Anda di halaman 1dari 18

PSIKOLOGI INDUSTRI

TUGAS I
ASSERTIVE COMMUNICATION

Disusun Oleh:
Kelas R5D
Kelompok XII

Naufal Rafi Imamsyah 202144500253


Ibnu Jelael 202144500264
Cicy Fadila 202144500608

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2023
KATA PENGANTAR

Penyusun memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun, sehingga

akhirnya dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah yang berjudul “Assertive Communication” ini disusun untuk

memenuhi salah satu tugas dari Mata Kuliah Psikologi Industri pada Program

Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer. Pada kesempatan

yang baik ini, penyusun menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang dengan tulus dan ikhlas telah memberikan bantuan dan

dorongan kepada penyusun dalam menyelesaikan makalah ini.

Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka

dari itu penyusun berharap kepada Bapak/Ibu Dosen untuk memberikan kritik dan

saran untuk menyempurnakan makalah. Dan penyusun berharap semoga makalah

ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Jakarta, 17 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1

A. Latar Belakang .................................................................................1

B. Rumusan Masalah ............................................................................2

C. Tujuan Penulisan ..............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................3

A. Pengertian Komunikasi Asertif ........................................................3

B. Aspek-Aspek dalam Komnikasi Asertif ...........................................3

C. Pengaruh dalam Komunikasi Asertif ...............................................6

D. Ciri-ciri Komunikasi Asertif ............................................................8

E. Manfaat Komunikasi Asertif ............................................................9

F. Cara Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Asertif ....................10

BAB III PENUTUP ...........................................................................................13

A. Simpulan...........................................................................................13

B. Saran . ...............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia kerja yang semakin kompleks dan dinamis, kemampuan

berkomunikasi dengan efektif menjadi kunci kesuksesan. Seorang karyawan

dan pemimpin perlu mempunyai ketrampilan berkomunikasi yang baik agar

dapat menyampaikan dan menerima pesan tertentu . Salah satu jenis

komunikasi yang paling efektif dan relevan dalam lingkungan bisnis adalah

komunikasi asertif.

Komunikasi asertif didefinisikan sebagai kemampuan seorang dalam

menyampaikan perasaan, keinginan serta keyakinan secara langsung dan jujur

namun tetap memperhatikan perasaan orang lain. Komunikasi asertif menjadi

penting agar komunikasi yang dibangun antara pimpinan dan karyawan dapat

tercipta komunikasi baik dan efektif serta tidak menimbulkan salah persepsi

diantara kedua belah pihak, setiap permasalahan yang dihadapi perlu

dikomunikasikan secara baik agar dapat memperoleh jalan keluar

penyelesaian yang tepat dalam menghadapi masalah yang sedang dihadapi.

Dalam dunia kerja, komunikasi asertif memiliki dampak yang luas.

Organisasi yang mendorong budaya komunikasi asertif seringkali lebih

adaptif terhadap perubahan, lebih efisien dalam menyelesaikan masalah, dan

lebih mampu menjaga karyawan tetap terlibat dan produktif. Karyawan yang

berkomunikasi asertif dapat menghindari kesalahpahaman yang mahal,

mengurangi stres, dan memperkuat hubungan kerja.

1
2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang ada, maka dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pelatihan komunikasi asertif terhadap peningkatan

keterampilan berkomunikasi asertif individu di lingkungan kerja?

2. Apa dampak komunikasi asertif terhadap produktivitas kerja karyawan

dalam sebuah organisasi?

3. Bagaimana komunikasi asertif dapat membantu dalam menciptakan

lingkungan kerja yang baik?

C. Tujuan Penulisan

Rumusan masalah di atas, menghasilkan tujuan yang akan dicapai

dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh pelatihan komunikasi asertif terhadap

peningkatan keterampilan berkomunikasi asertif individu di lingkungan

kerja?

2. Untuk mengetahui dampak komunikasi asertif terhadap produktivitas

kerja karyawan dalam sebuah organisasi?

3. Untuk mengetahui apakah komunikasi asertif dapat membantu dalam

menciptakan lingkungan kerja yang baik?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Asertif

Komunikasi asertif didefinisikan sebagai “ kemampuan untuk

berbicara dan berinteraksi dengan cara yang mempertimbangkan dan

menghormati hak dan pendapat orang lain sambil juga membela hak,

kebutuhan, dan batasan pribadi Anda. ” (Pipas & Jaradat, 2010)

B. Aspek – Aspek dalam Komunikasi Asertif

Aspek – aspek dari komunikasi asertif adalah sebagai berikut :

1. Verbal behavior, terdiri dari:

a. Compliance

Merupakan kemampuan untuk mengatakan tidak. Contoh: Reni

sedang mengerjakan tugas Matematika. Reni mendapatkan SMS dari

Tati tentang ajakan ke rumah Joni. Kemudian Reni membalas: “Maaf

saya tidak dapat memenuhi ajakan kamu karena saya sedang

mengerjakan tugas”.

b. Duration of reply

Merupakan lamanya waktu dalam berbicara. Individu yang

asertif, menunjukkan waktu berbicara itu lama. Contoh: Reni ngobrol

dengan Tati selama 2 jam. Tati adalah pendiam dan Reni komunikatif.

Reni mampu menciptakan komunikasi yang menarik, sehingga ia

mampu membuat Tati terlibat dalam obrolan mereka.

3
4

c. Loudness

Merupakan kejelasan suara dalam berbicara. Contoh: Reni

mempresentasikan tugasnya kepada teman-teman sekelasnya. Ia

bersuara dengan nada, volume, dan intonasi yang tepat sehingga

temantemannya mendengarkan dan memahami apa yang disampaikan

Reni. Request for new behavior Merupakan kemampuan memberikan

saran dan mengeluarkan perasaan sesuai keadaan diri. Contoh: Tati

sedang berjalan di depan Reni dan memakai sepatu yang tidak sesuai

dengan peraturan sekolah, kemudian Reni memberikan saran kepada

Tati: “Tati sebaiknya kamu pulang dulu dan ganti sepatu yang

biasanya kamu pakai karena kamu sudah melanggar salah satu

peraturan sekolah kita.”

d. Affect

Merupakan kemampuan untuk mengelola emosi ketika

berbicara. Contoh: Joni dan Reni sedang melakukan rapat untuk

kegiatan peringatan Hari Kemerdekaan di kampung mereka. Joni

berpendapat bahwa “tidak usah lah menyelenggarakan acara

peringatan Hari Kemerdekaan. Buang-buang duit saja.” Pendapat Tati

bertentangan dengan Joni, tetapi Tati tidak langsung marah dan

menahan emosinya. Dia berusaha mengikuti alur pikir Joni, kemudian

berkata: “Joni, dengan memperingati Hari Kemerdekaan akan

membuat persaudaraan kita lebih erat karena kita akan mengingat

betapa indahnya persatuan pejuang-pejuang kita dalam merebut


5

kemerdekaan dari tangan penjajah.” Mendengar hal itu, Jonipun

langsung tertunduk malu karena tau apa yang dikatakan Reni itu

benar.

e. Latency of response

Merupakan jarak untuk merespon perkataan orang lain. Individu

yang asertif merespon pembicaraan, setelah orang lain selesai

berbicara. Contoh: Reni sedang berbicara dengan Tati. Tati

mengatakan: “Ren, hari ini aku tidak bersemangat dan malas sekolah.”

Mendengar perkataan Tati, Reni tidak langsung menyerobot atau

menolak kata-kata Tati. Dia berhenti sejenak setelah Tati selesai

mengungkapkan perasaannya dan memahami apa yang dikatakan Tati,

kemudian baru menanggapi: “Tat, apa kamu sedang mengalami

masalah ?”

2. Non-verbal behavior, yang terdiri dari:

a. Kontak mata

Yaitu kemampuan untuk memandang lawan bicara atau orang

lain yang dijumpai. King & Gilbert (1996) menerangkan bahwa

kontak mata tidak hanya di awal dan di akhir pembicaraan, melainkan

selama berbicara dan mendengarkan dengan menatap tajam lurus

kepada lawan bicara untuk menunjukkan perhatian padanya.


6

b. Ekspresi Muka

Yaitu memperlihatkan ekspresi yang sesuai dengan perasaan

yang dialami. Misalnya, jika senang memperlihatkan ekspresi senang,

dan jika sedih memperlihatkan ekspresi sedih.

c. Jarak fisik

Merupakan jarak yang tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh

ketika berbicara. Jarak fisik yang baik adalah sepanjang lengan. Jarak

yang terlalu dekat, terkesan mengganggu ruang gerak dan jarak yang

terlalu jauh, dapat menghambat penerimaan pesan yang disampaikan.

d. Sikap badan

Sikap badan orang yang asertif ketika berbicara adalah tegak

atau tidak membungkuk. Sikap ini menunjukkan partisipasi dalam

pembicaraan.

e. Isyarat tubuh

Merupakan kemampuan menggunakan bahasa tubuh yang sesuai

dengan apa yang dikatakan. Hal ini dilakukan untuk memperjelas

kata-kata yang disampaikan kepada lawan bicara. Misalnya Reni

mengajak Tati: “Makan yuk, lapar nih”. (Tati sambil mengelus

perutnya yang keroncongan)

C. Pengaruh dalam Komunikasi Asertif

Kemampuan seseorang dalam berkomunikasi asertif dipengaruhi oleh:

1. Pengalaman: Segala hal yang pernah dialami individu dapat

mempengaruhi individu dalam berkomunikasi. Individu yang memiliki


7

pengalaman dalam kehidupan terutama dalam hal berkomunikasi dengan

oranglain dalam konteks komunikasi yang beraneka ragam, cenderung

mampu berkomunikasi asertif. Contoh: Reni adalah ketua OSIS sewaktu

SMP dan SMA. Pengalaman berkomunikasi di depan forum selama

menjadi ketua, menjadikan Reni mampu berkomukasi secara baik kepada

siapa saja yang dijumpainya.

2. Jenis kelamin: Pada dasarnya laki-laki cenderung lebih mudah untuk

berkomunikasi asertif. Laki-laki tidak begitu peduli dengan

kemungkinan-kemungkinan yang mengkhawatirkan apabila

berkomunikasi asertif,sedangkan perempuan khawatir kemungkinan apa

yang akan terjadi bila dia melakukan ha-lhal tertentu.

3. Kebudayaan: Kebudayaan di lingkungan tempat individu berada sangat

berpengaruh dalam berkembangnya kemampuan berkomunikasi asertif.

Misalnya kebudayaan di Solo yang masih mengunggulkan prinsip sopan

santunnya, mengakibatkan Tati untuk kurang mampu dalam

berkomunikasi asertif, karena masih menganggap bahwa menyampaikan

keinginan yang tegas dan jujur dapat menyinggung orang lain.

4. Tingkat pendidikan: Individu yang memiliki tingkat pendidikan yang

tinggi, cenderung lebih mudah dalam berkomunikasi asertif. Sedangkan

individu yang tingkat pendidikannya rendah, lebih sulit untuk

berkomunikasi asertif.

5. Situasi dan kondisi: Situasi dan kondisi dapat mempengaruhi keasertifan

individu. Individu cenderung berkomunikasi asertif dalam situasi dan


8

kondisi yang menurutnya tepat. Misalnya, ketika rapat pemilihan ketua

OSIS kandidat ketua mengkomunikasikan visi dan misinya secara tegas.

D. Ciri – Ciri Komunikasi Asertif

Lange & Jakubowski (dalam Eskin, 2003) mengemukakan ciri-ciri

komunikasi asertif. Seseorang yang mampu berkomunikasi asertif,

menunjukkan bahwa ia dapat:

1. Menghormati hak orang lain dan diri sendiri

Menghargai hak-hak yang dimiliki orang lain, dan juga

memperhatikan hak diri sendiri. Artinya bahwa siswa tidak selalu

mengiyakan orang lain, namun juga mempunyai pendapat untuk

memilih.

2. Berani mengemukakan pendapat yang lebih tinggi

Mampu menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginan secara jelas

sesuai apa adanya yang berkualitas, tidak “berteletele”, atau tidak

“seronok”..

3. Kejujuran

Mampu mengkomunikasikan pikiran, perasaan, tindakan secara

jujur, tanpa menutupi atau “membuat-buat”.

4. Memperhatikan situasi dan kondisi

Mampu melihat waktu, lokasi, hubungan, dan intensitas

komunikasi. Di mana dia berada, dengan siapa dia berbicara, apa yang

dibicarakan mampu diperhatikan agar terciptalah konteks komunikasi

yang tepat.
9

5. Bahasa tubuh

Mampu menunjukkan bahasa tubuh yang tepat sesuai dengan

konteks komunikasi. Misalnya, ketika berpendapat Reni mengacungkan

jari ingin berpedapat, ketika berjalan di depan Guru Reni

membungkukkan badan, dan ketika menenangkan temannya yang sedang

sedih Reni mengelus pundak temannya.

E. Manfaat Komunikasi Asertif

Komunikasi asertif bermanfaat dalam setiap kehidupan di lingkungan

pribadi, sosial, belajar, dan karier. Adapun manfaat yang dapat diperoleh

dengan komunikasi secara asertif adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan self esteem dan self confidence dalam mengekspresikan

diri sendiri.

2. Dapat berhubungan dengan orang lain dengan konflik, kekhawatiran dan

penolakan yang lebih sedikit.

3. Dapat bernegosiasi lebih produktif dengan orang lain.

4. Membuat individu lebih relaks, karena tahu bahwa dia hampir bisa

mengatasi semua situasi dengan baik.

5. Membantu individu fokus pada kondisi saat ini, daripada terlalu

memperhatikan hal yang terjadi di masa lampau atau masa depan.

6. Dapat mempertahankan “penghargaan terhadap diri sendiri” tanpa

mengacuhkan pihak lain dan ini dapat membangun penghargaan terhadap

diri dari pihak lain.


10

7. Meningkatkan hubungan antar manusia pada pekerjaan dan mengurangi

kesalahpahaman.

8. Meningkatkan keyakinan diri dengan mengurangi keinginan untuk

menyesuaikan diri dengan standar orang lain dan keinginan mendapat

persetujuan mereka.

9. Membiarkan orang lain menjalankan hidupnya dengan hasil yang mereka

pilih, tanpa kita berusaha mengontrol mereka sehingga mengurangi

ketegangan yang mungkin timbul.

10. Merupakan satu-satunya strategi yang dapat memperkaya hubungan

dengan orang lain.

F. Cara Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Asertif

1. Kesadaran Diri

Mulailah dengan meningkatkan kesadaran diri tentang cara

berkomunikasi. Perhatikan apakah cenderung menjadi terlalu agresif atau

terlalu pasif dalam berbicara. Kenali juga emosi dan perasaan ketika

berinteraksi dengan orang lain.

2. Latih Keterampilan Mendengarkan

Mendengarkan dengan empati merupakan aspek penting dari

komunikasi asertif. Praktikkan keterampilan mendengarkan aktif dengan

memberikan perhatian penuh pada apa yang dikatakan orang lain tanpa

menginterupsi.
11

3. Tingkatkan Keterampilan Bahasa Tubuh

Ekspresi wajah, kontak mata, dan sikap tubuh berpengaruh pada

komunikasi. Cobalah untuk memperbaiki bahasa tubuh agar lebih terbuka

dan mendukung pesan asertif yang ingin disampaikan.

4. Berlatih Mengungkapkan Perasaan dan Kebutuhan

Pelajari cara mengungkapkan perasaan dan kebutuhan dengan jelas

dan tegas tanpa merendahkan orang lain. Gunakan kata-kata yang positif

dan hindari kata-kata yang menuduh atau menyerang.

5. Kenali dan Hargai Batas Pribadi

Pahami batas pribadi Anda dan belajar untuk menghargai batas

pribadi orang lain. Jika Anda merasa tidak nyaman dengan sesuatu, jangan

ragu untuk menyampaikan batas Anda dengan tegas.

6. Praktik Peran

Cobalah berlatih dengan peran main atau simulasi untuk

menghadapi situasi komunikasi yang menantang. Ini membantu Anda

merasa lebih percaya diri dalam menghadapi situasi sebenarnya.

7. Berbicara dengan Diri Sendiri

Berbicaralah dengan diri sendiri atau berlatih di depan cermin

untuk membiasakan diri dengan cara berbicara asertif. Hal ini membantu

Anda menjadi lebih percaya diri ketika berbicara dengan orang lain.
12

8. Terima Kritik dengan Baik

Belajar untuk menerima kritik dengan sikap terbuka dan berusaha

untuk memahami sudut pandang orang lain. Jangan langsung defensif,

tetapi berterima kasih atas umpan balik yang diberikan.

9. Tetap Tenang dalam Konflik

Ketika berhadapan dengan konflik, usahakan untuk tetap tenang

dan berbicara dengan sopan. Jangan biarkan emosi menguasai saat

berkomunikasi dalam situasi yang menegangkan.

10. Jangan Berhenti Berlatih

Perkembangan komunikasi asertif memerlukan waktu dan latihan

terus-menerus. Jangan berhenti berlatih dan selalu mencari peluang untuk

meningkatkan keterampilan komunikasi asertif Anda.


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan penjelasan diatas mengenai Komunikasi Asertif

(Assertive Communication), dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengaruh pelatihan komunikasi asertif terhadap peningkatan keterampilan

berkomunikasi asertif individu di lingkungan kerja adalah bahwa

pelatihan tersebut dapat membantu individu menyampaikan pendapat

dengan jelas dan tegas tanpa mengabaikan hak dan perasaan orang lain,

serta mengatasi konflik dengan cara yang konstruktif. Melalui pelatihan

ini, individu dapat meningkatkan kepercayaan diri, keterampilan dalam

bernegosiasi, dan kemampuan mengungkapkan kebutuhan dan harapan

mereka dengan lebih efektif, yang semuanya dapat berkontribusi pada

meningkatnya kualitas komunikasi mereka di lingkungan kerja.

2. Komunikasi asertif memiliki dampak positif terhadap produktivitas kerja

karyawan dalam sebuah organisasi, yaitu Karyawan yang dapat

berkomunikasi asertif merasa lebih dihargai dan didengar. Hal ini dapat

meningkatkan kepuasan kerja mereka, yang pada gilirannya dapat

meningkatkan produktivitas karena mereka lebih termotivasi untuk

berkinerja lebih baik.

3. Misalkan seorang atasan memberikan umpan balik kepada bawahannya

dengan cara yang asertif. Mereka mengakui prestasi dan memberikan

saran perbaikan dengan cara yang menghormati dan memotivasi. Ini

13
14

4. menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa didukung untuk

berkembang.

B. Saran

Adapun saran yang diharapkan dari hasil pembahasan tentang

Komunikasi Asertif (Assertive Communication), yaitu untuk meningkatkan

komunikasi asertif di dunia kerja, mahasiswa dapat mulai dengan

mengambil kursus atau pelatihan komunikasi asertif selama masa studi

mereka. Selain itu, bergabung dalam kelompok diskusi, organisasi,

atau klub yang mendorong praktik komunikasi asertif dapat

membantu. Praktik komunikasi asertif dalam proyek kelompok,

magang, atau kerja paruh waktu juga penting. Kesadaran diri dan

kemauan untuk terus belajar serta menerima umpan balik akan

mendukung perkembangan komunikasi asertif di dunia kerja.


DAFTAR PUSTAKA

Barida, M. (2016). Modul Assertiveness Training Untuk Meningkatkan

Komunikasi Asertif . Bantul: K-Media.

Ki, Max. (2023, 4 Agustus). Komunikasi Asertif : Pengertian, Manfaat, Contoh, dan

Cara Meningkatkannya. Diakses pada 17 September 2023, dari

https://umsu.ac.id/berita/komunikasi-asertif-pengertian-manfaat-contoh-

dancarameningkatkannya/#:~:text=Komunikasi%20asertif%20adalah%2

0gaya%20komunikasi,merendahkan%20atau%20mengintimidasi%20ora

ng%20lain.

Lonczak, Heather . (2020, 3 September). What Is Assertive Communication? 10

Real-Life Examples. Diakses pada 18 September 2023, dari

https://positivepsychologycom.translate.goog/assertivecommunication/?_x

_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc.

Anda mungkin juga menyukai