Anda di halaman 1dari 63

STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA HALAL DI

PESANTREN WISATA PABANGBON, LEUWILIANG,


KABUPATEN BOGOR

ATIKAH SYAHIDAH YUSMANIKA PUTRI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2023
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Strategi
Pengembangan Wisata Halal di Pesantren Wisata Pabangbon, Leuwiliang,
Kabupaten Bogor” adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2023

Atikah Syahidah Yusmanika Putri


NIM H54190005
ABSTRAK
ATIKAH SYAHIDAH YUSMANIKA PUTRI. Strategi Pengembangan
Wisata Halal di Pesantren Wisata Pabangbon, Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Dibimbing oleh NENENG HASANAH dan YEKTI MAHANANI.

Data dari BPS Kabupaten Bogor (2022), jumlah wisatawan mengalami


penurunan. Padahal Kabupaten Bogor memiliki potensi sumber daya alam yang
indah, salah satunya objek wisata Pesantren Wisata Pabangbon. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi aspek kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman,
serta merumuskan strategi pengembangan wisata halal di Pesantren Wisata
Pabangbon. Metode penelitian ini adalah Analytic Network Process (ANP) dengan
pendekatan SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Hasil menunjukkan
bahwa aspek peluang menjadi prioritas utama. Prioritas utama variabel kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman secara terturut-turut yaitu terdapat taman dan
pemandangan alam yang indah, pihak pengelola Pesantren Wisata Pabangbon
belum memiliki networking yang baik dengan pihak-pihak yang berkepentingan,
wahana yang beragam di Pesantren Wisata Pabangbon memunculkan
keingintahuan masyarakat untuk berkunjung, dan kurangnya literasi dan
pengetahuan masyarakat sekitar destinasi wisata terkait konsep halal. Strategi yang
direkomendasikan yaitu membuat beberapa jenis paket wisata yang sesuai dengan
target pasar.

Kata kunci: ANP-SWOT, pesantren wisata pabangbon, strategi pengembangan

ABSTRACT
ATIKAH SYAHIDAH YUSMANIKA PUTRI. Halal Tourism Development
Strategy at Pesantren Wisata Pabangbon, Leuwiliang, Bogor. Supervised by
NENENG HASANAH and YEKTI MAHANANI.

Based on data from BPS of Bogor Regency (2022), the number of tourists in
Bogor Regency has experienced a degression. Despite of Bogor Regency has the
potential for nice natural resources, one of them is Pesantren Wisata Pabangbon.
This research aims to identify the strengths, weaknesses, opportunities, threats, then
formulate a strategy for the development of halal tourism at Pabangbon. The
research method used is Analytic Network Process (ANP) with a SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities, Threats) approach. The results indicate that the
opportunities aspect is the priority. The main priorities for each aspect, strengths,
weaknesses, opportunities, and threats, are as follows: there are beautiful parks and
natural landscapes, the management of Pabangbon lacks good networking with
relevant stakeholders, the variety of attractions at Pabangbon sparks curiosity
among the public to visit, and the lack of literacy and knowledge among the local
community regarding the halal concept in tourist destinations. The recommended
strategy is to create various types of tour packages that are suitable for the target
market.

Keywords: ANP-SWOT, development strategy, pesantren wisata pabangbon


© Hak Cipta milik IPB, tahun 2023
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa


mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut
tidak merugikan kepentingan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh


karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA HALAL DI
PESANTREN WISATA HALAL, LEUWILIANG,
KABUPATEN BOGOR

ATIKAH SYAHIDAH YUSMANIKA PUTRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana pada
Departemen Ilmu Ekonomi Syariah

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2023
Tim Penguji pada Ujian Skripsi:
1 Dr. Khalifah Muhamad Ali, S.Hut., M.Si
2 Ahmad Syahirul Alim, Lc., M.Pdi
Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Wisata Halal di Pesantren Wisata
Pabangbon, Leuwiliang, Kabupaten Bogor
Nama : Atikah Syahidah Yusmanika Putri
NIM : H54190005

Disetujui oleh

Pembimbing 1:
Dr. Neneng Hasanah S.Ag., M.A.
__________________

Pembimbing 2:
Yekti Mahanani SE, M.Sc.IBF __________________

Diketahui oleh

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Syariah:


Dr. Khalifah Muhamad Ali, S.Hut., M.Si
NIP. 198603102014041001
__________________

Tanggal Ujian: 1 Agustus 2023 Tanggal Lulus:


PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanaahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Strategi Pengembangan Wisata Halal di Pesantren Wisata Pabangbon, Leuwiliang,
Kabupaten Bogor”. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah mendukung dan membantu selasa proses pembuatan skripsi ini:
1. Orang tua penulis Ayahanda Usman Umar dan Ibunda (Almh) Hafsah Idris
yang telah memberikan doa, dukungan, dan kasih sayang.
2. Ibu Dr. Neneng Hasanah S.Ag., M.A dan Ibu Yekti Mahanani SE, M.Sc.IBF
selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberikan
saran dalam proses penyusunan skripsi.
3. Seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi Syariah atas ilmu yang
diberikan selama proses perkuliahan di IPB.
4. Seluruh narasumber dan responden penelitian yang telah bersedia membantu
dan meluangkan waktu dalam penelitian ini.
5. Athifah Azzahrah selaku saudari yang telah memberikan doa, dukungan, dan
motivasi.
6. Teman-teman Omda dan UKM terkhusus Aisyah, Naurah, Farhan, Amira,
Ibel, Fariz, Tata, Jasmine, Adinda, Annisa, dan Indria yang telah membantu
selama pengambilan data.
7. Rekan bimbingan dan keluarga besar Ekonomi Syariah Angkatan 56
terkhusus Diva dan Syaima yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan
membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
Penulis berharap dengan adanya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penelitian-
penelitian selanjutnya.

Bogor, Agustus 2023

Atikah Syahidah Yusmanika Putri


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 4
1.4 Manfaat 4
1.5 Ruang Lingkup 4
II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Pariwisata 5
2.2 Wisata Halal 5
2.3 Strategi Pengembangan 6
2.4 Pesantren wisata 6
2.5 Gambaran Umum Analisis SWOT 7
2.6 Penelitian Terdahulu 7
2.7 Kerangka berpikir 8
III METODE PENELITIAN 10
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 10
3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian 10
3.3 Metode Pengumpulan Data 10
3.4 Metode Analisis Data 11
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 13
4.1 Gambaran Umum Pesantren Wisata Pabangbon 13
4.2 Analisis SWOT Wisata Halal di Pesantren Wisata Pabangbon 14
4.3 Hasil Analisis ANP 19
4.4 Strategi Pengembangan Wisata Halal di Pesantren Wisata Pabangbon,
Leuwiliang, Kabupaten Bogor 22
V SIMPULAN DAN SARAN 27
5.1 Kesimpulan 27
5.2 Saran 27
DAFTAR PUSTAKA 28
LAMPIRAN 31
RIWAYAT HIDUP 51
x

DAFTAR TABEL

1. Jumlah Wisatawan di Kabupaten Bogor Tahun 2019-2021 3


2. Matriks SWOT 7
3. Daftar Narasumber 10
4. Perbandingan Skala Verbal dan Skala Numerik 11
5. Variabel dalam Model Penelitian 15
6. Strategi Berdasarkan Kombinasi SWOT 23

DAFTAR GAMBAR

1. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata di Kabupaten Bogor 1


2. Jumlah Kunjungan Wisatawan Pesantren Wisata Pabangbon 2
3. Kerangka Pemikiran 9
4. Tahapan Penelitian oleh Ascarya 11
5. Lokasi penelitian 13
6. Jaringan ANP 19
7. Aspek SWOT 20
8. Aspek Kekuatan 20
9. Aspek Kelemahan 21
10. Aspek Peluang 21
11. Aspek Ancaman 22
12. Prioritas Strategi Pengembangan Wisata Halal di Pesantren Wisata
Pabangbon 26

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner penelitian 32
2. Nilai normalized by cluster 46
3. Perhitungan Kendall’s Coefficient of Concordance (W) 47
4. Hasil pengolahan data 49
1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor pariwisata telah menjadi salah satu industri yang memberikan
dukungan bagi perekonomian global. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan mengartikan pariwisata sebagai aktivitas perjalanan yang
disertai berbagai fasilitas dan pelayanan yang diberikan oleh masyarakat,
pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah ([UU] 2009). Di Indonesia,
pariwisata menjadi salah satu sektor andalan dalam meningkatkan pendapatan
nasional dan penyumbang devisa negara (Umagapi dan Ambarita 2018).
Berdasarkan Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata tahun 2019, sektor
pariwisata di Indonesia menyumbang devisa negara sebesar 5,5% atau sejumlah
280 triliun rupiah.
Bersamaan dengan perkembangan industri pariwisata, muncul istilah baru
dalam industri pariwisata yaitu pariwisata syariah (Rimet 2019). Fatwa Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah mendefinisikan
pariwisata syariah sebagai jenis pariwisata yang mengikuti prinsip-prinsip syariah
(DSN-MUI 2016). Dalam Kitab Suci Alquran melalui Q.S. Al-Mulk ayat 15 yang
berbunyi “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-
lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah
menyatakan sifat Rahman-Nya yang berarti tidak hanya menciptakan sarana dan
prasarana bagi manusia, melainkan juga memudahkan mereka dalam menjalani
kehidupan di Bumi. Menurut Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019, Indonesia
menjadi tujuan pariwisata halal terbaik di dunia.
Jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata di Kabupaten Bogor
menunjukkan angka pertumbuhan yang positif. Hingga munculnya pandemi Covid-
19 membuat beberapa negara, salah satunya Indonesia, memberlakukan kebijakan
pembatasan jumlah wisatawan (BPS 2021). Berdasarkan data dari BPS (2021),
jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata di Kabupaten Bogor dari tahun 2019
hingga tahun 2020 menurun drastis. Data tersebut dapat dilihat seperti yang
disajikan pada Gambar 1.

5,000,000
Jumlah Kunjungan

4,000,000
3,000,000
2,000,000
1,000,000
0
2018 2019 2020 2021
Tahun

Gambar 1 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata di Kabupaten Bogor


Sumber: BPS 2021 (diolah)
2

Setelah adanya pandemi Covid-19, wisatawan memilih tujuan wisata yang


lebih aman. Pandemi Covid-19 menghadirkan sebuah pandangan terkait pentingnya
hidup sehat, mulai dari kebersihan diri sendiri hingga kebersihan lingkungan
sekitar. Hal tersebut sesuai dengan salah satu prinsip umum pariwisata syariah yaitu
memberikan manfaat dan keberkahan baik dalam hal materi maupun Rohani. Oleh
karena itu, wisata halal berpotensi menjadi pilihan bagi wisatawan yang hendak
berlibur pascapandemi.
Tahun 2019, Provinsi Jawa Barat berhasil meraih penghargaan sebagai
Destinasi Wisata Halal Unggulan menurut Indonesia Muslim Travel Index (IMTI).
Di samping itu, Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat pertama sebagai wilayah
di Indonesia dengan populasi Muslim terbesar, mencapai 48.029.215 jiwa.
(Dukcapil Kemendagri 2022). Salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yaitu
Kabupaten Bogor memiliki jumlah penduduk Muslim terbanyak di Provinsi Jawa
Barat yaitu 4.867.370 orang (BPS Jawa Barat 2021). Kabupaten Bogor masuk ke
dalam wilayah yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi geopark. Terdapat 15
kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah berpotensi menjadi geopark salah
satunya yaitu Kecamatan Leuwiliang (Resliana et al. 2021).
Kecamatan Leuwiliang memiliki potensi sumber daya alam yang tinggi.
Objek wisata yang populer di antaranya yaitu Desa Wisata Pabangbon dan
Perkebunan Teh Cianten. Desa Wisata Pabangbon dikelola oleh pemerintah desa
dan terletak di salah satu desa di Kecamatan Leuwiliang yaitu Desa Pabangbon.
Ada pun Perkebunan Teh Cianten dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara VIII dan
terletak di Desa Purasari dan Desa Purwabakti. Selain objek wisata tersebut,
terdapat juga objek wisata yang berpotensi menjadi wisata halal di Kecamatan
Leuwiliang yaitu Pesantren Wisata Pabangbon.
Pesantren Wisata Pabangbon merupakan objek wisata yang terletak di
Kecamatan Leuwiliang dan sudah beroperasi sejak 1 Juli 2021. Pesantren Wisata
Pabangbon memiliki beberapa wahana yang menjadi ciri khas seperti arena berkuda
dan arena memanah. Sebagian besar hasil pendapatan dari tiket masuk akan
digunakan untuk pembangunan pesantren serta fasilitas objek wisata lainnya.

50
Jumlah Wisatawan (orang)

45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

Bulan

Gambar 2 Jumlah Kunjungan Wisatawan Pesantren Wisata Pabangbon


Sumber: Pengelola Pesantren Wisata Pabangbon (2023)
3

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat jumlah wisatawan di Pesantren Wisata


Pabangbon terus meningkat. Meningkatnya jumlah wisatawan membuat pihak
Pesantren Wisata Pabangbon melihat peluang untuk membuka lapangan pekerjaan
bagi masyarakat sekitar salah satunya dengan menjadi penjaga keamanan.
Pesantren Wisata Pabangbon mematuhi persyaratan untuk menjadi destinasi wisata,
termasuk menjaga kebersihan dan sanitasi, menghormati nilai-nilai sosial budaya
sesuai prinsip syariah, menyediakan fasilitas untuk ibadah, menyajikan makanan
dan minuman yang halal, serta menghindari kegiatan yang bertentangan dengan
prinsip syariah. Hal ini menjadikan Pesantren Wisata Pabangbon berpotensi
menjadi destinasi wisata halal yang dapat dikembangkan.

1.2 Rumusan Masalah

Kabupaten Bogor menyajikan banyak pilihan objek wisata yang dapat


dinikmati oleh berbagai kalangan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Terutama di Kecamatan Leuwiliang ada beberapa objek wisata yang terkenal salah
satunya adalah Pesantren Wisata Pabangbon. Namun, bila dilihat dari tabel jumlah
kunjungan wisatawan ke objek wisata dapat diketahui bahwa Kabupaten Bogor
mengalami penurunan jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara
dari tahun 2019 hingga tahun 2021.
Tabel 1 Jumlah Wisatawan di Kabupaten Bogor Tahun 2019-2021

Jumlah Kunjungan Wisatawan


Tahun Jumlah
Nusantara Mancanegara

2019 9.397.067 323.518 9.720.585


2020 5.057.335 60.552 5.117.887
2021 6.453.345 2.609 6.455.954
Sumber: BPS Kabupaten Bogor (2022).

Pesantren Wisata Pabangbon merupakan objek wisata yang memiliki konsep


unik dibanding dengan objek wisata lainnya di Kecamatan Leuwiliang. Pesantren
Wisata Pabangbon buka secara resmi pada bulan Mei 2020 dan dikelola oleh
Yayasan Fiqih Wanita Indonesia (YFWI). Objek wisata ini dinamakan pesantren
wisata karena terdapat pesantren di dalamnya. Selain itu, di dalam Pesantren Wisata
Pabangbon terdapat arena bermain anak, arena berkuda, arena memanah, kolam
renang, kolam ikan untuk terapi, taman bunga, taman kelinci, kafe dan resto, area
camping, area outbound dan air terjun. Pesantren Wisata Pabangbon memiliki
potensi untuk dikembangkan sebagai wisata halal. Selain itu, Pesantren Wisata
Pabangbon juga dapat menjadi salah satu objek wisata yang mampu meningkatan
jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Bogor. Namun, Pesantren Wisata
Pabangbon masih membutuhkan pengembangan dari berbagai aspek, meliputi
aspek internal dan aspek eksternal. Aspek internal meliputi aspek kekuatan dan
kelemahan, sedangkan aspek eksternal meliputi aspek peluang dan ancaman. Hal
4

ini menjadi latar belakang untuk melakukan penelitian terkait strategi


pengembangan Pesantren Wisata Pabangbon.
Mengacu pada latar belakang permasalahan, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman Pesantren Wisata
Pabangbon?
2. Bagaimana strategi pengembangan wisata halal di Pesantren Wisata
Pabangbon?

1.3 Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman Pesantren
Wisata Pabangbon.
2. Menganalisis strategi pengembangan wisata halal di Pesantren Wisata
Pabangbon.

1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak,
termasuk:
1. Bagi pihak pengelola, sebagai upaya memaksimalkan wisata halal di
Pesantren Wisata Pabangbon.
2. Bagi pemerintah, sebagai referensi dalam membuat kebijakan untuk
mengembangkan wisata halal di Pesantren Wisata Pabangbon.
3. Bagi akademisi, sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya terutama
terkait penelitian wisata halal di Pesantren Wisata Pabangbon.

1.5 Ruang Lingkup


Ruang lingkup penelitian ini yaitu terkait strategi pengembangan wisata halal
di Pesantren Wisata Pabangbon, Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Penelitian ini
mengggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh dari jurnal-jurnal
rujukan yang digunakan dalam menyusun analisis SWOT. Dalam pengolahan data,
metode analisis yang digunakan adalah Analytic Network Process (ANP) dengan
menggunakan pendekatan Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats
(SWOT).
5

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata
Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
pariwisata didefinisikan sebagai berbagai fasilitas dan pelayanan yang disediakan
oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Perkembangan
industri pariwisata dekade terakhir mengalami pertumbuhan yang fluktuatif akibat
beberapa peristiwa (Antara dan Sumarniasih 2017). Menurut Bank Indonesia,
pariwisata dianggap sebagai sektor yang paling efektif untuk meningkatkan devisa
Indonesia. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan sumber daya yang diperlukan untuk
mengembangkan pariwisata yang terdapat di dalam negeri (Rahma 2020).
Pariwisata dapat dianggap sebagai suatu kegiatan yang rumit dan dapat dipahami
sebagai suatu sistem yang besar yang terdiri dari berbagai unsur seperti ekonomi,
lingkungan, politik, sosial, dan budaya (Rusyidi dan Fedryansah 2018).
Berhubungan dengan pariwisata, terdapat istilah usaha pariwisata. Usaha
pariwisata adalah bisnis yang menyediakan produk dan/atau layanan untuk
memenuhi kebutuhan dan permintaan para wisatawan serta mengelola aspek-aspek
pariwisata (UU 2009). Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan mencakup berbagai usaha pariwisata, antara lain:
1. Objek wisata
2. Kawasan pariwisata
3. Layanan transportasi wisata
4. Layanan perjalanan wisata
5. Restoran dan kafe
6. Akomodasi
7. Kegiatan hiburan dan rekreasi
8. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
9. Informasi pariwisata
10. Jasa konsultan pariwisata
11. Layanan pemandu wisata
12. Wisata air/tirta
13. Spa

2.2 Wisata Halal


Terjadi peningkatan yang signifikan dalam tujuh sektor ekonomi Islam,
termasuk dalam bidang kuliner, keuangan, industri asuransi, fashion, kosmetik,
farmasi, hiburan, dan pariwisata (Abrori 2020). Wisata halal adalah aktivitas wisata
di mana seseorang atau sekelompok orang mengunjungi tujuan tertentu untuk
refreshing, pengembangan diri, atau eksplorasi keunikan daerah wisata dengan
mematuhi prinsip-prinsip syariah (DSN-MUI 2016). Menurut Fatwa Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah, prinsip umum
dalam menyelenggarakan pariwisata halal yaitu wajib terhindar dari musyrik,
maksiat, mafsadat, israf, dan munkar, selain itu wajib menciptakan maslahat dan
manfaat secara material dan spiritual. Kehadiran pasar global gaya hidup halal
menjadi peluang bagi Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas penduduk
beragama Islam dan memiliki jumlah populasi muslim terbesar, salah satunya
6

melalui pengembangan pariwisata halal (Sayekti 2019). Wisata halal umumnya


dimanfaatkan oleh banyak orang karena bersifat universal (Jaelani 2017). Prospek
dan potensi perkembangan pariwisata halal di masa depan dianggap menjanjikan
(Adinugraha et al. 2018). Di masa depan, konsep pariwisata halal diharapkan akan
menjadi bisnis yang menarik minat banyak pelaku industri pariwisata. Di Indonesia,
wisata halal telah dikembangkan menjadi program nasional oleh Kementerian
Pariwisata (Nisa 2022).
Terdapat ketentuan destinasi wisata halal yaitu (DSN-MUI 2016):
1. Destinasi wisata halal harus bertujuan untuk:
a. Mewujudkan kemaslahatan
b. Memberikan pencerahan, kesegaran, dan ketenangan
c. Menjamin amanah, keamanan, dan kenyamanan
d. Menciptakan kebaikan yang universal dan inklusif
e. Menjaga kebersihan, alam, sanitasi, dan lingkungan
f. Menghormati nilai-nilai kearifan lokal yang sesuai dengan prinsip syariah
2. Destinasi wisata harus menyediakan:
a. Fasilitas ibadah yang layak, terjangkau, dan sesuai dengan syariat
b. Makanan dan minuman yang memiliki sertifikasi halal dari MUI
3. Destinasi wisata halal harus bebas dari:
a. Praktik musyrik dan khurafat
b. Perilaku maksiat, zina, pornografi, tindakan tidak senonoh, minuman
keras, narkoba, dan perjudian.

2.3 Strategi Pengembangan


Strategi merupakan rencana yang dari sebuah organisasi yang bertujuan untuk
mencapai sesuatu (Sonatasia et al. 2020). Menurut Afridhal (2017), strategi
pengembangan merupakan rencana yang melibatkan keputusan manajemen dalam
mengembangkan suatu usaha untuk direalisasikan. Pengembangan kawasan wisata
wajib memenuhi 4 komponen aset kepariwisataan (Sugiama 2013):
1. Atraksi wisata: Suatu objek yang menarik perhatian seseorang untuk datang
ke tempat di mana objek tersebut bisa dinikmati atau disaksikan.
2. Aksesibilitas: Penyediaan prasarana dan sarana transportasi agar wisatawan
dapat mencapai wisata yang dituju.
3. Ameniti: Sejumlah fasilitas yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan
akomodasi, tempat untuk menyantap makanan dan minuman, area hiburan,
tempat perbelanjaan, serta layanan lainnya seperti fasilitas kesehatan,
perbankan, dan keamanan.
4. Ansilari: Tersediannya berbagai organisasi yang bertujuan memfasilitasi dan
mendorong pengembangan serta pemasaran pariwisata di destinasi yang
dituju.

2.4 Pesantren wisata


Pesantren adalah tempat pendidikan Islam yang terdapat tokoh utama yang
disebut kiai serta dibantu oleh dewan guru, selain itu terdapat juga para santri yang
menuntut ilmu sembari menetap di pesantren (Firmansyah 2022). Unsur-unsur
sistem pendidikan pesantren terbagi sebagai berikut (Shiddiq 2015):
1. Pihak yang terlibat: kyai, ustad, santri, dan pengelola
7

2. Fasilitas fisik: masjid, kediaman kiai, asrama ustad, asrama santri, gedung
sekolah, makam, dan lain-lain.
3. Fasilitas non-fisik: kurikulum, kitab-kitab, tata tertib, keterampilan, dan
sarana pendidikan lainnya.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
menyebutkan bahwa wisata merupakan perjalanan yang dilakukan dengan tujuan
untuk rekreasi atau memperlajari daya tarik dari tempat yang dikunjungi.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pesantren wisata
merupakan konsep pengembangan pesantren dengan memperhatikan potensi
menjadi destinasi wisata halal (Djawahair 2018).

2.5 Gambaran Umum Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah sebuah metode analisis yang digunakan untuk


memahami suatu tempat, terutama dalam situasi yang kompleks dengan
mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal yang signifikan (Cadith et
al. 2022). Analisis SWOT terbagi menjadi empat komponen yaitu kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman. Analisis SWOT mampu mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan berdasarkan unsur di lingkungannya, sedangkan peluang
dan ancaman diidentifikasi berdasarkan unsur di luar dari lingkungannya
(Nurohman dan Qurniawati 2021).
Tabel 2 Matriks SWOT
Internal
Eksternal Strengths (S) Weaknesses (W)
Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO
Strategi yang dihasilkan Strategi yang dihasilkan
dengan menggunakan dengan memanfaatkan
kekuatan untuk peluang untuk mengatasi
memanfaatkan peluang. kelemahan.
Threats (T) Strategi ST Strategi WT
Strategi yang dihasilkan Strategi yang dihasilkan
dengan menggunakan dengan memperkecil
kekuatan untuk kelemahan dan
menghindari ancaman. menghindari ancaman.
Sumber: Wheelen dan Hunger (2012)

2.6 Penelitian Terdahulu


Penelitian yang dilakukan oleh Hariani dan Dinitri (2020) mengkaji upaya
pengembangan pariwisata halal di Kota Bogor, terutama di kawasan Bangbarung.
Dalam penelitian ini, digunakan metode analisis SWOT. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kawasan Bangbarung memiliki potensi untuk menjadi
destinasi pariwisata halal yang berkembang di Bogor. Tidak hanya itu, keterlibatan
aktif dan peran masyarakat juga dianggap signifikan dalam menjaga dan
mendukung perkembangan pariwisata halal di kawasan Bangbarung.
Penelitian yang dilakukan oleh Soehardi (2022) mengulas tentang usaha
pengembangan pariwisata yang mematuhi prinsip wisata halal di wilayah
Kabupaten Lingga. Dalam penelitian ini, digunakan metode observasi dan
8

wawancara dengan lima orang narasumber. Hasil penelitian ini menunjukkan


bahwa strategi pengembangan wisata halal di Kabupaten Lingga mencakup tiga
aspek utama, yaitu pengembangan pemasaran, destinasi, industri pariwisata, serta
pengembangan kelembagaan yang terkait.
Cadith et al. (2022) melakukan studi mengenai strategi pengembangan
pariwisata halal di DKI Jakarta. Dalam analisis data, metode yang dipakai adalah
analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penting dalam
pengembangan pariwisata halal di DKI Jakarta meliputi aksesibilitas, infrastruktur
yang memadai dan komprehensif, serta keindahan kota dan daya tarik alam
Kepulauan Seribu. Selain itu, kerjasama yang sinergis antara Pemerintah Daerah
sebagai pengawas dan masyarakat sebagai elemen pendukung sangatlah penting
untuk mencapai program tersebut sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Ishak dan Julianto (2020) melakukan penelitian terkait analisis strategi
pengembangan wisata Pabangbon di Kabupaten Bogor. Metode yang digunakan
yaitu deskriptif kualitatif menggunakan analisis SWOT. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kegiatan promosi yang masih kurang dan ketersediaan sarana
serta prasarana yang belum memadai adalah kelemahan yang harus diperhatikan
oleh pengelola. Namun, melihat peluang yang tinggi seperti tingginya minat
berwisata, dukungan tinggi dari penduduk dan wisatawan, serta adanya kerjasama
dengan pemerintah, hasil analisis menyimpulkan bahwa strategi turnaround
merupakan pendekatan yang tepat untuk mengembangkan objek wisata Panorama
Pabangbon.
Iwan (2018) meneliti terkait formulasi strategi pengembangan objek wisata
Panorama Pabangbon (PAPA). Metode yang digunakan yaitu strategi generic porter
yang dituangkan dalam analisis diamond porter dan five porter. Dalam
pengembangan wisata PAPA, terdapat tiga tujuan utama yang meliputi peningkatan
penjualan, peningkatan kualitas pelayanan, dan pembangunan citra positif. AHP
menghasilkan nilai terbesar untuk membuat taman bertema piknik dengan nilai
0.295 setelah normalisasi dan inconsitency sebesar 0.02.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, terdapat pembaharuan dalam
penelitian ini. Pertama, lokasi penelitian ini dilakukan di Pesantren Wisata
Pabangbon yang belum pernah dilakukan pada penelitian terdahulu. Kedua, metode
penelitian yang digunakan yaitu Analytic Network Process (ANP) dengan
pendekatan Strength–Weakness–Opportunity–Threat (SWOT).

2.7 Kerangka berpikir


Pada tahun 2019 Jawa Barat berada di urutan ke-6 destinasi wisata halal
unggulan di Indonesia. Kabupaten Bogor adalah salah satu wilayah di Provinsi
Jawa Barat yang memiliki jumlah penduduk Muslim terbesar. Sehingga hal ini
menjadi peluang untuk mengembangan wisata halal di Kabupaten Bogor. Pesantren
Wisata Pabangbon merupakan salah satu potensi wisata halal yang mampu
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Bogor.
Namun, Pesantren Wisata Pabangbon yang diresmikan pada bulan Mei 2020
masih membutuhkan pengembangan dari berbagai aspek. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk memberikan strategi pengembangan wisata halal di
Pesantren Wisata Pabangbon. Aspek-aspek tersebut diteliti menggunakan metode
Analytic Network Process (ANP) dengan pendekatan Strength–Weakness–
Opportunity–Threat (SWOT). Variabel–variabel yang memengaruhi dapat
9

diketahui setelah melakukan wawancara mendalam, diskusi, dan pengisian


kuesioner oleh narasumber yang berasal dari regulator, praktisi, pemerintah daerah,
akademisi, dan wisatawan. Gambar 3 menunjukkan kerangka pemikiran yang
digunakan dalam penelitian ini.

Jawa Barat menjadi Destinasi Wisata Halal Unggulan

Penduduk Muslim terbanyak di Jawa Barat ada di


Kabupaten Bogor

Pesantren Wisata Pabangbon merupakan potensi wisata


halal di Kabupaten Bogor

Analisis dengan menggunakan ANP - SWOT

Strengths Weaknesses Opportunities Threats

Strategi Pengembangan Wisata Halal di


Pesantren Wisata Pabangbon

Gambar 3 Kerangka Pemikiran


10

III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Pesantren Wisata Pabangbon, Kecamatan
Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih
berdasarkan pertimbangkan bahwa Pesantren Wisata Pabangbon berpotensi
menjadi wisata halal, namun belum maksimal dalam pengembangan. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2023.

3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian


Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
digunakan untuk mengetahui strategi pengembangan di Pesantren Wisata
Pabangbon. Sedangkan data sekunder digunakan untuk data pendukung dan
bersumber dari penelitian terdahulu, Badan Pusat Statistik (BPS), Fatwa DSN MUI,
dan literatur lain yang berhubungan.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan


teknik non-probability sampling menggunakan metode purposive sampling, yaitu
pengambilan sampel secara sengaja. Responden yang diwawancarai yaitu tujuh
orang responden yang kompeten di bidangnya dan memiliki pengetahuan terkait
objek yang diteliti.
Tabel 3 Daftar Narasumber

No Nama Responden Status Jabatan/Profesi

1 Dheni Juli Regulator Pemeriksa Kepariwisataan Dinas


Hasyim Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bogor

2 Agus Nurmawan Regulator Staf Seksi Pendidikan dan


Kesehatan Kecamatan Leuwiliang

3 Jamaludin, S.Pd., Akademisi Dosen Ekonomi Syariah Institut


M.E.I Ummul Quro Al-Islami

4 Syamsudin, Praktisi Kepala Pengelola Pesantren


A.Md Wisata Pabangbon

5 Septhian Eki Praktisi Ketua Badan Usaha Milik Desa


Sunarya Pabangbon

6 Bona Tokoh Ketua RT 2 Desa Pabangbon


Masyarakat

7 Annisa Nur Pengunjung Pengunjung Pesantren Wisata


Awalia Pabangbon
11

3.4 Metode Analisis Data


Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah Analytic
Network Process (ANP) dengan pendekatan SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, Threat). Metode Analytic Network Process (ANP) adalah metode
yang dapat mewakilkan tingkat kepentingan berbagai aspek dengan memperhatikan
keterkaitan antar kriteria (Vanany 2003). Analytic Network Process (ANP) mampu
mencari tahu keterkaitan antar kriteria serta melengkapi kekurangan dari AHP
(Girsang et al. 2019).
Tahapan penelitian ANP terbagi menjadi tiga yaitu (Ascarya 2005):

Gambar 4 Tahapan Penelitian oleh Ascarya


1. Konstruksi Model
Konstruksi model dimulai dengan melakukan kunjungan ke lokasi
penelitian selama beberapa kali sekaligus bertemu dengan pihak pengelola.
Kemudian membuat model SWOT dari studi literatur yang selanjutnya
didiskusikan bersama beberapa narasumber. Setelah itu, melakukan indepth
interview dengan regulator dan praktisi untuk mengetahui masalah lebih rinci.
Model SWOT dari studi literatur disesuaikan dengan hasil wawancara
mendalam. Kemudian variabel SWOT tersebut divalidasi kepada narasumber.
2. Kuantifikasi Model
Kuantifikasi model terbagi menjadi tiga sub tahapan yaitu menyusun
kuesioner ANP, melakukan uji coba terhadap kuesioner ANP yang telah disusun,
dan melakukan survei terhadap kuesioner ANP oleh pakar dan praktisi. Survei
yang dilakukan oleh pakar dan praktisi direpresentasikan dengan skala verbal
dan skala numerik.
Tabel 4 Perbandingan Skala Verbal dan Skala Numerik
Skala Verbal Skala Numerik
Amat sangat lebih besar pengaruhnya 9
8
Sangat lebih besar pengaruhnya 7
6
Lebih besar pengaruhnya 5
4
12

Sedikit lebih besar pengaruhnya 3


2
Sama besar pengaruhnya 1
Sumber: Ascarya (2005)
3. Analisis Hasil
Hasil analisis kuesioner ANP dilakukan melalui dua tahap yaitu
perhitungan Geometric Mean dan perhitungan Rater Agreement dengan
menggunakan metode pengukuran Kendall’s Coefficient of Concordance.
Geometric mean digunakan untuk menganalisis pandangan keseluruhan atau
kelompok narasumber (Saaty dan Vargas 2006). Ascarya (2011) menyebutkan
bahwa geometric mean memiliki formula sebagai berikut:
1
(Π1𝑛 = 1𝑎𝑖 ) ⁄𝑛 = 𝑛√𝑎1 𝑎2 … 𝑎𝑛
Rater agreement adalah pengukuran yang menunjukkan tingkat
persetujuan narasumber (R1–Rn) terhadap isu yang berada dalam satu cluster.
Dalam mengukur rater agreement digunakan metode Kendall’s Coefficient of
Concordance (W; 0 < W ≤ 1). W = 1 menunjukkan tingkat kesesuaian yang
sempurna (Ascarya 2005). Perhitungan Kendall’s Coefficient of Concordance
dilakukan dengan tiga tahapan yaitu melakukan transpose, memberikan
rangking setiap jawaban dan menghitung total, serta menghitung W.
13

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Pesantren Wisata Pabangbon

Gambar 5 Lokasi penelitian


Sumber : Peta Tematik Indonesia (2013)
Pesantren Wisata Pabangbon merupakan salah satu objek wisata yang terletak
di Desa Pabangbon, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Objek wisata ini
dibuka pada bulan Mei 2020 dan dikelola langsung oleh Yayasan Fiqih Wanita
Indonesia (YFWI). Pesantren Wisata Pabangbon didirikan oleh Ustad Abi
Syamsuddin A.Md sekaligus pendiri Yayasan Fiqih Wanita Indonesia (YFWI).
Pada saat mendirikan Pesantren Wisata Pabangbon, pihak pengelola juga
mendirikan Pesantren Hamalatul Qur’an Wal Hadits.
Pesantren Hamalatul Qur’an Wal Hadits merupakan pesantren yang
memadukan tiga kurikulum yaitu kurikulum diniyah, kurikulum diknas, dan
kurikulum life skill. Kurikulum diniyah yaitu terkait hafal Alquran 30 Juz
berstandar sanad, hadits, serta lancar membaca kitab kuning. Lalu kurikulum diknas
yaitu mencakup mata pelajaran matematika, bahasa, IPS, dan IPA. Selanjutnya
kurikulum life skill yaitu entrepreneurship, peternakan, pertanian, perkebunan,
perikanan, memanah, berkuda, berenang, dan digital marketing.
Pendirian Pesantren Wisata Pabangbon bertujuan agar pihak pengelola
Pesantren Hamalatul Qur’an Wal Hadits mampu mandiri secara ekonomi. Hal ini
dikarenakan sejak awal pendirian pesantren menggunakan dana donatur seperti
infak, sedekah, dan wakaf. Pihak pengelola berharap dengan membuka objek wisata
mampu membantu dalam pembangunan fasilitas Pesantren Hamalatul Qur’an Wal
Hadits dan mampu menekan biaya pendidikan agar lebih murah bagi santri. Biaya
tiket masuk berkisar Rp10.000-, hingga Rp25.000-, sesuai usia pengunjung.
Wisatawan yang berkunjung ke Pesantren Wisata Pabangbon dapat sekaligus
14

berinfak karena sebagian besar pemasukan akan digunakan untuk pembangunan


Pesantren Hamalatul Qur’an Wal Hadits.
Jarak Pesantren Wisata Pabangbon ke jalan raya yaitu sekitar 8 km. Tingkat
aksebilitas menuju lokasi wisata termasuk mudah untuk dijangkau baik oleh
kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat. Pesantren Wisata Pabangbon
memiliki banyak objek wisata di dalamnya diantaranya yaitu kolam renang,
berkuda, memanah, area taman bunga, air terjun, dan area outbound. Dengan objek
wisata yang telah disediakan tersebut, Pesantren Wisata Pabangbon memiliki target
pasar yaitu sekolah-sekolah Islam dan komunitas Islam, karena cocok menjadi
tempat wisata edukatif sekaligus tadabur alam.
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor
108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan
Prinsip Syariah terdapat ketentuan destinasi wisata halal. Beberapa dari ketentuan
destinasi wisata halal tersebut diterapkan di Pesantren Wisata Pabangbon.
Ketentuan destinasi wisata tersebut diantaranya yaitu:
1. Memelihara kebersihan, kelestarian alam, sanitasi, dan lingkungan.
2. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan kearifan lokal yang tidak
melanggar prinsip syariah.
3. Memiliki fasilitas ibadah yang layak pakai, mudah dijangkau, dan memenuhi
persyaratan syariah.
4. Menyediakan makanan dan minuman halal.
5. Menghindari maksiat, zina, minuman keras, dan narkoba.

4.2 Analisis SWOT Wisata Halal di Pesantren Wisata Pabangbon


Pesantren harus mampu memberikan manfaat kepada masyarakat. Pertama
yaitu manfaat secara ilmu, baik ilmu keislaman maupun ilmu duniawi. Kedua yaitu
manfaat secara ekonomi, dimana pesantren diharapkan mampu mandiri secara
ekonomi sehingga memudahkan untuk melakukan program-program dengan
maksimal dan menekan biaya pendidikan di pesantren. Salah satu langkah untuk
mewujudkan kemandirian ekonomi di pesantren yaitu memanfaatkan kondisi
lingkungan sekitar. Pesantren Wisata Pabangbon terletak di kawasan sekitar Taman
Nasional Gunung Halimun Salak, sehingga Pesantren Wisata Pabangbon cocok
dijadikan agrowisata dan eduwisata.
Dalam analisis SWOT terdapat dua aspek, yaitu aspek internal dan aspek
eksternal. Aspek internal meliputi hal-hal yang terdapat di dalam Pesantren Wisata
Pabangbon, sedangkan aspek eksternal meliputi hal-hal yang terdapat di luar
Pesantren Wisata Pabangbon. Aspek internal terbagi menjadi aspek kekuatan dan
aspek kelemahan, sedangkan aspek eksternal terbagi menjadi aspek peluang dan
aspek ancaman. Penelitian ini menggunakan empat elemen analisis diantaranya;
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan
ancaman (threats) yang disusun dari literatur dan wawancara mendalam dengan
praktisi yang ahli di bidangnya, yaitu perwakilan dari Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Bogor, kepala pengelola Pesantren Wisata Pabangbon, dan
ketua Badan Usaha Milik Desa Pabangbon. Hasil analisis ini dapat menjadi dasar
untuk merumuskan strategi pengembangan pariwisata halal di Pesantren Wisata
Pabangbon. Berikut variabel dalam model penelitian yang digunakan dalam
kuesioner:
15

Tabel 5 Variabel dalam Model Penelitian


Variabel Sumber
Kekuatan (S) S.1 Secara geografis, pilihan usaha Syamsudin
yang dikembangkan sesuai dengan (2023)
potensi sumber daya alam.
S.2 Pesantren memiliki potensi Syamsudin
tenaga kerja (santri) yang dapat (2023)
dimaksimalkan untuk mendukung
keberlangsungan usaha pesantren.
S.3 Terdapat taman dan Septhian Eki
pemandangan alam yang indah. Sunarya (2023)
S.4 Pesantren Wisata Pabangbon Syamsudin
menjadi wadah untuk berinfak. (2023)
Kelemahan (W) W.1 Pesantren Wisata Pabangbon Septhian Eki
masih dalam tahap penataan Sunarya (2023)
sehingga infrastruktur masih belum
memadai.
W.2 Objek wisata yang tersedia di Syamsuddin
Pesantren Wisata Pabangbon masih (2023)
terbatas.
W.3 Pihak pengelola Pesantren Bona (2023)
Wisata Pabangbon belum memiliki
networking yang baik dengan
pihak-pihak yang berkepentingan.
Peluang (O) 1. O.1 Wahana yang beragam di Demolingo
Pesantren Wisata Pabangbon (2015), Bahri et
memunculkan keingintahuan al. (2021)
masyarakat untuk berkunjung.
O.2 Kabupaten Bogor memiliki BPS Provinsi
jumlah penduduk muslim Jawa Barat
terbanyak di Provinsi Jawa Barat. (2021)
2. O.3 Target pasar dari Pesantren Syamsuddin
Wisata Pabangbon yaitu sekolah- (2023)
sekolah Islam karena sesuai dengan
objek wisata yaitu wisata edukatif
di lingkungan pesantren.
O.4 Masih sedikitnya jumlah Dheni Juli
wisata edukatif di Kabupaten Hasyim (2023)
Bogor.
Ancaman (T) T.1 Kurangnya literasi dan Qomaro (2018),
pengetahuan masyarakat sekitar Samsuar et al.
destinasi wisata terkait konsep (2022)
halal.
1. T.2 Munculnya pesaing yang Syamsudin
mengangkat konsep wisata (2023)
edukatif seperti Pesantren Wisata
Pabangbon.
16

T.3 Akses menuju Pesantren KNEKS (2020)


Wisata Pabangbon masih
terkendala.
Strategi STR.1 Menciptakan inovasi KNEKS (2020)
layanan terkait produk dan jasa
halal.
STR.2 Mempromosikan di website KNEKS (2020)
dan media sosial.
STR.3 Membuat beberapa jenis Widiastini et al.
paket wisata yang sesuai dengan (2012)
target pasar.
STR.4 Meningkatkan literasi Wulandari dan
masyarakat terkait konsep wisata Indahsari (2021)
halal.
STR.5 Melakukan pengembangan Gustina et al.
penataan infrastruktur dan objek (2019)
wisata.

4.2.1 Aspek Kekuatan (Strengths)


a. Secara geografis, pilihan usaha yang dikembangkan sesuai dengan potensi
sumber daya alam (S1)
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola menyebutkan
bahwa Pesantren Wisata Pabangbon memilih konsep agrowisata untuk
diterapkan dalam pengembangan objek wisata di dalamnya. Agrowisata
merupakan bentuk pariwisata yang menggunakan agribisnis sebagai tujuan
wisata guna menambah pengetahuan pertanian (Utama dan Junaedi 2018).
Pesantren Wisata Pabangbon mengembangkan usaha yang sesuai dengan
potensi sumber daya alam yang dimiliki yaitu di bidang agribisnis khususnya
agrowisata.
b. Pesantren memiliki potensi tenaga kerja (santri) yang dapat
dimaksimalkan untuk mendukung keberlangsungan usaha pesantren (S2)
Pesantren Wisata Pabangbon memiliki donatur yang mampu
mendukung keberlangsungan usaha pesantren menjadi lebih baik. Hal
tersebut didukung dengan pernyataan salah satu narasumber yaitu Ust. Abi
Syamsuddin A.Md selaku Kepala Pengelola Pesantren Wisata Pabangbon.
“Pendidikan sebenarnya tidak gratis, hanya yang membayar bukan
orang tuanya tapi yang membayar adalah donatur dan dari sektor ekonomi
atau bisnis.”
c. Terdapat taman dan pemandangan alam yang indah (S3)
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu narasumber, Kepala
Pengelola Pesantren Wisata Pabangbon menyampaikan bahwa taman di
Pesantren Wisata Pabangbon menjadi hal yang sangat diminati oleh
pengunjung. Selain itu, pengunjung dewasa lebih menyukai pemandangan
alam yang indah yang dapat dilihat selama berada di Pesantren Wisata
Pabangbon. Hal itu dikarenakan Pesantren Wisata Pabangbon terletak di
sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Dalam penelitian
Gantina dan Rachman (2020) menyebutkan bahwa pemandangan Gunung
Salak memperlihatkan kesan yang indah bagi setiap orang yang melihatnya.
17

d. Pesantren Wisata Pabangbon menjadi wadah untuk berinfak (S4)


Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Pengelola Pesantren
Wisata Pabangbon diketahui bahwa tagline dari wisata di Pesantren Wisata
Pabangbon yaitu wisata sambil ber-infak. Kedermawanan dalam Islam
disebut juga filantropi Islam dapat disalurkan melalui zakat, infak, sedekah,
dan wakaf (ZISWAF) (Kasdi 2016). Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, infak merupakan
harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk
kemaslahatan umum. Pengunjung Pesantren Wisata Pabangbon membeli
tiket sekaligus berinfak, karena uang pembelian tiket menjadi modal
pembangunan pesantren.

4.2.2 Aspek Kelemahan (Weaknesses)


a. Pesantren Wisata Pabangbon masih dalam tahap penataan sehingga
infrastruktur masih belum memadai (W1)
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu narasumber, Ketua
BUMDes Desa Pabangbon, menyatakan bahwa Pesantren Wisata Pabangbon
masih dalam tahap penataan sehingga infrastruktur yang tersedia masih
belum memadai. Pihak pengelola Pesantren Wisata Pabangbon akan
melengkapi infrastruktur sehingga pengunjung akan merasa lebih nyaman.
Infrastruktur yang dimaksud yaitu fasilitas untuk lansia, kursi roda, taman
bermain anak, dan penginapan. Menurut Yani (2021), fasilitas yang terbatas
pada objek wisata dapat menghambat ketertarikan investor untuk
berpartisipasi.
b. Objek wisata yang tersedia di Pesantren Wisata Pabangbon masih terbatas
(W2)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Pengelola Pesantren
Wisata Pabangbon disampaikan bahwa objek wisata yang tersedia masih
terbatas. Hingga saat ini objek wisata di Pesantren Wisata Pabangbon
meliputi panorama alam, kolam renang anak, berkuda, memanah, area taman
bunga, curug, dan kawasan outbond. Pihak pengelola masih melakukan
perencanaan untuk menambah objek wisata di Pesantren Wisata Pabangbon.
c. Pihak pengelola Pesantren Wisata Pabangbon belum memiliki networking
yang baik dengan pihak-pihak yang berkepentingan (W3)
Menurut Handayani dan Warsono (2017), pengembangan suatu objek
wisata dapat dilaksanakan dengan pengadaan fasilitas baru. Pengadaan
fasilitas baru tersebut dapat terlaksana salah satunya melalui kerjasama
dengan pihak lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua BUMDes
Desa Pabangbon diketahui bahwa pihak pengelola masih belum memiliki
kerjasama dengan pihak lain seperti pemerintah desa khususnya pihak Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) Pabangbon.

4.2.3 Aspek Peluang (Opportunities)


a. Wahana yang beragam di Pesantren Wisata Pabangbon memunculkan
keingintahuan masyarakat untuk berkunjung (O1)
Menurut Demolingo (2015), kegiatan yang dianggap unik oleh
masyarakat akan meningkatkan keingintahuan mereka. Pernyataan tersebut
didukung Bahri et al. (2021) yang berpendapat bahwa konsumen dan
18

pengusaha memiliki keingingan yang berbeda, meskipun demikian keduanya


saling melengkapi. Keinginan konsumen adalah keingintahuan, keindahan,
pemaknaan, keragaman, strata sosial, dan identitas, sedangkan keinginan
pengusaha adalah memengaruhi konsumen secara rasional sesuai realitas
yang diharapkan konsumen.
b. Kabupaten Bogor memiliki jumlah penduduk muslim terbanyak di
Provinsi Jawa Barat (O2)
Menurut Kusumaningrum et al. (2017), Indonesia adalah negara
berpenduduk Muslim terbesar di Asia, oleh karena itu pariwisata halal
merupakan sebuah kebutuhan bagi masyarakat di Indonesia. Berdasarkan
data BPS Provinsi Jawa Barat (2021), Kabupaten Bogor menempati posisi
pertama dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di Provinsi Jawa Barat.
Hal tersebut menjadi peluang bagi Pesantren Wisata Pabangbon untuk
berkembang menjadi wisata halal di Kabupaten Bogor.
c. Target pasar dari Pesantren Wisata Pabangbon yaitu sekolah-sekolah
Islam karena sesuai dengan objek wisata yaitu wisata edukatif di
lingkungan pesantren (O3)
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu narasumber yaitu
Kepala Pengelola Pesantren Wisata Pabangbon diketahui bahwa salah satu
target pasarnya yaitu sekolah-sekolah Islam. Sekolah-sekolah Islam dianggap
sesuai dengan tema objek wisata yang tersedia di Pesantren Wisata
Pabangbon yaitu wisata edukatif di lingkungan pesantren. Pihak pengelola
Pesantren Wisata Pabangbon menyatakan bahwa beberapa sekolah-sekolah
Islam telah melakukan kegiatan outbound di Pesantren Wisata Pabangbon.
Oleh karena itu, pihak pengelola berencana untuk mengembangkan wisata
edukatif dengan menambah objek wisata seperti wisata edukasi persawahan,
melukis, dan menangkap ikan.
d. Masih sedikitnya jumlah wisata edukatif di Kabupaten Bogor (O4)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Dheni Juli Hasyim selaku
Pemeriksa Kepariwisataan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Bogor, menyatakan bahwa wisata edukatif yang berada di lingkungan
pesantren masih sedikit. Dengan sedikitnya jumlah wisata edukatif pesantren
menjadikan Pesantren Wisata Pabangbon memiliki sedikit saingan bisnis
dalam bidang yang sama. Pesaing bisnis yang masih sedikit berarti
menambah peluang Pesantren Wisata Pabangbon dalam meningkatkan
jumlah pengunjung.

4.2.4 Aspek Ancaman (Threats)


a. Kurangnya literasi dan pengetahuan masyarakat sekitar destinasi wisata
terkait konsep halal (T1)
Menurut Qomaro (2018) kurangnya literasi masyarakat sekitar objek
wisata terkait konsep halal dapat berdampak pada proses penerapan
pariwisata halal di Indonesia. Kurangnya literasi tersebut dapat diatasi
melalui pesantren sebagai lembaga pendidikan yang mampu meningkatkan
literasi masyarakat terkait pariwisata halal. Berkaitan dengan kurangnya
literasi tersebut, Samsuar et al. (2022) menyebutkan bahwa para ulama perlu
diikutsertakan dalam memberikan pemahaman terkait pariwisata sesuai
syariat Islam yang dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat.
19

b. Munculnya pesaing yang mengangkat konsep wisata edukatif seperti


Pesantren Wisata Pabangbon (T2)
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu narasumber yaitu
Kepala Pengelola Pesantren Wisata Pabangbon, salah satu ancaman di
Pesantren Wisata Pabangbon yaitu munculnya pesaing yang mengangkat
konsep wisata edukatif seperti yang diterapkan di Pesantren Wisata
Pabangbon. Munculnya pesaing dalam suatu bisnis dapat mengakibatkan
berkurangnya jumlah pengunjung. Nawatmi (2010) menyebutkan bahwa
dalam menghadapi tingkat persaingan yang tinggi, pemilik usaha harus
mampu mempertahankan kepuasan konsumen. Ketika kepuasan konsumen
terjaga, usaha yang dikembangkan dapat bertahan ke depannya.
c. Akses menuju Pesantren Wisata Pabangbon masih terkendala (T3)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Staf Seksi Pendidikan dan
Kesehatan Kecamatan Leuwiliang, Agus Nurmawan menyampaikan bahwa
akses menuju Pesantren Wisata Pabangbon masih terkendala. Namun, beliau
juga menyampaikan bahwa lokasi pesantren perlu berada cukup jauh dari
keramaian. Hal tersebut bermanfaat agak mampu memberikan pendidikan
agar tidak terkontaminasi oleh kegiatan di luar lingkungan pesantren. Saat
berkunjung ke Pesantren Wisata Pabangbon, penulis juga menemukan bahwa
jarak yang harus ditempuh lumayan jauh dari jalan raya Kecamatan
Leuwiliang. KNEKS (2020) menyebutkan bahwa keberhasilan suatu
destinasi dapat dilihat dari kualitas akses, komunikasi, lingkungan, dan
layanan pariwisata yang tersedia.

4.3 Hasil Analisis ANP


Tahap awal dalam pengolahan data yaitu dengan menggunakan aplikasi
Software Super Decisions 2.10 dengan membuat model jaringan ANP yang berisi
tujuan, kriteria, sub-kriteria, dan alternatif strategi seperti pada gambar 6.

Gambar 6 Jaringan ANP

Jaringan ANP menunjukkan empat elemen analisis yaitu kekuatan,


kelemahan, peluang, dan ancaman. Variabel dibentuk sesuai dengan hasil
20

wawancara dengan dengan para narasumber yang merupakan pakar di bidangnya


untuk kemudian dimasukkan ke dalam kuesioner. Setelah model SWOT dan
jaringan ANP terbentuk, selanjutnya yaitu melakukan kuantifikasi terhadap nilai
prioritas masing-masing aspek dan elemen. Nilai prioritas (geometric mean)
didapatkan dari pengisian kuesioner perbandingan berpasangan (pairwise
comparison) oleh para responden.
0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
Kekuatan (S) Kelemahan (W) Peluang (O) Ancaman (T)
GmK 0.24369 0.21897 0.43794 0.09938

Gambar 7 Aspek SWOT


Berdasarkan gambar 7 dari keempat aspek SWOT diketahui bahwa aspek
peluang memiliki nilai prioritas tertinggi sebesar 0,43794. Urutan prioritas aspek
SWOT yaitu: 1) Peluang sebesar 0,43794; 2) Kekuatan sebesar 0,24369; 3)
Kelemahan sebesar 0,21897; dan 4) Ancaman sebesar 0,09938. Pada perhitungan
rater agreement atau nilai kesepakatan para responden didapatkan nilai W sebesar
0,526531. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 52% responden sepakat bahwa
aspek peluang menjadi aspek prioritas dalam mengembangkan wisata halal di
Pesantren Wisata Pabangbon, Leuwiliang, Kabupaten Bogor.

0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
Pesantren memiliki
Secara geografis, potensi tenaga kerja
Pesantren Wisata
pilihan usaha yang (santri) yang dapat Terdapat taman dan
Pabangbon menjadi
dikembangkan sesuai dimaksimalkan untuk pemandangan alam
wadah untuk
dengan potensi mendukung yang indah.
berinfak.
sumber daya alam. keberlangsungan
usaha pesantren.
GmK 0.31273 0.18233 0.31082 0.19413

Gambar 8 Aspek Kekuatan


Berdasarkan gambar 8 dari keempat aspek kekuatan diketahui urutan prioritas
aspek kekuatan yaitu: 1) Secara geografis, pilihan usaha yang dikembangkan sesuai
dengan potensi sumber daya alam sebesar 0,31273; 2) Terdapat taman dan
pemandangan alam yang indah sebesar 0,31082; 3) Pesantren Wisata Pabangbon
21

menjadi wadah untuk berinfak sebesar 0,19413; dan 4) Pesantren memiliki potensi
tenaga kerja (santri) yang dapat dimaksimalkan untuk mendukung keberlangsungan
usaha pesantren sebesar 0,18233. Pada perhitungan rater agreement atau nilai
kesepakatan para responden didapatkan nilai W sebesar 0,577778. Hal ini
menunjukkan bahwa sebesar 57% responden sepakat dengan hasil prioritas dalam
aspek kekuatan, sedangkan sisanya memberikan jawaban yang berbeda.

0.38
0.37
0.36
0.35
0.34
0.33
0.32
0.31
0.3
0.29
0.28
Pesantren Wisata Pihak pengelola Pesantren
Pabangbon masih dalam Objek wisata yang tersedia Wisata Pabangbon belum
tahap penataan sehingga di Pesantren Wisata memiliki networking yang
infrastruktur masih belum Pabangbon masih terbatas baik dengan pihak-pihak
memadai. yang berkepentingan.
GmK 0.31592 0.31463 0.36945

Gambar 9 Aspek Kelemahan


Berdasarkan gambar 9 dari keempat aspek kelemahan diketahui urutan
prioritas aspek kelemahan yaitu: 1) Pihak pengelola Pesantren Wisata Pabangbon
belum memiliki networking yang baik dengan pihak-pihak yang berkepentingan
sebesar 0,36945; 2) Pesantren Wisata Pabangbon masih dalam tahap penataan
sehingga infrastruktur masih belum memadai sebesar 0,31592; 3) Objek wisata
yang tersedia di Pesantren Wisata Pabangbon masih terbatas sebesar 0,31463. Pada
perhitungan rater agreement atau nilai kesepakatan para responden didapatkan nilai
W sebesar 0,142857. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 14% responden sepakat
dengan hasil prioritas dalam aspek kelemahan, sedangkan sisanya memberikan
jawaban yang berbeda.

0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
Target pasar dari
Wahana yang
Pesantren Wisata
beragam di
Kabupaten Bogor Pabangbon yaitu
Pesantren Wisata Masih sedikitnya
memiliki jumlah sekolah-sekolah
Pabangbon jumlah wisata
penduduk muslim Islam karena sesuai
memunculkan edukatif di
terbanyak di dengan objek wisata
keingintahuan Kabupaten Bogor.
Provinsi Jawa Barat. yaitu wisata edukatif
masyarakat untuk
di lingkungan
berkunjung.
pesantren.
GmK 0.30442 0.20339 0.26749 0.2247

Gambar 10 Aspek Peluang


22

Berdasarkan gambar 10 dari keempat aspek peluang diketahui urutan prioritas


aspek peluang yaitu: 1) Wahana yang beragam di Pesantren Wisata Pabangbon
memunculkan keingintahuan masyarakat untuk berkunjung sebesar 0,30442; 2)
Target pasar dari Pesantren Wisata Pabangbon yaitu sekolah-sekolah Islam karena
sesuai dengan objek wisata yaitu wisata edukatif di lingkungan pesantren sebesar
0,26749; 3) Masih sedikitnya jumlah wisata edukatif di Kabupaten Bogor sebesar
0,2247; dan 4) Kabupaten Bogor memiliki jumlah penduduk muslim terbanyak di
Provinsi Jawa Barat sebesar 0,20339. Pada perhitungan rater agreement atau nilai
kesepakatan para responden didapatkan nilai W sebesar 0,249335. Hal ini
menunjukkan bahwa sebesar 25% responden sepakat dengan hasil prioritas dalam
aspek peluang, sedangkan sisanya memberikan jawaban yang berbeda.

0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
Kurangnya literasi dan Munculnya pesaing yang
Akses menuju Pesantren
pengetahuan masyarakat mengangkat konsep wisata
Wisata Pabangbon masih
sekitar destinasi wisata edukatif seperti Pesantren
terkendala.
terkait konsep halal. Wisata Pabangbon
GmK 0.3842 0.38341 0.23239

Gambar 11 Aspek Ancaman


Berdasarkan gambar 11 dari ketiga aspek ancaman diketahui urutan prioritas
aspek ancaman yaitu: 1) Kurangnya literasi dan pengetahuan masyarakat sekitar
destinasi wisata terkait konsep halal sebesar 0,3842; 2) Munculnya pesaing yang
mengangkat konsep wisata edukatif seperti Pesantren Wisata Pabangbon sebesar
0,38341; dan 3) Akses menuju Pesantren Wisata Pabangbon masih terkendala
sebesar 0,23239. Pada perhitungan rater agreement atau nilai kesepakatan para
responden didapatkan nilai W sebesar 0,265306. Hal ini menunjukkan bahwa
sebesar 26% responden sepakat dengan hasil prioritas dalam aspek ancaman,
sedangkan sisanya memberikan jawaban yang berbeda.

4.4 Strategi Pengembangan Wisata Halal di Pesantren Wisata Pabangbon,


Leuwiliang, Kabupaten Bogor

Setelah melakukan analisis terhadap empat elemen yaitu kekuatan,


kelemahan, peluang, dan ancaman terhadap pengembangan wisata halal di
Pesantren Wisata Pabangbon, Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Langkah selanjutnya
yaitu melakukan perumusan strategi pengembangan wisata halal di Pesantren
Wisata Pabangbon, Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Perumusan strategi diharapkan
dapat memaksimalkan kekuatan, meminimalkan kelemahan, memanfaatkan
peluang, serta menghindari ancaman yang dimiliki oleh Pesantren Wisata
Pabangbon. Berdasarkan matriks SWOT pada Tabel 6, terdapat lima strategi yang
23

telah dirumuskan berdasarkan kombinasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan)


dan faktor eksternal (ancaman dan peluang).
Tabel 6 Strategi Berdasarkan Kombinasi SWOT
Strengths (S) Weaknesses (W)

S.1 Secara geografis, W.1 Pesantren


pilihan usaha yang Wisata Pabangbon
Faktor dikembangkan sesuai masih dalam tahap
Internal dengan potensi sumber penataan sehingga
daya alam. infrastruktur masih
S.2 Pesantren memiliki belum memadai.
potensi tenaga kerja W.2 Objek wisata
(santri) yang dapat yang tersedia di
dimaksimalkan untuk Pesantren Wisata
mendukung Pabangbon masih
keberlangsungan usaha terbatas.
Faktor pesantren. W.3 Pihak
Eksternal S.3 Terdapat taman dan pengelola Pesantren
pemandangan alam yang Wisata Pabangbon
indah. belum memiliki
S.4 Pesantren Wisata networking yang
Pabangbon menjadi baik dengan pihak-
wadah untuk berinfak. pihak yang
berkepentingan.
Opportunities (O) Strategi (SO) Strategi (WO)

3. O.1 Wahana yang beragam di 1. Menciptakan inovasi 1. Mempromosikan


Pesantren Wisata Pabangbon layanan terkait di website dan
memunculkan keingintahuan produk dan jasa halal media sosial (
masyarakat untuk berkunjung. (S2, S3, O4) W3, O1, O2)
4. O.2 Kabupaten Bogor 2. Membuat beberapa
memiliki jumlah penduduk jenis paket wisata
muslim terbanyak di Provinsi yang sesuai dengan
Jawa Barat. target pasar (S1, O3)
5. 0.3 Target pasar dari Pesantren
Wisata Pabangbon yaitu
sekolah-sekolah Islam karena
sesuai dengan objek wisata
yaitu wisata edukatif di
lingkungan pesantren.
6. 0.4 Masih sedikitnya jumlah
wisata edukatif di Kabupaten
Bogor.
Threats (T) Strategi (ST) Strategi (WT)

2. T.1 Kurangnya literasi dan 1. Meningkatkan 1. Melakukan


pengetahuan masyarakat literasi masyarakat pengembangan
24

sekitar destinasi wisata terkait terkait konsep wisata penataan


konsep halal. halal (S4, T1) infrastruktur dan
3. T.2 Munculnya pesaing yang objek wisata
mengangkat konsep wisata (W1, W2, T2,
edukatif seperti Pesantren T3)
Wisata Pabangbon.
4. T.3 Akses menuju Pesantren
Wisata Pabangbon masih
terkendala.

4.4.1 Strategi SO
Strategi SO (Strength-Opportunity) merupakan strategi yang terbentuk
dari elemen-elemen kekuatan (strength) dan peluang (opportunity). Strategi-
strategi tersebut dihasilkan dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang. Terdapat dua alternatif strategi SO (Strength-Opportunity) dalam
pengembangan wisata halal di Pesantren Wisata Pabangbon, yaitu: 1)
Menciptakan inovasi layanan terkait produk dan jasa halal; dan 2) Membuat
beberapa jenis paket wisata yang sesuai dengan target pasar.
Strategi pertama didasarkan pada dua elemen kekuatan, pertama yaitu
potensi tenaga kerja (santri) pesantren di mana tenaga kerja tersebut dapat
dimaksimalkan untuk mendukung keberlangsungan usaha pesantren (S2).
Elemen kekuatan berikutnya yaitu terdapat taman dan pemandangan alam yang
indah di Pesantren Wisata Pabangbon yang menjadi daya tarik utama dari
pengunjung dewasa (S3). Elemen peluang yang dimanfaatkan pada strategi ini
yaitu masih sedikitnya jumlah wisata edukatif di Kabupaten Bogor (O4). Hal
tersebut menjadi peluang bagi Pesantren Wisata Pabangbon dalam mendapatkan
lebih banyak pengunjung.
Strategi kedua didasarkan pada elemen kekuatan yaitu dari segi geografis,
pilihan usaha yang dikembangkan oleh Pesantren Wisata Pabangbon telah sesuai
dengan potensi sumber daya alam (S1). Pesantren Wisata Pabangbon terletak di
sekitar wilayah Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang memiliki
pemandangan alam yang sangat indah. Hal tersebut menjadi salah satu alasan
bagi pihak pengelola pesantren dalam menentukan jenis usaha yang
dikembangkan. Elemen peluang pada strategi ini yaitu target pasar Pesantren
Wisata Pabangbon yaitu sekolah-sekolah Islam (O3). Target pasar tersebut
sesuai dengan objek wisata di Pesantren Wisata Pabangbon yaitu wisata edukatif
di lingkungan pesantren.

4.4.2 Strategi WO
Strategi WO (Weakness-Opportunity) merupakan strategi yang terbentuk
dari elemen-elemen kelemahan (weakness) dan peluang (opportunity). Strategi
tersebut dihasilkan dengan memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan.
Terdapat satu alternatif strategi WO (Weakness-Opportunity) dalam
pengembangan wisata halal di Pesantren Wisata Pabangbon, yaitu melakukan
promosi di website dan media sosial.
Strategi ini didasarkan pada elemen kelemahan, yaitu pihak pengelola
Pesantren Wisata Pabangbon belum memiliki networking yang baik dengan
25

pihak-pihak yang berkepentingan (W3). Hingga saat ini, pihak pesantren belum
menjalin kerjasama dengan pihak eksternal.
Selain dari elemen kelemahan, strategi ini juga didasarkan pada dua
elemen peluang. Elemen peluang pertama yaitu di Pesantren Wisata Pabangbon
terdapat wahana yang beragam sehingga memunculkan keingintahuan
masyarakat untuk berkunjung (O1). Selain itu, elemen peluang kedua yaitu
Kabupaten Bogor memiliki jumlah penduduk muslim terbanyak di Provinsi
Jawa Barat (O2). Jumlah penduduk muslim terbanyak di Provinsi Jawa Barat
menjadi salah satu peluang bagi Pesantren Wisata Pabangbon. Hal tersebut
menjadi peluang karena sesuai dengan target pasar Pesantren Wisata Pabangbon
yaitu sekolah-sekolah Islam dan komunitas Islam.

4.4.3 Strategi ST
Strategi ST (Strength-Threat) merupakan strategi yang terbentuk dari
elemen-elemen kekuatan (strength) dan ancaman (threat). Strategi tersebut
dihasilkan dengan menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman.
Terdapat satu alternatif strategi ST (Strength-Threat) dalam pengembangan
wisata halal di Pesantren Wisata Pabangbon yaitu meningkatkan literasi
masyarakat terkait konsep wisata halal.
Strategi ini didasarkan pada elemen kekuatan, yaitu Pesantren Wisata
Pabangbon menjadi wadah untuk berinfak (S4). Ketika pengunjung datang dan
membeli tiket masuk Pesantren Wisata Pabangbon, maka pengunjung berwisata
sekaligus berinfak. Tiket masuk pengunjung menjadi salah satu sumber
pemasukan pesantren untuk membantu pembangunan pesantren.
Selain dari elemen kekuatan, strategi ini juga didasarkan pada elemen
ancaman. Elemen ancaman tersebut yaitu kurangnya literasi dan pengetahuan
masyarakat sekitar destinasi wisata terkait konsep halal (T1). Tingkat literasi
masyarakat sekitar Pesantren Wisata Pabangbon yang masih rendah menjadi
salah satu ancaman. Hal tersebut dikarenakan tingkat literasi mempengaruhi
proses penerapan wisata halal di Pesantren Wisata Pabangbon.

4.4.4 Strategi WT
Strategi WT (Weakness-Threat) merupakan strategi yang terbentuk dari
elemen-elemen kelemahan (weakness) dan ancaman (threat). Strategi tersebut
dihasilkan dengan memperkecil kelemahan dan menghindari ancaman. Terdapat
satu alteratif strategi WT (Weakness-Threat) dalam pengembangan wisata halal
di Pesantren Wisata Pabangbon yaitu melakukan pengembangan penataan
infrastruktur dan objek wisata.
Strategi ini didasarkan pada dua elemen kelemahan, pertama yaitu
Pesantren Wisata Pabangbon masih dalam tahap penataan sehingga infrastruktur
masih belum memadai (W1). Kemudian elemen kelemahan berikutnya yaitu
objek wisata yang tersedia di Pesantren Wisata Pabangbon masih terbatas (W2).
Infrastruktur dan objek wisata yang terbatas dapat menghambat ketertarikan
pengunjung untuk datang ke Pesantren Wisata Pabangbon.
Selain dari elemen kelemahan, strategi ini juga didasarkan pada dua
elemen ancaman. Elemen ancaman pertama yaitu, munculnya pesaing yang
mengangkat konsep wisata edukatif seperti Pesantren Wisata Pabangbon (T2).
Kemudian elemen ancaman berikutnya yaitu, akses menuju Pesantren Wisata
26

Pabangbon masih terkendala (T3). Keberhasilan suatu destinasi dapat dikatakan


berhasil dengan melihat beberapa aspek salah satunya kualitas akses.

4.4.5 Prioritas Strategi


Urutan prioritas strategi pengembangan wisata halal di Pesantren Wisata
Pabangbon secara berurutan yaitu: 1) Membuat beberapa jenis paket wisata yang
sesuai dengan target pasar dengan nilai geometric mean sebesar 0,26334; 2)
Mempromosikan di website dan media sosial dengan nilai geometric mean
sebesar 0,23193; 3) Menciptakan inovasi layanan terkait produk dan jasa halal
dengan nilai geometric mean sebesar 0,20683; 4) Melakukan pengembangan
penataan infrastruktur dan objek wisata dengan nilai geometric mean sebesar
0,17448; dan 5) Meningkatkan literasi masyarakat terkait konsep wisata halal
dengan nilai geometric mean sebesar 0,12342. Perhitungan rater agreement para
responden didapatkan nilai W sebesar 0,314286. Hal ini berarti bahwa sebesar
31% setuju dengan prioritas strategi yang telah dihasilkan, sedangkan sisanya
memberikan jawaban yang variatif.

0.3

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
Membuat Melakukan
Meningkatkan
Menciptakan Mempromosik beberapa jenis pengembangan
literasi
inovasi layanan an di website paket wisata penataan
masyarakat
terkait produk dan media yang sesuai infrastruktur
terkait konsep
dan jasa halal sosial dengan target dan objek
wisata halal
pasar wisata
GmK 0.20683 0.23193 0.26334 0.12342 0.17448

Gambar 12 Prioritas Strategi Pengembangan Wisata Halal di Pesantren Wisata


Pabangbon
27

V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Aspek kekuatan yang berada di posisi prioritas utama adalah secara geografis,
pilihan usaha yang dikembangkan sesuai dengan potensi sumber daya alam.
Kemudian aspek kelemahan yang berada di posisi prioritas utama adalah
pihak pengelola Pesantren Wisata Pabangbon belum memiliki networking
yang baik dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Adapun aspek peluang
yang berada di posisi prioritas utama yaitu wahana yang beragam di Pesantren
Wisata Pabangbon memunculkan keingintahuan masyarakat untuk
berkunjung. Aspek ancaman yang paling prioritas adalah kurangnya literasi
dan pengetahuan masyarakat sekitar destinasi wisata terkait konsep halal.
2. Strategi-strategi yang prioritas dilakukan berdasarkan urutan prioritas yaitu
membuat beberapa jenis paket wisata yang sesuai dengan target pasar,
mempromosikan di website dan media sosial, menciptakan inovasi layanan
terkait produk dan jasa halal, melakukan pengembangan penataan
infrastruktur dan objek wisata, dan meningkatkan literasi masyarakat terkait
konsep wisata halal.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, maka saran yang dapat
disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Pihak pengelola Pesantren Wisata Pabangbon dapat melibatkan Pemerintah
Desa Pabangbon, Pemerintah Kecamatan Leuwiliang, dan santri dalam
pengelolaan tempat wisata
2. Bagi pengelola Pesantren Wisata Pabangbon perlu membuat beberapa jenis
paket wisata yang sesuai dengan target pasar, melaksanakan strategi
pemasaran melalui promosi, serta mengembangkan penataan infrastruktur di
dalam kawasan wisata.
3. Bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode Focus Group
Discussion (FGD) sebagai salah satu metode pengambilan data.
28

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2021. Statistik Kunjungan Wisatawan Nasional.


[BPS] Badan Pusat Statistik. 2022. Kabupaten Bogor dalam Angka.
[BPS] Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2021. Jumlah Penduduk dan Agama yang
Dianut.
[DSN-MUI] Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. 2016. Fatwa
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia No. 108/DSN-
MUI/X/2016.
[Dukcapil Kemendagri] Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. 2022. Peta Persebaran
Agama - Provinsi.
[KNEKS]. Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah. 2020. Laporan
Perkembangan Pariwisata Ramah Muslim Daerah.
[UU] Undang-Undang Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Indonesia.
Abrori HF. 2020. Pariwisata halal dan peningkatan kesejahteraan. Malang: Literasi
Nusantara.
Adinugraha HH, Sartika M, Kadarningsih A. 2018. Desa wisata halal: konsep dan
implementasinya di Indonesia. Jurnal Human Falah. 5(1):28–48.
Afridhal M. 2017. Strategi pengembangan usaha roti tanjong di Kecamatan
Samalanga Kabupaten Bireuen. Jurnal S. Pertanian. 53(9):223–233.
Antara M, Sumarniasih MS. 2017. Role of tourism in economy of Bali and
Indonesia. Jurnal of Tourism and Hospitality Management. 5(2):34–
44.doi:10.15640/jthm.v5n2a4.
Ascarya. 2005. Analytic network process (ANP) : pendekatan baru studi kualitatif.
Di dalam: Seminar Internasional Program Magister Akuntansi Fakultas
Ekonomi. Jakarta: Universitas Trisakti. hlm. 2–52.
Bahri S, Hidayat D, Saleh AN. 2021. Industri Halal : Mengembangkan Hasrat dan
Logika Konsumsi. IJMA : JInternational Journal Mathla'ul Anwar of Halal
Issues. 1(1):49–63.
Cadith J, Yusuf M, Yulianti R. 2022. Strategi pengembangan wisata halal di DKI
Jakarta. Publikauma : Jurnal Ilmu Administrasi Publik UMA. 10(1):73–
88.doi:10.31289/publika.v10i1.6839.
Demolingo RH. 2015. Strategi Pengembangan Destinasi Wisata Desa Bongo,
Kabupaten Gorontalo. JUMPA : Jurnal Master Pariwisata. 1(2):67–
82.doi:10.24843/jumpa.2015.v01.i02.p06.
Djawahair AU. 2018. Asset based community development di pesantren wisata :
implementasi strategis di PP. An-Nur 2 Al Murtadlo Malang. At-Tamkin :
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat. 1(1):23–34.
Firmansyah. 2022. Telaah historis dan dinamika perkembangan pesantren modern
di Indonesia. Jurnal El-Ta’dib. 2(1):203–213.
Gantina D, Rachman AF. 2020. Kepuasan masyarakat terhadap daya tarik wisata
Panorama Alam Pabangbon, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jurnal
Ilmu Pariwisata. 25(2):152–156.
Handayani F, Warsono H. 2017. Analisis peran stakeholders dalam pengembangan
objek wisata Pantai Karang Jahe di Kabupaten Rembang. :1–13.
Hariani D, Dinitri S. 2020. Strategi pengembangan wisata halal Kota Bogor dengan
29

mengoptimalkan industri kreatif. Jurnal Syarikah. 6(2):124–


129.doi:10.30997/jsei.v6i2.2234.
Ishak RP, Julianto PE. 2020. Analisis strategi pengembangan obyek wisata
pabangbon di Kabupaten Bogor. Tourism Scientific Journal. 6(1):11–
19.doi:10.32659/tsj.v6i1.115.
Iwan Y. 2018. Formulasi strategi pengembangan objek wisata Panorama
Pabangbon (Papa) dengan pendekatan generik porter.
Jaelani A. 2017. Industri wisata halal di Indonesia: potensi dan prospek. MPRA
Paper.(76237):1–20.doi:10.13140/RG.2.2.29350.52802.
Kasdi A. 2016. Filantropi islam untuk pemberdayaan ekonomi umat (model
pemberdayaan ZISWAF di BMT se-Kabupaten Demak). IQTISHADIA.
9(2):227–245.doi:10.21043/iqtishadia.v9i2.1729.
Kusumaningrum DN, Fairuz AM, Putri EP, Amalia EP. 2017. South Korea halal
tourism trend (trend pariwisata halal Korea Selatan). Seminar Nasional dan
Gelar Produk.:855–865.
Nawatmi S. 2010. Etika bisnis dalam perspektif Islam. Jurnal Fokus Ekonomi.
9(1):50–58.
Nisa FL. 2022. Pengembangan wisata halal di Jawa Timur dengan konsep smart
tourism. Ar Rehla : Jurnal Islamic Tourism, Halal Food, Islamic Traveling,
and Creative Economy. 2(1):13–26.doi:10.21274/ar-rehla.v2i1.5470.
Nurohman YA, Qurniawati RS. 2021. Strategi pengembangan Desa Wisata
Menggoro sebagai wisata halal. Jurnal Among Makarti. 14(1):1–
14.doi:10.52353/ama.v14i1.200.
Qomaro GW. 2018. Urgensi partisipasi pesantren sebagai pusat edukasi dan
moderasi Islam dalam percepatan pariwisata halal di Indonesia. Proceedings
Annual Conference for Muslim Scholars.(April):458.
Rahma AA. 2020. Potensi sumber daya alam dalam mengembangkan sektor
pariwisata di Indonesia. Jurnal Nasional Pariwisata. 12(1):1–
8.doi:10.22146/jnp.52178.
Resliana S, Muslim UB, Shiddieq HA. 2021. Persepsi masyarakat Kecamatan
Pamijahan terhadap penerapan halal tourism. Sahid Business Journal.
1(1):61–71.doi:10.56406/sahidbusinessjournal.v1i01.30.
Rimet. 2019. Strategi pengembangan wisata syariah di Sumatera Barat: analisis
SWOT (strength, weakness, opportunity, threat). SYARIKAT : Jurnal
Rumpun Ekonomi Syariah. 2(1):50–
61.doi:10.25299/syarikat.2019.vol2(1).3702.
Rusyidi B, Fedryansah M. 2018. Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat.
Jurnal Pekerjaan Sosial. 1(3):155–165.doi:10.24198/focus.v1i3.20490.
Saaty TL, Vargas LG. 2006. Decision Making with The Analytic Network Process.
Pittsburgh: Springer.
Samsuar, Mukhlis M, Maulana S. 2022. Peran komunikasi pemerintah Aceh Timur
memperkenalkan destinasi wisata halal. At-Tanzir : Jurnal Prodi Komunikasi
dan Penyiaran Islam. 13(2):198–206.
Sayekti NW. 2019. Strategi pengembangan pariwisata halal di Indonesia. Jurnal
Kajian. 24(3):159–171.doi:10.22212/kajian.v24i3.1866.
Shiddiq A. 2015. Tradisi akademik pesantren. TADRIS : Jurnal Pendidikan Islam.
10(2):218–229.doi:10.19105/tjpi.v10i2.826.
Soehardi DVL. 2022. Strategi pengembangan pariwisata Kabupaten Lingga dalam
30

mewujudkan wisata halal. Jurnal Pendidikan Tambusai. 6(2):15937–


15942.doi:10.31004/jptam.v6i2.4900.
Sonatasia D, Onsardi, Arini E. 2020. Strategi meningkatkan loyalitas konsumen
makanan khas Kota Curup Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal Manajemen
Modal Insani dan Bisnis. 1(1):11–25.
Sugiama AG. 2013. Kerangka kerja pengembangan aset pariwisata dari model
triplex helix. Jurnal Orasi Bisnis Edisi ke-X. (November):34–47.
Umagapi D, Ambarita A. 2018. Sistem informasi geografis wisata bahari pada
Dinas Pariwisata Kota Ternate. Jurnal ILKOMINFO : Jurnal Ilmu Komputer
dan Informatika. 1(2):59–69.doi:10.47324/ilkominfo.v1i2.8.
Utama IGBR. 2018. Agrowisata sebagai pariwisata alternatif. Yogyakarta:
Deepublish.
Vanany I. 2003. Aplikasi analytic network process (ANP) pada perancangan sistem
pengukuran kinerja (studi kasus pada PT. X). Jurnal Teknik Industri. 5(1):50–
62.doi:10.9744/jti.5.1.pp.%2050-62.
Wheelen TL, Hunger JD. 2012. Strategic management and business policy: toward
global sustainability. New Jersey (US): Pearson.
Yani A. 2021. Tata kelola desa wisata di Desa Nangamiro Kecamatan Pekat
Kabupaten Dompu. Jurnal PenKoMi : Kajian Pendidikan dan Ekonomi.
4(2):115–124.doi:10.33627/pk.v4i2.551.
31

LAMPIRAN
32

Lampiran 1 Kuesioner penelitian

KUESIONER PENELITIAN
STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA HALAL DI PESANTREN
WISATA PABANGBON, LEUWILIANG, KABUPATEN BOGOR

Peneliti:
Atikah Syahidah Yusmanika Putri (H54190005)
Identitas Responden:
Nama :
Jabatan :
Alamat Kantor :
No. Telp :

Tujuan Penelitian:
Daftar pertanyaan yang disediakan pada kuesioner penelitian ini digunakan
untuk mengumpulkan data atau informasi yang berkaitan dengan penelitian dengan
judul “Strategi Pengembangan Wisata Halal di Pesantren Wisata Pabangbon,
Leuwiliang, Kabupaten Bogor.” Kuesioner penelitian ini digunakan untuk
merumuskan permasalahan dan merumuskan strategi pengembangan di Pesantren
Wisata Pabangbon agar dapat mengetahui secara optimal. Kuesioner penelitian ini
merupakan kuesioner dengan pendekatan strengths, weaknesses, opportunities, and
threats (SWOT) sebagai bahan struktur jaringan Analytical Network Process
(ANP). ANP berguna untuk mengetahui perbandingan berdasarkan intensitas
kepentingan pada setiap kriteria, subkriteria, dan alternatif pada struktur jaringan
keputusan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dan referensi bagi
akademisi, pemerintah atau regulator, dan praktisi dalam memetakan strategi
pengembangan wisata halal di Pesantren Wisata Pabangbon. Informasi yang
bersifat pribadi akan dirahasiakan dan hanya dipergunakan untuk
kepentingan penelitian. Atas kerja sama dari Bapak/Ibu, saya mengucapkan
terima kasih.
33

Petunjuk Pengisian Kuesioner:


1. Responden diharapkan untuk melakukan pengisian kuesioner pada satu
waktu untuk menghindari inkonsisten antarjawaban.
2. Responden dapat memberikan jawaban berupa nilai menurut tingkat
kepentingan, pengaruh, maupun relevansi pada setiap elemen-elemen dalam
kuesioner.
3. Penilaian berdasarkan tingkat kepentingan, pengaruh, maupun relevansi,
memiliki skala 1-9
Skala Verbal dan Skala Numerik
Skala Verbal Skala Numerik
Amat sangat lebih besar pengaruhnya 9
8
Sangat lebih besar pengaruhnya 7
6
Lebih besar pengaruhnya 5
4
Sedikit lebih besar pengaruhnya 3
2
Sama besar pengaruhnya 1

A. Perbandingan antarelemen untuk setiap aspek subkriteria


(Berikan bobot penilaian yang berbeda pada masing-masing aspek yang ada
di setiap tabel sesuai dengan besarnya pengaruh per variabel)
Contoh:
Variabel Nilai
S1 Secara geografis, pilihan usaha yang 1
dikembangkan sesuai dengan potensi sumber
daya alam
S2 Pesantren memiliki potensi tenaga kerja 3
(santri) yang dapat dimaksimalkan untuk
mendukung keberlagsungan usaha pesantren
S3 Terdapat taman dan pemandangan alam yang 5
indah
S4 Pesantren Wisata Pabangbon menjadi wadah 6
untuk berinfak.

a. Elemen Kekuatan (Strengths)


Menurut Bapak/Ibu, di antara 4 aspek elemen kekuatan (strengths) ini,
manakah yang paling menunjang pengembangan wisata halal di
Pesantren Wisata Pabangbon?
(Setiap variabel diberi skor nilai yang berbeda dan tidak boleh sama
antar variabel kekuatan)
34

Variabel Nilai
S1 Secara geografis, pilihan usaha yang
dikembangkan sesuai dengan potensi sumber
daya alam
S2 Pesantren memiliki potensi tenaga kerja
(santri) yang dapat dimaksimalkan untuk
mendukung keberlagsungan usaha pesantren
S3 Terdapat taman dan pemandangan alam yang
indah
S4 Pesantren Wisata Pabangbon menjadi wadah
untuk berinfak.

b. Elemen Kelemahan (Weaknesses)


Menurut Bapak/Ibu, di antara 4 aspek elemen kelemahan (weaknesses)
ini, manakah yang paling menghambat pengembangan wisata halal di
Pesantren Wisata Pabangbon?
(Setiap variabel diberi skor nilai yang berbeda dan tidak boleh sama
antar variabel kekuatan)
Variabel Nilai
W1 Pesantren Wisata Pabangbon masih dalam
tahap penataan sehingga infrastruktur masih
belum memadai.
W2 Objek wisata yang tersedia di Pesantren
Wisata Pabangbon masih terbatas
W3 Pihak pengelola Pesantren Wisata Pabangbon
belum memiliki networking yang baik dengan
pihak-pihak yang berkepentingan.

c. Elemen Peluang (Opportunities)


Menurut Bapak/Ibu, di antara 4 aspek elemen peluang (opportunities) ini,
manakah yang paling menunjang pengembangan wisata halal di
Pesantren Wisata Pabangbon?
(Setiap variabel diberi skor nilai yang berbeda dan tidak boleh sama
antar variabel kekuatan)
Variabel Nilai
O1 Wahana yang beragam di Pesantren Wisata
Pabangbon memunculkan keingintahuan
masyarakat untuk berkunjung.
O2 Kabupaten Bogor memiliki jumlah penduduk
muslim terbanyak di Provinsi Jawa Barat
O3 Target pasar dari Pesantren Wisata Pabangbon
yaitu sekolah-sekolah Islam karena sesuai
dengan objek wisata yaitu wisata edukatif di
lingkungan pesantren
O4 Masih sedikitnya jumlah wisata edukatif di
Kabupaten Bogor.
35

d. Elemen Ancaman (Threats)


Menurut Bapak/Ibu, di antara 4 aspek elemen ancaman (threats) ini,
manakah yang paling menghambat pengembangan wisata halal di
Pesantren Wisata Pabangbon?
(Setiap variabel diberi skor nilai yang berbeda dan tidak boleh sama
antar variabel kekuatan)
Variabel Nilai
T1 Kurangnya literasi masyarakat sekitar, terkait
konsep wisata halal.
T2 Munculnya pesaing yang mengangkat konsep
wisata edukatif seperti Pesantren Wisata
Pabangbon
T3 Akses menuju Pesantren Wisata Pabangbon
masih terkendala.

B. Perbandingan antaraspek pada kriteria


Menurut Bapak/Ibu, di antara 4 aspek ini, manakah yang harus mendapat
perhatian khusus agar pengembangan wisata halal di Pesantren Wisata
Pabangbon dapat dikembangkan dengan baik?
(Berikan bobot penilaian yang berbeda pada masing-masing aspek
yang ada di setiap tabel berdasarkan besarnya pengaruh setiap
variabel)
ASPEK Nilai
S Kekuatan
W Kelemahan
O Peluang
T Ancaman

C. Perbandingan antarstrategi
Menurut Bapak/Ibu, di antara strategi yang ada, manakah yang menjadi
prioritas untuk dijalankan agar pengembangan wisata halal di Pesantren
Wisata Pabangbon dapat dikembangkan dengan baik?
(Berikan bobot penilaian yang berbeda pada masing-masing aspek
strategi yang ada di setiap tabel berdasarkan besarnya pengaruh setiap
variabel)
STRATEGI Nilai
1 Menciptakan inovasi layanan terkait produk
dan jasa halal
2 Mempromosikan di website dan media sosial
3 Membuat beberapa jenis paket wisata yang
sesuai dengan target pasar
4 Meningkatkan literasi masyarakat terkait
konsep wisata halal
5 Melakukan pengembangan penataan
infrastruktur dan objek wisata
36

D. Perbandingan antarelemen SWOT terhadap setiap strategi


(Berikan bobot penilaian yang berbeda pada masing-masing aspek yang ada di setiap tabel berdasarkan besarnya pengaruh
dari setiap variabel)

Contoh: Seberapa besar pengaruh strategi melakukan pengembangan penataan infrastruktur dan objek wisata dalam memanfaatkan
kekuatan.

KEKUATAN
Secara geografis, Pesantren Terdapat taman Pesantren Wisata
pilihan usaha yang memiliki potensi dan pemandangan Pabangbon
dikembangkan tenaga kerja alam yang indah. menjadi wadah
sesuai dengan (santri) yang dapat untuk berinfak.
potensi sumber dimaksimalkan
daya alam. untuk mendukung
keberlagsungan
usaha pesantren.
1 4 3 6
STRATEGI

Melakukan pengembangan
penataan infrastruktur dan objek
wisata.
37

a. Menurut Bapak/Ibu, seberapa besar dan relevan strategi ini dapat memaksimalkan aspek-aspek kekuatan yang ada?

KEKUATAN
Secara geografis, Pesantren Terdapat taman Pesantren Wisata
pilihan usaha yang memiliki potensi dan pemandangan Pabangbon
dikembangkan tenaga kerja alam yang indah. menjadi wadah
sesuai dengan (santri) yang dapat untuk berinfak.
potensi sumber dimaksimalkan
daya alam untuk mendukung
keberlagsungan
usaha pesantren
Menciptakan inovasi layanan
terkait produk dan jasa halal
Mempromosikan di website dan
media sosial
STRATEGI

Membuat beberapa jenis paket


wisata yang sesuai dengan target
pasar.
Meningkatkan literasi masyarakat
terkait konsep wisata halal
Melakukan pengembangan
penataan infrastruktur dan objek
wisata
38

b. Menurut Bapak/Ibu, seberapa besar dan relevan strategi ini dapat meminimalisir aspek-aspek kelemahan yang ada?

KELEMAHAN
Pesantren Wisata Objek wisata yang Pihak pengelola
Pabangbon masih tersedia di Pesantren Wisata
dalam tahap Pesantren Wisata Pabangbon belum
penataan sehingga Pabangbon masih memiliki
infrastruktur masih terbatas networking yang
belum memadai. baik dengan pihak-
pihak yang
berkepentingan.
Menciptakan inovasi layanan
terkait produk dan jasa halal
Mempromosikan di website dan
media sosial
STRATEGI

Membuat beberapa jenis paket


wisata yang sesuai dengan target
pasar.
Meningkatkan literasi masyarakat
terkait konsep wisata halal
Melakukan pengembangan
penataan infrastruktur dan objek
wisata
39

c. Menurut Bapak/Ibu, seberapa besar dan relevan strategi ini dapat memaksimalkan aspek-aspek peluang yang ada?

PELUANG
Wahana yang Kabupaten Bogor Target pasar dari Masih sedikitnya
beragam di memiliki jumlah Pesantren Wisata jumlah wisata
Pesantren Wisata penduduk muslim Pabangbon yaitu edukatif di
Pabangbon terbanyak di sekolah-sekolah Kabupaten Bogor.
memunculkan Provinsi Jawa Islam karena
keingintahuan Barat sesuai dengan
masyarakat untuk objek wisata yaitu
berkunjung. wisata edukatif di
lingkungan
pesantren.
Menciptakan inovasi layanan
terkait produk dan jasa halal
Mempromosikan di website dan
media sosial
STRATEGI

Membuat beberapa jenis paket


wisata yang sesuai dengan target
pasar.
Meningkatkan literasi masyarakat
terkait konsep wisata halal
Melakukan pengembangan
penataan infrastruktur dan objek
wisata
40

d. Menurut Bapak/Ibu, seberapa besar dan relevan strategi ini dapat meminimalisir aspek-aspek ancaman yang ada?

ANCAMAN
Kurangnya literasi Munculnya pesaing Akses menuju Pesantren
masyarakat sekitar, yang mengangkat Wisata Pabangbon masih
terkait konsep wisata konsep wisata edukatif terkendala.
halal. seperti Pesantren Wisata
Pabangbon
Menciptakan inovasi layanan
terkait produk dan jasa halal
Mempromosikan di website dan
media sosial
STRATEGI

Membuat beberapa jenis paket


wisata yang sesuai dengan target
pasar.
Meningkatkan literasi masyarakat
terkait konsep wisata halal
Melakukan pengembangan
penataan infrastruktur dan objek
wisata
41

E. Perbandingan antarstrategi terhadap elemen SWOT


(Berikan bobot penilaian yang berbeda pada masing-masing aspek yang ada di setiap tabel berdasarkan besarnya pengaruh
dari setiap variabel)

Contoh: Seberapa besar pengaruh terdapat taman dan pemandangan alam yang indah untuk mengoptimalkan strategi

STRATEGI
Menciptakan Mempromosikan Membuat Meningkatkan Melakukan
inovasi layanan di website dan beberapa jenis literasi pengembangan
terkait produk media sosial paket wisata masyarakat penataan
dan jasa halal yang sesuai terkait konsep infrastruktur
dengan target wisata halal dan objek
pasar. wisata

3 5 6 2 1
KEKUATAN

Terdapat taman dan


pemandangan alam yang
indah
42

a. Menurut Bapak/Ibu, seberapa besar aspek-aspek kekuatan ini dapat dijadikan dasar dalam merumuskan strategi pengembangan
wisata halal di Pesantren Wisata Pabangbon?

STRATEGI
Menciptakan Mempromosikan Membuat Meningkatkan Melakukan
inovasi layanan di website dan beberapa jenis literasi pengembangan
terkait produk media sosial paket wisata masyarakat penataan
dan jasa halal yang sesuai terkait konsep infrastruktur
dengan target wisata halal dan objek
pasar. wisata

Secara geografis, pilihan


usaha yang dikembangkan
sesuai dengan potensi
sumber daya alam
Pesantren memiliki potensi
tenaga kerja (santri) yang
KEKUATAN

dapat dimaksimalkan untuk


mendukung keberlagsungan
usaha pesantren
Terdapat taman dan
pemandangan alam yang
indah
Pesantren Wisata
Pabangbon menjadi wadah
untuk berinfak.
43

b. Menurut Bapak/Ibu, seberapa besar aspek-aspek kelemahan ini dapat dijadikan dasar dalam merumuskan strategi pengembangan
wisata halal di Pesantren Wisata Pabangbon?

STRATEGI
Menciptakan Mempromosikan Membuat Meningkatkan Melakukan
inovasi layanan di website dan beberapa jenis literasi pengembangan
terkait produk media sosial paket wisata masyarakat penataan
dan jasa halal yang sesuai terkait konsep infrastruktur
dengan target wisata halal dan objek
pasar. wisata

Pesantren Wisata
Pabangbon masih dalam
tahap penataan sehingga
infrastruktur masih belum
memadai.
Objek wisata yang tersedia
KELEMAHAN

di Pesantren Wisata
Pabangbon masih terbatas
Pihak pengelola Pesantren
Wisata Pabangbon belum
memiliki networking yang
baik dengan pihak-pihak
yang berkepentingan.
44

c. Menurut Bapak/Ibu, seberapa besar aspek-aspek peluang ini dapat dijadikan dasar dalam merumuskan strategi pengembangan
wisata halal di Pesantren Wisata Pabangbon?

STRATEGI
Menciptakan Memprosikan Membuat Meningkatkan Melakukan
inovasi layanan di website dan beberapa jenis literasi pengembangan
terkait produk media sosial paket wisata masyarakat penataan
dan jasa halal yang sesuai terkait konsep infrastruktur
dengan target wisata halal dan objek
pasar. wisata

Wahana yang beragam di


Pesantren Wisata
Pabangbon memunculkan
keingintahuan masyarakat
untuk berkunjung.
Kabupaten Bogor memiliki
jumlah penduduk muslim
PELUANG

terbanyak di Provinsi Jawa


Barat
Target pasar dari Pesantren
Wisata Pabangbon yaitu
sekolah-sekolah Islam
karena sesuai dengan objek
wisata yaitu wisata edukatif
di lingkungan pesantren
45

Masih sedikitnya jumlah


wisata edukatif di
Kabupaten Bogor.

d. Menurut Bapak/Ibu, seberapa besar aspek-aspek ancaman ini dapat dijadikan dasar dalam merumuskan strategi pengembangan
wisata halal di Pesantren Wisata Pabangbon?

STRATEGI
Menciptakan Mempromosikan Membuat Meningkatkan Melakukan
inovasi layanan di website dan beberapa jenis literasi pengembangan
terkait produk media sosial paket wisata masyarakat penataan
dan jasa halal yang sesuai terkait konsep infrastruktur
dengan target wisata halal dan objek
pasar. wisata

Kurangnya literasi
masyarakat sekitar, terkait
konsep wisata halal
ANCAMAN

Munculnya pesaing yang


mengangkat konsep wisata
edukatif seperti Pesantren
Wisata Pabangbon
Akses menuju Pesantren
Wisata Pabangbon masih
terkendala.
46

Lampiran 2 Nilai normalized by cluster

Aspek R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7
Strength 0.16990 0.16990 0.26741 0.30557 0.09543 0.12479 0.50782
Weakness 0.47286 0.28437 0.12669 0.07779 0.16008 0.30557 0.10251
Opportunity 0.28437 0.47286 0.56600 0.49183 0.46729 0.49183 0.32408
Threat 0.07285 0.07285 0.03987 0.12479 0.27718 0.07779 0.06558

Strength R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7
S1 0.60548 0.34919 0.49801 0.29275 0.31693 0.05862 0.39129
S2 0.12050 0.16835 0.18802 0.25839 0.17534 0.18850 0.18193
S3 0.15741 0.35027 0.18990 0.23595 0.27116 0.46210 0.28718
S4 0.11662 0.13219 0.12407 0.21291 0.23657 0.29078 0.13961

Weakness R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7
W1 0.25839 0.36625 0.29460 0.38742 0.24178 0.32594 0.18300
W2 0.19827 0.36633 0.44417 0.22065 0.33674 0.22957 0.39361
W3 0.54334 0.26742 0.26123 0.39194 0.42148 0.44449 0.42339

Opportunity R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7
O1 0.60239 0.40236 0.31137 0.33659 0.23938 0.25733 0.11474
O2 0.12677 0.14971 0.30265 0.27420 0.18547 0.25745 0.11234
O3 0.15455 0.22879 0.18245 0.25158 0.23399 0.31347 0.45710
O4 0.11630 0.21914 0.20353 0.13763 0.34115 0.17175 0.31582

Threat R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7
T1 0.43766 0.45745 0.37826 0.41070 0.48898 0.40189 0.12142
T2 0.10462 0.43937 0.36761 0.31227 0.30403 0.46244 0.61450
T3 0.45772 0.10318 0.25414 0.27703 0.20699 0.13567 0.26407

Strategi R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7
Strategi 1 0.26748 0.10703 0.26943 0.32679 0.14197 0.23380 0.11548
Strategi 2 0.23517 0.24177 0.14126 0.23763 0.18429 0.26908 0.22384
Strategi 3 0.28286 0.20296 0.21000 0.24210 0.31758 0.22860 0.42849
Strategi 4 0.11192 0.14117 0.16726 0.08887 0.14749 0.13383 0.06443
Strategi 5 0.10257 0.30707 0.21205 0.10461 0.20868 0.13470 0.16777
47

Lampiran 3 Perhitungan Kendall’s Coefficient of Concordance (W)

Kriteria S W O T
R1 3 1 2 4
R2 3 2 1 4
R3 2 3 1 4 u 17,5
R4 2 4 1 3 s 129
R5 4 3 1 2 max s 245
R6 3 2 1 4 w 0,526531
R7 1 3 2 4
TOTAL 18 18 9 25

Strengths S1 S2 S3 S4
R1 1 3 2 4
R2 2 3 1 4 u 15
R3 1 3 2 4 s 156
R4 1 2 3 4 max s 270
R5 1 4 2 3 w 0,577778
R6 4 3 1 2
R7 1 3 2 4
TOTAL 11 21 13 25

Weaknesses W1 W2 W3
R1 2 3 1
R2 2 1 3 u 14
R3 2 1 3 s 14
R4 2 3 1 max s 98
R5 3 2 1 w 0,142857
R6 2 3 1
R7 3 2 1
TOTAL 16 15 11

Opportunity O1 O2 O3 O4
R1 1 3 2 4
R2 1 4 2 3 u 16,33333
R3 1 2 4 3 s 62,44444
R4 1 2 3 4 max s 250,4444
R5 2 4 3 1 w 0,249335
R6 3 2 1 4
R7 3 4 1 2
TOTAL 12 21 16 21
48

Threats T1 T2 T3
R1 2 3 1
R2 1 2 3
R3 1 2 3 u 14
R4 1 2 3 s 26
R5 1 2 3 max s 98
R6 2 1 3 w 0,265306
R7 3 1 2
TOTAL 11 13 18

Strategi ST1 ST2 ST3 ST4 ST5


R1 2 3 1 4 5
R2 5 2 3 4 1 u 21
R3 1 5 3 4 2 s 154
R4 1 3 2 5 4 max s 490
R5 5 3 1 4 2 w 0,314286
R6 2 1 3 5 4
R7 4 2 1 5 3
TOTAL 20 19 14 31 21
49

Lampiran 4 Hasil pengolahan data

Kriteria Gmk Ranking


Kekuatan (S) 0.24369 2
Kelemahan (W) 0.21897 3
Peluang (O) 0.43794 1
Ancaman (T) 0.09938 4
Kekuatan (S)
Secara geografis, pilihan usaha yang dikembangkan
sesuai dengan potensi sumber daya alam. 0.31273 1
Pesantren memiliki potensi tenaga kerja (santri) yang
dapat dimaksimalkan untuk mendukung
keberlangsungan usaha pesantren. 0.18233 4
Terdapat taman dan pemandangan alam yang indah. 0.31082 2
Pesantren Wisata Pabangbon menjadi tempat wisata
religius. 0.19413 3
Kelemahan (W)
Pesantren Wisata Pabangbon masih dalam tahap
penataan sehingga infrastruktur masih belum
memadai. 0.31592 2
Objek wisata yang tersedia di Pesantren Wisata
Pabangbon masih terbatas 0.31463 3
Pihak pengelola Pesantren Wisata Pabangbon belum
memiliki networking yang baik dengan pihak-pihak
yang berkepentingan. 0.36945 1
Peluang (O)
Wahana yang beragam di Pesantren Wisata
Pabangbon memunculkan keingintahuan masyarakat
untuk berkunjung. 0.30442 1
Kabupaten Bogor memiliki jumlah penduduk muslim
terbanyak di Provinsi Jawa Barat. 0.20339 4
Target pasar dari Pesantren Wisata Pabangbon yaitu
sekolah-sekolah Islam karena sesuai dengan objek
wisata yaitu wisata edukatif di lingkungan pesantren. 0.26749 2
Masih sedikitnya jumlah wisata edukatif di
Kabupaten Bogor. 0.22470 3
Ancaman (T)
Kurang literasi dan pengetahuan masyarakat sekitar
destinasi wisata terkait konsep halal. 0.38420 1
Munculnya pesaing yang mengangkat konsep wisata
edukatif seperti Pesantren Wisata Pabangbon 0.38341 2
Akses menuju Pesantren Wisata Pabangbon masih
terkendala. 0.23239 3
Strategi
Menciptakan inovasi layanan terkait produk dan jasa
halal 0.20683 3
Mempromosikan di website dan media sosial 0.23193 2
50

Membuat beberapa jenis paket wisata yang sesuai


dengan target pasar 0.26334 1
Meningkatkan literasi masyarakat terkait konsep
wisata halal 0.12342 5
Melakukan pengembangan penataan infrastruktur
dan objek wisata 0.17448 4
51

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Makassar pada tanggal 18 Juni 2001 sebagai anak
pertama dari pasangan bapak Usman Umar dan ibu (Almarhumah) Hafsah Idris.
Pendidikan sekolah menengah atas (SMA) ditempuh di sekolah SMAN 17
Makassar dan lulus pada tahun 2019. Pada tahun 2019, penulis diterima sebagai
mahasiswa program sarjana (S-1) di Departemen Ilmu Ekonomi Syariah di IPB
melalui jalur SNMPTN.
Selama mengikuti program S-1, penulis aktif dalam beberapa organisasi dan
kepanitiaan. Organisasi yang diikuti oleh penulis diantaranya UKM Lawalata IPB
dan Himpunan Profesi Ekonomi Syariah yaitu SES-C IPB. Sejak tahun 2020 hingga
tahun 2022 penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi dan kepanitiaan. Pada tahun
2022 penulis mengambil peran penting sebagai bendahara UKM Lawalata IPB dan
ketua divisi internal SES-C IPB. Selain kegiatan organisasi, penulis juga aktif
mengikuti kegiatan kepanitiaan seperti Lawalata IPB Webinar Series Season 2,
LKMM Ormawa FEM 2021, FEM E-Sport Competition, serta Aksi Sosial dan
Lingkungan Hidup Lawalata IPB. Pada tahun 2022, penulis mengikuti program
magang MBKM yang dibuat oleh Kemendikbudristek yaitu di PT Bank Syariah
Indonesia Tbk dan BPJS Ketenagakerjaan.

Anda mungkin juga menyukai