Anda di halaman 1dari 31

IKM - IKK

Original Article :
Investigation of an outbreak of
monkeypox in an area occupied by
armed groups, Central African Republic

Ananda Iffah Nirmala Akhmad


4521112017

Pembimbing :
Dr. Juniarty Naim, MKM
Judul Jurnal : Investigation of an outbreak of
monkeypox in an area occupied by
armedgroups, Central African
Republic
Penulis : E.Kalthan, dkk

Penerbit : Elsevier

Tahun Terbit : 2018


1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Cacar monyet merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus


Orthopoxvirus dari famili Poxviridae.

Transmisi Hewan ke Manusia Transmisi Manusia ke Manusia


• Kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, • Kontak erat dengan sekret dan droplet
lesi kulit, atau lesi mukosa hewan terinfeksi saluran napas, serta lesi kulit manusia yang
• Mengonsumsi daging hewan yang terinfeksi terinfeksi, atau benda yang terkontaminasi

Angka kematian akibat cacar monyet mencapai 17% dan jauh di bawah angka kematian akibat cacar
(25%–40%).
PENDAHULUAN
Cacar monyet memiliki gambaran klinis yang hampir sama dengan cacar pada umumnya,
dibagi menjadi periode prodromal/pre-erupsi dan periode erupsi/eksantema.

Periode Pre-erupsi Periode Erupsi

• Berlangsung 1-5 hari. • Hari ke-1 hingga ke-10


pasca demam
Gejala :
• Demam (38,5-40ºC) Gejala :
• Nyeri kepala, lemas • Muncul lesi dari mulut,
• Pembesaran KGB sentrifugal ke seluruh tubuh
• Nyeri otot dan punggung • Lesi monomorfik, umbilikasi
• Nyeri tenggorokan, sentral, spt kacang polong
• Batuk, sesak napas, dengan dasar eritematous.
• Diare, dan nyeri perut. (Dew drops in a rose petal)
EPIDEMIOLOGI
1958 1970
Di isolasi dari kera Asia ● Infeksi pertama pada manusia
yang di ekspor ke denmark di laporkan di Afrika Tengah
● Di isolasi dari manusia di
Republik Demokratik Kongo
● Endemik di sungai kongo dan
afrika barat

2003 2015 - 2016 2005


Mewabahi Republik Afrika Geografis cacar
Kasus cacar monyet pada tengah (distrik Bangassou)
manusia di luar benua monyet Meluas ke
Afrika -> Amerika Serikat sudan selatan, afrika
Tertular dari hewan timur
peliharaan
2016
Wabah cacar monyet kedua
di Rebuplik Afrika Tengah
(Distrik Alindao-Mingala)
2 MATERIAL & METHODS
Material & Methods
1. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah menggunakan penelitian observasional deskriptif dengan
pendekatan studi kasus

2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan karakteristik penyakit, menggambarkan
penyakit dan faktor risikonya, serta untuk mengukur kejadian dan kematian kasus akibat wabah
cacar monyet yang melanda distrik di Republik Afrika Tengah.

3. Lokasi Wabah
5 desa di distrik Alindao-Mingala, Republik Afrika Tengah. (Rehou 4, Rehou 5, Dalakere 1,
Ngbanda/Kongbo, Pavika)
Material & Methods
4. Populasi Penelitian
Penelitian ini melibatkan pasien yang di suspek/ diduga menderita cacar monyet di 5 desa di
Distrik Kesehatan Alindao – Mingala. Republik Afrika Tengah.

5. Definisi
Kriteria kasus dibagi menjadi beberapa bagian ;
• Kasus Indeks didefinisikan sebagai individu yang pertama kali terinfeksi oleh virus cacar
monyet dalam wabah ini
• Kasus suspek cacar monyet didefinisikan sebagai setiap individu yang tinggal di distrik
Alindao pada tanggal 15 Juli 2016 dan mengalami demam dan ruam kulit vesikular atau pustular.
Material & Methods
• Kasus terkonfirmasi cacar monyet didefinisikan sebagai pasien kasus suspek yang hasil
analisis sampel laboratoriumnya dipastikan adanya virus cacar monyet

• Kasus yang parah didefinisikan sebagai ruam kulit non-spesifik yang berhubungan dengan
tanda dan gejala lain seperti disfagia, mialgia, sakit kepala (dll), yang memerlukan rawat inap.

• Kasus primer cacar monyet didefinisikan sebagai pasien yang tidak melakukan kontak
sebelumnya dengan pasien yang terinfeksi (kasus terkonfirmasi) dalam 21 hari sebelum
timbulnya infeksi.

• Kasus sekunder didefinisikan sebagai pasien yang telah melakukan kontak dengan pasien lain
selama periode hari ke 7 hingga hari ke 21 sebelum timbulnya infeksi.
Material & Methods
6. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui wawancara dan menggunakan formulir yang mencakup bagian-
bagian, seperti: identifikasi pasien, tanda-tanda klinis, faktor risiko (kontak dengan pasien, tidak ada
vaksinasi terhadap cacar), tanggal timbulnya infeksi, dan status primer atau sekunder. Wawancara
dilakukan dengan pasien dan orang tua anak.

7. Laboratorium
Semua sampel darah yang dikumpulkan selama penelitian dikirim ke Laboratorium Institut
Pasteur di Bangui (IPB) untuk pengujian menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Kultur
sel otak bayi tikus.
HASIL
3 PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
Wabah ini terjadi antara bulan Agustus dan Oktober 2016, yaitu selama minggu
epidemiologi 31–38. Episentrum wabah ini adalah desa Rehou 4, tempat asal pasien kasus indeks.
Pasien ini adalah seorang pemburu dan petani yang telah mengkonsumsi daging tupai jenis Xerus
erythropus, yang ia temukan mati di hutan. Infeksi menyebar antar desa serta desa-desa terdekat
setelah kematian pasien ini.
HASIL PENELITIAN
Secara keseluruhan, 26 pasien kasus dilaporkan dari agustus – September. 3 kasus
sporadis (tidak berhubungan dengan Rehou 4) di desa Pavika dan Ngbanda dan 23 kasus
sekunder yang diamati di desa Rehou 4, Rehou 5, dan Dalakere 1. 7 dari 26 pasien di lakukan
pengecekan laboratorium dan 3 sampel awal ditemukan positif dengan pemeriksaan PCR,
lebih dari setengah pasien (61.5%) masuk rumah sakit, serta 5 dari 26 pasien memiliki riwayat
vaksinasi smallpox.
HASIL PENELITIAN

Usia rata – rata pasien adalah 24 tahun


(kisaran: 12 bulan–58 tahun). Kelompok usia 0-10
tahun (8 orang) dan 21–30 tahun (6 orang)
merupakan kelompok yang paling banyak
terkena.

Selain demam dan ruam kulit yang diamati pada


semua pasien kasus, pruritus dan adenopati
serviks dan/atau inguinalis masing-masing
diamati pada 46,2% dan 34,6% pasien.
HASIL PENELITIAN
Gejala penyakit cacar yang parah terjadi pada 61,5% kasus, dan 87,5% terjadi pada
pasien yang tidak memiliki riwayat vaksinasi cacar. Pasien meninggal terjadi pada pasien
kasus indeks usia 36 tahun dan bayi berusia 12 bulan.
HASIL PENELITIAN
Jumlah kasus tertinggi terjadi di Rehou 4 yaitu 65,4% / 17 orang. Attack Rate (AR) dari
cacar monyet secara keseluruhan adalah 5 per 1000 penduduk. AR tertinggi terjadi pada pusat
wabah (Rehou 4) yaitu 37,1 per 1000 penduduk serta desa terdekat (Rehou 5) yaitu 30,1 per 1000
penduduk. Pasien yang tidak divaksinasi memiliki AR yang lebih tinggi (3,6%) dibandingkan
pasien yang divaksinasi (0,95%).
4 DISKUSI
DISKUSI
Wabah cacar monyet yang diamati di Republik Afrika Tengah (CAR) yang di bahas
pada jurnal ini terjadi di wilayah geografis yang berdekatan dengan wabah sebelumnya. Hal
ini disebabkan oleh kabupaten – kabupaten tersebut terletak di dalam hutan dengan
prevalensi reservoir tinggi yang ideal untuk sirkulasi virus cacar monyet

Selain itu daerah wabah terletak di perbatasan dengan


Kongo, yang merupakan daerah endemic cacar monyet.
Perdagangan antara CAR dan Kongo, serta perpindahan penduduk
setelah berbagai konflik bersenjata di negara-negara tersebut,
meningkatkan kemungkinan terjadinya wabah.
DISKUSI

Faktor risiko yang paling mungkin terjadi pada CAR adalah


perburuan. Semua wabah cacar monyet yang diamati di CAR terjadi
pada keluarga pemburu. Investigasi selalu mengindikasikan konsumsi
daging monyet atau hewan pengerat oleh anggota keluarga pasien.
DISKUSI
Wabah cacar monyet umumnya ditandai dengan tingkat serangan sekunder yang tinggi
pada kontak dekat. Semua kecuali empat pasien yang diidentifikasi (1 kasus indeks dan 3 kasus
sporadis) selama wabah ini merupakan kasus sekunder.

● Kasus yang di laporkan : banyak melibatkan anak – anak. Faktor


risikonya disebabkan oleh rendahnya daya tahan tubuh anak
terhadap infeksi.
● Gejala yang diamati pada pasien penelitian ini adalah gejala umum
dan serupa dengan yang dilaporkan dalam literatur. → dapat mirip Kasus Sekunder
dengan cacar pada umumnya → diagnosis sulit dilakukan
berdasarkan gejala klinis saja → pengujian laboratorium
DISKUSI

Tingkat serangan penyakit (AR) di Distrik Bangassou (0,2 per 1000 penduduk) lebih
rendah dibandingkan Cacar monyet adalah penyakit menular yang parah pada manusia dan
dikaitkan dengan angka kematian yang tinggi. Semua wabah yang diamati di CAR selama
beberapa tahun terakhir menyebabkan kematian, sebagian karena penjarahan fasilitas
kesehatan dan kedatangan pengungsi akibat konflik bersenjata. Oleh karena itu manajemen
pasien sulit dilakukan. Penduduk desa Rehou 4 menghadapi kekurangan obat di fasilitas
kesehatan dan kesulitan pengadaan karena pemerasan. Keluarga pasien harus
menggunakan obat-obatan tradisional yang terbuat dari tumbuhan dan kulit kayu yang
kurang efektif.
5
KESIMPULAN
KESIMPULAN

• Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa karakteristik cacar monyet ini hampir sama
dengan cacar pada umumnya dengan masa inkubasi selama 2 minggu dan paling banyak di
sebabkan oleh karena kontak erat dengan kasus terinfeksi.

• Tingkat serangan penyakit (AR) di Distrik Alindao yaitu 5 per 1000 penduduk, dengan jumlah
kasus tertinggi yaitu 65,4% pada desa episentrum wabah. Pasien yang tidak divaksinasi
memiliki tingkat serangan penyakit yang lebih tinggi yaitu 3,6% dibandingkan pasien yang
telah divaksinasi smallpox yaitu 0,95%. Gejala penyakit cacar yang parah terjadi pada 61,5%
kasus, dan 87,5% terjadi pada pasien yang tidak memiliki riwayat vaksinasi cacar. Dari 26
kasus pada wabah ini 2 kasus di laporkan meninggal yaitu sebesar 7,7 %.
KESIMPULAN

• Faktor risiko pada wabah cacar monyet ini adalah perburuan serta konsumsi daging monyet
atau hewan pengerat yang terinfeksi. Selain itu daerah episentrum wabah yang terletak di
perbatasan dengan daerah endemic cacar monyet juga ikut mengambil peran.

• Mengingat peningkatan jumlah pasien kasus dan aktivitas virus cacar monyet di wilayah
geografis, serta mengingat tingkat keparahan klinis dari penyakit ini pengembangan vaksin
untuk melawan virus cacar monyet telah menjadi pertimbangan.
6 ULASAN
ULASAN

Penelitian ini membahas tentang wabah Monkey pox


atau cacar monyet di Republik Afrika Tengah pada tahun
2016 yang diawali dengan adanya kasus kematian pada
pemburu akibat mengkonsumsi hewan pengerat yang ia
temukan mati di hutan. Infeksi kemudian menyebar di desa
dan desa – desa sekitar setelah kematian pasien ini sehingga
gejala dan perjalanan penyakit pasien ini tidak teridentifikasi.
ULASAN
Hasil penelitian dalam jurnal ini menunjukkan bahwa
berdasarkan kurva penularan infeksi dari manusia ke manusia,
masa inkubasi dari cacar monyet ini adalah sekitar 2 minggu
dan paling banyak disebabkan oleh karena kontak langsung
dengan pasien yang terinfeksi cacar monyet. Wabah ini paling
rentan menyerang anak – anak yang kemudian berpotensi menjadi
kasus yang parah hingga kematian. Peran vaksinasi sangat bernilai
dalam penelitian ini karena dapat menurunkan tingkat serangan
virus cacar monyet pada individu yang telah tervaksinasi.
ULASAN
• Kurangnya manajemen dan pengendalian penyakit cacar monyet di Desa Rehou 4 (pusat
wabah) pada jurnal ini disebabkan karena kurangnya obat di fasilitas kesehatan oleh karena
penjarahan fasilitas kesehatan akibat konflik bersenjata. Hal ini mengakibatkan hampir
sebagian besar pasien dan keluarga menggunakan obat – obatan tradisional yang kurang
efektif dalam pengobatan.

• Pengumpulan data dan penyelidikan kasus ini juga tergolong sulit, hal ini diakibatkan oleh
karena wabah terjadi di wilayah yang sulit di akses yang membutuhkan izin tertulis dari
komandan wilayah sebelum melakukan penyelidikan. Sulitnya sirkulasi di kawasan ini
disebabkan oleh karena banyaknya pemerasan yang dibuat oleh kelompok bersenjata,
kerusakan jalan yang parah serta kesulitan bahasa sehingga menyebabkan sulitnya
penyelidik dalam mengisolasi populasi yang rentan.
THANK
YOU
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon and infographics &
images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai