukan tracking antara lain:
• Mengajak warga untuk kembali pada tema awal.
• Menyebutkan gagasan yang muncul dalam diskusi
• Tanyakan pada kelompok untuk memeriksa
ketepatannya. Berikut adalah contohnya:
"Baiklah, nampaknya ada tiga pembahasan yang
sedang berlangsung saat ini. Pembahasan pertama
menyangkut akibat akibat penumpukan sampah.
Kedua, mengenai peralatan dan kebutuhan biaya.
Ketiga, membahas tentang Pemanfaatan sampah.
Benarkah demikian?" Biasanya teknik ini membuat
orang lebih memahami situasi diskusi. Jika ada yang
mencoba menjelaskan bahwa saran dia penting,

19
tunjukkan perhatian. Namun, jangan bersikap pilih
kasih. Tanyakan juga pendapat orang yang lain.

g. Menguatkan (Encouraging)
Menguatkan (encouraging) adalah teknik
mengajak orang ikut terlibat dalam diskusi, tanpa
membuat mereka tersiksa karena terpaksa menjadi
pusat perhatian. Dalam diskusi biasanya ada peserta
yang hanya duduk dan diam. Diam bukan berarti
malas atau tidak mau tahu. mereka merasa kurang
terlibat. Dengan sedikit dorongan, temukan sesuatu
yang menarik perhatian mereka. Teknik menguatkan
terutama membantu selama tahap awal diskusi, pada
saat para peserta masih menyesuaikan diri. Bagi
peserta yang lebih terlibat, mereka tidak
membutuhkan begitu banyak penguatan untuk
berpartisipasi. Misal:
• "Siapa lagi yang ingin menyumbangkan gagasan?"
• "Sudah ada beberapa pendapat dari perempuan,
sekarang mari kitadengar pendapat dari laki laki."
• "Kita sudah mendengar pendapat Ibu Tini tentang
prinsip prinsip umum memilih kepala desa. Adakah

20
yang dapat memberikan contoh tentang
pelaksanaan prinsip tersebut?"
• "Apakah masalah ini dirasakan oleh semua yang
hadir di sini?"
• "Mari kita dengar pendapat dari teman teman yang
sementara ini belum berbicara"

h. Menyeimbangkan (Balancing)
Jika pembicaraan terjadi dengan beberapa
orang, terkadang ada salah satu yang dominan dalam
menyampaikan pendapatnya. Orang lain yang diam
belum berarti setuju, bisa jadi karena takut tidak
disukai atau malas berargumentasi. Pendapat paling
kuat dalam suatu diskusi seringkali datang dari orang
yang mengusulkan topik diskusi. Mungkin ada
sebagian peserta yang mempunyai pendapat lain, tapi
belum mau bicara.

Teknik menyeimbangkan membantah anggapan


umum bahwa "diam berarti setuju". Teknik
menyeimbangkan gunanya untuk membantu
orang yang tidak bicara karena merasa
pendapatnya pasti tidak disetujui banyak orang.
Dengan teknik menyeimbangkan, fasilitator

21
sebenamya menunjukkan bahwa dalam diskusi orang
boleh menyatakan pendapat apapun. Misalnya:
• "Baiklah, sekarang kita mengetahui pendirian dari
tiga orang.
• Adakah yang lain atau memiliki pendirian
berbeda?"
• "Ada yang punya pandangan lain?"
• "Apakah kita semua setuju dengan ini?"

i. Membuka ruang (Making space)


Teknik membuka ruang adalah teknik
membuka kesempatan kepada peserta yang
pendiam untuk terlibat dalam diskusi. Dalam
setiap diskusi selalu ada yang bicara terus, ada yang
jarang bicara. Pada saat diskusi berlangsung cepat,
orang pendiam dan yang berpikir lambat mungkin
mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri. Ada
orang yang tidak mau berperan banyak, karena tidak
ingin dianggap ingin menang sendiri. Ada pula yang
ikut dalam diskusi sambil meraba raba apakah ia
dapat diterima atau tidak. Banyak juga yang enggan
bicara karena menganggap dirinya bodoh. Maka,
fasilitator perlu membuka ruang partisipasi.
Cara melakukan membuka ruang (making space),
yaitu:

22
• Amati peserta diskusi yang pendiam. Perhatikan
gerak tubuh atau mimik mukanya, apakah
menunjukkan bahwa mereka ada hasrat untuk
bicara?
• Persilakan mereka untuk bicara: "Apakah ada yang
hendak Ibu kemukakan?" "Apakah Bapak ingin
menambahkan sesuatu?" "Kelihatannya anda mau
mengatakan sesuatu?
• Jika mereka mundur, perlakukan mereka dengan
ramah dan segeralah beralih. Tak seorang pun suka
dipermainkan. Setiap orang berhak untuk memilih
kapan ia berpartisipasi.
• Jika si pendiam tampaknya ingin bicara, jika perlu,
tahan orang lain untuk bicara.

j. Diam sejenak (intentional silence)


Diam sejenak (intentional silence) adalah
berhenti bicara selama beberapa detik. Menunggu
sejenak agar si pembicara menemukan apa yang
ingin ia katakan. Banyak orang membutuhkan
keadaan tenang untuk mengenali pemikiran atau
perasaannya. Kadang kadang berhenti bicara beberapa
detik sebelum mengatakan sesuatu yang mungkin

23
berisiko. Ada pula yang diam sejenak untuk
menyusun pikirannya. Gunakan teknik ini jika peserta
diskusi terialu mudah berbicara. Teknik ini akan
mengajak mereka untuk berpikir lebih mendalam.

Cara melakukan diam sejenak (intentional


silence) dengan:
• Hening selama lima detik tampaknya begitu lama.
Banyak orang tak sabar dengan "keheningan"
tersebut. Jika fasilitator mampu melakukannya,
orang lain pun akan mampu.
• Tetaplah tenang. Pelihara kontak mata pada
pembicara.
• Jangan berkata apapun. Bahkan tidak juga
berdehem atau batuk batuk kecil atau menggaruk
dan menggeleng gelengkan kepala. Tetaplah tenang
dan berikan perhatian.
• Jika perlu, angkat tangan untuk memberi isyarat
kepada orang agar tidak memecahkan keheningan.

k. Menemukan kesamaan pemikiran dasar


Teknik menemukan kesamaan pemikiran dasar
terutama berguna ketika peserta diskusi terbelah oleh
perbedaan pendapat. Teknik ini dapat memperjelas

24
letak persamaan dan pertentangan pendapat yang
terjadi dalam, diskusi. Teknik ini dapat
membangkitkan harapan. Membuat peserta tersadar
bahwa meski saling bertentangan, mereka memiliki
kesamaan tujuan. Untuk hal yang dasar mereka
memiliki banyak kesamaan. Misal:
• Katakan bahwa kita akan merangkum hal hal yang
menjadi perbedaan dan persamaan di dalam.
kelompok diskusi.
• Ringkaskan perbedaan perbedaan.
• Catat aspek aspek dasar yang sama
• Periksa catatan tersebut bersama peserta.

25
Referensi:

Aris Slamet Widodo, Hasanah Safriyani, Sutrisno. 2018.


Teknik Fasilitasi dalam Pemberdayaan Masyarakat.
Yogyakarta: Lembaga Penelitian, Publikasi dan
Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.

Chang, Richard Y. 1999. Membangun Tim yang


Dinamis. Jakarta : PT. Gramedia.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Direktorat


Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Dan Pendidikan
Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2019. Modul Teknik Fasilitasi Pelatihan Calon Pelatih
(Pcp) Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Direktorat
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Dan Pendidikan
Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Rianingsih Djohani, Dwi Joko Widyanto, Riza Irfani. 2007.
Panduan Untuk Fasilitator Infomobilisasi Teknik
Fasilitasi Partisipatif Pendampingan
Masyarakat. Jakarta: Tim Partnerships for e-Prosperity
for the Poor (PePP) Bappenas - UNDP

26

Anda mungkin juga menyukai